Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Satelit Alam. Show all posts
Showing posts with label Satelit Alam. Show all posts

Tuesday, August 5, 2014

Dua Minggu, Tiga Letusan Gunung Berapi Terjadi di Io

Citra inframerah dari letusan gunung berapi di Io yang terjadi pada 15-29 Agustus 2013 yang diambil dengan menggunakan teleskop Keck II. Tampak bahwa pada 15 Agustus terjadi letusan pada kaldera Rarog Patera dan Heno Patera. Jejak letusan keduanya kemudian memudar akibat letusan ketiga yang terjadi di Loki Patera. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Imke de Pater, Katherine de Kleer, UC Berkeley
Secara mengejutkan tiga letusan gunung api besar terjadi di salah satu bulan Jupiter, Io hanya dalam waktu dua minggu. Astronom mengungkapkan bahwa akibat dari letusan ini, banyak material vulkanik yang terlempar hingga ratusan kilometer dari permukaan Io. "Di sini kami melihat tiga letusan yang sangat jelas yang menunjukkan bahwa mungkin saja kita bisa melihat lebih banyak lagi di Io," ungkap Imke de Pater seorang Profesor dari University of California yang menjadi penulis dari studi ini.

Io sendiri dikenal sebagai satu-satunya tempat dimana banyak terjadi letusan gunung berapi selain Bumi. Karena gravitasi Io yang rendah, akibatnya material letusan bisa naik terlempar hingga ratusan bahkan ribuan kilometer ke atas.

Dari sinar Inframerah, diketahui bahwa letusan kali ini membuat lava memancar ke luar dengan volume yang sangat besar per detiknya hingga membuat lava cepat membanjiri sebagian permukaan Io. Diketahui ketiga letusan itu terjadi antara 15 sampai 29 Agustus 2013.

Dengan menggunakan teleskop Keck II di Hawai, diketahui bahwa ada kaldera (kawah gunung berapi) yang disebut Rarog Patera yang menghasilkan lava setebal 9 meter dengan luas hingga 80 km persegi. Sementara kaldera Heno Patera membanjiri area seluas 193 km persegi dengan lava. Kesemua kaldera tersebut berada pada belahan selatan dari Io. Ketiga letusan gunung api tersebut umumnya memang memancurkan lava sehingga membuat semacam sungai dan danau lava dengan suhu yang sangat tinggi.

Saat ini tim astronom sedang fokus meneliti komposisi dari magma dan memetakan distribusi persebaran aliran panas spasial dari waktu ke waktu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari proses pemanasan dan pendinginan yang terjadi di Io. Berdasarkan pengamatan selama 10 tahun dari 2001 sampai 2010, diketahui bahwa titik yang paling aktif di Io adalah kaldera Loki Patera dan Kanehekili Fluctus. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, June 23, 2014

Astronom Temukan Pulau Aneh di Titan

Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007 oleh wahana Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Astronom menemukan sebuah pulau "aneh" dan "misterius" yang muncul di tengah laut kedua terbesar di Titan, Ligeia Mare. Oleh para astronom pulau aneh ini disebut dengan Magic Island. Kenapa pulau ini di sebut aneh? Setelah para ilmuwan membandingkan tiga foto laut Ligeia Mare, ilmuwan terkejut dengan kemunculan sebuah pulau. Pulau ini pada foto yang lain diketahui muncul kemudian menghilang lagi.

Dilaporkan dalam jurnal Nature pada 22 Juni lalu, astronom mengungkapkan bahwa pengamatan yang mereka lakukan adalah pengamatan pertama yang dilakukan untuk mengetahui adanya proses geologi yang terjadi di belahan utara Titan. Penemuan ini memberitahu pada kita bahwa cairan di belahan utara Titan tidak stagnan / tetap, tapi berubah-ubah," kata Jason Hofgartner seorang peneliti dari Cornell University selaku penulis utama dari jurnal ini. "Kami tidak tahu persis apa yang menyebabkan pulau ajaib ini muncul, tapi kami ingin mempelajarinya lebih lanjut," tambah Hofgartner.

Bulan terbesar Saturnus ini telah lama diketahui memiliki danau dan laut. Titan mempunyai atmosfer tebal yang sebagian besar terdiri dari nitrogen dan metana. Danau dan laut Titan bukan berisi air tapi berisi metana dan etana cair. Dengan menggunakan beberapa foto Titan yang diambil oleh wahana Cassini, astronom membandingkan perubahan laut dan daratan Titan dari waktu ke waktu. Pada foto yang diambil pada  26 April 2007, memperlihatkan laut Titan yang tenang tanpa fitur apapun. Pada saat itu belahan utara Titan, tepat dimana laut Ligeia Mare ini berada sedang berada dalam musim peralihan dari musin semi ke musim panas. Kemudian pada 10 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan adanya sebuah fitur mirip pulau yang muncul di tengah laut Ligeia Mare seperti yang bisa kita lihat di bawah ini. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh hembusan angin dari belahan utara Titan yang membentuk gelombang di laut Ligeia Mare.
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007. Pulau misterius belum muncul. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 10 Juli 2013. Pulau misterius muncul (dilingkari merah). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 Juli 2013. Pulau misterius hilang lagi. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Anehnya pada tanggal 26 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan bahwa pulau misterius itu sudah menghilang. Astronom begitu terkejut mengapa itu terjadi begitu cepat hanya dalam waktu 16 hari saja. Astronom menduga bahwa ada proses tertentu yang menyebabakn terjadinya hal ini seperti angin, hujan, dan efek pasang yang mempengaruhi metana dan etana di laut Titan. Astronom akan terus mengamati perubahan Titan. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, June 21, 2014

Triton, Bulan Terbesar Neptunus yang Super Dingin

Foto Triton yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/USGS
Triton merupakan bulan / satelit alam yang paling besar dari total 13 bulan yang dimiliki Neptunus. Triton sekaligus menjadi satu-satunya bulan di tata surya yang memiliki arah orbit yang berlawanan dengan arah rotasi planetnya atau yang biasa disebut retrograde. Sekilas Triton ini sangat mirip dengan Pluto sehingga astronom berpendapat bahwa Triton dan Pluto mempunyai asal usul yang sama. Hal itu diperkuat dengan pendapat bahwa bulan sebuah planet tidak mungkin terbentuk jika arah orbitnya berlawanan arah. Sama seperti bulan kita, Triton juga terkunci oleh gravitasi Neptunus sehingga berhenti berotasi. Namun karena kemiringan orbit yang tidak biasa, maka daerah kutub bergantian menghadap Matahari.
Foto permukaan Triton. Tampak fitur kerak es yang merupakan hasil kondensasi Nitrogen akibat suhu yang terlalu dingin. Bentuk es kasar sangat terlihat yang diperkirakan ini terbentuk sebagai akibat dari gumpalan es yang dialiri arus lava dingin. Tinggi dari gunung es ini bervariasi hingga beberapa ratus meter. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Universities Space Research Association/Lunar & Planetary Institute
Triton memiliki diameter sekira 2.700 km. Besarnya 22 persen lebih kecil dari bulan Bumi kita. Berdasarkan foto yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989, terlihat bahwa permukaan Triton  terdiri dari dataran halus, sedikit kawah, dan banyak kerak es dan lubang-lubang bulat yang terbentuk oleh aktivitas aliran lava dingin.

Atmosfer Triton sangat tipis yang kebanyakan terdiri dari Nitrogen dan sedikit Metana. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh aktivitas gunung berapi dan pengaruh musiman dari Matahari. Ada 3 bulan Neptunus yang memiliki aktivitas vulkanik aktif saat ini yakni Triton, Io, dan Venus. Walaupun memiliki gunung berapi, ternyata suhu di permukaan Triton sangat dingin yakni sekira -235 derajat Celcius.

Nama Triton diambil dari nama salah satu dewa laut Yunani. Triton ditemukan pada 10 Oktober 1846 oleh astronom Inggris William Lassell dan penemuan itu hanya selang 17 hari setelah penemuan planet Neptunus oleh astronom Jerman, Johann Gottfried Galle dan Heinrich Louis d'Arrest. (NS, NSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, May 9, 2014

Ganymede, Bulan Terbesar di Tata Surya Punya Empat Lapis Laut

Susunan lapisan es dan laut Ganymede. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Bulan terbesar di tata surya sekaligus satelit dari Jupiter, Ganymede ternyata memiliki lapisan interior yang mengejutkan. Ganymede ternyata memiliki beberapa lapisan es dan laut yang tertumpuk selang-seling. Sehingga mulai dari lapisan terluarnya yakni berupa es, laut, es, dan laut lagi. Lapisan es dan laut yang selang-seling seolah-olah seperti lapisan sandwich itu sangat menarik perhatian dari para ilmuwan sebab awalnya mereka menduga bahwa laut pada Ganymede hanya terdiri dari dari satu lapisan saja yang terjepit di antara dua lapisan es.

Ilmuwan menduga bahwa interaksi yang terjadi antara air, es, dan batuan sangat dimungkinkan menjadi tempat adanya sebuah kehidupan primitif seperti mikroba. "Ini adalah berita bagus dari Ganymede. Samudera yang luas dan tekanan yang tinggi sehingga memungkinkan es padat terbentuk di dasar samuderanya," ungkap Steve Vance dari JPL.

Ilmuwan pertama kali mengetahui adanya laut di Ganymede pada tahun 1970. Hal itu diperkuat dengan misi wahana Galileo NASA pada tahun 1990-an yang mengkonfirmasi adanya laut di Ganymede. Laut di Ganymede sangat dalam hingga mencapai ratusan kilometer. Wahana Galileo juga menemukan fakta bahwa laut di Ganymede mengandung garam magnesium sulfat. Berdasarkan model yang dibuat oleh para ilmuwan, diasumsikan bahwa garam tidak merubah sifat dan susunan dari zat cair dengan tekanan yang tinggi. melalui eksperimen laboratorium. Vance dan tim menemukan bahwa garam dapat meningkatkan kepadatan dari zat cair pada kondisi ekstrem seperti tekanan yang tinggi seperti yang terjadi pada Ganymede. Sepertinya tampak aneh bahwa garam dapat membuat laut menjadi padat tapi kita bisa membuktikannya dengan menambahkan garam pada segelas air. Cairan akan menyusut dan menjadi lebih padat. hal ini disebabkan oleh ion pada garam yang menarik molekul air. Tapi apa yang terjadi pada Ganymede jauh lebih rumit lagi. Katakanlah es yang ada pada minuman es kita itu adalah lapisan es I yang lebih ringan dari air. Pada tekanan yang tinggi sperti di Ganymede, struktur es yang ada menjadi lebih padat sehingga lebih berat dari air dan tenggelam ke dasar laut. Lapisan es paling berat dan padat pada Ganymede disebut oleh para ilmuwan sebagia lapisan Es VI. Tidak diketahui berapa lama struktur sandwich seperti ini dapat bertahan. Tapi jika dilihat nampaknya strukturnya sangat stabil hingga saat ini.

Untuk mengeksplorasi Ganymede dan bulan Jupiter lainnya secara lebih detail, saat ini ESA sedang mempersiapkan sebuah misi yang bernama JUICE (JUpiter ICy moons Explorer) yang rencananya diluncurkan pada tahun 2030-an nanti. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)  

Tuesday, October 29, 2013

Mau Kirim Robot Penjelajah ke Europa, NASA Dihadang Tajamnya Tombak Es

Satelit alam Jupiter, Europa. Image credit: NASA
Tahun 2021 nanti NASA akan mengirimkan wahana pengorbit ke bulan Jupiter, Europa, untuk mencari tahu lebih detil seperti apa kondisi dipermukaannya sebelum mengirimkan robot pendarat ke sana. Europa dirasa sangat penting untuk diteliti sebab ilmuwan memperkirakan bahwa bulan Jupiter ini memiliki kemungkinan untuk mendukung terciptanya bentuk kehidupan. Salah satunya karena Europa memiliki samudera air berwujud cair di bawah permukaannya. Permukaan Europa sendiri sebagian besar ditutupi oleh es dan sebagian kecil tidak.

Untuk mengirimkan robot penjelajah ke sana tampaknya bukan pekerjaan yang mudah sebab ilmuwan menduga bahwa Europa memiliki permukaan yang sangat ekstrem. Pada permukaannya terdapat duri-duri es raksasa yang menyerupai tombak yang sangat tajam dan menghadap ke atas. Duri-duri es tersebut sangat membahayakan bagi wahana pendarat. Konon duri-duri es yang ada di Europa sedikit mirip dengan Penitentes yang ada di Chile. Penitentes adalah fitur es yang sangat tajam menyerupai duri atau tombak yang sangat tajam dan runcing. Diperkirakan penitentes yang ada di Europa dan berukuran sekitar lima meter tingginya yang tersebar di sekitar khatulistiwa Europa.
Penitentes di Chile yang menurut para ilmuwan juga terdapat di Europa namun dengan ukuran yang lebih besar. Image credit: huffpost
Penitentes memiliki ujung yang tajam dan runcing seperti yang ada di Chile. Image credit: huffpost
Sebagai misi awal, NASA akan mengirimkan wahana yang disebut Europa Clipper Cruise untuk mempelajari lebih detil permukaan dari Europa untuk memudahkan mengirimkan robot pendarat pada misi berikutnya. "Ini seperti tantangan game," ungkap ilmuwan planet Don Blankenship dari University of Texas yang terlibat dalam perencanaan NASA untuk mengirimkan wahana peneliti ke Europa. (DSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 24, 2013

Cassini Abadikan Foto Paling Nyata dari Daratan, Danau, dan Laut di Titan

Foto false color Titan yang diambil wahana Cassini. Terungkap perbedaan yang mencolok antara daratan dengan danau dan lautnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/University of Arizona/University of Idaho
Wahana pengorbit Saturnus, Cassini sukses mengabadikan foto daratan, danau, dan laut yang ada di bulan milik Saturnus, Titan. Pada foto tersebut tampak laut dan danau yang terdiri dari metana dan etana yang memberikan petunjuk kepada kita bahwa apa yang terjadi di sana mirip dengan siklus hidrologi yang terjadi di Bumi.

Foto tersebut diambil tanggal 10 Juli-12 September 2013, saat daerah di dekat kutub utara Titan sedang berada pada musim panas dan sinar Matahari bisa masuk menembus atmosfernya yang tebal sehingga bisa sampai menyinari permukaannya. Dari situ Cassini bisa mengintip bentuk formasi daratan dan danau yang ada di permukaan Titan untuk kemudian mengabadikannya dalam sebuah foto inframerah. "Kutub Utara Titan ternyata lebih menarik daripada yang kita duga sebelumnya," ucap Jason Barnes selaku ilmuwan dari University of Idaho, Moskow.

Menurut para ilmuwan, danau Titan terbentuk sebagai akibat dari menurunnya level ketinggian tanah akibat dari letusan gunung berapi. "Sejak laut dan danau ditemukan di titan, kami selalu bertanya mengapa kebanyakan dari mereka ada di daerah dengan lintang tinggi seperti dekat kutub Utara," ungkap juru bicara tim pencitraan Cassini, Elizabeth Turtle.

Wahana Cassini diluncurkan pada tahun 1997 dan sejak tahun 2004 mulai menjelejahi sistem planet Saturnus. Dan selama sembilan tahun ini Cassini telah banyak mengamati perubahan musim baik dari planet Saturnus itu sendiri maupun beberapa bulannya. "Wilayah danau Utara Titan adalah salah satu bagian yang paling mirip dengan Bumi dan yang paling menarik di tata surya," ungkap Linda Spilker ilmuwan Cassini dari JPL. "Danau Titan berubah seiring dengan perubahan musim, dan misi panjang Cassini memberikan kita kesempatan untuk melihat perubahan musim di Titan. Saat ini Matahari bersinar terang di bagian Utara dan kita mendapatkan pemandangan yang indah, kita bisa mulai membandingan beberapa data yang sudah ada tentang apa yang terjadi dengan danau di dekat kutub Utara itu," tambah Linda.

Sebagai tambahan informasi, wahana Cassini merupakan wahana yang dibuat atas kerjasama NASA, ESA, dan Italian Space Agency. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, October 12, 2013

Teleskop Hubble Berhasil Temukan Bulan Neptunus yang "Hilang"

Bulan Naiad (dalam lingkaran kecil). Image credit: SETI
Bulan / satelit alam planet Neptunus yang "hilang" akhirnya berhasil ditemukan oleh para ilmuwan di SETI institute dengan menggunakan teleskop Hubble. Bulan bernama Naiad itu sempat menghilang setelah terakhir ditemukan oleh Voyager 2 pada tahun 1989. Naiad sangat sulit untuk diamati sebab ukurannya yang kecil yakni 100 km dan terhalang oleh kilauan pantulan sinar Neptunus yang lebih cerah 2 juta kali daripada Naiad.
Bulan Naiad bersama dengan bulan-bulan Neptunus lainnya. Image credit: SETI
Ilmuwan SETI mempelajari arsip foto yan diambil teleskop Hubble pada Desember 2004 dan dengan menggunakan teknik khusus untuk menghilangkan efek pantulan sinar Neptunus yang menyilaukan akhirnya Naiad berhasil ditemukan kembali. "Naiad menjadi target yang sulit untuk diamati sejak Voyager 2 melalui sistem Neptunus," ucap ilmuwan SETI Mark Showalter dalam sebuah pernyataan. Dengan menggunakan data yang sama ilmuwan juga menemukan bulan baru Neptunus yang diberi nama S/2004 N 1 yang ukurannya lebih kecil dari Naiad yankni hanya 20 km, tapi lebih mudah untuk diamati sebab jarak orbitnya lebih jauh dari Neptunus sehingga tidak terganggu oleh silaunya Neptunus.

Dengan menggunakan wahana Voyager, ilmuwan menemukan enam bulan baru Neptunus sehingga total bulan Neptunus yang sejauh ini berhasil ditemukan totalnya menjadi 14 bulan. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 1, 2013

Wahana Cassini Temukan Bahan Pembuat Plastik di Atmosfer Titan

Atmosfer Titan. Image credit: NASA
Wahana Cassini yang mengorbit planet Saturnus berhasil menemukan propylene / propilena, bahan kimia yang biasa digunakan untuk pembuatan bahan pembuat plastik wadah makanan / minuman, bemper mobil dan produk plastik lainnya di bulan Saturnus, Titan.

Temuan ini menjadi temuan pertama adanya bahan pembuat plastik di obyek lain selain Bumi. Propylene/ propilena ditemukan di atmosfer Titan dengan menggunakan instrumen CIRS (Cassini's Composite Infrared Spectrometer) yang melekat pada Cassini. Instrumen tersebut mengukur cahaya inframerah atan panas radiasi yang dipancarkan oleh Saturnus dan Titan. Mirip dengan cara kulit kita merasakan hangatnya api begitu dekat dengannya.

Dengan membatasi sinyal yang sama pada berbagai ketinggian atmosfer, peneliti sangat yakin bahwa apa yang mereka temukan adalah propilena. Tulisan tentang hal ini dimuat dalam jurnal Astrofisika edisi 30 September 2013.

"Bahan kimia ini sangat erat hubungannya dalam kehidupan kita sehari-hari dan diolah menjadi plastik polypropylene (polipropilena)," ucap Conor Nixon ilmuwan planet dari NASA Goddard Space Flight Center.

Instrumen CIRS mampu mengidentifikasi gas tertentu yang terdapat di lapisan bawah atmosfer. Yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara untuk membedakan dan mengidentifikasi antara gas satu dengan gas lainnya.

Pada tahun 1980 saat wahana Voyager 1 melintasi Saturnus, ia mengidentifikasi banyak gas di atmosfer Titan yang tampak kecoklatan dan kabur. Kala itu wahana Voyager 1 mengidentifikasinya sebagai hidrokarbon, bahan penyusun minyak Bumi dan bahan bakar fosil lainnya di Bumi. Di Titan, hidrokarbon terbentuk setelah sinar Matahari memanaskan metana. Saat itu Voyager juga berhasil menemukan propana, dan propina sedangkan propilena tidak. Akhirnya Cassini yang berhasil menemukannya. "Keberhasilan ini meningkatkan kepercayaan diri kita bahwa kita akan menemukan lebih banyak materi kimia yang tersembunyi di atmosfer Titan," ungkap ilmuwan NASA, Michael Flasar. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 31, 2013

Gravitasi Aneh di Titan

Ilustrasi permukaan Titan. Image credit: google
Titan, bulan terbesar planet Saturnus kembali mengejutkan para peneliti. Tidak hanya menjadi satu-satunya tempat selain Bumi yang memiliki samudera, tapi ada hal yang mengejutkan lainnya yaitu adanya lautan es di bawah permukaannya.

Pada penelitian terdahulu, ilmuwan mengungkapkan bahwa Titan memiliki laut di bawah lapisan es dengan tebal 50-200 km. Ilmuwan tertarik untuk mempelajari samudera bawah tanah ini sebab menurut mereka dimana ada air, maka di situ ada kehidupan seperti halnya Bumi.
Ilustrasi bagaimana lapisan es yang padat di Titan mampu menahan tekanan ke atas dari es yang berada di cekungan bawah. meskipun bentuk topografinya positif namun pelapukan topografinya kecil. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Doug Hemingway
Dengan menggunakan data yang diperoleh oleh wahana Cassini, Titan memiliki lapisan es yang padat di bawah permukaannya dimana kepadatan es ini mempu menciptakan anomali gravitasi negatif. Kekuatan gravitasi Titan tergantung pada seberapa besar massa yang ada di bawahnya. Semakin besar massa maka gravitasi juga akan semakin kuat. Dengan berpegang pada asumsi itu, ilmuwan kemudian membandingkan dengan struktur dari permukaan Titan. Mereka memprediksi bahwa daerah dengan elevasi tinggi akan memiliki gravitasi lebih kuat dibandingkan dengan daerah elevasi rendah. Namun ternyata mereka keliru. Daerah dengan tingkat elevasi tinggi ternyata memiliki gravitasi yang lemah dan sebaliknya daerah elevasi rendah memiliki gravitasi besar. "Sangat mengejutkan melihat hal itu," ungkap Doug Hemingway peneliti planet dari University of California. "Kami berangggapan bahwa mungkin kami melihat hal yang salah, namun setelah mencermatinya ada hal yang dapat dijelaskan dari hal ini," tambahnya.

Untuk menjelaskan anomali gravitasi yang terjadi, Doug memberikan perumpamaan bahwa gunung di Titan mempunyai akar. "ini seperti bagaimana gunung es yang begitu besar sebenarnya hanya mengapung saja melayang di permukaan air dan sebagian darinya dibawah permukaan,". "Es memiliki kerapatan yang jauh lebih rendah daripada air. daerah elevasi tinggi di Titan nampaknya memiliki akar (es) yang cukup besar sehingga mampu menggantikan banyaknya air di bawahnya sehingga ia memiliki gaya gravitasi yang lemah. Sebab es memiliki volume lebih rendah dari volume air. Oleh sebab itu ia akan mengapung," ungkapnya.

Es akan mengapung dalam air. Namun anehnya es di Titan ini tetap tenggelam. gara bisa seperti itu es tersebut harusnya memiliki padatan yang sangat tinggi. Tapi apakah yang membuatnya bisa seperti itu??

Untuk menjawabnya maka ilmuwan memiliki beberapa teori diantaranya bahwa es tersebut kemungkinan memiliki "molekul kandang" yang dikenal sebagai Clathrates". Namun untuk memastikan hal ini ilmuwan memerlukan instrumen pengamatan yang lebih canggih dari sekedar wahana Cassini. cassini sendiri tidak memiliki kemampuan untuk menganalisa interior dari suatu planet atau satelit alam seperti Titan. Bisa saja lapisan penyusun Titan terdiri dari es dan batu. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 24, 2013

Astronom Konfirmasi Letusan Gunung Berapi di Bulan Jupiter, Io

Foto letusan gunung berapi di Io yang diambil oleh wahana Voyager 1 pada 4 maret 1971. Image credit: NASA/JPL
Bulan milik Jupiter, Io merupakan satu-satunya bulan yang memiliki aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya. Setidaknya 240 daerah vulkanik aktif ditemukan di sana dan baru-baru ini berdasarkan pengamatan astronom dari University of California Dr Imke de Pater dengan menggunakan teleskop Keck II di Mauna Kea, Hawai ditemukan fakta bahwa saat ini sedang terjadi letusan gunung berapi dahsyat di sana.

"ketika kita berada tepat di teleskop dan melihat ini, maka kita melihatnya secara langsung terutama letusan besar seperti itu," ungkap Dr Imke de pater. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa letusan yang diamatinya ini adalah salah satu dari 10 letusan paling kuat yang terjadi di Io. Menurutnya letusan ini mencakup area seluas 30 km persegi.

Jarak Io dengan Bumi sekitar 628.300.000 km (390.400.000 mil) dan teleskop inframerah Keck sudah mampu mengambil citra dari lava yang keluar dari gunung di suatu daerah Io yang disebut Rarog Patera.

Dr Imke tidak tahu pasti sampai kapan letusan ini akan berlangsung dan berakhir namun menurutnya mengapa Io merupakan tempat dengan aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya jawabannya adalah karena adanya pengaruh gaya gravitasi yang super kuat dari Jupiter. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, July 24, 2013

Ajaib !!! Walau Punya Sungai dan Laut, Titan Tidak Punya Gelombang

Fitur daratan dan danau di Titan yang diambil oleh wahana Cassini. Image credit: NASA
Satu-satunya objek di tata surya kita yang paling mirip dengan Bumi adalah bulan planet Saturnus, Titan. Titan mempunyai danau, laut, sungai, pulau, awan, hujan, bahkan pelangi, sama seperti Bumi. Bedanya zat cair di sana bukanlah air seperti Bumi tapi metana, etana, hidrokarbon dan zat cair yang sulit beku lainnya. Air berwujud cair tidak dimungkinkan untuk ada di Titan sebab di sana suhu terlalu dingin. Hal itu di dapat dari pengamatan yang dilakukan oleh wahana Cassini yang mengorbit di sekitar planet Saturnus.

Namun ada sebuah teka-teki yang membuat para astronom dan ilmuwan bingung yaitu jika Titan punya sungai, danau, dan laut, kenapa di sana tidak ada gelombang atau riak, padahal bulan planet Saturnus tersebut terdapat angin yang seharusnya bisa membuat gelombang di permukaan sungai, danau, dan laut tersebut. Permukaan danau dan lautnya begitu tenang dan diam. Hal itu didapat dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan radar wahana Cassini.

"Kita tahu bahwa ada angin di Titan, hal itu dibuktikan dengan adanya bukit pasir di daratannya," ungkap Alex Hayes, ilmuwan planet dari Cornell University.
Para ilmuwan memiliki beberapa pendapat tentang hal ini. Diantaranya adalah dimungkinkan zat cair di laut Titan membeku. Namun hal ini diragukan oleh Alex Hayes. Menurutnya tidak mungkin, sebab di sana juga terjadi hujan dan suhu permukaannya juga jauh di atas titik leleh metana. Menurutnya mungkin laut Titan memiliki zat tertentu di permukaannya yang mampu meredam getaran gelombang Namun hal itu juga belum pasti.

Untuk memahami lebih jauh tentang fenomena ini, ilmuwan mempelajari kepadatan atmosfer, kecepatan angin, viskositas rendah dari hidrokarbon cair di Titan dan sebagainya. Setidaknya dibutuhkan angin dengan kecepatan 2 mil per jam agar bisa menggerakkan zat cair Titan dan membuat gelombang.

Berdasarkan model iklim yang telah dibuat ilmuwan, tahun 2017 mendatang angin yang lebih besar akan terjadi di Titan. Dan jika ada gelombang, wahana Cassini akan dapat menangkap refleksi dari permukaan laut yang bergelombang. Dengan begitu akan diketahui viskositas fluida dan komposisi kimianya serta berapa kecepatan angin yang dibutuhkan untuk terjadinya gelombang. Selanjutnya itu akan sangat membantu untuk menggambarkan model iklim Titan dengan lebih sempurna.

Ini menunjukkan bahwa Titan memang benar-benar amazing. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, April 26, 2013

Satelit Pluto P4 dan P5 Diberi Nama Vulcan dan Kerberos

Image credit: NASA, ESA, and M. Showalter (SETI Institute)
Bulan atau satelit kerdil yang sebelumnya telah ditemukan yaitu P4 dan P5 kini secara resmi berganti nama menjadi Vulcan dan Cerberus/ Kerberos. Hal ini secara resmi disampaikan oleh pemimpin tim yang melakukan penelitian terhadap Pluto, Mark Showalter dari SETI kepada kantor berita NBC News.

Nama Vulcan sendiri merupakan nama yang dulu sebenarnya pernah diusulkan untuk disematkan pada planet mini yang terletak diantara Matahari dan Merkurius yang kemungkinan asalnya diambil dari nama planet dalam film Star Trek dan kabarnya aktor senior Star Trek, William Shatner setuju dengan penggunaan nama itu. Sedangkan Cerberus sendiri merupakan nama dari sebuah asteroid oleh karena itu agar tidak terjadi penyalah artian, ejaan untuk Bulan Pluto P5 menjadi Kerberos dan P4 tetap bernama Vulcan.

Vulcan ditemukan pada tahun 2011 dan memiliki keliling 8-21 mil (13-34 km) sedangkan Kerberos ditemukan pada tahun 2012 kemarin dan memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari Vulcan yaitu 6-15 mil (10-25 km). (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, January 8, 2013

Apakah Bulan Planet PH2 b Memiliki Kehidupan?

Ilustrasi planet PH2 b dilihat dari permukaan bulannya. Image credit: H. Giguere, M. Giguere/Yale University
Astronom saat ini sedang hangat-hangatnya membicarakan planet PH2 b. Planet gas raksasa yang mirip Jupiter ini memiliki air dalam jumlah yang sangat banyak dengan suhu permukaan mencapai 46 derajat Celcius. Planet tersebut berada pada zona layak huni namun tidak ada kehidupan di sana sebab planet PH2 b tidak memiliki permukaan yang padat, sama seperti planet gas lainnya.

Jika planet tersebut tidak memiliki kehidupan, bagaimana dengan Bulan atau satelit alam yang mengelilinginya?. Planet gas raksasa seperti Jupiter memiliki belasan Bulan akan tetapi planet dan Bulannya tersebut tidak berada pada zona yang layak huni.

Planet PH2 b merupakan planet yang berada di konstelasi Cygnus beberapa ratus tahun cahaya dari Bumi. Planet tersebut ditemukan oleh tim dari Planet Hunters yang terdiri dari 40 astronom yang berburu planet di langit malam. Tim Planet Hunters dipimpin oleh Profesor Debra Fisher dari Yale University. Sebelumnya tim pemburu planet ini juga telah menemukan 19 eksoplanet yang berada di zona layak huni yang disebut dengan Goldilocks Zone dimana pada zona ini planet sangat mungkin memiliki air berwujud cair dipermukaannya.

Dr Wang Ji yang juga merupakan salah satu ilmuwan yang bergabung dalam Planet Hunters mengatakan bahwa dirinya sudah tidak sabar menanti para astronom menemukan tanda-tanda kehidupan di planet lain dan bukan hanya potensi kelayakhunian suatu planet, ucapnya. (UT, TLG, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, December 27, 2012

Cassini Ambil Foto Berwarna Bulan Saturnus, Dione

Foto berwarna bulan Saturnus, Dione yang diambil oleh Wahana pengorbit NASA, Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/SSI. Composite by J. Major.
Wahana NASA pengorbit planet Saturnus, Cassini, berhasil mengambil foto berwarna dari salah satu satelit alam yang mengorbit planet tersebut, Dione. Dione yang sebagian besar tersusun dari es dan batuan, sekilas tampak mirip seperti Bulan. Namun jika kita cermati, ternyata terdapat warna agak ke merah muda (pink), hijau dan biru pada sebagian permukaannya. Foto tersebut diambil Cassini pada tanggal 23 Desember 2012 yang kemudian diolah oleh NASA menjadi foto komposit berwarna.

Cassini mengambil foto tersebut pada jarak 154.869 mil (249.238 km). Tampak kawah Creusa yang berada persis di daerah paling terang pada gambar dan melintas sebuah garis yang nyatanya adalah sebuah celah atau retakan yang disebut Tibur Chasmata. Retakan tersebut melintas dari kutub utara Dione (kiri atas, hingga ke kutub selatannya (kanan bawah). Dione sendiri memiliki diameter sekitar 700 mil (1120 km ). (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, December 14, 2012

Cassini Abadikan Foto Kembaran Sungai Nil di Titan

Citra foto sungai hidrokarbon di Titan
yang diambil oleh wahana Cassini.
Klik gambar untuk memperbesar.
Image credit: NASA/JPL–Caltech/ASI
Wahana luar angkasa NASA yang mengorbit planet Saturnus berhasil mengambil citra foto sungai hidrokarbon di Bulan terbesar planet Saturnus, Titan. Sungai hidrokarbon tersebut memiliki panjang 250 mil (400 km) dan berhulu pada laut besar di dekat kutub utara Titan. Foto tersebut merupakan foto resolusi tinggi pertama yang berhasil diambil dari sebuah sungai besar yang berada di luar Bumi. Ilmuwan sendiri membandingkan sungai hidrokarbon tersebut dengan sungai Nil di Bumi sebab bentuknya berliku-liku dan lembah sungai yang mengikuti arah dari patahan batuan di dalam lapisan tanah.

Patahan tersebut bukan diartikan sebagai patahan lempeng tektonik seperti di Bumi tapi masih memiliki hubungan dengan dengan proses pembentukan laut itu sendiri. Para ilmuwan yakin bahwa sungai tersebut penuh dengan cairan sebab pada foto tampak sangat gelap di dalamnya dan cairan ini bukan berupa air melainkan hidrokarbon dengan kandungan etana dan metana. Sungai hidrokarbon tersebut mengarah ke Kraken Mare yaitu laut tersbesar di titan yang memiliki luas 154.000 mil persegi (400.000 km persegi). Wahana Cassini sendiri merupakan wahana tak berawak sekaligus pengorbit milik NASA yang diluncurkan pada tahun 1997 dan sampai di Orbit Saturnus tahun 2004. Cassini masih akan terus beroperasi setidaknya sampai 2017. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, November 6, 2012

Cassini Temukan Bagian Atmosfer Titan yang Bercahaya

Atmosfer Titan tampak bercahaya dalam gelap yang diambil oleh wahana Cassini. Image credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Atmosfer Titan dan kabut hidrokarbon. Image credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Titan memang sebuah Bulan yang unik sekaligus penuh dengan kejutan. Dengan lapisan nitrogen dan metana sepuluh kali lebih tebal daripada Bumi, Titan menawarkan hal yang "lebih" jika dibandingkan dengan Bulan lainnya di tata surya kita. Titan juga tempat satu-satunya yang memiliki cairan dalam jumlah besar selain Bumi yang berupa metana dalam jumlah sangat besar.

Wahana NASA yang mengorbit planet Saturnus, Cassini berhasil menemukan bagian dari atmosfer Titan yang menerima cahaya. Terlihat pada dua gambar di atas yang telah berhasil di proses. Gambar sebelah kiri menunjukkan Titan menerima cahaya Matahari yang dipantulkan oleh planet Saturnus yang biasa disebut "Saturnshine" dan gambar sebelah kanan merupakan gambar Titan dengan mengecualikan pantulan cahaya Matahari yang ada. Cahaya redup dari atmosfer Titan tidak hanya datang dari atas atmosfer akan tetapi juga hingga lapisan bawah atmosfer (300 km/ 190 mil). Cahaya di atmosfer Titan tersebut merupakan reaksi kimia sebagai akibat dari interaksi partikel bermuatan dari Matahari dengan medan magnet Saturnus.

"ternyata Titan bersinar dalam gelap meskipun samar-samar," kata Robert Barat, penulis utama dari jurnal Geophysical Research Letters and a Cassini imaging team scientist dari NASA’s Jet Propulsion Laboratory (JPL). "Hal ini mirip lampu neon di mana elektron yang dihasilkan oleh ledakan listrik pada atom neon menyebabkan ia bersinar. Di sini kita melihat cahaya yang memancar ketika ledakan partikel mengisi molekul nitrogen di atmosfer Titan. Cahaya tersebut mirip cahaya di atmosfer Bumi seperti yang sering terlihat dari ISS," tambahnya. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, October 14, 2012

Permukaan Titan Lembut, Empuk, dan Basah

Simulasi pendaratan wahana Huygens di Titan tahun 2005. Image credit: ESA
Saat wahana Huygens mendarat di permukaan Titan pada tahun 2005, ia sempat berkominikasi dan mengirimkan data ke Bumi selama 90 menit sebelum kemudian mati. Namun dari waktu 90 menit tersebut cukup banyak hasil yang didapat.

Saat ini ilmuwan sedang meneliti seperti apakah permukaan Titan (bulan terbesar planet Saturnus) itu?. Untuk itu ilmuwan merekonstruksi bagaimana wahana Huygens mendarat di Titan dan didapatkan bahwa saat mendarat, wahana Huygens sempat melambung, meluncur, dan bergoyang setelah mendarat.

"Sebuah data tentang peningkatan kecepatan menunjukkan bahwa kemungkinan probe mendarat di permukaan yang lembut / pasir basah," ungkap Dr. Stefan Schroder dari Max Planck Institute.

Data percepatan yang didapat tadi dibandingkan dan dianalisis dengan komputer untuk kemudian dibuat simulasinya. Ilmuwan berpendapat bahwa Huygen mendarat di atas permukaan lunak / lembut. Huygens sempat terjerembab dan menimbulkan lubang sekitar 12 cm di tanah Titan untuk kemudian memantul ke permukaan yang lebih datar. Setelah itu wahana tersebut melambat akibat gesekan dengan permukaan tanah dan ketika akan berhenti, Huygens sempat bergetar bolak-balik sebanyak lima kali dan diam 10 detik kemudian.
Kiriman foto permukaan Titan yang sempat diabadikan oleh wahana Huygens. Tampak bongkahan es tersebar di permukaan Titan. Image credit: ESA/NASA/University of Arizona
Ilmuwan pada studi sebelumnya menyimpulkan bahwa Huygens mendarat di tepi danau hidrokarbon Titan. Selama ini beberapa ratus danau dan laut telah berhasil diamati oleh wahana cassini. Namun dengan suhu minus 179 derajat Celcius, Titan tidak memiliki air dalam wujud cair. Yang ditemukan berwujud cair yaitu hidrokarbon dalam bentuk metana dan etana. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, July 13, 2012

Astronom Temukan Bulan Kelima Pluto

Bulan kelima Pluto ditandai dengan P5 pada gambar di atas. Gambar diambil oleh teleskop Hubble. Image credit: NASA; ESA; M. Showalter, SETI Institute
Sebuah tim yang terdiri dari beberapa astronom dengan menggunakan teleskop Hubble NASA berhasil menemukan bulan lain yang mengelilingi Pluto. Diperkirakan keliling bulan baru tersebut sekitar 6-15 mil (9,6-24 km). Bulan yang diyakini sebagai bulan ke-5 Pluto yang diberi nama S/2012 (134340) 1 dan ditandai dengan P5 pada gambar, mengorbit Pluto pada jarak 58 ribu mil (93.341.952 km) dan mungkin memiliki hubungan dengan satelit alam lainnya pada sistem ini.

Tim peneliti Pluto semakin penasaran dengan hal ini. Bagaimana sebuah objek kecil luar angkasa seperti Pluto dapat memiliki satelit yang begitu banyak. Penemuan baru ini memberi petunjuk untuk mengungkap bagaimana sistem Pluto terbentuk dan berevolusi. Teori yang banyak diyakini saat ini yaitu bahwa semua bulan yang mengorbit Pluto merupakan hasil tabrakan antara Pluto dengan objek di Sabuk Kuiper miliaran tahun lalu.

Dikutip astronomi.us dari spacedaily.com, Jum'at (13/07/2012), Penemuan bulan Pluto ini juga akan membantu para ilmuwan mengarahkan wahana luar angkasa NASA's New Horizons untuk pergi ke sistem Pluto pada tahun 2015. NASA's New Horizons yang akan bergerak dengan kecepatan 30 ribu mil perjam tersebut jika tidak diberikan arah navigasi yang tepat maka bisa jadi akan bertabrakan dengan objek antariksa lain. Objek sebesar hp di luar angkasa akan dapat menciptakan bahaya bagi wahana tersebut.

Bulan terbesar Pluto, Charon, ditemukan pada tahun 1978 melalui pengamatan yang dilakukan oleh United States Naval Observatory di Washington. Teleskop Hubble pada tahun 2006 menemukan dua bulan kecil Pluto, Nix dan Hydra, dan pada tahun 2011 Teleskop Hubble kembali menemukan bulan Pluto lainnya, P4.

Untuk pengamatan pada masa depan, astronom akan menggunakan teleskop James Webb Space Telescope (pengganti teleskop Hubble). Teleskop ini mampu mengukur struktur kimia permukaan Pluto, bulannya dan objek lain di Sabuk Kuiper. (Adi Saputro/ astronomi.us)



Thursday, July 12, 2012

Pusaran Kabut Gas di Titan Tandai Perubahan Musim

Pusaran kabut di Titan (dalam warna yang sebenarnya). Diketahui pusaran gas ini memiliki kandungan aerosol dalam jumlah banyak di dalamnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Cassini kembali mengirimkan gambar menakjubkan dari satelit Saturnus, Titan. Cassini berhasil menggambil gambar penampakan kabut dengan konsentrasi yang tinggi yang membentuk pusaran di kutub selatan Titan. Kabut itu merupakan tanda bahwa di Titan akan terjadi pergantian musim. "Struktur pusaran ini menyerupai pusaran yang terjadi di atas lautan Bumi," kata Tony Del Genio, anggota tim Cassini dari NASA's Goddard Institute for Space Studies, seperti yang dikutip astronomi.us dari spacedaily.com, Kamis (12/07/2012).

"Namun tidak seperti di Bumi, pusaran ini berada di ketinggian yang sangat tinggi, dimungkinkan ini merupakan respon dari stratosfer Titan untuk memasuki musim dingin di daerah selatan. Namun kami tidak begitu yankin akan hal itu," tambah Tony.

Cassini pertama kali mengambil gambar pusaran kabut di Titan saat wahana Cassini pertama kali tiba di sistem Saturnus pada tahun 2004. Saat itu pusaran gas tersebut tampak berputar-putar di atmosfer Titan dan di bagian utara Titan sedang memasuki musim dingin. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Saturday, July 7, 2012

Kawah Odysseus Tethys yang Mempesona

Bulan Saturnus, Tethys. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute
Pada 28 Juni lalu, wahana antariksa Cassini melintasi Tethys, Salah satu bulan Saturnus. Cassini melintas Tethys pada jarak sekitar 1.062 km (662 mil). Hampir seluruh permukaan dari Tethys tertutup dengan es. Pada permukaan Tethys, ada salah satu kawah yang memiliki ukuran yang sangat besar yang disebut dengan kawah Odysseus yang berdiameter 450 km (280 mil) di belahan utara Tethys. Kawah ini sendiri mengambil dua perlima dari luas Tethys.

Dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Sabtu (07/07/2012), Kemungkinan kawah Odysseus terbentuk saat sebagian permukaan Tethys masih dalam kondisi cair. Hal itu dapat meredam efek dari tumbukan asteroid. Jika asteroid tersebut menabrak Tethys saat planet tersebut telah membeku, maka bulan Saturnus tersebut akan pecah menjadi bagian-bagian kecil akibat hebatnya dampak tumbukan asteroid. Gambar di bawah adalah gambar terbaru Cassini yang mengambil gambar kawah Odysseus Tethys pada jarak 68.5 km (42.5 mil).

Terlihat pada gambar terlihat adanya jejak tumbukan. Hal itu menunjukkan bahwa beberapa bagian Bulan saat itu sudah mengeras dan tidak sepenuhnya masih cair.
Permukaan Tethys. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute

Permukaan Tethys. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute

Cassini mengambil gambar kawah Odysseus dari dekat. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute


Tethys mengorbit Saturnus pada jarak 295.660 km (183.100 mil) lebih dekat 62.000 mil daripada jarak Bulan dengan Bumi. Tethys juga terkena efek Tidal (pasang surut) seperti Bulan kita. Pertemuan panas diantara keduanya membantu melindungi Tethys dari suhu dingin dan solid daripada bulan Saturnus lainnya. Hasilnya Tethys memiliki sedikit kawah dibandingkan Bulan Saturnus lain seperti Rhea dan Dione. (Adi Saputro/ astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto