Matahari. Credit: NASA |
"Selalu jadi teka-teki ketika kita mencari tahu alasannya," kata Scott McIntosh, ahli fisika bidang cahaya matahari dari High Altitude Observatory, High Altitude Observatory of the National Center for Atmospheric Research (NCAR), Boulder. McIntosh melakukan penelitian bersama ilmuwan dari Lockheed Martin's Solar and Astrophysics Laboratory (LMSAL), NCAR, and the University of Oslo. Penelitian ini didukung NASA dan National Science Foundation (NSF), sponsor NCAR.
Selama beberapa dekade, ilmuwan selalu mencari jawaban misteri tersebut. Selama itu pula, ilmuwan percaya kalau spikula, pancaran plasma dari permukaan matahari ke atmosfer, dapat membawa panas ke korono. Akana tetapi, sebuah temuan pada tahun 1980-an membantah hal itu. Ilmuwan kala itu mendapati kalau spikula tidak mampu mencapai temperatur korona.
"Pemanasan spikula hingga jutaan derajat belum pernah dilakukan secara langsung, jadi peran mereka dalam memanaskan di korona diabaikan," kata Bart De Pontieu, pemimpin penelitian dan ahli fisika bidang cahaya matahari dari LMSAL.
Tahun 2007, McIntosh dan Pontieu berhasil menemukan spikula jenis baru yang bergerak lebih cepat dan berumur lebih pendek daripada spikula biasa. Spikula yang baru ditemukan ini memancar ke atas dengan kecepatan tinggi, bisa mencapai 100 kilometer per detik, sebelum menghilang. Karena karakteristiknya itu, ilmuwan menerka spikula "tipe 2" ini sangat panas. Tapi, kala itu mereka belum dapat membuktikannya.
Para peneliti kemudian menggunakan pengamatan baru yang diperoleh dari Atmospheric Imaging Assembly yang ada di Solar Dynamics Observatory milik NASA serta Solar Optical Telescope pada satelit Jepang Hinode. Tujuan mereka adalah menguji hipotesis kalau spikula "tipe 2" itu benar-benar panas.
"Penelitian kami mengungkapkan, untuk pertama kali, hubungan antara plasma yang dipanaskan hingga jutaan derajat dan spikula yang menempatkan plasma ini ke korona," kata McIntosh. Temuan baru ini mengubah teori pemanasan yang terjadi pada korona.
Misi NASA bernama Interface Region Imaging Spectograph, yang akan diluncurkan 2012 nanti, akan menyediakan data mengenai temperatur dan medan magnet antara fotosfer dan korona. Para peneliti berharap bisa mengungkap lebih banyak mengenai pemanasan spikula dan mekanisme kemunculannya. (Sumber: ScienceDaily)
Sumber: nationalgeographic.co.id
0 comments:
Post a Comment