Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Jupiter. Show all posts
Showing posts with label Jupiter. Show all posts

Sunday, May 18, 2014

Ukuran Bintik Merah Raksasa Jupiter Semakin Mengecil

Foto planet Jupiter dan bintik merah raksasa (Great Red Spot) yang semakin mengecil. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Great Red Spot (bintik / titik merah raksasa) planet Jupiter diketahui mengalami pengecilan ukuran. Hal itu didapat setelah astronom melaukan pengamatan melalui teleskop Hubble untuk kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pengamatan pada tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun 1800-an diketahui ukuran bintik merah Jupiter memiliki lebar sekitar 41.000 km, sebuah ukuran yang cukup besar untuk menampung hingga 3 Bumi di dalamnya. Kemudian pada tahun 1979 dan 1980 melalui wahana Voyager diketahui ukuran bintik merah mengecil menjadi 23.335 km dan pada bulan April 2014 lalu dengan menggunakan teleskop Hubble, astronom mendapati ukuran bintik merah menyusut lagi menjadi 16.500 km. "Pengamatan terbaru teleskop Hubble mengkonfirmasi bahwa Great Red Spot menyusut menjadi sekitar 16.500 km, diameter terkecil yang pernah kami ukur," ungkap Amy Simon astronom dari NASA's Goddard Space Flight Center di Maryland, Amerika Serikat.

Beberapa pengamatan yang dilakukan astronom amatir tahun 2012 juga mendapati hal yang sama bahwa ukuran diameter bintik merah mengecil 1000 km per tahun. Namun penyebabnya belum diketahui.

Great Red Spot Jupiter adalah sebuah bintik / titik merah raksasa yang sebenarnya merupakan badai antisiklon dahsyat yang berputar dengan kecepatan sangat tinggi hingga ratusan kilometer per jam. Diperkirakan bintik merah ini sudah ada sejak 340 tahun yang lalu atau bahkan lebih hal itu terbukti bahwa pengamatan binti merah ini sudah ada sejak tahun 1665 oleh Giovanni Domenico Cassini. (NS, WKP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 31, 2013

Mengenal Cincin Jupiter / Cincin Jovian

Sistem cincin Jupiter (cincin Jovian). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL
Selama ini kebanyakan orang hanya mengenal planet Saturnus sebagai satu-satunya planet di tata surya yang memiliki cincin, padahal pada kenyataannya planet-planet lain juga memilikinya seperti planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Cincin Jupiter atau yang sering disebut juga dengan cincin Jovian, pertama kali diamati oleh wahana Voyager 1 pada tahun 1979 yang kemudian pada tahun 1990 cincin Jupiter mulai diteliti secara intensif. Selama 23 tahun terakhir, teleskop Hubble juga terus mengamati cincin planet Jupiter.

Cincin Jupiter tidak sepopuler cincin Saturnus yang kemungkinan disebabkan oleh penampakannya yang samar dan gelap. Cincin Jupiter sebagian besar terdiri dari debu dan memiliki empat bagian/ lapisan utama. Bagian utama dan bagian lain yang dikenal sebagai cincin halo, berasal dari satelit alam/ bulan Jupiter yakni Metis dan Adrastea serta obyek kecil lainnya. Berdasarkan data dari wahana New Horizon yang melintasi planet Jupiter pada tahun 2006 didapat informasi bahwa struktur utama dari cincin Jupiter merupakan struktur halus. Dengan menggunakan filter inframerah, bagian utama dari cincin (kecuali cincin halo) memiliki warna kemerahan. Cincin halo sendiri cenderung berwarna biru. Ukuran dari partikel debu yang ada pada cincin utama berariasi dan yang terbesar berukuran sekitar 15 meter. Sedangkan pada cincin halo, terdiri dari partikel debu yang sangat kecil yakni hanya berukuran beberapa mikro. Cincin lain dimungkinkan untuk ada di sekitar orbit bulan Himalia. Kemungkinan ada bulan kecil yang menabrak Himalia yang menyebabkan beberapa serpihan Himalia terhempas ke luar dan membentuk cincin Jupiter. Dua laipsan paling lebar dari cincin saturnus berada pada orbit bulan Amalthea dan Thebe.

Cincin Amalthea merupakan bagian dari cincin Jupiter yang sangat lebar namun juga sangat tipis. Lebar lapisan cincin ini sekitar 53 ribu km dengan tebal cincin 2300 km. rata-rata partikel debu yang ada pada bagian cincin ini berkisar antara 0,2-5 meter. Cincin Thebe adalah bagian terluar sekaligus menjadi bagian terlebar dari cincin Jupiter. Bagian cincin ini memiliki lebar 97 ribu km dengan ketebalan 8400 km. Berdasarkan laporan dari wahana luar angkasa Galileo pada tahun 2002-2003, ukuran partikel debu dari bagian lapisan ini tidak jauh beda dengan lapisan Thebe.
Cincin Himalia yang ditemukan wahana New Horizon. Image credit: NASA
Selain keempat bagian atau lapisan cincin tadi, ternyata wahana New Horizon berhasil menemukan satu bagian lagi dari cincin Jupiter yang lebih kecil yang disebut cincin Himalia. Lapisan cincin ini adalah yang paling kecil yakni berdiameter 170 km. (WKP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, April 26, 2013

Jejak Air Misterius di Atmosfer Jupiter Berasal dari Tumbukan Komet

Jejak air di atmosfer Jupiter pada tahun 1994. Image credit: ESA
Adanya jejak air misterius di atmosfer Jupiter yang tertangkap kamera satelit pada tahun 1994 dyakini disebabkan oleh tabrakan komet. Sebelumnya selama lebih kurang 15 tahun para astronom memperdebatkan fenomena apakah sebenarnya yang terjadi di atmosfer Jupiter tersebut??

Awalnya mereka berpendapat bahwa kemungkinan jejak air berupa titik hitam tersebut merupakan jejak air yang menguap naik dari tempat bertekanan rendah di Jupiter. Namun ilmuwan lain berpendapat bahwa tidak mungkin hal itu terjadi sebab mereka yakin bahwa uap air tidak bisa melewati lapisan dingin yang memisahkan stratosfer dengan lapisan awan paling bawah. Penemuan terbaru dengan menggunakan teleskop Herschel mendapatkan petunjuk bahwa sebagian air di Jupiter terkonsentrasi di bagian selatan planet tersebut.

Titik hitam yang berada di atas atmosfer tersebut diperkirakan terjadi sebagai akibat dari tabrakan komet Shoemaker-Levy 9 yang menabrak permukaan planet tersebut pada Juli 1994. Peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa paling spektakuler yang dicatat dalam sejarah astronomi. Jejak hitam yang ditinggalkan komet tersebut mampu bertahan selama berminggu-minggu di atas atmosfer. "Menurut kami sebanyak 95 persen air di lapisan stratosfer disebabkan oleh dampak komet", ucap Thibault Cavalie dari Bordeaux Astrophysics Laboratory, Prancis. Selain itu 5 persennya lagi bisa disebabkan oleh uap air yang berasal dari es di salah satu bulan / satelit Jupiter, namun hal tersebut dapat dikesampingkan, tambahnya seperti dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh ESA. Hal tersebutlah yang juga menimpa Bumi yaitu ditabrak oleh komet dan Bumi menjadi memiliki air yang melimpah. Studi tentang hal ini diterbitkan dalam jurnal Astronomi dan Astrofisika Eropa. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, April 26, 2012

Video: Jupiter dan Saturnus Oleh Sander van den Berg

Video berikut merupakan video yang diambil oleh wahana luar angkasa milik NASA, Voyager dan Cassini tentang planet Jupiter dan Saturnus. Video ini dibuat oleh Sander van den Berg dan berdurasi sekitar 2 menit dengan diiringi oleh musik dari The Cinematic Orchestra yang berjudul That Home (instrumentalia). Silahkan dinikmati.

Thursday, March 15, 2012

Penuh Dengan Samudera Lava, Permukaan Io Mirip Pizza

Bulan Jupiter, Io. Image credit: NASA
Ilmuwan NASA telah menemukan samudera lava pada permukaan sebuah bulan yang terlihat seperti pizza.
Io, yang mengorbit planet raksasa Yupiter adalah dunia yang mengalami vulkanik paling aktif dalam sistem tata surya.

Meskipun hanya seperempat diameter Bumi, namun bulan ini menghasilkan sekitar 100 kali lebih banyak lava dibandingkan semua gunung berapi di seluruh Bumi.

Kini para ilmuwan AS pada Universitas California dan Michigan telah menemukan bahwa lava yang mengalir dari lautan magma itu berada antara 20-30 mil di bawah permukaan Io dengan kedalaman lebih dari 30 mil.

Penampakan Io mirip pizza ini, diakibatkan karena materi pada permukaan yang terus menerus mengalir tersebut terlihat seperti noda jerawat.

Perputaran yang tanpa akhir ini disebabkan oleh tarikan sangat kuat Yupiter pada interior Io, mirip tarikan pasang pada bulan kita.

Vulkanik Io mengejutkan sejumlah astronom ketika pertama kali difoto oleh NASA pada akhir 1970.

Lautan lava dideteksi dengan data penganalisaan yang dikumpulkan oleh pengamat lain, Galileo, yang mengorbit Yupiter selama delapan tahun hingga 2003 lalu.

Sinyal misterius dalam temuan ini terdengar cocok dengan apa yang diperkirakan dari bebatuan yang meleleh di bawah permukaan Io.

Para ilmuwan bahkan mampu mengidentifikasi beberapa jenis bebatuan, yang terungkap seperti lherzolite, sebuah batu vulkanik yang ditemukan di Spitzbergen, Swedia.

Torrence Johnson, mantan ilmuwan pada proyek Galileo, dari Jet Propulsion Laboratory NASA, di California, mengatakan, “Antara Bumi dan bulan kemungkinan juga pernah memiliki lautan magma serupa beberapa milyar tahun lalu pada saat pembentukannya, namun sudah lama mengalami pendinginan.”

“Vulkanik Io menginformasikan kepada kita bagaimana gunung berapi bekerja dan menyajikan sebuah jendela pada saat terjadinya berbagai jenis aktifitas vulkanik yang kemungkinan terjadi di Bumi dan bulan selama sejarah awal pembentukannya.”(erabaru.net, astronomi.us)

Tuesday, August 30, 2011

Bulan Jupiter, Io, Miliki Gunung Berapi Terbanyak

Io, salah satu bulan dari planet Jupiter, memiliki sedikitnya 200 gunung berapi yang masih aktif.
Badan antariksa Amerika, NASA, mengatakan samudera batu cair atau magma, yang baru dideteksi di bawah permukaan satu dari beberapa bulan Jupiter, Io, akhirnya menjelaskan mengapa bulan tersebut mempunyai paling banyak gunung berapi aktif dalam tata-surya.

NASA menemukannya dalam menganalisa baru-baru ini data yang dikumpul sebelumnya dari pesawat penyelidik antariksa Galileo, yang terakhir mengorbit Jupiter tahun 2003. Para ilmuwan yang melakukan penelitian baru itu mengatakan temuan tersebut penting karena ini adalah pengukuhan langsung yang pertama bahwa Io mempunyai lapisan magma cair atau sebagian cair di bawah permukaan.

Mereka menaksir samudera magma bulan Jupiter paling sedikit 50 kilometer dalamnya dan mempunyai temperatur di atas 1.200 derajat Celsius. Para peneliti mengatakan inilah sebabnya gunung-gunung berapi Io tersebar merata di seluruh permukaannya bukan hanya di “tempat-tempat panas” kawasan tertentu seperti di Bumi.

Io adalah satu-satunya benda angkasa dalam tata-surya selain Bumi yang diketahui mempunyai gunung berapi magma aktif. Walaupun hanya sedikit lebih besar daripada Bulan kita, gunung berapi di Io memuntahkan 100 kali lipat lava setiap tahun dari lava semua gunung berapi di Bumi.

Letusan di Io dapat mengepulkan asap partikel vulkanis 300 kilometer ke atas permukaannya dengan kecepatan sampai satu kilometer per detik. Ini lebih dari 20 kali lipat kecepatan letusan gunung berapi yang paling kuat di bumi.

Satu tim ilmuwan dari Universitas Kalifornia dan Universitas Michigan mengadakan penelitian baru itu, yang akan dimuat dalam jurnal “Science.” (Sumber: voanews.com)

Friday, August 26, 2011

Pergeseran Jupiter Pengaruhi Ekosistem Tata Surya

Jupiter. Credit: mascipul.blogspot.com
CALIFORNIA - Sejak awal pembentukan matahari sekira 4,6 miliar tahun lalu, planet-planet di tata surya mengalami pergeseran posisi secara berkala. Sebuah penelitian baru memperlihatkan pengaruh pergeseran Planet Jupiter terhadap tata surya.

Seperti diketahui Jupiter adalah planet terbesar yang mengorbiti Matahari. Sejak awal pembentukan di tata surya, Jupiter selalu mengalami banyak pergeseran. Pergeseran Jupiter banyak mempengaruhi beberapa planet lain seperti Mars dan Saturnus.

Sebuah fakta menunjukan bahwa pergeseran Jupiter menyebabkan pertumbuhan dari Planet Mars mengalami penghentian.

Planet Raksasa ini juga berpengaruh besar terhadap sabuk Asteroid, yang mengorbit pada Matahari di antara orbit Mars dan Jupiter. Namun kasus tersebut adalah masalah yang sangat kompleks, karena efek ini harus disimpulkan secara rinci.

Dalam rangka untuk menjelaskan alasan mengapa Jupiter bermigrasi, serta efek dari proses migrasi ini, peneliti telah menerbitkan sebuah model komputer baru, untuk menjelaskan hal tersebut.

Makalah ilmiah ini muncul di jurnal Nature, edisi 14 Juli. Para ahli tersebut mengatakan bahwa mereka menciptakan model komputer baru yang memperlihatkan dari awal tata surya terbentuk, tujuannya untuk memberikan pemahaman lebih baik mengenai bagaimana gerakan planet membentuk sistem konfigurasi saat ini.

Seperti dikutip Softpedia, Jumat (26/8/2011), Kevin Walsh, penulis makalah ini menjelaskan bahwa Jupiter awalnya terbentuk sekira 3,5 Astronomical Unit (AU / satuan astronomi menyatakan jarak) dari matahari. Tak lama setelah terbentuk, Jupiter mulai bergerak menuju bagian lain dari tata surya, hingga mencapai orbit yang sekarang ditempati oleh Mars. Saat itu Mars belum terbentuk.

"Kami berteori bahwa Jupiter berhenti bermigrasi ke arah matahari karena adanya Planet Saturnus," cetus Avi Mandell, rekan dari penulis penelitian ini.

Kedua planet saling bergerak di dalam tata surya, tapi pada satu titik migrasi, keduanya berhenti. Selanjutnya kedua planet ini mulai bergerak lebih jauh. Awalnya Jupiter masuk orbit stabil pada 5 AU, sementara Saturnus pindah lebih jauh dan masuk ke orbit 7 AU. Namun pada akhirnya, Jupiter terus bergerak lebih jauh, hingga ke orbit saat ini yang berjarak 9,5 AU dari Matahari. (Sumber: okezone.com)

Saturday, February 12, 2011

Wow, Ilmuwan Bongkar Rahasia Awan Jupiter

Ilmuwan berhasil menangkap gambar paling rinci dari gejolak hebat di sabuk awan Jupiter selama beberapa bulan terakhir. Kini, sabuk itu berubah putih memudar.

Gambar Sabuk Khatulistiwa Selatan (South Equatorial Belt) yang berada di bawah ekuator Jupiter ini diambil 30 November 2010 menggunakan teleskop Keck II di Hawaii. Ini mengungkapkan lapisan es di bulan Jupiter, Europa.

Sensor teleskop berhasil mendapatkan gambar di balik lapisan awan. Kini, warna lapisan sabuk bulan Jupiter itu sudah memudar.

Awan yang menutupi planet Jupiter
“Alasan mengapa Jupiter tampak seperti kehilangan sabuk awan ini adalah turunnya jumlah angin sehingga mengeringkan suhu dan melenyapkan awan,” ujar Glen Orton, ilmuwan NASA.

Sabuk awan putih itu berasal dari es amonia putih yang mengambang di ketinggian ekstrem sehingga mengaburkan materi cokelat lain. Perubahan ekstrim hanya terjadi di South Equatorial Belt sehingga membuat Jupiter tampak paling unik dari objek tata surya lain.

Orton mengakui, warna badai Jupiter yang berukuran hampir tiga kali lipat Bumi ini bisa muncul kembali.

Tags: Rahasia awan Jupiter, Wow, Ilmuwan Berhasil Bongkar Rahasia Awan Jupiter

Source: http://teknologi.inilah.com/read/detail/1229802/wow-ilmuwan-bongkar-rahasia-awan-jupiter


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto