Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, October 18, 2012

Ilmuwan Temukan Bukti Kuat Teori Giant Impact

Ilustrasi tabrakan Bumi dan Bulan. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Ilmuwan dengan menggunakan sampel yang dibawa oleh misi Apollo dari Bulan dan beberapa meteorit Bulan yang jatuh ke Bumi, menemukan bahwa ternyata pada sampel tersebut mereka menemukan deplesi dan penguapan isotop ringan seperti seng. Dan itu menjadikannya sebagai petunjuk kuat tentang sejarah Bumi dan Bulan.

Dengan menggunakan instrumen spektroskopi canggih, ilmuwan mengukur rasio isotop yang ada pada sampel batuan Bulan. Temuan ini sekaligus mendukung teori Giant Impact (dampak raksasa) tentang proses terbentuknya Bulan yang diungkapkan pertama kali oleh ilmuwan William K. Hartmann dan Donald Davis pada tahun 1975. Bulan terbentuk sebagai akibat dari tabrakan antara Bumi muda dan protoplanet seukuran Mars sekitar 4.5 miliar tahun lalu. Efek dari tabrakan itu membentuk Bulan dan merubah evolusi planet Bumi. Bahkan mungkin berperan penting mewujudkan kehidupan di Bumi.

"Ini adalah bukti kuat dari deplesi volatil ektrim Bulan," ungkap peneliti James Scripps Day

Pada awal pembentukan Bulan, permukaannya cukup panas untuk menguapkan seng, dan tabrakan Bumi dan Bulan merupakan salah satu hal yang akan menghasilkan banyak sekali panas. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, October 17, 2012

Wahana New Horizon Terancam Menabrak Puing Antariksa

Ilustrasi wahana New Horizon. Image credit: JHUAPL/SwRI
Wahana luar angkasa New Horizon saat ini sudah hampir 7 tahun meninggalkan Bumi menuju Pluto untuk meneliti "mantan" planet tersebut. Itu berarti masih kurang 2.5 tahun lagi untuk tiba di sana. Total jarak yang harus ditempuh New Horizon sekitar 3 miliar km.

Saat ini para ilmuwan sedang direpotkan dengan banyaknya puing-puing dan obyek luar angkasa di sepanjang jalur perjalanan New Horizon. Puing-puing tersebut bisa berasal dari sabuk Kuiper yang dikenal sangat padat dengan asteroid. Selain itu ancaman juga bisa datang dari pecahan obyek yang mengantam bulan Pluto. Saat ini astronom sudah menemukan 5 bulan yang mengorbit Pluto.

New horizon sendiri meluncur dengan kecepatan 30.000 mil per jam sehingga jika menabrak sebuah obyek sebesar kerikil saja bisa menyebabkan wahana itu hancur. Untuk menghindari obyek berbahaya, ilmuwan menggunakan semua instrumen yang ada mulai dari teleskop berbasis darat (ground based), simulasi komputer, okultasi bintang dari sistem Pluto, sampai teleskop Hubble. Saat ini tim ilmuwan merencanakan sebuah jalur alternatif yang tentunya lebih jauh lagi jaraknya untuk menghindari tabrakan.

"Kami sedang membuat rencana untuk menuju jalur lain jika memang harus begitu," ucap Leslie Young dari Southwest Research Institute selaku Deputy Project dari misi wahana New Horizon. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Astronom Temukan Planet Mirip Bumi di Alpha Centauri B

Planet di sekitar Alpha Centauri B. Image credit: ESO
Astronom mengklaim telah menemukan sebuah planet baru yang memiliki massa hampir sama dengan Bumi. Planet tersebut mengorbit sebuah bintang yang berada dalam sistem Alpha Centauri B yang berjarak sekitar 4.3 tahun cahaya dari Bumi. Sebuah jarak yang relatif dekat. Planet yang baru ditemukan ini sekaligus menjadi planet paling ringan yang ditemukan berada di sekitar bintang yang mirip Matahari kita.

"Hasil penemuan ini merupakan sebuah langkah besar untuk menemukan kembaran Bumi yang tidak terlalu jauh dari Matahari," ucap tim penemu dalam makalah mereka.

"Ini merupakan planet dengan massa mirip Bumi yang ditemukan di sekitar bintang yang mirip Matahari kita. Orbitnya sangat dekat dengan bintangnya dan planet tersebut masih terlalu panas untuk mendukung kehidupan kita," ungkap Stephane Udry dari Geneva Observatory.

Oleh para astronom, planet ini diberi nama Alpha Centauri Bb, mengorbit bintangnya pada jarak 6 juta km (3.6 juta mil) lebih dekat dari orbit Merkurius mengelilingi Matahari. Periode revolusinya sekitar 3.2 hari. Dikatakan para peneliti, kemungkinan permukaan planet tersebut terdiri dari batuan cair. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 16, 2012

Astronom Temukan Planet dengan Empat Bintang

Ilustrasi planet gas PH1 (Tatooine). Image credit: Haven Giguere/Yale
Secara mengejutkan astronom berhasil menemukan dua bintang lagi dari dua bintang biner yang sebelumnya diketahui menjadi bintang dari planet PH1 (Tatooine). pada awalnya ilmuwan mengira planet PH1 tersebut hanya mengorbit dua bintang (hal itu saja sudah membuat astronom terkejut) namun ternyata masih ada dua lagi. Bedanya dua bintang yang baru ditemukan tersebut ternyata mengelilingi dua bintang yang sebelumnya ditemukan.

Planet PH1 sendiri ditemukan oleh sekelompok astronom yang tergabung dalam organisasi Planet Hunters. Planet ini mengandung gas dan berukuran 6,2 kali lebih besar dari Bumi atau sedikit lebih besar dari planet Neptunus. Planet ini mengorbit bintang biner (bintang kembar) nya dalam waktu 138 hari. Bintang induknya masing-masing memiliki massa 1,5 dan 0,41 dari massa Matahari. Bintang-bintang tersebut juga saling mengelilingi dalam waktu 20 hari.

Dua bintang baru yang ditemukan berjarak lebih kurang 1000 AU (1 AU berjarak lebih kurang jarak Bumi dan Matahari 93/150 jt km).

Suhu di planet PH1 sangat panas yaitu sekitar 251-340 derajat Celcius dan tidak mungkin ditinggali. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Air di Bulan Berasal dari Matahari

Air tampak keluar dari kawah Cabeus di Bulan sesaat setelah roket Centaur menghujam tempat tersebut pada tahun 2009. Image credit: AAAS
Kandungan air yang saat ini diketahui berada di tanah dan batuan Bulan telah menimbulkan banyak pertanyaan di benak para ilmuwan. Air tersebut pertama kali dideteksi oleh dampak dari roket Centaur pada misi LCROSS pada tahun 2009.

Nampaknya sakarang ilmuwan sudah menemukan sedikit petunjuk. berdasarkan penelitian spektroskopi yang dilakukan pada sampel yang diambil pada misi Apollo didapatkan bahwa sejumlah besar hidroksil pada partikel kaca mikroskopis ditemukan di dalam tanah Bulan. Diperkirakan hal itu sebagai dampak dari micrometeorite (meteorit mikro).

Menurut tim peneliti, air hidroksil dalam partikel kaca mikroskopis ini berasal dari interaksi proton dengan ion hdrogen dari angin Matahari. Hirdoksil merupakan pasangan dari atom oksigen tunggal untuk atom hidrogen tunggal (OH). Setiap molekul air mengandung dua gugs hidroksil.

meskipun partikel kaca mikroskopis tersebut tersebar di permukaan Bulan, peneliti mempelajari kembali sampel dari misi Apollo 11, 16, dan 17. Temuan ini menunjukkan bahwa dampak angin Matahari yang membawa hidroksil kemungkinan juga terjadi di Merkurius, Vesta, dan sebagainya. Hal ini sebelumnya tidak disangka-sangka bahwa ternyata di Bulan terdapat reservoir air. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal online Nature Geoscience. (UT. Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, October 15, 2012

Felix Baumgartner Berhasil Pecahkan Rekor Lompatan Tertinggi di Dunia

Penerjun profesional Felix Baumgartner dari Austria berhasil memecahkan rekor terjun tertinggi di dunia pada 14 Oktober 2012 lalu. Felix berhasil melakukannya dengan terjun dari ketinggian 38.5 km (24.24 mil) di atas permukaan Bumi

Saat terjun dari lapisan stratosfer Bumi, Felix berhasil menembus kecepatan hingga 1.342 km (833.9 mil) per jam dan itu lebih cepat dari kecepatan suara.

Felix terbang ke atas lapisan atmosfer Bumi dengan menggunakan kapsul Red Bull Stratos yang dibawa oleh balon udara. Felix berhasil mendarat di Roswell, new Mexico. Berikut ini foto dan videonya:
Felix Baumgartner keluar dan melompat dari kapsul Red Bull Stratos. Image credit: Red Bull Stratos

Kapsul berisi Felix Baumgartger dibawa dengan menggunakan balon udara. Image credit; Red Bull Stratos

Felix Baumgartner bersiap meloncat keluar dari kapsul. Image credit: Red Bull Stratos

Felix Baumgartner sampai kembali di Bumi dengan parasutnya. Image credit: Red Bull Stratos

Felix Baumgartner merayakan keberhasilannya melakukan penerjunan / lompatan tertinggi di dunia. Image credit: Red Bull Stratos
Tahap-tahap penerjunan Felix Baumgartner. Image credit: Red Bull Stratos



(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Ilmuwan Buat Kamera 570 MP untuk Teliti Energi Gelap

Kamera khusus beresolusi 570 MP untuk mengamati energi gelap (dark energy). Image credit: Fermilab
Baru-baru ini sekelompok ilmuwan di Fermilab membuat kamera khusus untuk mengamati aktivitas energi gelap (dark energy) di alam semesta. Energi gelap mengisi 70 persen ruang di alam semesta dan bertanggung jawab dari pengembangan alam semesta itu sendiri.

Kamera baru dengan resolusi 570 MP (Megapiksel) ini dipasang pada teleskop National Science Foundation’s Cerro Tolollo InterAmerican Observatory (CTIO) di Chile.

Kamera ini merupakan kamera terbaik yang pernah ada sekaligus alat optik dengan pandangan panorama terluas. Dengan kamera ini kita bisa melihat 100.000 ribu galaksi dengan jarak hingga 8 miliar tahun cahaya. Kamera ini memungkinkan para astronom dan ilmuwan untuk mempelajari banyak hal di alam semesta. Diharapkan dalam lima tahun ke depan, para astronom dapat membuat foto berwarna yang rinci dari seperdelapan langit untuk menemukan dan mengukur 300 juta galaksi, 100.000 cluster galaksi, dan 4000 supernova. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, October 14, 2012

Permukaan Titan Lembut, Empuk, dan Basah

Simulasi pendaratan wahana Huygens di Titan tahun 2005. Image credit: ESA
Saat wahana Huygens mendarat di permukaan Titan pada tahun 2005, ia sempat berkominikasi dan mengirimkan data ke Bumi selama 90 menit sebelum kemudian mati. Namun dari waktu 90 menit tersebut cukup banyak hasil yang didapat.

Saat ini ilmuwan sedang meneliti seperti apakah permukaan Titan (bulan terbesar planet Saturnus) itu?. Untuk itu ilmuwan merekonstruksi bagaimana wahana Huygens mendarat di Titan dan didapatkan bahwa saat mendarat, wahana Huygens sempat melambung, meluncur, dan bergoyang setelah mendarat.

"Sebuah data tentang peningkatan kecepatan menunjukkan bahwa kemungkinan probe mendarat di permukaan yang lembut / pasir basah," ungkap Dr. Stefan Schroder dari Max Planck Institute.

Data percepatan yang didapat tadi dibandingkan dan dianalisis dengan komputer untuk kemudian dibuat simulasinya. Ilmuwan berpendapat bahwa Huygen mendarat di atas permukaan lunak / lembut. Huygens sempat terjerembab dan menimbulkan lubang sekitar 12 cm di tanah Titan untuk kemudian memantul ke permukaan yang lebih datar. Setelah itu wahana tersebut melambat akibat gesekan dengan permukaan tanah dan ketika akan berhenti, Huygens sempat bergetar bolak-balik sebanyak lima kali dan diam 10 detik kemudian.
Kiriman foto permukaan Titan yang sempat diabadikan oleh wahana Huygens. Tampak bongkahan es tersebar di permukaan Titan. Image credit: ESA/NASA/University of Arizona
Ilmuwan pada studi sebelumnya menyimpulkan bahwa Huygens mendarat di tepi danau hidrokarbon Titan. Selama ini beberapa ratus danau dan laut telah berhasil diamati oleh wahana cassini. Namun dengan suhu minus 179 derajat Celcius, Titan tidak memiliki air dalam wujud cair. Yang ditemukan berwujud cair yaitu hidrokarbon dalam bentuk metana dan etana. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto