Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, April 21, 2012

Hilangnya Jejak Batu Bukti Bahwa Permukaan Mars Berubah

Jejak batu yang jatuh dari tepi kawah di Mars hilang seiring dengan waktu. Image credit: NASA/JPL/University of Arizona
Gambar di atas merupakan gambar yang diambil oleh kamera HiRISE yang menunjukkan bahwa tanah di permukaan Mars berubah seiring dengan berjalannya waktu. Pada 2010 lalu, HiRISE menjumpai jejak batu yang jatuh dari pinggir kawah di Mars, namun setahun kemudian, dengan kamera yang sama terlihat bahwa jejak batu tersebut telah menghilang. Hilangnya jejak tersebut kemungkinan disebabkan oleh debu halus di atmosfer Mars yang jatuh dan menutupi jejak batu.

Friday, April 20, 2012

Ilmuwan Selidiki Lubang Hitam Supermasif Tidak Lama Setelah Big Bang

Lubang hitam supermasif. Image credit: faktailmiah.com
Para peneliti dari Carnegie Mellon University telah menemukan apa yang menyebabkan lubang hitam supermasif awal bertumbuh sedemikian cepat – pola makan stabil konsumsi makanan dingin cepat saji.

Simulasi komputer, dengan menggunakan superkomputer di National Institute for Computational Sciences dan Pittsburgh Supercomputing Center, serta menggunakan teknologi GigaPan CMU, menunjukkan bahwa aliran tipis gas dingin yang tidak terkendali ke arah pusat lubang hitam pertama, menyebabkan mereka bertumbuh lebih cepat daripada apa pun di alam semesta. Temuan ini dipublikasikan dalam Astrophysical Journal Letters.

Pada masa-masa awal alam semesta, sekitar 700-800 juta tahun setelah Big Bang, sebagian besar objek adalah kecil. Bintang-bintang dan galaksi-galaksi pertama baru saja mulai terbentuk dan bertumbuh pada bagian yang terisolasi di alam semesta. Menurut teori astrofisika, lubang hitam yang ditemukan selama era ini juga seharusnya berbentuk kecil sesuai proporsinya dengan galaksi di mana mereka berada. Namun, pengamatan terakhir dari Sloan Digital Sky Survey (SDSS) telah menunjukkan bahwa itu tidak terjadi – lubang hitam supermasif besar sudah ada sekitar 700 juta tahun setelah Big Bang.

“Sloan Digital Sky Survey menemukan lubang-lubang hitam supermasif pada kurang dari 1 miliar tahun. Ukuran mereka sama dengan lubang hitam yang paling besar saat ini, yang berusia 13,6 miliar tahun,” kata Tiziana Di Matteo, profesor fisika di Carnegie Mellon. “Ini adalah teka-teki. Mengapa beberapa lubang hitam terbentuk begitu awal ketika dibutuhkan waktu seluruh usia alam semesta bagi lubang hitam lainnya untuk mencapai massa yang sama?”

Lubang hitam supermasif merupakan lubang hitam terbesar, dengan miliaran kali massa lebih besar dari matahari. Biasanya lubang hitam hanya memiliki massa sampai 30 kali lebih besar dari matahari. Astrofisikawan telah menentukan bahwa lubang hitam supermasif dapat terbentuk ketika dua galaksi bertabrakan dan dua lubang hitam mereka bergabung menjadi satu. Tabrakan-tabrakan galaksi ini terjadi di alam semesta pada tahun-tahun kemudian, namun tidak terjadi pada masa-masa awal. Dalam beberapa jutaan tahun pertama setelah Big Bang, galaksi terlalu sedikit dan terlalu terpisah jauh untuk bisa bergabung.

“Jika Anda menulis rumus pada bagaimana galaksi dan lubang hitam terbentuk, tampaknya tidak mungkin dapat membentuk massa yang besar pada waktu sedemikian awal,” kata Rupert Croft, seorang profesor fisika di Carnegie Mellon. “Tapi kita melihat ke luar angkasa dan mereka memang ada.”

Untuk mengetahui persis bagaimana lubang hitam supermasif bisa menjadi ada, Di Matteo, Croft dan Nishikanta Khandai menciptakan simulasi kosmologis terbesar hingga saat ini. Disebut MassiveBlack, simulasi ini difokuskan pada penciptaan kembali miliar tahun pertama setelah Big Bang.

“Simulasi ini benar-benar raksasa. Ini adalah yang terbesar dalam hal tingkat fisika dan volume yang sebenarnya. Kami melakukan ini karena tertarik untuk melihat hal-hal yang langka di alam semesta, seperti lubang hitam pertama. Karena mereka begitu langka, Anda perlu mencari lebih dari volume ruang yang besar,” kata Di Matteo.

Distribusi massal skala besar kosmologis dalam volume simulasi MassiveBlack. Kepadatan gas terproyeksi pada keseluruhan volume ('membuka' ke dalam 2D) ditampilkan dalam gambar skala besar (latar belakang). Kedua gambar di atas menunjukkan dua zoom-in peningkatan faktor 10, wilayah tempat lubang hitam yang paling besar - quasar pertama - terbentuk. Lubang hitam di tengah gambar dan sedang diberi makan oleh aliran gas dingin. (Kredit: Yu Feng)

Mereka mulai dengan menjalankan simulasi di bawah kondisi yang ditetapkan dalam standar model kosmologi – teori yang diterima serta hukum-hukum fisika modern yang mengatur pembentukan dan pertumbuhan alam semesta.

“Kami tidak memasukkan apa pun yang bersifat gila. Tak ada fisika yang ajaib, tidak ada hal-hal tambahan. Ini adalah fisika yang sama yang membentuk galaksi dalam simulasi pada alam semesta kemudian,” kata Croft. “Namun secara ajaib, quasar-quasar awal ini, seperti yang sudah diobervasi, memang muncul. Kami tidak tahu mereka akan menampakkan diri. Sungguh menakjubkan saat mengukur massa mereka dan menjadi ‘Wow! Terdapat ukuran yang tepat dan menunjukkan dengan tepat pada titik yang tepat pada waktunya.’ Ini adalah kisah sukses bagi teori kosmologi modern.”

Data simulasi mereka dimasukkan ke dalam sebuah teknologi baru yang dikembangkan oleh para ilmuwan komputer Carnegie Mellon, yang disebut Time Machine GigaPan. Teknologi ini memungkinkan para peneliti melihat simulasi mereka seolah-olah itu adalah video dengan resolusi yang sangat tinggi. Hal ini memungkinkan mereka untuk dengan mudah menggeser keseluruhan simulasi alam semesta sebagaimana alam semesta terbentuk dan bergerak maju mundur melalui waktu yang diperlukan. Mereka kemudian dapat memperbesar peristiwa yang tampaknya menarik, melihatnya secara lebih rinci daripada yang bisa dilihat dengan menggunakan teleskop.

Ketika mereka meluncur ke penciptaan lubang hitam supermasif pertama, mereka melihat sesuatu yang tidak terduga. Biasanya, saat gas dingin mengalir menuju lubang hitam, mereka bertabrakan dengan gas lainnya di galaksi sekitarnya. Hal ini menyebabkan gas dingin memanas dan kemudian mendingin kembali sebelum memasuki lubang hitam. Proses ini, yang disebut sebagai pemanasan kejutan, akan menghentikan pertumbuhan lubang hitam yang cukup cepat di alam semesta awal untuk mencapai massa yang bisa kita lihat. Sebaliknya, Di Matteo dan Croft melihat pada simulasi aliran tipis gas padat yang dingin mengalir di sepanjang filamen yang memberikan struktur alam semesta dan langsung ke pusat lubang hitam dengan kecepatan yang sangat tinggi, membuat makanan dingin cepat saji untuk lubang hitam. Konsumsi yang tidak terkendali ini menyebabkan lubang hitam secara eksponensial bertumbuh dengan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan galaksi di mana mereka berada.

Dan karena galaksi terbentuk ketika sebuah lubang hitam terbentuk, hasilnya juga bisa menjelaskan bagaimana galaksi pertama kali terbentuk, memberikan petunjuk yang lebih untuk bagaimana alam semesta menjadi ada. Di Matteo dan Croft berharap untuk sedikit mendorong batas-batas simulasi mereka, bahkan menciptakan simulasi yang lebih besar yang mencakup lebih banyak ruang dan waktu.(faktailmiah.com, astronomi.us)

Astronom Deteksi Debu dan Gas Lubang Hitam Pada Awal Alam Semesta

Galaksi J1120+0641 (titik merah dalam lingkaran hijau0 terlihat pada panjang gelombang terpendek, dan emisinya terdeteksi oleh IRAM (bawah). Image credit: Royal Astronomical Society (RAS)
Pengembangan terbaru terhadap IRAM memungkinkan para ilmuwan mendeteksi gas dan debu yang baru ditemukan, yang mencakup karbon dalam jumlah yang cukup signifikan.

Dengan menggunakan array IRAM teleskop gelombang-milimeter di Pegunungan Alpen Perancis, tim astronom Eropa dari Jerman, Inggris dan Perancis telah menemukan sebuah waduk besar gas dan debu dalam galaksi yang mengitari lubang hitam supermasif yang paling jauh yang pernah diketahui. Galaksi yang disebut J1120 0641 ini memiliki jarak tempuh cahaya yang mengindikasikan usia 740 juta tahun setelah Big Bang, ketika alam semesta ini hanya 1/18 usia saat ini.

Ketua tim riset, Dr. Bram Venemans dari Institut Astronomi Max-Planck di Heidelberg, Jerman, akan mempresentasikan penemuan baru ini pada Rabu, 28 Maret, dalam Pertemuan Astronomi Nasional di Manchester.

Array Institut de Radioastronomie Millimetrique (Iram) terdiri dari enam teleskop berukuran 15-m yang mendeteksi emisi pada panjang gelombang milimeter (sekitar sepuluh ribu kali selama cahaya terlihat), berlokasi di Dataran de Bure pada ketinggian 2550-m di Pegunungan Alpen Perancis. Teleskop IRAM bekerja bersamaan dalam mensimulasikan sebuah teleskop yang jauh lebih besar dalam interferometer, yang dapat mempelajari objek dalam detail yang sangat halus.

Pengembangan terbaru terhadap IRAM memungkinkan para ilmuwan mendeteksi gas dan debu yang baru ditemukan, yang mencakup karbon dalam jumlah yang cukup signifikan. Ini sungguh tidak terduga, karena unsur kimiawi karbon terbentuk melalui fusi nuklir helium di dalam pusat bintang besar dan dihempaskan ke dalam galaksi ketika bintang tersebut mengakhiri hidupnya dalam ledakan supernova yang dramatis.

“Sungguh membingungkan bahwa sejumlah besar karbon yang berlimpah gas dapat terbentuk pada saat-saat awal alam semesta. Keberadaan karbon yang sedemikian banyak itu menegaskan bahwa pembentukan bintang besar pasti terjadi dalam periode singkat antara Big Bang dan waktu di mana kita saat ini mengamati galaksi tersebut,” kata Dr. Venemans.

Berdasarkan emisi dari debu, Venemans beserta timnya mampu menunjukkan bahwa galaksi tersebut masih bekerja membentuk bintang-bintang dengan kecepatan 100 kali lebih tinggi daripada di Bima Sakti kita.

Mereka bersyukur atas dilakukannya pengembangan terhadap IRAM, yang membuat penemuan ini bisa terwujud. “Memang, beberapa tahun yang lalu kami tidak akan mampu mendeteksi emisi itu.” kata salah satu anggota tim riset, Dr. Pierre Cox, direktur IRAM.

Para astronom sangat antusias dengan fakta bahwa sumber ini juga terlihat dari belahan bumi selatan di mana Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), yang akan menjadi teleskop sub-milimeter/milimeter paling canggih di dunia, saat ini sedang dibangun di Chili. Pengamatan dengan ALMA akan memungkinkan studi yang mendetail terhadap struktur galaksi tersebut, termasuk bagaimana gas dan debu bergerak masuk ke dalamnya.

Dr. Richard McMahon, salah satu anggota tim riset dari Universitas Cambridge di Inggris membayangkan ke depan ketika ALMA sepenuhnya beroperasi pada akhir tahun ini. “Pengamatan saat ini hanya menyediakan sekilas tentang apa yang akan ALMA mampu lakukan saat kita menggunakannya untuk mempelajari pembentukan generasi galaksi-galaksi pertama.” (faktailmiah.com, astronomi.us)

Astronom Temukan Bintang Kerdil Putih Tertua di Alam Semesta

Terbakarnya inti bintang kerdil putih serupa dengan Matahari kita, ungkap Kilic. Image credit: spacedaily.com
Asisten profesor di University of Oklahoma dan beberapa rekan lainnya telah mengidentifikasi dua bintang kerdil putih yang dianggap sebagai paling tua dan paling dekat yang dikenal manusia. Para astronom ini memperkirakan usia dari bintang ini sekira 11-12 miliar tahun dan berjarak hanya 100 tahun cahaya dari Bumi. Bintang-bintang ini merupakan contoh bintang yang terbentuk tidak lama setelah Big Bang.

Mukremin Kilic, asisten profesor fisika dan astronomi di OU College of Arts and Sciences dan penulis utama makalah ini, mengumumkan penemuan itu. Kilic mengatakan, "Sebuah kerdil putih adalah seperti kompor panas, satu kali kompor dimatikan, mendingin perlahan-lahan dari waktu ke waktu dan dengan mengukur bagaimana mendinginnya kompor, kita bisa mengatakan berapa lama akan mati. Dua bintang telah kita identifikasi.. pendinginan selama miliaran tahun. "

Dikutip dari spacedaily.com, Jum'at (20/04/2012), Kilic menjelaskan bahwa inti bintang kerdil putih mirip dengan Matahari. Dalam sekitar 5 miliar tahun, Matahari juga akan terbakar dan berubah menjadi bintang katai putih. Ini akan kehilangan lapisan luarnya karena mati dan berubah menjadi bintang yang sangat padat seukuran Bumi.

Dikenal sebagai WD 0346+246 dan SDSS J110217, 48+411315.4 (J1102), bintang-bintang ini terletak di rasi bintang Taurus dan Ursa Mayor. Kilic dan rekannya mengambil gambar inframerah menggunakan NASA Spitzer Space Telescope untuk mengukur suhu dari bintang-bintang tersebut. Dan, selama periode tiga tahun, mereka mengukur jarak J1102 itu dengan melacak gerakannya menggunakan teleskop 2.4 meter di Observatorium MDM di dekat Tucson, Arizona.

"Kebanyakan bintang hampir berada tetap di langit, tetapi J1102 bergerak dengan kecepatan 600.000 mil per jam dan sedikit lebih dari 100 tahun cahaya dari Bumi," komentar rekan penulis John Thorstensen dari Dartmouth College.

"Berdasarkan pengamatan optik dan inframerah dari bintang-bintang dan analisis kita, bintang-bintang ini memiliki suhu sekitar 3700 dan 3800 derajat di permukaannya," kata co-penulis Piotr Kowalski dari Piotr Kowalski of Helmholtz Center Potsdam di Jerman. Berdasarkan pengukuran suhu, Kilic dan rekan-rekannya mampu untuk memperkirakan usia bintang-bintang tersebut.

"Hal ini seperti penyelidikan TKP," tambah Kilic. "Kami mengukur suhu mayat - dalam kasus kami sebuah bintang mati - kemudian menentukan waktu kejahatan Dua bintang kerdil putih sudah mati untuk hampir seluruh sejarah alam semesta.." (Adi Saputro/astronomi.us)

Thursday, April 19, 2012

Misteri Kehidupan Ekstraterestrial

Kehidupan ekstraterestrial didefinisikan sebagai kehidupan yang tidak berasal dari planet bumi. Keberadaan kehidupan di luar planet ini masih sebatas teori dan perkiraan-perkiraan mengenai kehidupan tersebut masih terus dicetuskan. Stephen Hawking dan Carl Sagan berpendapat bahwa tidak mungkin kehidupan hanya ada di bumi saja.

Hipotesis-hipotesis mengenai asal muasal kehidupan ekstraterestrial, jika ada, adalah sebagai berikut: ada yang mengusulkan bahwa kehidupan mungkin muncul secara mandiri dari berbagai tempat di alam semesta. Hipotesis alternatif adalah panspermia, yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari satu lokasi, kemudian menyebar antara planet-planet berpenghuni. Kedua hipotesis ini tidak saling eksklusif. Studi dan teori dari kehidupan ekstraterestrial dikenal sebagai astrobiologi, eksobiologi atau xenobiologi. Bentuk-bentuk kehidupan ekstraterestrial berkisar dari kehidupan berskala bakteri sampai pada mahluk cerdas.

Gagasan mengenai tempat tinggal kehidupan ekstraterestrial terus berkembang, seperti di Venus dan Mars; bulan-bulan Yupiter dan Saturnus seperti Europa, nceladus dan Titan; dan planet luar surya seperti Gliese 581 c dan d yang dikatakan berada di zona layak huni

Kepercayaan bahwa benda terbang aneh (BETA) berasal dari kehidupan ekstraterestrial dan klaim penculikan oleh alien dianggap palsu oleh para ilmuwan. Kebanyakan penampakan BETA merupakan pesawat buatan bumi, objek astronomik atau hanya berupa hoax, namun beberapa penampakan tidak dapat dijelaskan. (Wikipedia.org, astronomi.us)

Syarat Kelayakhunian Suatu Planet



Kelayakhunian planet (Inggris: planetary habitability) adalah ukuran potensi dari planet atau satelit alami untuk mendukung kehidupan. Kehidupan mungkin berkembang dengan sendirinya pada suatu planet atau satelit alami, atau mungkin juga ditransfer dari planet lain, suatu proses teoretis yang dikenal sebagai panspermia. Karena eksistensi kehidupan luar bumi masih belum pasti adanya, sebagian besar kelayakhunian planet adalah perhitungan dari kondisi di Bumi dan karakteristik Matahari dan tata surya yang tampaknya menguntungkan makhluk hidup untuk berkembang–khususnya faktor-faktor yang menopang makhluk hidup yang kompleks, organisme multiselular, tidak hanya yang sederhana, organisme uniselular. Penelitian dan teori dalam hal ini adalah komponen dari ilmu planet dan disiplin yang muncul dari astrobiologi.

Syarat mutlak untuk adanya kehidupan adalah sumber energi, dan gagasan kelayakhunian planet menunjukkan bahwa kriteria lain dari geofisika, geokimia, dan astrofisika harus dipenuhi sebelum suatu badan astronomi dapat mendukung kehidupan. Dalam rencana astrobiologi NASA, telah didefinisikan kriteria kelayakhunian utama sebagai "daerah luas untuk air, kondisi yang baik untuk terhubungnya molekul-molekul organik kompleks, dan sumber energi untuk menyokong metabolisme."

Dalam menentukan potensi kelayakhunian suatu planet atau satelit, studi terfokus kepada komposisi, sifat orbit, atmosfer, dan interaksi kimia yang potensial. Karakteristik bintangnya yang penting mencakup massa dan luminositas, variabilitas yang stabil, tingkat logam yang tinggi. Planet dan satelit terestrial atau bebatuan dengan potensi kimiawi mirip Bumi adalah fokus utama dalam penelitian astrobiologi, meskipun teori kelayakhunian yang lebih spekulatif kadang mempertimbangkan biokimia alternatif dan jenis lain dari badan astronomi.

NASA: SpaceX Akan Kirimkan Pesawat Tak Berawak ke ISS

SpaceX dengan roket Falcon 9 nya. Image credit: google

National Aeronautics and Space Administration (NASA) mengatakan, ada kesempatan bagi Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX) untuk menjadi perusahaan swasta pertama yang meluncurkan pesawat ruang angkasa pada misi kargo tak berawak ke stasiun ruang angkasa internasional atau International Space Station (ISS).

"Semuanya tampak berjalan dengan baik menuju tanggal peluncuran 30 April 2012. Masih ada beberapa pekerjaan yang tersisa sebelum peluncuran tersebut dapa diselesaikan," ujar NASA Associate Administrator Human Exploration and Operations, Bill Gerstenmaier, seperti dilansir Space-travel, Selasa (17/4/2012).

Menurut Program Manager International Space Station, Michael Suffredini mengatakan, tujuan utama dari penerbangan SpaceX ini adalah menguji coba perjalanan menuju ke ISS dan operasi penggunaan kapal ruang angkasa yang bernama Dragon. Kapal ruang angkasa Dragon ini akan membawa kargo dengan berat 521 kg dan kemudian akan kembali ke Bumi dengan membawa muatan seberat 660 kg.

Dia juga mengabarkan, misi tersebut untuk beberapa tugas seperti verifikasi prosedur dan kordinasi baik hardware maupun software yang ia gambarkan sebagai "the last little bit of testing" atau pengujian terakhir. "Kami akan meninjau semuanya dan dengan asumsi semuanya terkendali dengan baik, kami akan memulai peluncuran," pungkasnya.

Sementara itu, SpaceX merupakan perusahaan yang bergerak di bidang space transport asal California. SpaceX dimiliki oleh Internet entrepreneur dan pendiri PayPal, Elon Musk. SpaceX pernah meluncurkan pesawat ruang angkasa Dragon pada Desember 2010 serta menjadi perusahaan penerbangan luar angkasa pertama yang berbasis komersil.

Informasi yang terungkap sebelumnya menyatakan, NASA dan Space Exploration Technologies (SpaceX) mengundang 50 orang dari pengikut media sosial, selama dua hari (29 & 30 April 2012). Orang-orang yang beruntung ini dapat menghadiri demonstrasi penerbangan Commercial Orbital Transportation Service (COTS) kedua pada Kennedy Space Center di Florida.

Para tamu ini akan melihat peluncuran, perjalanan tur seputar fasilitas NASA di Kennedy, berbicara dengan perwakilan dari kedua organisasi (NASA dan SpaceX) serta melihat landasan peluncuran roket SpaceX. Selain itu, mereka juga dapat bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat serupa yang juga aktif di media sosial, bertemu dengan anggota SpaceX dan tim media sosial NASA.

Rocket Falcon 9 dari SpaceX ini ditargetkan akan meluncur pada pukul 12.22 p.m, menurut waktu Eastern Daylight Time (EDT) pada 30 April 2012. Hal ini menunjukkan perusahaan komersial pertama yang mengirimkan pesawat antariksa ke International Space Station. (okezone.com, astronomi.us)

Wednesday, April 18, 2012

Pesawat Ulang Alik Discovery Dimuseumkan

Pesawat ulang alik Discovery dibawa oleh pesawat Boeing 747.
Image credit: REUTERS/Robert Markowitz/NASA/Handout
Sejak kali pertama diterbangkan ke luar angkasa 30 Agustus 1984, pesawat ulang alik Discovery telah merampungkan 39 misi antariksa, 5.830 kali mengorbit Bumi, dan menempuh jarak total 238.539.663 kilometer.

Pada Selasa 17 April 2012 waktu setempat, ia harus menempuh sekali lagi perjalanan, dari Kennedy Space Centre di Florida ke Washington DC, 'digendong' di punggung Boeing 747, sebelum akhirnya paripurna. Discovery akan diistirahatkan di Museum Udara dan Antariksa Nasional Smithsonian.

Seperti dimuat situs Voice of America (VOA), pada tanggal 19 April, Discovery akan diresmikan sebagai bagian dari koleksi di pusat Museum Udvar-Hazy, tepat di luar ibukota AS.

Beberapa mantan astronot yang pernah menumpang Discovery ke luar angkasa akan hadir. Termasuk astronot John Glenn, yang pada tahun 1962 adalah astronot Amerika pertama yang mengorbit bumi. Ia bahkan kembali lagi ke ruang angkasa bersama Discovery pada tahun 1998.

Astronot NASA, Dan Burbank, yang juga pernah terbang dengan Discovery mengatakan, pesawat ulang-alik yang telah bekerja hampir selama 30 tahun itu layak untuk "menikmati" masa pensiunnya.

"Discovery melakukan sejumlah observasi luar angkasa dan beberapa satelit dengan spektakuler, dan telah membantu membangun hampir 1.000.000 pound (hampir 453.600 kg) laboratorium kelas dunia yaitu, Stasiun Luar Angkasa Internasional," kata Burbank. (vivanews.com, astronomi.us)

Ilmuwan: Kawah Meteor Mars Mungkin Terdapat Organisme

Kawah meteor Mars. Image credit: marsdaily.com
Para peneliti di University of Edinburgh mengetakan bahwa organisme telah ditemukan hidup di bawah sebuah tempat di Chesapeake Bay di Amerika Serikat di mana dahulu 35 juta tahun lalu sebuah asteroid jatuh menghantam tempat tersebut.

Berdasar dari hal tersebut, dikutip dari marsdaily.com (18/04/2012), ilmuwan Skotlandia mengatakan kemungkinan kawah meteor di planet Mars juga menyimpan organisme tersebut. Panas dari dampak seperti itu akan menyebabkan musnahnya segala sesuatu yang ada di permukaan planet tapi memungkinkan sisa air dan nutrisi mengalir dan mendukung kehidupan.

"Daerah retakan disekitar kawah merupakan tempat yang aman di mana mikroba dapat berkembang untuk jangka waktu yang lama," kata peneliti Charles Cockrell kepada BBC. Kawah dapat memberikan perlindungan bagi mikroba, melindungi mereka dari dampak perubahan musim dan peristiwa bencana seperti pemanasan global atau zaman es, katanya.

"Temuan kami menunjukkan bahwa bawah permukaan kawah di Mars mungkin tempat yang menjanjikan untuk mencari bukti kehidupan," tambahnya. (Adi Saputro/astronomi.us)

Gurun Lut, Tempat Paling Panas di Bumi

Gurun Lut di Iran, tempat paling panas di dunia. Image credit: upi.com
Awalnya, El Aziza di Libya diklaim menjadi tempat paling panas di dunia. Namun, peneliti Amerika Serikat (AS) menemukan tempat terpanas di Bumi. Ingin tahu?

El Aziza dinyatakan menjadi tempat terpanas pada 13 September 1922 dengan suhu tercatat mencapai 57,78C. Namun, menggunakan data dari US Geological Survey (USGS), tim dari University of Montana menemukan tempat terpanas di Bumi.

Gurun Lut di Iran tercatat memiliki suhu 70,72C pada 2005. Lalu, mengapa tempat ini tak dinyatakan sebagai tempat terpanas di dunia sejak awal? “Gurun panas Bumi secara iklim sangat keras dan sulit diakses untuk pengukuran rutin,” kata peneliti David Mildrexler.

Titik terpanas di Bumi biasanya tak diukur langsung menggunakan instrument berbasis daratan, lanjutnya seperti dikutip UPI. Diakuinya, Lut memiliki semua kondisi untuk suhu ekstrem, yakni kering, berbatu dan tanah berwarna gelap. (inilah.com, astronomi.us)

Monday, April 16, 2012

Bima Sakti Banyak Miliki Planet Kesepian

Ilustrasi planet kesepian. Image credit: Discovery
Galaksi Bimasakti memiliki lebih dari 100.000 planet yatim piatu atau planet nomad, alias planet yang tidak mengorbit bintang induk tertentu. Hal tersebut diketahui dari ekstrapolasi hasil observasi planet yang dilakukan dengan metode gravitational microlensing, melihat pengaruh gravitasi planet pada cahaya bintang.

Louis Strigari, ilmuwan dari Kavli Institute di Stanford University dan rekannya mendeteksi objek yang terdapat di Bimasakti, mulai dari yang sebesar Jupiter hingga sekecil Pluto. Berdasarkan hasil studi, ilmuwan menemukan bahwa tak ada cukup tata surya yang mempu menaungi seluruh planet yang ada, sehingga planet yatim piat umum.

Ada teori yang meyatakan bahwa planet yatim piatu semula berasal dari tata surya tertentu dan kemudian terlempar keluar. Hasil riset menunjukkan bahwa teori itu tak sepenuhnya berlaku. Lebih lanjut, hasil studi juga membuka pertanyaan baru tentang proses pembentukan planet serta pandangan baru tentang zona layak huni di luar Bumi.

"Jika ada planet nomad yang cukup besar dan memiliki atmosfer tebal, mereka bisa menjebak panas, memungkinkan bakteri untuk hidup," kata Strigari seperti dikutip Discovery, Jumat (24/2/2012).

Hasil penelitian Strigari telah dikirim ke jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. Penelitian lebih lanjut bisa dilakukan dengan Wide-Field Infrared Survey Telescope (WFIRST) milik NASA dan Large Synooptic Telescope yang akan diluncurkan pada tahun 2020.(kompas.com, astronomi.us)

Planet Merkurius Miliki Es?

Planet Merkurius. Image credit: NASA
Merkurius memang planet terdekat dengan Matahari dengan temperatur mencapai 400 derajat Celsius. Tapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa Merkurius mungkin memiliki air dalam bentuk es.

Sebelumnya, pengamatan dengan gelombang radio yang dilakukan di observatorium Arecibo di Puerto Rico menunjukkan adanya area kutub Merkurius memiliki warna terang.

Kini, pengamatan dengan kamera Mercury Dual Imaging System (MDIS) di wahana antaraiksa MESSENGER memperlihatkan bahwa warna terang itu ada di area bayangan permanen di kutub.

"Citra MDIS menunjukkan bahwa fitur terang radar di dekat kutub selatan Merkurius ada di area bayangan permanen. dan, di kutub utaranya juga terdapat hanya di area bayangan. Hasil ini mendukung hipotesis adanya es," kata Nancy Chabot, ilmuwan dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, Senin (26/3/2012).

Dugaan ini tentu masih perlu diuji. Ada kemungkinan juga bahwa fitur terang yang didapatkan merupakan senyawa lain. Penelitian masih harus dilakukan.

Meski demikian, temuan ini sangat menarik. Bagaimana bisa planet yang terdekat dengan matahari memiliki es?

Kalau terbukti, maka akan makin banyak benda di tata surya yang memiliki air dalam bentuk es. Telah diketahui, Bulan dan mars juga punya air dalam bentuk es.

Chabot mempresentasikan hasil penelitiannya di Lunar and Planetary Science Conference ke-43 di Woodlands, Texas.(kompas.com, astronomi.us)

Duluan Mana, Planet atau Molekul Kehidupan?

Piringan protoplanet di sekitar bintang Fomalhaut (HD 216956). Image credit: NASA
Astronom berpandangan bahwa planet terbentuk ketika debu yang ada di piringan protoplanet (terdiri atas gas dan debu) membentuk bongkahan batu dan secara bertahap membangun bola lebih besar hingga menjadi planet.

Bumi dan planet lain di Tata Surya terbentuk dengan proses yang sama. Diperkirakan, waktu terbentuknya Bumi dan planet lain ialah 4,5 miliar tahun yang lalu.

Sebelumnya, astronom berpikir bahwa molekul kehidupan terbentuk setelah ada planet. Namun, pemodelan terbaru menunjukkan bahwa molekul kehidupan bisa saja terbentuk sebelum ada planet.

Geologi Fred Ciesla dari University of Chicago dan Scott Sandford dari Ames Research Center NASA di California adalah ilmuwan yang melakukan pemodelan komputer tersebut.

Berdasarkan pemodelan, keduanya mengatakan bahwa debu di piringan protoplanet bisa terpapar oleh sinar ultraviolet sehingga membentuk senyawa organik.

Senyawa organik adalah senyawa yang terdapat pada makhluk hidup. Senyawa ini meliputi asam amino, protein, karbohidrat, basa nukleus dan juga asam nukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA).

Sebelumnya, Sandford mnelakukan eksperimen dengan melakukan pemaparan UV ke butir debu yang tertutupi es. Ia menemukan, UV bisa memutus ikatan pada material dan memungkinkan pembentukan molekul kompleks.

Permasalahan saat itu, Sandford tak yakin mekanisme yang sama bisa bekerja pada debu di piringan protoplanet sehingga memungkinkan pembentukan molekul organik.

Pemodelan yang dilakukan membuktikan bahwa mekanisme itu bisa terjadi. Piringan protoplanet cukup dinamis sehingga debu bisa terbawa ke tepian piringan dan terpapar UV dari bintang.

"Hasil ini mengagumkan karena begitu natural. Kami tak harus membuat kondisi spesial dalam pemodelan kami. Kami menemukan semua yang kami harapkan bekerja dengan sempurna," ungkap Ciesla seperti dikutip Space, Kamis (29/3/2012).

Menurut Ciesla, dinamika dan proses itu tak cuma terjadi di Tata Surya, tetapi juga sistem keplanetan yang lain secara umum.

Meski demikian, hasil pemodelan belum mampu menjawab bagaimana senyawa organbik bisa sampai ke Bumi. Pandangan terbaru mengatakan bahwa senyawa organik dibawa oleh asteroid.(kompas.com, astronomi.us)

Galaksi NGC 2683, Galaksi Unik Berbentuk "UFO"

Galaksi NGC 2683 / galaksi UFO. Image credit: NASA
Teleskop antariksa Hubble berhasil menangkap citra galaksi spiral NGC 2683. Bentuk galaksi tersebut menyerupai pesawat alien yang kerap digambarkan dalam film fiksi ilmiah sehingga astronom di Astronaut Memorial Planetarium and Observatory menjulukinya "Galaksi UFO".

Citra yang ditangkap Hubble menunjukkan rupa galaksi jika dilihat dari samping. Sudut pandang ini memberi kesempatan bagi astronom untuk melihat detail debu di tepian dan siluet warna keemasan di tengah galaksi.

Citra ini dirilis NASA, Jumat (30/3/2012) lalu. Dalam citra galaksi ini, astronom juga bisa melihat bahwa NGC 2683 ini kaya akan bintang muda dan panas yang ditunjukkan dengan warna biru.

NGC 2683 ditemukan pada 5 Februari 1788 oleh astronom ternama, William Herschel. Galaksi ini mendiami rasi Lynx, rasi yang terlihat begitu redup sehingga membutuhkan mata sensitif untuk mengobservasi benda langit yang ada di areanya.

Instrumen Advanced Camera for Surveys yang ada pada teleskop antariksa Hubble menangkap citra galaksi ini dalam gelombang sinar tampak dan inframerah.(kompas.com, astronomi.us)

Ilmuwan Ungkap Teori Baru Material Pembentuk Bumi

Bumi. Image credit: NASA
Ian Campbell dan Hugh O'Neill dari Australia National University (ANU) mengemukakan bahwa Bumi terbentuk dari mekanisme yang berbeda dari yang dipercaya saat ini.

Hasil penelitian mereka menantang teori bahwa Bumi terbentuk dari material yang sama dengan Matahari. Dengan demikian, Bumi punya komposisi chondrit.

Chondrit adalah meteorit yang terbentuk di nebula yang mengelilingi Matahari 4,6 miliar tahun lalu. Meteorit ini berharga karena punya hubungan langsung dengan material awal Tata Surya.

"Selama puluhan tahun, diasumsikan bahwa Bumi memiliki komposisi yang sama dengan Matahari, selama elemen paling volatil seperti hidrogen dikecualikan," ungkap O'Neill.

Teori itu didasarkan pada pandangan bahwa semua benda di Tata Surya memiliki komposisi yang sama. Karena Matahari menyusun 99 Tata Surya, maka penyusun benda di Tata Surya pada dasarnya material Matahari.

Menurut Campbell dan O'Neill, Bumi terbentuk dari tumbukan benda serupa planet yang berukuran lebih besar. Benda angkasa tersebut sudah cukup masif dan memiliki lapisan luar.

Pandangan tersebut didukung oleh hasil penelitian Campbell selama 20 tahun di kolom batuan panas yang muncul dari lapisan dalam Bumi, disebut pluma mantel.

Berdasarkan penelitiannya, Campbell tak menemukan unsur seperti Uranium dan Thorium yang diduga memberi petunjuk bahwa Bumi tercipta dari material chondrit.

"Pluma mantel tidak melepaskan panas yang cukup yang mendukung adanya reservoir ini. Konsekuensinya, Bumi tidak memiliki komposisi yang sama dengan chondrit atau Matahari," ungkap Campbell.

Lapisan luar Bumi purba, kata Campbell seperti dikutip Universe Today, Jumat (30/3/2012), memiliki unsur yang menghasilkan panas yang berasal dari tumbukan dengan planet lain.

"Ini menghasilkan Bumi yang memiliki lebih sedikit unsur yang menghasilkan panas dibandingkan meteorit chondrit, yang menerangkan mengapa Bumi tak memiliki komposisi yang sama," jelas O'Neill.

Hasil penelitian Campbell dan O'Neill dipublikasikan di jurnal Nature, Kamis (29/3/2012). (kompas.com, astronomi.us)

Sunday, April 15, 2012

Peneliti Temukan Bukti Kegiatan Vulkanik di Bulan

Bagian yang tinggi di sekitar kawah Tycho yang menjadi kunci ditemukannya bukti kegiatan geologi di Bulan. Image credit: NASA Goddard/Arizona State University
Tim peneliti dari India’s Physical Research Laboratory (PRL), mengaku menemukan bukti tentang adanya aktivitas vulkanik baru di Bulan. Hal itu didapat dengan menggunakan data dari NASA’s Lunar Reconnaissance Orbiter dan wahana Chadrayaan-1. Dengan mengacu pada bentuk di pusat kawah Tycho yang menunjukkan bahwa di situ pernah terdapat aktivitas gunung berapi, menunjukkan bahwa dahulu Bulan pernah memiliki aktivitas geologi yang aktif selama proses pembentukkan kawah sekira 110 juta tahun yang lalu.

Batu besar berukuran 400 kaki di kawah tycho.
Image credit: NASA/GSFC/LROC

Dikutip dari universetoday.com, Minggu (15/04/2012), dalam artikel yang ditulis oleh Deccan Herald, para peneliti PRL mengungkapkan bahwa jejak aliran lava di sekitar kawah Tycho terbentuk 100 juta tahun setelah kawah terbentuk. Ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang relatif baru. Selain itu ditemukan pula batu-batu besar berukuran mulai dari 33 meter hingga ratusan meter, terlihat di sekitar kawah tersebut, bagaimana batu sebesar itu bisa sampai di situ?. "Sebuah temuan mengejutkan mengungkapkan adanya batu-batu besar-sekitar 100 meter di atas puncak. Tak ada yang tahu bagaimana mereka mencapai puncak, "kata Prakash Chauhan, seorang ilmuwan PRL.

Tanpa penelitian lebih lanjut sulit untuk menentukan dengan tepat dan usia formasi kawah tersebut. Tim menanti penelitian masa depan dengan Chandrayaan-II, yang akan memeriksa Bulan dari orbit serta land rover ke permukaan bulan. Chandrayaan-II diharapkan bisa diluncurkan awal tahun 2014. (Adi Saputro/astronomi.us)

Ilmuwan Jelaskan Munculnya Aurora di Planet Venus

Planet Venus. Image credit: Live Science
Baru-baru ini fenomena aurora ditemukan terjadi di planet Venus yang tidak memiliki medan magnet. Hal ini mengejutkan para ilmuwan karena biasanya fenomena dipicu oleh medan magnet suatu planet.

Penemuan ini bisa membantu menjelaskan asal-usul fenomena cahaya misterius di Venus, selain itu peneliti juga dapat mengetahui cara kerja ekor komet.

Aurora merupakan fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala. Di Bumi, aurora terjadi di daerah sekitar kutub utara dan kutub selatan karena pengaruh tekanan medan magnet. Fenomena ini terjadi pada lapisan ionosfer akibat interaksi antara medan magnet planet dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari (angin surya).

Diwartakan Live Science, Jumat (6/4/2012), medan magnet ini membelokkan partikel bermuatan yang mengalir dari matahari ke lapisan magnetosfer yang mengelilingi suatu planet. Fenomena ini dapat terjadi pada magnetosfer, kemudian menimbulkan aurora dan badai magnetik.

Di sisi planet Venus yang tidak mendapat angin surya, magnetosfer bergerak memanjang ke dalam. Peristiwa ini disebut dengan magnetotail. Meski Venus tidak memiliki medan magnet, terdapat magnetotail yang terjadi akibat interaksi angin surya dengan ionosfer yang bermuatan listrik.

“Secara mengejutkan dinamika yang ditemukan di Venus dan Bumi memiliki kemiripan, meskipun lingkungan magnetiknya sangat berbeda”, jelas Tielong Zhang, pimpinan penulis penelitian sekaligus ilmuwan di Space Research Institute of the Austrian Academy of Science.

“Dalam beberapa dekade, kelap kelip cahaya yang telah diamati dengan berbagai cara dapat ditafsirkan sebagai aurora. Namun, aurora Venus telah lama membingungkan orang karena planet itu tidak memiliki medan magnet,” tambahnya. (okezone.com, astronomi.us)

NASA Kembangkan Satelit Permanen Tenaga Surya

Konsep Solar Power Satellite via Arbirtrarily Large Phased Array. Image credit: PC World
Teknologi tenaga surya terus mengalami kemajuan, mulai dari panel surya sederhana sampai panel yang lebih efisien. Tetapi para ilmuwan NASA percaya langkah memaksimalkan energi berbasis matahari berikutnya akan tercapai melalui satelit permanen tenaga surya.

Idenya adalah menggunakan satelit dengan susunan cermin untuk mengumpulkan energi Matahari. Energi yang terkumpul akan dikirim kembali ke bumi dalam bentuk pancaran microwave. Demikian diwartakan PC World, Jumat (13/4/2012).

NASA berpendapat cara itu cukup realistis sehingga mereka mendanai kelompok Artemis Innovation Management Solutions untuk mengembangkan Solar Power Satellite via Arbirtrarily Large Phased Array (SPS-ALPHA).

Satelit ini akan berbentuk tulip dan dilengkapi film tipis cermin untuk memantulkan sinar matahari ke dalam sel photovoltaic. Energi matahari yang terkumpul akan diubah menjadi gelombang mikro, kemudian dikirim kembali ke stasiun penerima di Bumi dengan frekuensi dan intensitas rendah.

Pembangkit tenaga listrik di Bumi akan mengubah energi microwave menjadi listrik dan menambahkannya ke jaringan listrik. NASA mengatakan bahwa setiap susunan kaca bisa saja menghasilkan puluhan hingga ribuan megawatt energi. (okezone.com. astronomi.us)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto