Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Misi dan Riset. Show all posts
Showing posts with label Misi dan Riset. Show all posts

Saturday, September 13, 2014

Wahana MAVEN Akan Tiba di Mars 21 September Besok

Ilustrasi wahana MAVEN mengorbit Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/GSFC
Wahana terbaru NASA yang dikirimkan ke Mars, MAVEN, hanya dalam hitungan hari saja akan tiba di planet Merah tersebut. MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile Evolution) sebuah wahana yang ditugaskan untuk mencari tahu jejak atmosfer Mars, sudah menempuh perjalanan sekira 711 juta kilometer sejak diluncurkan pada 18 November 2013 lalu. Diperkirakan MAVEN akan tiba di Mars pada 21 September 2014 ini. Wahana MAVEN yang telah dikembangkan oleh NASA selama lebih kurang 11 tahun, akan meneliti dan menyelidiki atmosfer Mars dan bagaimana interaksinya dengan Matahari dan angin surya. Pengamatan ini akan membantu para ilmuwan untuk memperkirakan berapa banyak gas pada atmosfer Mars yang telah menghilang dan bagaimana hal itu bisa terjadi sehingga menyebabkan kondisi Mars yang kering-kerontang seperti saat ini.

Sebelum mencapai Mars, tim kontrol di JPL (Jet Propulsion laboratory) sudah melakukan dua kali koreksi manuver lintasan terbang MAVEN yakni pada November 2013, dan Februari 2014. Selain itu tim juga mengkalibrasi beberapa instrumen pada MAVEN untuk memastikan semua instrumen itu bisa beroperasi sebagaimana mestinya. "Setiap hari di Mars adalah emas," ungkap David Mitchell selaku Project Manager NASA. 'pemeriksaan awal pada instrumen sangat penting selama fase penerbangan untuk memastikan kita bisa pindah ke fase pengumpulan data ilmiah setelah MAVEN tiba di Mars," tambahnya.

Wahana MAVEN merupakan wahana berteknologi tinggi. Saat mulai masuk ke orbit Mars, MAVEN akan dikendalikan oleh komputer on-board yang ada padanya. Tim JPL akan meng-upload informasi tentang lokasi, kecepatan, dan orientasi wahana tersebut. Segera setelah itu, katup bahan bakar akan terbuka untuk menghangatkan bahan bakar pada suhu 25-26 derajat Celcius.

Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, maka MAVEN tidak membutuhkan instruksi tambahan dari Bumi. Namun jika ternyata ada yang tidak beres misalnya lintasan MAVEN terlalu rendah, tim JPL bisa memberikan koreksi lintasan sekira 24 hingga 6 jam sebelum masuk ke orbit Mars.

24 jam sebelum masuk ke orbit Mars, komputer on-board MAVEN akan memerintahkan wahana tersebut untuk masuk ke fase hibernasi guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama fase insertion. Saat mulai masuk ke orbit Mars, MAVEN akan menyalakan enam thruster-nya untuk memperlambat kecepatan MAVEN hingga ketinggian 380 km di atas kutub utara Mars. Tiga menit setelah thruster mati, komputer MAVEN akan mengembalikan semua sistem ke kondisi normal, termasuk sistem komunikasi. Setelah itu tim akan memeriksa semua instrumen yang ada pada MAVEN.

Nantinya MAVEN akan terbang pada ketinggian 150 km di atas permukaan Mars untuk mengamati atmosfer planet itu, kemudian MAVEN akan menjauh hingga ketinggian 6.300 km untuk mengamati Mars secara keseluruhan. MAVEN akan mengukur komposisi, struktur, dan gas yang hilang dari atmosfer Mars. (NS, Adi Saputro/ ww.astronomi.us)

Sunday, August 31, 2014

Wahana New Horizon Memasuki Fase Hibernasi Tahap Akhir Menuju Pluto

Ruang kontrol wahana New Horizons di Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory. Tampak Alice Bowman (inset) selaku mission operations manager sedang mengamati telemetri komunikasi antara wahana New Horizon dengan DSN (Deep Space Network). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: jhuapl
Wahana New Horizons dalam waktu sekira 10 bulan lagi akan tiba di orbit Pluto. Saat ini tim pengontrol wahana New Horizons yang berada di Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, di Maryland sedang memprogram wahana New Horizons untuk memasuki masa hibernasi untuk menghemat daya. Penghematan daya khususnya listrik diperlukan oleh New Horizons agar nantinya cukup ketika digunakan untuk penelitian Pluto beserta bulannya sesampainya di orbit planet kerdil itu. Saat ini wahana tersebut berada pada jarak 2,75 miliar kilometer dari Bumi sehingga untuk mengirim sinyal perintah dari Bumi ke New Horizons butuh waktu 4 jam untuk diterima.

"Ini adalah masa hibernasi akhir dalam perjalanan menuju Pluto," ucap Alan Stern selaku Principal Investigator dari Southwest Research Institute. Nantinya New Horizons akan dibangunkan kembali pada bulan Desember untuk mulai mengaktifkan beberapa instrumennya untuk proses kalibrasi.

Menurut Chris Hersman, proses kalibrasi diperlukan untuk memastikan semua instrumen dan peralatan pada New Horizons berada dalam keadaan baik dan normal sehingga kelak dapat menjalankan misi dengan lancar. Sejauh ini wahana New Horizons dalam keadaan baik dan normal untuk memulai misi pertama pada awal tahun 2015.

Sebelum memasuki fase hibernasi, antena utama New Horizons di arahkan menuju posisi Bumi yang nantinya menjadi titik temu saat wahana tersebut bangun dari tidurnya. Hal ini memungkinkan tim untuk mengetahui kondisi New Horizons sesaat setelah fase hibernasi berakhir tanpa harus menyalakan roket pendorong (thruster) untuk penyesuaian posisi, sehingga bisa menghemat bahan bakar. Setelah bangun, tim akan me-refresh processor pada sistem komputer New Horizons, menguji sensor Matahari yang digunakan New Horizons untuk mengetahui posisinya di luar angkasa, meng-upload software versi terbaru yang lebih handal dan mampu melindungi data yang didapat New Horizons selama menjalankan misinya. Tim juga memeriksa kondisi sistem cadangan beserta dengan 7 (tujuh) instrumen ilmiah untuk dikalibrasi. Salah satu instrumen bernama LORRI (Long Range Reconnaissance Imager) pada bulan Juli lalu digunakan untuk mengambil foto Pluto bersama bulannya Charon. Hasil foto masih tampak buram karena jaraknya yang masih sangat jauh dari kedua obyek tersebut.

Rencananya tanggal 7 Desember nanti, fase hibernasi New Horizons akan berakhir untuk kemudian akan terus aktif selama 2 (dua) tahun untuk melakukan serangkaian misi yang sudah dijadwalkan oleh tim. Tidak sabar rasanya untuk melihat wujud Pluto dari dekat :-). (JHP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, August 13, 2014

Roda Robot Curiosity Rusak Parah di Mars

Tampak robekan besar pada roda Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, JPL
Sebaik apa pun barang buatan manusia, sulit untuk menghadapi kekuatan medan dan alam. Setidaknya itu yang dialami oleh robot penjelajah Mars NASA, Curiosity. Curiosity dikabarkan mengalami kerusakan di beberapa rodanya yang cukup parah sehingga dirasakan bisa cukup mengganggu kelancaran pergerakannya. kerusakan terjadi akibat medan berbatu Mars yang sangat ekstrem. Batu-batu di sana begitu tajam dan keras sehingga merusak kulit dari roda Curiosity.

Kulit roda Curiosity tampak robek akibat tertusuk batu yang mana robekan itu juga semakin melebar dan bukan tidak mungkin kulit roda itu akan terlepas. Ilmuwan NASA memperkirakan bahwa efek dari batu-batu tajam itu tidak seekstrem itu. Tapi ternyata dugaan itu salah dan saat ini tampaknya keadaaan roda begitu mengkhawatirkan.

Hal ini tentunya menjadi masukkan berharga bagi ilmuwan NASA untuk bagaimana mendesain roda rover yang lebih baik pada robot Mars generasi berikutnya yang direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2020.

Jika di Mars ada bengkel, mungkin Curiosity sudah harus ganti roda :-). (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, August 7, 2014

NASA Akan Kirimkan Alat Pembuat Oksigen ke Mars

MOXIE, alat pembuat oksigen yang akan dikirimkan NASA ke Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
NASA dikabarkan akan mengirimkan alat pembuat oksigen ke Mars bersamaan dengan dikirimnya robot penjelajah Mars yang baru pada tahun 2020 mendatang. Alat / mesin pembuat oksigen yang disebut dengan MOXIE (Mars Oxygen In-Situ Resources Utilization Experiment) dirancang oleh ilmuwan dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) yang berfungsi untuk merubah karbondioksida Mars menjadi oksigen yang dapat mendukung misi berawak ke sana.

MOXIE mampu menghasilkan 22 gram (0,78 ons) oksigen per jamnya. Dalam skala yang lebih besar, NASA berambisi untuk membuat sebuah reaktor nuklir kecil untuk membuat oksigen dalam skala besar sehingga misi berawak di sana bisa berlangsung lebih lama.

Robot penjelajah Mars yang baru akan ditugaskan untuk mencari tahu dan melakukan serangkaian tes mengenai apa saja yang akan dihadapi oleh manusia jika mereka melakukan misi di planet merah itu seperti masalah yang akan dihadapi dan tantangannya. Rencananya misi berawak NASA yang pertama akan dilakukan pada tahun 2030 dengan menggunakan roket SLS dan kapsul Orion. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, August 6, 2014

Video, Hari Ini Wahana Rosetta Bersiap Mendarat di Komet 67P/C-G

Ilustrasi wahana Rosetta menurunkan Philae Landing Craft untuk kemudian mendarat di komet 67P/C-G. Image credit: ESA
Dikabarkan oleh ESA bahwa wahana Rosetta bersiap untuk melakukan pendaratan di komet 67P/C-G (67P/Churyumov-Gerasimenko) pada 6 Agustus 2014 ini. Saat ini Rosetta Flight Control Team (FCT) dari ESA telah menyelesaikan penyelarasan orbit terakhir dengan komet tersebut untuk kemudian melakukan pendaratan. Penasaran seperti apa prosesnya? silahkan sobat simak video ilustrasinya berikut ini:


(Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Saturday, August 2, 2014

Wahana MESSENGER Akan Dijatuhkan di Merkurius Maret 2015

Ilustrasi wahana MESSENGER mengorbit planet Merkurius. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Pada tanggal 25 Juli 2014 lalu, wahana MESSENGER NASA yang mengorbit planet Merkurius berhasil mendekati planet tersebut pada jarak paling dekat dari yang pernah dicapai sebelumnya, yakni hanya 100 km (62 mil) di atas permukaan planet Merkurius. Pemimpin operasional MESSENGER dari APL mengatakan bahwa timnya berhasil mengirimkan serangkaian perintah pada wahana tersebut untuk melakukan manuver menuju ke posisinya saat ini.

"Tujuan dari pergerakan MESSENGER ini adalah untuk mengetahu lebih dekat es di daerah kutub, fitur geologi yang tidak biasa, gravitasi serta medan magnet planet itu secara lebih jelas," ungkap MESSENGER Project Scientist dari Applied Physics Laboratory Universitas Johns Hopkins (APL), Ralph McNutt. "Jarak sedekat ini memungkinkan kita untuk melihat Merkurius dari jarak terdekat untuk pertama kalinya," tambah McNutt.

Karena perubahan orbit , ketinggian MESSENGER akan terus menurun dan pada 19 Agustus diperkirakan ketinggiannya akan mencapai 50 km. Selanjutnya ketinggiannya akan diturunkan lagi hingga mencapai 25 km pada 12 September, dan setelah itu tim akan memerintahkan MESSENGER untuk melakukan manuver untuk menambah ketinggian hingga 94 km.

Pada tanggal 24 Oktober 2014 dan 21 Januari 2015, MESSENGER akan terus menambah ketinggian hingga pada bulan Maret 2015, wahana tersebut akan mengakhiri missinya dan jatuh ke permukaan Merkurius seiring dengan habisnya bahan bakar sehingga total lama misi MESSENGER kurang lebih 10 tahun sejak diluncurkan pada 3 Agustus 2004. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, June 20, 2014

NASA Akan Gunakan Helikopter Tanpa Awak untuk Jelajahi Titan

Ilustrasi helikopter NASA di Titan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: gzm
NASA mempunyai ide menarik untuk mengeksplorasi salah satu bulan Saturnus, Titan. Titan dipilih karena ia merupakan satu-satunya tempat mirip Bumi di tata surya. Selain karena mempunyai atmosfer tebal dan samudera, Titan juga dianggap sebagai tempat yang kaya akan zat kimia organik. NASA berencana menggunakan helikopter tanpa awak untuk menjelajahi permukaan Titan. Nantinya helikopter itu akan perlahan dibawa turun oleh balon udara hingga ketinggian tertentu untuk kemudian terbang. Berat helikopter ini tidak lebih dari 10 kg. Nantinya helikopter ini akan memetakan permukaan, mengambil sampel materi padat dan cair, dan sebagainya.

Pada seminar yang diadakan oleh NASA, ilmuwan Larry Matthies dan timnya menulis makalah yang berjudul TAD (Titan Aerial Daughtercraft) for Surface Studies from a Lander or Ballon. Kemungkinan jika rencana ini benar-benar direalisasikan, maka NASA akan bekerjasama dengan AeroVironment yaitu sebuah perusahaan swasta produsen pesawat tanpa awak untuk bersama-sama membuat model helikopter yang cocok untuk lingkungan Titan. Konsepnya helikopter itu nantinya terdiri dari empat baling-baling dan bisa kembali menujut ke wahana yang berfungsi sebagai pangkalan di Titan untuk mengantarkan sampel yang kemudian dianalisa secara kimiawi menggunakan robot. Setelah itu helikopter akan melakukan isi ulang baterai secara otomatis untuk kemudian bisa terbang lagi untuk misi berikutnya. Matthies mengatakan bahwa misi ini tidak memerlukan biaya besar, tidak seperti Curiosity. Kapan rencanan ini diwujudkan, kita tunggu saja. (PHS, GZM, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, May 30, 2014

SpaceX Perkenalkan Kapsul Antariksa Baru Pengganti Soyuz TMA

Elon Musk berfoto bersama dengan kapsul Dragon V2. Image credit: SpaceX
Baru-baru ini perusahaan antariksa swasta terkenal asal Amerika, SpaceX, memperkenalkan kapsul antariksa baru yang akan digunakan untuk membawa astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Kapsul yang diberinama Dragon V2 itu akan menggantikan fungsi dari pesawat ulang alik (Space Shuttle) yang sudah dipensiunkan NASA pada 2011 lalu. Kapsul Dragon V2 ini sekaligus akan menggantikan peran dari kapsul Soyuz yang selama 3 tahun ini digunakan oleh astronot untuk terbang ke ISS, dimana biaya penerbangan (pergi-pulang) untuk satu orang astronot sekira 70 juta dollar.
Bagian dalam kapsul Dragon V2. Kapsul ini bisa membawa 7 orang astronot. Image credit: SpaceX
CEO SpaceX, Elon Musk, mengatakan bahwa kapsul Dragon V2 ini telah mengalami banyak peningkatan dari kapsul Dragon versi sebelumnya yang biasa digunakan untuk mengirim suplai kargo untuk ISS dari tahun 2012 lalu. Kelebihan kapsul Dragon V2 ini adalah mampu untuk terbang ke ISS dengan menggunakan mode otomatis, sehingga ketika akan merapat dengan ISS tidak perlu lagi menggunakan lengan robot Canadarm2 untuk menggapai kapsul melainkan kapsul itu akan merapat dengan sendirinya. Selain itu kapsul Dragon V2 ini bisa mendarat di mana pun tanpa menggunakan parasut tetapi dengan menggunakan roket yang ada pada kapsul tersebut. Walaupun begitu, parasut juga akan tetap dipasang pada kapsul untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti kegagalan mesin roket dan sebagainya. Kapsul Dragon V2 juga bisa digunakan berulang kali (reusable) tanpa harus membuatnya lagi. Cukup dengan mengisikan bahan bakar ke dalamnya, maka kapsul akan bisa beroperasi lagi.

Elon Musk mengklaim bahwa dengan kelebihan-kelebihan itu akan membuat biaya perjalanan astronot menjadi lebih murah dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi. SpaceX bersaing dengan tiga perusahaan lain yaitu Boeing, Sierra Nevada, dan Blue Origin yang mana masing-masing juga mendapatkan dana jutaan dollar dari NASA untuk menyediakan sarana dan prasaran bagi astronot NASA untuk dapat pergi ke ISS tanpa ketergantungan dengan kapsul Soyuz buatan Rusia. Terlebih lagi saat ini Amerika sedang "berkonflik" dengan Rusia, sehingga hal ini bisa menjadi titik balik dari kemandirian program antariksa Amerika

Rencananya penerbangan perdana kapsul Dragon V2 ini akan dilakukan pada tahun 2017. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, May 24, 2014

Astronom Temukan Bintang di Bagian Terluar Galaksi Bima Sakti

Piringan galaksi Bima Sakti jika dilihat dari luar. Matahari (lingkaran kuning kecil), bintang Cepheid yang telah diteliti dan dekat dengan Matahari (warna biru muda) dan bintang Cepheid yang baru ditemukan dan terletak di pinggiran Bima Sakti (warna biru gelap). Gas hidrogen tersebar hingga ke luar galaksi (warna merah muda). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: R. M. Catchpole (IoA Cambridge) and NASA/JPL-Caltech
Tim gabungan astronom Afrika Selatan dan Jepang berhasil menemukan beberapa bintang yang letaknya di bagian paling tepi dari galaksi Bima Sakti. Bintang-bintang itu letaknya lebih kurang 80.000 tahun cahaya dari Bumi. Penemuan ini menjadi petunjuk untuk mengetahui bagaimana galaksi Bima Sakti terbentuk. Bintang-bintang ini akan membantu para astronom untuk melacak distribusi persebaran materi gelap (dark matter) di Bima Sakti.

Lima diantara beberapa bintang yang ditemukan dianggap sebagai bintang khusus yang disebut sebagai Cepheid variable (OGLE-BLG-CEP-32) yang mana bintang-bintang tersebut memiliki tingkat kecerahan yang berubah secara teratur dalam waktu siklus beberapa hari. Bintang variabel Cepheid ini mempunyai karakteristik khusus yang memungkinkan astronom untuk mengukur jaraknya secar akurat. Beberapa instrumen yang digunakan oleh astronom untuk mengukur jarak bintang-bintang itu antara lain Southern African Large Telescope (SALT) dan Infrared Survey Facility (IRSF).

Seperti yang diketahui bersama bahwa kebanyakan bintang di galaksi Bima Sakti tersebar di dalam piringan galaksi seperti pada gambar di atas. Awalnya astronom mengira bahwa hanya gas Hidrogen saja yang bisa menyebar dari pusat galaksi sampai ke pinggir piringan galaksi. Ternyata setelah diteliti, bintang pun bisa tersebar hingga ke pinggiran galaksi.

Beberapa astronom yang terlibat dalam penemuan ini antara lain Prof Patricia Whitelock, Prof Michael Feast dan Dr John Menzies, ketiganya berasal dari Afrika Selatan dan Dr Noriyuki Matsunaga dari Jepang. Penemuan mereka ini diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 15 Mei. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, May 23, 2014

Robot Curiosity Diduga Bawa Bakteri ke Mars

Robot penjelajah Mars, Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: JPL
Wahana penjelajah Mars, Curiosity ternyata tidak hanya membawa instrumen ilmiah saja tapi juga dicurigai membawa bakteri / mikroba ke planet Merah itu. Hal tersebut terungkap berdasarkan studi yang dilakukan oleh American Society for Microbiology yang diterbitkan dalam jurnal Nature yang mengungkapkan bahwa sekira 377 bakteri dapat bertahan dari proses sterilisasi yang dilakukan NASA. Sterilisasi dilakukan untuk mencegah kontaminasi di Mars.

Meskipun demikian, ahli mikrobiologi Stephanie Smith dari University of Idaho selaku pemimpin dan penulis dalam penelitian ini mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui apakah bakteri yang lolos dari sterilisasi tadi dapat bertahan hidup di kondisi Mars yang ekstrim. Tingkat radiasi, oksidasi, keadaan yang kering, dan sumber nutrisi yang terbatas menjadi tantangan bagi bakteri-bakteri itu untuk bertahan hidup.

"Mengetahui apakah mikroorganisme dapat bertahan dalam simulasi kondisi mirip Mars sangat penting untuk mengatasi kemungkinan resiko kontaminasi planet Merah itu," tambah Smith.

Pencemaran terhadap planet lain sangat memprihatinkan para ilmuwan. Sebelumnya pada tahun 1966, PBB sudah membuat perjanjian luar angkasa yang mengatur bagaimana sebuah program luar angkasa yang dijalankan oleh sebuah negara dilaksanakan. Perjanjian itu berbunyi "Negara bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan oleh benda-benda luar angkasa mereka, dan harus menghindari kontaminasi berbahaya dari luar angkasa dan benda langit".

Khusus untuk Mars, Europa, dan obyek luar angkasa lain yang berpotensi dapat mendukung kehidupan, ilmuwan memiliki standar ketat yakni 300 spora bakteri per meter persegi. Semoga saja Curiosity tidak benar-benar mencemari Mars. (MD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, May 10, 2014

Robot Penjelajah Mars Opportunity Dikabaran Mengalami Kerusakan Memori

Sofi Collis berdiri di dekat wahana Opportunity. Sofi adalah bocah putri yang beruntung memenangkan kontes menulis essay pada tahun 2003 dan mengalahkan lebih dari 10.000 pesaing untuk memberi nama dua wahana robot penjelajah Mars yakni Spirit dan Opportunity. Image credit: NASA
Robot Opportunity yang sudah 10 tahun berada di Mars dikabarkan mengalami kerusakan / error pada memorinya pada 25 April 2014 sehingga tim JPL harus mengentikan dulu aktivitas robot penjelajah Mars tersebut untuk sementara waktu sembari menunggu instruksi lebih lanjut dari Bumi. Opportunity secara otomatis me-reset dirinya sendiri saat terjadi kesalahan "penulisan" pada memorinya. Diketahui hal itu sudah pernah terjadi sebelumnya sebanyak tiga kali dan ilmuwan JPL belum mengetahui dengan pasti apa yang menyebabkan masalah seperti itu bisa terjadi.

Pada hari ke 3648 waktu Mars atau 29 April 2014, tim JPL sudah mengirimkan serangkaian perintah pada Opportunity untuk melakukan mengatasi kerusakan memori tersebut. Harapannya semuanya bisa berjalan normal kembali.

Aktivitas terakhir Opportunity dilakukan pada 30 April lalu dengan melakukan perjalanan sejauh 70 meter di sebelah barat kawah Endeavour tepatnya untuk mengeksplorasi daerah di sebelah selatan Solander Point.

Karena sudah 10 tahun di Mars, panel surya Opportunity menjadi sedikit tertutup debu, maka daya listrik yang dihasilkan oleh panel surya menjadi tidak maksimal. Saat ini panel surya hanya menghasilkan listrik sebesar 624 watt-jam dan jika tidak ada debu maka tentunya bisa lebih besar lagi.

Odometer Opportunity mencatat bahwa robot ini sudah melakukan perjalanan di Mars sejauh 39,22 km. (JPL, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, May 5, 2014

Kekuatan Dahsyat yang Tak Kasat Mata

Citra sinar X yang diambil oleh teleskop XMM-Newton. Image credit: ESA
Saat kita memandang langit khususnya di malam hari, apa yang kita lihat?? kemungkinan yang bisa kita lihat hanyalah bulan, planet lain dan bintang-bintang saja. Tapi sebenarnya ada kekuatan super dahsyat yang tidak bisa kita lihat dengan mata kita yakni kekuatan alam semesta yang dipancarkan melalui gelombang sinar X. Dengan menggunakan teleskop luar angkasa ESA XMM-Newton, kita bisa melihat dahsyatnya spektrum energi alam semesta melalui pendaran sinar X yang tidak kasat mata.

Gambar di atas merupakan foto citra spektrum sinar X yang diambil oleh teleskop XMM-Newton dan terlihat bahwa banyaknya titik-titik kecil putih yang berarti itu adalah lubang hitam supermasif yang sedang aktif melahap apapun yang ada disekitarnya. Aktifitas itu memancarkan sinar X yang sangat kuat sehingga bisa diterima teleksop. Pada obyek yang lebih besar berwarna merah merupakan sinar X yang berasal dari gugusan galaksi atau cluster galaksi yang terdiri dari ribuan galaksi di dalamnya. Galaksi-galaksi di dalam cluster ini melepaskan sinar X sebagai hasil dari proses difusi mereka.

Kuat tidaknya sinar X yang diterima bergantung pada jarak dan kekuatan dari pancaran sinar X yang dihasilkan oleh obyek dan rata-rata obyek di atas berjarak jutaan tahun cahaya dari Bumi. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, February 1, 2014

Robot Curiosity Akan Mulai Daki Gunung Sharp Mars

Foto self portrait Curiosity yang merupakan gabungan dari 50 foto yang dirakit jadi satu. Foto diambil dengan kamera MAHLI Curiosity. Image credit: NASA, JPL
Sudah lebih dari satu tahun sejak Curiosity mendarat di Mars pada Agustus 2012, dan sudah lebih dari 4 km berjalan menjelajahi planet Mars dan kini tiba saatnya bagi robot seberat 1 ton itu untuk mendaki gunung Sharp (mount Sharp). Rute yang akan ditempuh Curiosity yakni melewati gurun pasir halus seperti yang tampak pada gambar di bawah dengan pertimbangan lebih mudah untuk dilalui dan dapat mengurangi tingkat keausan roda Curiosity karena sedikitnya batu dan kerikil di sana. Namun untuk kepastiannya tim JPL (Jet Propulsion Laboratory) sedang memeriksa apakah jalan yang akan dilalui tersebut aman dari hal-hal yang bisa membahayakan Curiosity. "Keputusan belum dibuat tapi sangat bijaksana jika kita memeriksanya," ungkap manajer proyek Curiosity, Jim Erickson.
Daerah yang disebut "Dingo Gap", rencananya Curiosity akan melintasi gurun pasir kecil di tengah untuk mulai melakukan pendakian. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, JPL
Gurun pasir kecil atau yang disebut dengan Dingo Gap terdiri dari gundukan pasir setinggi lebih kurang 1 meter dan saat ini hanya berjarak 35 meter dari Curiosity. Setelah melewati Dingo Gap, Curiosity akan melakukan analisis rute untuk kemudian mulai melakukan pendakian sejauh 5 km dari dasar kawah Gale. Tujuan para ilmuwan mengarahkan Curiosity untuk medaki adalah untuk mengetahui sejauh mana kondisi planet Mars berubah dari waktu ke waktu. Sejauh ini Curiosity sudah menempuh perjalanan sejauh 4,89 km berbeda jauh dengan kakaknya yang sudah 10 tahun lebih dulu ada di Mars, Opportunity yang telah menempuh perjalanan sejauh 38,7 km. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, January 29, 2014

Video, Ilmuwan Tunjukkan Cara Berkebun di Mars

Michaela Musilova, seorang peneliti muda dari Slovakia mencoba menunjukkan kepada kita bagaimana cara bercocok tanam di Mars. Kelak jika manusia tinggal dan hidup di Mars, mereka harus bisa memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan termasuk sayuran, buah-buahan, air, daging, dan sebagainya. Semua itu bertujuan agar manusia bisa bertahan hidup dan melanjutkan keberlanjutan spesiesnya di sana.

Tantangannya adalah Mars sangat berbeda jauh dengan Bumi. Lingkungan di sana begitu ekstrem dan tandus perlu usaha ekstra untuk mendapatkan semuanya. Berbeda dengan Bumi yang seperti sebuah supermarket dimana kita tinggal mengambil apa yang kita perlukan. Mars sungguh sangat berbeda. Nah, bagaimana cara bercocok tanam di sana, Musilova akan menjelaskan kepada Anda.

Sebagai informasi, Michaela Musilova adalah seorang astrobiologi yang mempelajari organisme yang mempunyai kemampuan hidup di kondisi ekstrem seperti gletser, dataran tinggi, gurun, dan sebagainya. Tidak menutup kemungkinan jika manusia sudah bisa pergi ke Mars, Musilova juga akan meneliti organisme apa yang bisa hidup di lingkungan Mars. Musilova pertama kali menyelesaikan pendisikan sarjananya di University College London, kemudian ia melanjutkan ke Caltech dan saat ini ia bekerja sebagai peneliti di JPL (Jet Propulsion Laboratory) NASA.

Penasaran seperti apa cara berkebun di Mars. Silahkan lihat pada video berikut:

Robot Penjelajah Bulan Milik China, Yutu Dikabarkan Rusak

Foto Yutu di Bulan yang diambil oleh Lunar Lander Chang'e-3. Image credit: Chinese Academy of Science
Kabar mengejutkan datang dari robot penjelajah Bulan China, Yutu (Jade Rabbit). Dilaporkan oleh kantor berita Xinhua, Yutu mengalami masalah mekanik yang menyebabkannya tidak dapat bergerak seperti yang seharusnya.

Kegagalan mekanik itu kemungkinan disebabkan oleh kondisi Bulan yang memang begitu ekstrem baik kondisi permukaannya maupun temperatur yang turun begitu cepat di malam hari dan naik dengan cepat di pagi dan siang hari. Hal itulah menyebabkan Yutu rusak.

Setelah berita rusaknya Yutu menyebar di dunia maya seperti Twitter, Banyak warga China yang sedih dan merespon berita itu dengan dukungan kepada Chinese Academy of Science selaku pembuat sekaligus pengendali robot Yutu. Saat ini ilmuwan sedang mencari cara bagaimana agar Yutu bisa bergerak kembali. Klik di sini untuk melihat foto-foto robot Yutu di Bulan. (SD/ Adi Saputro, www.astronomi.us)

Friday, November 1, 2013

5 November Nanti India Akan Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars

Insinyur ISRO sedang mempersiapkan wahana India's Mars Orbiter. Image credit: ISRO
India, salah satu negara di benua Asia yang memiliki program luar angkasa terbaik, kini tengah bersiap untuk meluncurkan sebuah wahana pengorbit ke planet Mars. Misi yang disebut dengan Mars Orbiter Mission (MOM) itu semakin membuat persaingan teknologi luar angkasa semakin berlangsung sengit diantara negara-negara di benua Amerika, Eropa, dan Asia. Tujuan India mengirim wahana ke planet merah adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan mereka dibidang teknologi luar angkasa selain untuk melakukan beberapa penelitian ilmiah.

Wahana India's Mars Orbiter seberat 1,3 ton dengan dilengkapi dengan berbagai instrumen penelitian akan digunakan untuk mempelajari permukaan, topografi, dan atmosfer planet Mars. Wahana itu nantinya juga ditugaskan untuk mencari bukti keberadaan metana yang saat ini juga sedang dicari oleh robot penjelajah NASA, Curiosity.
Berbagai instrumen penelitian disematkan pada IMO. Image credit: ISRO
Selain menuai pujian dari banyak pihak, tak jarang juga yang mengkritik pemerintah India yang dinilai telah melakukan pemborosan sebab masih banyak hal yang sebanrnya harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat India yang mayoritas masih hidup dalam kemiskinan. Namun menurut mantan ilmuwan senior ISRO (Indian Space Research Organisation) K.R. Sridhara Murthy, beranggapan bahwa misi ini akan menjadi batu loncatan untuk banyak kemajuan India dimasa depan. Tapi ia menambahkan bahwa pemerintah juga tidak boleh mengesampingkan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakatnya sendiri.
Roket PSLV-C25 yang digunakan untuk meluncurkan IMO. Image credit: ISRO
Untuk misi ke Mars, pemerintah India menganggarkan sekitar $70 juta dan ini relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan misi NASA yang satu wahananya saja bisa menghabiskan dana ratusan juta dollar. Kita lihat saja pada 5 November 2013 nanti. Jika misi ini berhasil, maka India akan menjadi yang keempat yang berhasil menjalankan misi di Mars selain Rusia, Amerika Serikat, dan ESA (European Space Agency). (MD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 29, 2013

Mau Kirim Robot Penjelajah ke Europa, NASA Dihadang Tajamnya Tombak Es

Satelit alam Jupiter, Europa. Image credit: NASA
Tahun 2021 nanti NASA akan mengirimkan wahana pengorbit ke bulan Jupiter, Europa, untuk mencari tahu lebih detil seperti apa kondisi dipermukaannya sebelum mengirimkan robot pendarat ke sana. Europa dirasa sangat penting untuk diteliti sebab ilmuwan memperkirakan bahwa bulan Jupiter ini memiliki kemungkinan untuk mendukung terciptanya bentuk kehidupan. Salah satunya karena Europa memiliki samudera air berwujud cair di bawah permukaannya. Permukaan Europa sendiri sebagian besar ditutupi oleh es dan sebagian kecil tidak.

Untuk mengirimkan robot penjelajah ke sana tampaknya bukan pekerjaan yang mudah sebab ilmuwan menduga bahwa Europa memiliki permukaan yang sangat ekstrem. Pada permukaannya terdapat duri-duri es raksasa yang menyerupai tombak yang sangat tajam dan menghadap ke atas. Duri-duri es tersebut sangat membahayakan bagi wahana pendarat. Konon duri-duri es yang ada di Europa sedikit mirip dengan Penitentes yang ada di Chile. Penitentes adalah fitur es yang sangat tajam menyerupai duri atau tombak yang sangat tajam dan runcing. Diperkirakan penitentes yang ada di Europa dan berukuran sekitar lima meter tingginya yang tersebar di sekitar khatulistiwa Europa.
Penitentes di Chile yang menurut para ilmuwan juga terdapat di Europa namun dengan ukuran yang lebih besar. Image credit: huffpost
Penitentes memiliki ujung yang tajam dan runcing seperti yang ada di Chile. Image credit: huffpost
Sebagai misi awal, NASA akan mengirimkan wahana yang disebut Europa Clipper Cruise untuk mempelajari lebih detil permukaan dari Europa untuk memudahkan mengirimkan robot pendarat pada misi berikutnya. "Ini seperti tantangan game," ungkap ilmuwan planet Don Blankenship dari University of Texas yang terlibat dalam perencanaan NASA untuk mengirimkan wahana peneliti ke Europa. (DSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, October 28, 2013

Jepang Akan Luncurkan Wahana Pengebom Asteroid

Ilustrasi wahana Hayabusa2. Image credit: JAXA
Tidak puas dengan misi wahana Hayabusa I yang hanya mengumpulkan debu asteroid, Lembaga Antariksa Jepang, JAXA, ignin meluncurkan sebuah wahana yang mampu mengebom permukaan asteroid. Tujuannya bukan untuk menghancurkan asteroid tersebut tapi untuk mengambil sampel batuan dari interior asteroid. Itu semua akan diwujudkan oleh wahana Hayabusa2 yang dilengkapi dengan meriam asteroid.

Uji coba meriam itu dikabarkan berjalan sukses dan rencananya Hayabusa2 akan diluncurkan pada tahun 2014 mendatang menuju ke asteroid 1999 JU3 dalam empat tahun perjalanan. Sesampainya di dekat asteroid, wahana tersebut akan menembakkan peluru logam ke permukaan asteroid untuk kemudian menyedot serpihannya dan ditempatkan dalam sebuah kapsul. Hayabusa2 kemudian menembakkan kapsul tersebut untuk dikirim ke Bumi dan dianalisa. Diperkirakan misi itu akan berlangsung hingga tahun 2020. Berikut ini ilustrasinya:





(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 24, 2013

Setelah Misi 4,5 Tahun, Teleskop Planck Akhirnya Pensiun

Teleskop Planck. Image credit: stanford
Teleskop Planck yang sudah menjalankan misi ilmiah selama 4,5 tahun akhirnya dipensiunkan oleh ESA (European Space Agency). Teleskop tersebut dipensiunkan karena memang sudah waktunya untuk pensiun dan misi penelitiannya juga sudah selesai. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari teleskop Planck, terdapat fakta bahwa alam semesta ini lebih tua 80 juta tahun dari perkiraan sebelumnya.

Tim pengendali misi teleskop Planck di Darmstadt, Jerman pada 23 Oktober 2013 lalu mengirim perintah terakhir pada teleskop itu untuk mengambil posisi pada orbit yang aman di sekitar Matahari setelah terlebih dulu menghabiskan sisa bahan bakarnya untuk kemudian berhibernasi permanen. Hal itu mirip dengan apa yang dilakukan pada teleskop Herschel.
Persebaran gelombang kosmik di alam semesta saat alam semesta baru berusia 380 ribu tahun setelah Big Bang sebagaimana yang diamati oleh teleskop Planck. Image credit: ESA
Teleskop Planck diluncurkan pada Mei 2009 untuk meneliti evolusi dari alam semesta dengan mengamati sisa-sisa dari radiasi ledakan dentuman besar Big Bang 14 miliar tahun yang lalu. Nama Planck diambil dari nama fisikawan Jerman abad ke-20, Max Planck sebagai pencetus dari teori kuantum. Teleskop tersebut dilengkapi dengan instrumen yang bisa mengukur suhu radiasi Cosmic Microwave Background (CMB). Teleskop Planck dibuat atas kerjasama ESA dangan JPL NASA untuk pembuatan alat instrumennya. (NS, SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

NASA, Wahana LADEE Sudah Sampai di Bulan

Ilustrasi wahana LADEE mengorbit Bulan. Image credit: NASA
NASA secara resmi mengabarkan bahwa wahana LADEE yang diluncurkan pada 8 September 2013 lalu, saat ini sudah tiba di Bulan. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh wahana tersebut agar mampu menempatkan diri pada koordinat orbit yang ditentukan. Pada 1 Oktober 2013, NASA melakukan sedikit manuver koreksi untuk mengatur wahana LADEE agar berada pada jalur yang tepat dan selaras dengan Bulan. Tanggal 6 Oktober 2013, wahana LADEE melakukan manuver pertamanya yang disebut dengan LOI-1 (Lunar Orbit Insertion 1). Manuver pertama ini sangat penting dan riskan sebab jika sedikit saja salah maka akan sangat sulit bagi NASA untuk mengembalikan LADEE untuk mencapai orbit Bulan dan untungnya manuver itu berjalan sukses. Tanggal 9 Oktober wahana LADEE melakukan LOI-2 dan juga berjalan sukses, dan manuver terakhir LOI-3 berhasil membawa wahana LADEE pada jarak 235-250 km di atas permukaan Bulan.

Setibanya di Bulan, NASA langsung melakukan pengecekan dan memastikan wahana itu dapat beroperasi penuh. Pertengahan November nanti wahana LADEE akan turun ke orbit lebih rendah lagi untuk memulai misi penelitian pertamanya. Welcome to the moon LADEE !!! (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto