Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Galaksi. Show all posts
Showing posts with label Galaksi. Show all posts

Thursday, September 4, 2014

Galaksi Cluster Super Laniakea Lebih Besar dari yang Dibayangkan

Galaksi cluster super Laniakea (dilingkari oranye) yang merupakan tetangga galaksi Bima Sakti (titik hitam kecil). Tampak juga galaksi cluster super lainnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NatGeo
Astronom pada haru Rabu lalu dikabarkan telah berhasil memetakan sebuah galaksi cluster super bernama Laniakea. Galaksi cluster super ini terdiri dari 100 ribu galaksi dengan triliunan bintang di dalamnya. Laniakea yang dalam bahasa Hawai berarti Surga Besar ini berhasil dipetakan oleh astronom Brent Tully dan tim dari University of Hawaii. Mereka menganalisa ribuan galaksi dengan mempelajari pergerakannya kemudian menghitung lokasi galaksi dengan memperkirakan kecepatan relatif terhadap perluasan alam semesta yang diawali oleh ledakan Big Bang 14 miliar tahun lalu.

Dari hasil penelitian di dapat bahwa galaksi cluster ini lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Untuk menuju galaksi cluster super lainnya diperkirakann butuh waktu 500 juta tahun cahaya. Galaksi Bima Sakti sendiri terletak dipinggiran galaksi cluster Laniakea ini. Nama Laniakea diusulkan oleh seorang Profesor bahasa Hawai di University of Hawaii bernama Nawa'a Napoleon. Diperkirakan diameter Laniakea sekira 100 juta tahun cahaya. Bandingkan saja dengan diameter galaksi Bima Sakti yang hanya 100 ribu tahun cahaya. Sangat berbeda jauh bukan :-). (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, August 8, 2014

Astronom Temukan Aliran Gas Super Panjang Penghubung Galaksi

Bawah kiri sebuah galaksi raksasa dan di sekitarnya ada aliran gas (warna hijau) yang terhubung dengan sebuah galaksi lain (atas). Selain itu aliran gas juga tampak terhubung dengan galaksi lainnya (kiri bawah). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Rhys Taylor / Arecibo Galaxy Environment Survey / The Sloan Digital Sky Survey Collaboration
Dengan menggunakan teleskop William E. Gordon di Observatorium Arecibo, Puerto Rico, astronom berhasil mendeteksi adaya aliran gas yang terdiri dari atom hidrogen dalam jumlah sangat besar dengan panjang mencapai 2,6 juta tahun cahaya pada galaksi yang berjarak 500 juta tahun cahaya dari Bumi. Aliran gas atom hidrogen ini diketahui merupakan yang terpanjang dari yang pernah ditemukan yakni lebih panjang satu juta tahun cahaya dari aliran gas yang ditemukan pada cluster / gugus Virgo.

Dr Rhys Taylor seorang peneliti dari Czech Academy of Sciences sekaligus penulis dari penelitian ini mengatakan bahwa hal ini benar-benar tidak terduga. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa memang aliran gas seperti ini sering ditemukan pada cluster galaksi dikaranekan banyak galaksi yang berjarak relatif dekat, tapi mengingat panjangnya aliran gas yang luar biasa, maka hal itu sangat aneh dan belum pernah ada sebelumnya.

Selain karena ukurannya yang sangat panjang, jumlah gas yang ada di dalamnya juga sangat besar. Menurut Roberto Rodrigues seorang sarjana dari University of Puerto Rico mengatakan jumlah gas pada aliran itu mencapai 15 miliar kali massa Matahari kita. Dan itu lebih mirip dengan gabungan massa dari galaksi Bima Sakti dengan Andromeda.

Tim astronom saat ini sedang meneliti dari mana asal usul dari aliran gas yang lebih mirip seperti "jembatan" itu. Salah satu teori yang mengemuka adalah ada salah satu galaksi besar yang melintasi sebuah kelompok galaksi kecil di masa lalu dan kemudian gas tertarik keluar setelah keduanya tadi menjauh. Selain teori itu ada juga teori lain yakni ada sebuah galaksi besar yang "tertangkap" oleh kelompok galaksi kecil kemudian mendorong gas keluar. Kedua teori itu akan diuji pada simulasi komputer untuk mengetahui teori mana yang bisa diandalkan dan dijadikan pedoman.

Proyek penelitian ini juga melibatkan tiga mahasiswa dan peneliti pascasarjana yakni Roberto Rodriguez dari University of Puerto Rico, Clarissa Vazquez dari UPR Humacao, dan Hanna Herbst dari University of Florida. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, May 5, 2014

Gugus Bintang HVGC-1 Dilempar ke Luar Oleh Galaksinya Sendiri

Ilustrasi cluster bintang HVGC-1. Image credit: NASA
Kita pernah mendengar ada planet dilempar keluar oleh galaksinya, M87 dan mengembara menjadi planet yang kesepian. Tapi baru-baru ini astronom menemukan hal yang sama sekali berbeda yakni ada cluster / gugus bintang yang dilepar keluar oleh galaksinya sendiri. Saking cepatnya lemparan, kecepatannya mencapai lebih dari 2 juta mil per jam. Cluster bintang ini diberi nama HVGC-1 yang merupakan singkatan dari hypervelocity globular cluster yang saat ini nasibnya sedang "merana" karena terlempat keluar galaksi dan berjalan melintasi ruang kossong antar galaksi / intergalaksi. Dinamakan globular cluster atau gugus bola karena memang bentuknya berkumpul seperti bola dan bentuk speerti ini biasanya tercipta saat usia alam semesta masih relatif muda. Galaksi Bima Sakti sendiri memiliki lebih kurang 150 globular cluster sedangkan galaksi M87 punya ribuan globular cluster.

Foto cluster bintang HVGC-1 yang diambil oleh Canada-France-Hawaii Telescope. Image credit: CFHT

Foto galaksi elips M87 yang diambil oleh teleskop Hubble. Image credit: NASA

Boleh dibilang beruntung astronom bisa menemukan HVGC-1 karena kecepatan geraknya yang sangat tinggi dan banyaknya gugus bola yang ada di M87. Astronom menggunakan intrumen Hectospec di teleskop MMT Arizona untuk meneliti ratusan gugus bola secara detail. Bagaimana HVGC-1 bisa dilempar keluar oleh galaksinya? menurut astronom galaksi M87 memiliki lubang hitam supermasih ditengahnya dan gugus bola HVGC-1 ini berada terlalu dekat dengan lubang hitam tersebut. Banyak bintang dari HVGC-1 yang tersedot masuk, tapi bintang inti dari HVGC-1 dapat bertahan dan akibatnya dua lubang hitam itu kemudian memungsikan dirinya seperti ketapel dan melemparkan jauh-jauh HVGC-1 dengan kecepatan yang luar biasa. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, February 2, 2014

Misteri Galaksi Raksasa di Awal Alam Semesta Akhirnya Terungkap

Perbandingan galaksi Bima Sakti saat ini dengan galaksi Ultracompact pada awal usia alam semesta.Walaupun  galaksi Ultracompact terlihat sangat kecil, namun memiliki kepadatan bintang 10 kali lebih tinggi dari galaksi Bima Sakti. Image credit: NASA, European Space Agency, and S. Toft og A. Feild

Telah lama menjadi pertanyaan para ilmuwan, bagaimana bisa di awal alam semesta terbentuk setelah Big Bang bisa muncul galaksi raksasa dengan ukuran yang sangat besar dan berisi miliaran bintang. Penelitian yang dilakukan di Niels Bohr Institute nampaknya mulai menemukan jawaban dari misteri itu.

Rata-rata sebuah galaksi raksasa seperti Bima Sakti membutuhkan waktu bermiliar-miliar tahun untuk tumbuh dan berkembang menjadi seperti sekarang ini. Namun anehnya ilmuwan menemukan galaksi raksasa yang muncul hanya 3 miliar tahun setelah dentuman Big Bang. Setelah dilakukan penelitian, ilmuwan mengatakan bahwa galaksi-galaksi tua raksasa itu mampu tumbuh begitu besar di awal usia alam semesta sebagai akibat dari penggabungan dengan galaksi-galaksi "tetangga" di sekitarnya sehingga menjadi lebih besar, ketika mereka bergabung lagi dengan galaksi lain, maka ukurannya menjadi lebih besar lagi. "Itulah mengapa sangat mengejutkan bahwa di awal usia alam semesta kita menemukan galaksi spiral dan galaksi elips yang besar. Yang mengejutkan lagi saat galaksi-galaksi itu masih berukuran kecil, mereka sudah memiliki begitu banyak bintang sehingga  tingkat kepadatan bintang di dalamnya sangat tinggi mencapai 10 kali lipat," ungkap Sune Toft, ilmuwan dari Niels Bohr Institute.
Perkembangan galaksi elips dari masa ke masa. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, European Space Agency, and S. Toft og A. Feild

Galaksi elips berbeda dengan galaksi spiral. Pada galaksi spiral, pergerakan bintang dan gas berputar di sekitar pusat galaksi. Sedangkan pada galaksi elips, pergerakan bintang tidak menentu. Rata-rata galaksi raksasa di awal usia alam semesta merupakan galaksi yang "boros" bahan bakar. Galaksi tersebut memiliki tingkat kelahiran bintang yang tinggi sehingga bahan untuk pembentukkan bintang juga cepat habis. Galaksi yang memiliki kandungan gas yang banyak, setelah bergabung dengan galaksi lain gas tersbeut akan terdorong ke tengah dekat pusat galaksi kemudian dengan cepat terbentuk bintang-bintang baru sehingga begitu "boros". Setelah bahan pembentuk bintang seperti gas habis, maka galaksi itu berhenti membentuk bintang dan yang tersisa hanyalah bintang-bintang tua dan lama kelamaan galaksi itu akan mati.

Penemuan ini sangat membantu para astronom untuk lebih mendalami evolusi galaksi di awal alam semesta. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, January 31, 2014

"Sungai" Hidrogen Pengaruhi Kecepatan Pembentukkan Bintang Pada Sebuah Galaksi

Sungai hidrogen (oranye) terlihat mengalir dan menghubungkan galaksi NGC 6946 dengan galaksi tetangganya. Image credit: D.J. Pisano (WVU); B. Saxton (NRAO/AUI/NSF); Palomar Observatory -- Space Telescope Science Institute 2nd Digital Sky Survey (Caltech); Westerbork Synthesis Radio Telescope
Astronom DJ Pisano dari West Virginia University dengan menggunakan teleskop National Science Foundation's Robert C. Byrd Green Bank (GBT) menemukan apa yang disebut dengan "sungai" atau aliran hidrogen yang mengalir di sekitar galaksi NGC 6946. Penemuan ini menjadi kunci dari jawaban pertanyaan bagaimana sebuah galaksi spiral menjaga kecepatan dalam pembentukan bintangnya.

"Kita tahu bahwa bahan bakar untuk pembentukkan bintang haruslah datang dari suatu tempat. Sejauh ini kita hanya mendeteksi sekitar 10 persen dari jumlah bahan yang dibutuhkan dari beberapa galaksi yang telah kita observasi," ungkap Pisano. Teori yang terkenal tentang ini adalah bahwa "sungai" hidrogen yang disebut sebagai cold flow (arus dingin), membawa hidrogen sehingga menyerupai aliran sungai yang berjalan antar galaksi kemudian memicu terbentuknya bintang. Namun aliran hidrogen ini begitu samar dan menyebar sehingga agak sulit untuk dideteksi sampai saat ini.

Pada galaksi Bima Sakti, kecepatan pembentukkan bintangnya cukup stabil, berbeda dengan galaksi NGC 6946 yang lebih aktif. Galaksi NGC 6946 terletak 22 juta tahun cahaya dari Bumi di perbatasan konstelasi Cepheus dan Cygnus.

Dengan menggunakan teleskop GBT, Pisano dapat mendeteksi cahaya yang dipancarkan oleh gas hodrogen netral yang menghubungkan galaksi NGC 6946 dengan galaksi satelitnya yang lebih kecil. Lokasi dan Kemampuan teleskop GBT memungkinkan untuk mendeteksinya. Pisano percaya bahwa aliran filamen hidrogen ini berpengaruh pada evolusi galaksi. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, January 24, 2014

Lubang Hitam Ultramasif Cegah Pembentukan Bintang di Cluster Galaksi RX J1532

Foto gas panas (berwarna ungu) di cluster galaksi RX J1532.9+3021 (RX J1532) dengan lubang hitam supermasif dengan massa seribu triliun kali lipat massa Matahari kita. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: X-ray: NASA/CXC/Stanford/J.Hlavacek-Larrondo et al, Optical: NASA/ESA/STScI/M.Postman & CLASH team
Para astronom dengan menggunakan teleskop Chandra berhasil mengungkap rahasia kekuatan salah satu lubang hitam yang dikenal sebagai lubang hitam dengan kekuatan super besar. Lubang hitam itu mampu menciptakan struktur yang bergitu besar didaerah yang dikelilingi oleh gas panas sehingga mencegah terbentuknya bintang dilingkungan ekstrim tersebut.

Lubang hitam tersebut berada dalam sebuah gugus galaksi bernama RX J1532.9+3021 (RX J1532) yang jaraknya 3,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Foto di atas adalah foto komposit yang dioleah dari data sinar X yang diperoleh teleskop Chandra. Dari foto tersebut tampak gas panas berwarna ungu di sekitar cluster galaksi yang berwarna kuning. Saking masifnya kekuatan dari lubang ini sehingga setara dengan satu kuadriliun atau seribu triliun kali lipat kekuatan Matahari kita, sangat..sangat..sangat luar biasa.

Jumlah gas panas yang luar biasa besar di pusat cluster galaksi menyimpan teka-teki. Gas panas memancarkan sinar X yang dingin sehingga kepadatan gas di pusat galaksi harusnya mendingin dengan cepat. Tekanan gas yang mendingin kemudian akan masuk lebih dalam ke dalam galaksi sehingga akan membentuk miliaran bintang. Tapi anehnya tidak ditemukan satu bukti pun adanya bintang yang terbentuk. Sangat aneh sekali.

Penemuan ini sangat mengejutkan. Mengapa bintang tidak terbentuk padahal bahan baku pembentukan bintang begitu melimpah di sana?? Citra dari teleskop Chandra dan NSF's Karl G. Jansky VLA (Very Large Array) memberikan petunjuk jawaban atas teka-teki ini. Foto Sinar X yang diperoleh memperlihatkan adanya dua rongga besar di dalam gas panas pada sisi lain pusat galaksi. Lubang hitam supermasih terletak diantara kedua rongga dan menciptakan pancaran jet supersonik yang menembus gas panas dan mendorongnya ke samping (ke luar). Rongga itu kemudian meluas dan melepaskan energi yang menimbulkan panas yang mencegah gas untuk mendingin. Dan itulah yang menyebabkan bintang tidak terbentuk.

Untuk menghasilkan jet supersonik yang sangat dahsyat, lubang hitam haruslah mengkonsumsi banyak massa. Tapi ternyata lubang hitam yang satu ini lebih efisien. Lubang hitam ini mampu menghasilkan energi super besar dengan konsumsi bahan yang sedikit. Hal itu terungkap setelah tidak ditemukannya emisi sinar X sebagai hasil dari materi yang "dimakan" lubang hitam. Bagaiamana cara lubang hitam itu menghasilkan energi besar dari konsumsi materi yang sedikit?? Lubang hitam dengan massa 10 miliar kali Matahari kita jika berputar dengan sangat cepat maka akan menghasilkan jet yang lebih besar dari lubang hitam yang berputar perlahan dengan konsumsi materi yang sama.

Selain ditemukan dua rongga tadi, ternyata ada pula satu rongga lain yang ternyata tidak selaras dengan jet lubang hitam. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 24, 2013

Galaksi z8_GND_5296 Pecahkan Rekor Sebagai Galaksi Terjauh dan Tertua di Alam Semesta

Foto galaksi z8_GND_5296. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: V. Tilvi (Texas A&M), S. Finkelstein (UT Austin), the CANDELS team, and HST/NASA
Dengan menggunakan data yang didapat dari teleskop Hubble dan teleskop Keck I di Keck Observatory, Hawai, astronom mengkonfirmasi bahwa mereka menemukan galaksi yang memecahkan rekor baru sebagai galaksi terjauh dan tertua yang pernah ditemukan di alam semesta. Galaksi yang disebut z8_GND_5296 terbentuk sekitar 700 juta tahun setelah Big Bang. Apa yang diamati oleh astronom saat ini adalah wujud dari galaksi itu pada 13,1 miliar tahun yang lalu.

"Hal yang paling penting dari apa yang kita lakukan adalah kita bisa belajar tentang apa yang ada diawal alam semesta," ungkap Steven Finkelstein dari University of Texas. "karena kecepatan cahaya adalah konstan, cahaya membutuhkan waktu untuk sampai ke sini, kita tidak bisa melihat seperti apa bentuk galaksi ini sekarang.Apa yang kita lihat adalah bentuk galaksi ini pada 13 miliar tahun yang lalu yang merupakan 95% dari usia alam semesta ini" tambahnya.

Ada kemungkinan bahwa teleskop Hubble sudah menemukan galaksi lain yang lebih jauh lagi, namun galaksi z8_GND_5296 adalah galaksi paling jauh dan tertua saat ini yang sudah dikonfirmasi melalui pengamatan dengan instrumen lainnya, ungkap para ilmuwan. Survei CANDELS (Cosmic Assembly Near-infrared Deep Extragalactic Legacy) Hubble sejauh ini telah menemukan sekitar 100.000 galaksi dan mengobservasi 43 diantaranya.

Astronom menggunakan hidrogen untuk mengukur jarak galaksi. Tim meneliti garis emisi hidrogen dari 43 galaksi yang diobservasi dan yang terlihat adalah garis emisi hidrogen dari galaksi z8_GND_5296. Galaksi z8_GND_5296 mampu membentuk bintang 150 kali lebih cepat dari galaksi Bima Sakti. Tidak menutup kemungkinan rekor galaksi terjauh dan tertua akan terpecahkan kembali dimasa depan. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, October 23, 2013

Saking Besarnya Gaya Gravitasi, Galaksi ini Bisa Berfungsi Sebagai Kaca Pembesar

Obyek yang disebut J1000+0221 yang sebenarnya merupakan sebuah galaksi dengan gravitasi super besar. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/ESA/A. van der Wel
Secara kebetulan teleskop Hubble berhasil menangkap sebuah obyek yang disebut J1000+0221 yang merupakan sebuah lensa gravitasi dari sebuah galaksi yang terletak 9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Foto yang diambil oleh teleskop Hubble tersebut sebenarnya foto dari dua buah galaksi. Galaksi pertama adalah galaksi yang menciptakan efek lensa (seperti kaca pembesar) yang memperjelah tampilan dari galaksi yang berada sejalan dengannya namun lebih jauh lagi jaraknya. Ilmuwan NASA menyebut fenomena ini sebagai lensa gravitasi dan pertama kalinya fenomena ini diteorikan oleh fisikawan terkenal dunia, Albert Einstein. "Penemuan ini benar-benar secara kebetulan," ungkap Arjen van der Wel dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Tingkat keselarasan obyek J1000+0221 dengan galaksi dibelakangnya sangat sempurna sehingga bisa terbentuk "cincin" di sekitar obyek. Ilmuwan mengatakan bahwa hal ini sangatlah jarang dan mereka merasa begitu beruntung melihat fenomena ini. Lebih jauh ilmuwan mengungkapkan bahwa galaksi yang ada di belakang obyek J1000+0221 diperbesar 22 kali lipat oleh lensa gravitasi tersebut. Berikut adalah prinsip kerja bagaimana fenomena itu ada dan diamati oleh teleskop Hubble.
Prinsip kerja dari pengamatan obyek J1000+0221. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ALMA (ESO/NRAO/NAOJ), L. Calçada (ESO), Y. Hezaveh
Diperkirakan galaksi lensa memiliki tingkat pembentukkan bintang yang sangat banyak sehingga mampu menciptakan gravitasi yang mampu berfungsi seperti kaca pembesar. "Ini adalah penemuan yang aneh dan menarik, dan itu benar-benar kebetulan. Ini akan menjadi bab baru dalam pengertian kita tentang evolusi galaksi di alam semesta pada masa lalu," tambah Arjen van der Wel. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, September 23, 2013

Foto Resolusi Tinggi Galaksi Andromeda

Foto galaksi Andromeda (M31) yang diambil dengan instrumen HSC pada teleskop Subaru. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: HSC Project/NAOJ
Astronom Jepang Masahiro Takada berhasil mengambil foto dari galaksi Andromeda dengan resolusi tinggi menggunakan teleskop Subaru di puncak gunung Mauna Kea, Hawai. Sebelumnya instrumen baru bernama Hyper-Suprime Cam (HSC) dipasang pada teleskop tersebut sehingga bisa memberikan foto yang sangat tajam. "gambar pertama dari HSC sangat bagus," ucap Masahiro Takada.

Galaksi Andromeda atau M31 berjarak hanya 2.5 juta tahun cahaya dari Bima Sakti sekaligus menjadi galaksi spiral yang paling dekat dengannya. Galaksi ini bisa dilihat dengan mata telanjang di langit malam yang cerah. Galaksi ini pertama kali diamati oleh astronom Al-Sufi dari Persia pada tahun 964 masehi. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, September 18, 2013

Saking Kuatnya, Gaya Gravitasi Galaksi Ini Bisa Membelokkan Cahaya

Foto galaksi cluster Abell S1077 yang dambil oleh teleskop Hubble. Saking kuatnya gravitasi sampai-sampai mampu membelokkan dan melengkungkan cahaya. Image credit: ESA/Hubble & NASA
Teleskop Hubble kembali membuat kejutan. Kali ini teleskop Hubble berhasil mengambil foto galaksi cluster (galaxy clusters) Abell S1077. Galaksi ini sangat istimewa karena memiliki gravitasi yang sangat kuat dan saking kuatnya sampai-sampai bisa membelokkan cahaya.

Galaksi cluster adalah suatu kelompok besar galaksi dimana setiap galaksi memiliki jutaan bintang. Galaksi cluster merupakan struktur terbesar di alam semesta dan setiap galaksi di dalamnya mempunyai hubungan gravitasi yang saling tarik-menarik.

Gravitasi yang sangat kuat itu memberikan efek seperti lensa pembesar sehingga seolah-olah cahaya dari sebuah galaksi terlihat melengkung dan menjadi garis-garis karena terdistorsi oleh gravitasi tersebut. Manfaat positifnya, kita bisa melihat obyek yang jauh dibelakang galaksi yang secara normal tidak bisa kita lihat. Dengan cahaya yang menjelma menjadi garis tadi, kita jadi bisa melihatnya.

Astronom menggunakan galaksi cluster untuk melihat dan menemukan obyek lain yang lebih jauh di alam semesta dikarenakan efek gravitasinya yang berkerja seperti kaca pembesar alami. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, September 11, 2013

Misteri 20 Tahun Terjawab, Persebaran Materi Gelap dalam Sebuah Galaksi

Galaksi Fornax, galaksi kerdil yang menjadi galaksi satelit dari galaksi Bima Sakti. Image credit: ESO/Digitized Sky Survey 2
Para astronom di University of Texas dengan menggunakan super komputer terbaru yang canggih berhasil mengungkap misteri yang telah bertahan selama 20 tahun yakni apakah materi gelap (dark matter) menyebar secara merata di dalam sebuah galaksi. John Jardel, mahasiswa pasca sarjana sekaligus peneliti studi ini mengungkapkan bahwa distribusi atau penyebaran materi gelap bervariasi antara galaksi satu dengan galaksi lainnya.

Materi gelap tidak mengeluarkan cahaya tapi para astronom dapat mendeteksinya melalui gravitasi dari obyek lain seperti bintang. Banyak teori yang megungkapkan bahwa materi gelap berasal dari bintang mati dan sebagainya namun tidak ada yang tahu dengan pasti. Meskipun begitu peran materi gelap ini sangat penting sebab alam semesta didominasi oleh materi gelap ini. Satu-satunya cara untuk memahami bagaimana alam semesta ini berevolusi hingga mencapai keadaannya sekarang yaitu dengan mengetahui apa peran dari materi gelap ini.

Galaksi kerdil umumnya mengandung 1000 kali lebih banyak materi gelap daripada materi normal. Galaksi normal seperti Bima Sakti hanya memiliki jumlah materi gelap 10 kali lipat dari materi normalnya.Dalam 20 tahun terakhir ilmuwan berdebat tentang bagaimana materi gelap ini tersebar atau terdistribusi di dalam galaksi. Menurut astronom obsevasional dengan menggunakan data dari teleskop mereka berpendapat bahwa materi gelap memiliki distribusi yang seragam di dalam galaksi. Astronom teoretikus yang didukung dengan simulasi komputer pada tahun 1990-an mengatakan bahwa kepadatan materi gelap terus berkurang dari inti galaksi hingga ke tepinya. Inilah yang mengundang perdebatan selama bertahun-tahun.

Dengan super komputer terbaru, Lonestar yang memiliki 5.840 processor di University of Texas mampu menyelesaikan data hingga 62 teraflops sehingga sangat mampu untuk melakukan perhitungan super kompleks. Jardel dan kawan-kawan mengamati galaksi satelit yang mengorbit Bima Sakti seperti Carina, Draco, Fornax, Sculptor, dan Sextans. Dengan menggunakan data yang diolah dari super komputer tadi ia menemukan bahwa kepadatan materi hitam terus menurun dari pusat galaksi namun ada juga yang tetap konstan. Tapi ketika semua galaksi itu dianalisis bersama-sama didapatkan kecimpulan bahwa pendapat astronom teoretikuslah yang benar. "Ketika anda hanya mengamati satu galaksi, beberapa dari mereka terlihat sangat berbeda. Namun ketika kita merata-rata beberapa galaksi secara bersama-sama maka perbedaan tadi akan saling membatalkan," ungkap Jardel.

Ilmu pengetahuan selalu memiliki misteri lainnya yakni bagaimana sebenarnya interaksi antara materi gelap dengan materi normal sehingga dapat membentuk sebuah galaksi. Itu akan masih terus diteliti dan pasti aan terungkap. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, July 6, 2013

Galaksi PGC 9074 dan PGC 9071, Dua Galaksi Kembar yang Bersiap Menjadi Satu

Galaksi PGC 9074 (kiri) dan galaksi PGC 9071 (kanan). Image credit: ESA, Hubble, NASA
Di konstelasi Triangulum (Segitiga) ada sepasang galaksi yang bisa dikatakan sebagai galaksi kembar karena keduanya sangat mirip yaitu galaksi PGC 9074 dan galaksi PGC 9071. Keduanya secara pelan tapi pasti saling mempengaruhi dalam hal gravitasi meskipun belum ada tanda-tandanya secara signifikan. Namun astronom meyakini bahwa ini merupakan awal dari interaksi garvitasi diantaranya keduanya.

Dua galaksi tersebut merupakan galaksi spiral yang memiliki bentuk berbeda. Di sebalah kiri gambar terlihat galaksi PGC 9074 dengan fitur cerah dan dua lengan spiral di sekitar inti. Di sebelah kanan tampak galaksi PGC 9071 tampak lebih langsing dengan debu yang lebih sedikit.

Debu yang ada pada lengan kedua galaksi menutupi cahaya dari bintang-bintang muda yang baru lahir yang sinarnya tampak berwarna biru. Dan bintang yang telah berumur terlihat berada di dekat pusat galaksi berwarna kekuningan. Ada fitur halo redup di bagian luar galaksi yang berasal dari cahaya bintang tua dari galaksi.

Secara bertahap kedua galaksi akan saling tarik menarik satu sama lain dan akibatnya proses pembentukkan bintang akan meningkat dan akhirnya setelah ratusan juta tahun ke depan, kedua galaksi itu akan bergabung menjadi satu galaksi yang lebih besar. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, May 30, 2013

Teleskop Hubble Abadikan Foto Galaksi Starburst

Galaksi J125013.50 073441.5. Image credit: ESA/Hubble & NASA, M. Hayes
Teleskop Hubble berhasil mengabadikan foto galaksi J125013.50 073441.5 yang disebut juga galaksi Glittering Swirl yang berarti pusaran yang berkilauan. Galaksi indah ini termasuk dalam galaksi starburst (Starburst Galaxy) yaitu galaksi dengan rata-rata tingkat pembentukkan bintang yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan galaksi lain. Tampak daerah terang berwarna biru menunjukkan bahwa di sana banyak bintang yang baru lahir.

Dengan mengetahui dan mempelajari galaksi seperti ini, kita bisa mengetahui tentang evolusi galaksi dan proses pembentukan bintang. Gas dalam galaksi akan sangat berpengaruh dalam proses pembentukan bintang. Beberapa galaksi yang termasuk dalam galaksi starburst antara lain galaksi Antennae dan galaksi Messier 82 yang membentuk bintang baru 10 kali lebih cepat dari galaksi Bima Sakti kita. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, April 27, 2013

Galaksi Ini Mampu Membentuk Bintang Ratusan Kali Lebih Cepat dari Bima Sakti

Galaksi SDSS J1506 +54. Image credit: NASA
Astronom baru-baru ini berhasil menemukan sebuah galaksi yang mengubah gas yang ada disekitarnya menjadi bintang-bintang. Uniknya galaksi ini membakar gas tersebut dengan tingkat efisiensi pembakaran mencapai 100 persen. Astronom menemukan galaksi tersebut setelah melakukan pengamatan melalui IRAM Plateau de Bure interferometer di pegunungan Alpen Prancis, NASA's Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) dan teleskop Hubble NASA.

"Galaksi tersebut membakar gas mirip seperti mesin mobil bertenaga gas dan galaksi itu memiliki "mesin" gas yang sangat efisien" ungkap Jim Geach dari McGill University sebagai penulis utama dari penelitian ini di jurnal astrofisika. "Galaksi ini mirip sebuah mobil sport, bedanya galaksi ini merubah gas menjadi bintang pada tingkatan perubahan yang paling efisien," tambahnya lagi.

Galaksi yang bernama SDSS J1506 +54 itu ditemukan ketika astronom sedang melihat data survei infrared yang dihasilkan oleh WISE dan galaksi tersebut memiliki sinar inframerah yang begitu jelas yang setara dengan seribu miliar kali Matahari kita. "Karena WISE mampu mengamati seluruh bagian langit, maka galaksi ini terlihat sangat jelas dari objek yang lain," ucap Ned Wright dari UCLA selaku peneliti utama dari WISE.

"Galaksi ini membentuk bintang-bintangnya ratusan kali lebih cepat dari galaksi Bima Sakti kita dan ini merupakan proses pembentukan bintang yang paling ekstrim," ungkap Jim Geach. Astronom dengan menggunakan instrumen Iram Plateau de ure interferometer mengukur jumlah gas yang ada pada galaksi tersebut. Hasilnya dideteksi adanya sinar gelombang dari karbon monoksida sebagai indikator dari adanya gas hidrogen yang merupakan bahan bakar bintang.

Dari data tersebut kemudian astronom menggabungkannnya dengan data WISE dan Iram (untuk mengukur massa gas) dan para astronom berhasil mendapatkan ukuran efisiensi pembentukan bintang. Hasilnya menunjukkan bahwa afisiensinya mencapai batas maksimum teoritis yang dikenal dengan sebutan batas Eddington. Tepat didaerah pembentukan bintang baru, awan gas di dekatnya kemudian runtuh karena gravitasinya.

Saat gas memadat dan memiliki kekuatan untuk menekan atom  untuk memicu reaksi fusi nuklir, maka bintang baru akan lahir dan pada saat yang sama angin dan radiasi dari bintang-bintang baru tersebut dapat mencegah pembentukan bintang baru lainnya dengan menekan gas yang ada di sekitarnya untuk mencegah keruntuhan awan dan gas yang lebih besar.

Batas Eddington merupakan batas titik dimana gaya gravitasi menarik gas secara bersamaan yang besarnya seimbang dengan tekanan yang keluar dari bintang. Apabila melebihi batas Eddington tersebut maka wan gas akan meledak dan proses pembentukan bintang akan terhenti. "Kami melihat gas mengalir keluar dari galaksi ini jutaan mil perjam dan kemungkinan gas ini terdorong oleh radiasi yang kuat dari bintang-bintang yang ada di sana," ungkap Ryan Hickox, astrofisikawan dari Dortmouth College, Hanover.

Hal yang menyebabkan galaksi SDSS J1506 +54 menjadi sangat luar biasa adalah kemampuannya menghasilkan bintang yang sangat cepat dan periode evolusi galaksi yang juga sangat singkat yag kemungkinan galaksi tersbuet merupakan penggabungan dari dua galaksi yang berbeda. Diperkirakan beberapa puluh juta tahun lagi galaksi tersbeut akan kehabisan gas dan akan berubah menjadi galaksi elips yang besar. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, January 2, 2013

Indahnya Cincin Raksasa di Sekitar Pusat Galaksi NGC 1097

Foto galaksi NGC 1097 yang diambil oleh teleskop Hubble. Tampak cincin cahaya di sekitar pusat galaksi tersebut. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Teleskop Hubble milik NASA berhasil mengambil foto menakjubkan dari galaksi spiral NGC 1097. Uniknya galaksi tersebut memiliki "cincin" yang terbentuk dari bintang-bintang yang sangat terang di dekat pusatnya. Karena saking terangnya cahaya bintang-bintang tersebut, sampai menyebabkan lengan dan struktur galaksi NGC 1097 menjadi tidak begitu terlihat.

Galaksi NGC 1097 terletak sekitar 45 juta tahun cahaya dari Bumi dan memiliki lubang hitam (black hole) supermasif di tengahnya dengan massa 100 juta kali massa Matahari kita dan aktif menghisap apapun yang ada di sekitarnya.

Daerah di sekitar lubang hitam yang bersinar terang merupakan daerah tempat pembentukan bintang-bintang baru. Daerah tersebut menjadi sangat terang karena adanya emisi dari awan hidrogen yang terionisasi. Keliling dari cincin tersebut diperkirakan sekitar 5000 tahun cahaya sedangkan lengan spiral galaksi NGC 1097 mencapai panjang puluhan ribu tahun cahaya.

Galaksi ini merupakan galaksi unik karena memiliki galaksi pendamping di sekitarnya atau biasa dikenal dengan galaksi satelit. Galaksi tersebut adalah NGC 1097A dan NGC 1097B. Galaksi NGC 1097A merupakan galaksi elips yang mengorbit sekitar 42.000 tahun cahaya dari pusat galaksi NGC 1097. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, December 14, 2012

Gabungkan Data Berbagai Teleskop, Astronom Rilis Foto Galaksi NGC 3627

Foto galaksi NGC 3627 hasil penggabungan foto dari beberapa teleskop berbasis Bumi dan antariksa dan menghasilkan foto dengan kualitas dan resolusi tinggi. Image credit: http://chandra.harvard.edu/photo/2012/ngc3627/
Astronom berhasil menggabungkan beberapa foto dan cahaya melalui teleskop berbasis Bumi atau Ground-based Telescope dan teleskop antariksa atau Space-Based Telescope dan berhasil menemukan 37 lubang hitam (black hole) supermasif yang berada pada galaksi yang dekat dengan Bima Sakti.

Diantara yang ditemukan yaitu lubang hitam di galaksi NGC 3627. Seperti terlihat pada gambar di atas. Astronom menggabungkan data sinar X dari Chandra X-ray Observatory, data sinar inframerah dari teleskop Spitzer, dan data optik dari Teleskop Hubble dan VLT (Very Large Telescope) dan dari penggabungan tersebut didapatkan sebuah foto yang sangat cantik dari galaksi NGC 3627.

Terlihat pada foto galaksi di atas, gas dan debu berputar perlahan di sekitar lubang hitam yang berada di pusatnya dan membentuk sebuah cakram / piringan pipih. Sebagian materi jatuh ke dalamnya , memanas dan melepaskan sejumlah besar energi yang terlihat berupa sinar terang yang memancar.
Galaksi NGC 3627 terletak sekitar 30 juta tahun cahaya dari Bumi dan galaksi tersebut memiliki lubang hitam supermasif yang aktif di pusatnya.

Friday, November 23, 2012

Satelit Planck Berhasil Abadikan Foto "Jembatan" Cluster Galaksi

"Jembatan penghubung" berupa gas panas terlihat menghubungkan dua cluster galaksi. Image credit: Sunyaev–Zel’dovich effect: ESA Planck Collaboration; optical image: STScI Digitized Sky Survey 
Satelit Planck berhasil menemukan "jembatan penghubung" berupa gas panas yang menghubungkan cluster galaksi Abell 399 (bawah) dan cluster galaksi Abell 401 (atas). Kedua galaksi tersebut berada miliaran tahun cahaya dari Bumi dan jembatan gas tersebut panjangnya mencapai 10 juta tahun cahaya.

Gambar di atas menunjukkan panjang gelombang optik dua cluster galaksi yang diambil oleh teleskop berbasis darat (ground-based telescope) dan efek Sinyaev-Zel'dovich (berwarna oranye) dengan satelit Planck. (RO, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, November 17, 2012

Astronom Temukan Galaksi Tertua dan Terjauh 420 Juta Tahun Setelah Big Bang

Citra galaksi MACS0647-JD. Image credit: NASA, ESA
Ilmu pengetahuan termasuk astronomi akan selalu berkembang, termasuk dari teknologi maupun metode yang digunakan astronom untuk mempelajari dan meneliti alam semesta ini. Tampaknya astronom kembali menemukan galaksi tertua dan terjauh di alam semesta ini. Penemuan ini mengalahkan penemuan galaksi terjauh sebelumnya yaitu galaksi LAEJ095950.99+021219.1 yang terbentuk 800 juta tahun setelah Big Bang. Galaksi tertua yang baru ditemukan itu bernama MACS0647-JD yang terbentuk hanya 420 juta tahun setelah Big Bang. Galaksi itu ditemukan dengan menggunakan dua teleskop terbaik di dunia yaitu teleskop Hubble dan Spitzer. Selain itu astronom menggunakan galaksi masif MACS J0647 7015 sebagai lensa gravitasi untuk memperbesar galaksi yang letaknya jauh dibelakangnya.

Cahaya galaksi ini menempuh perjalanan sejauh 13,3 miliar tahun untuk mencapai Bumi sehingga bisa kita tangkap hari ini. Usia galaksi ini 13,3 miliar tahun dan itu lahir semenjak umur alam semesta baru 3 persen dari umurnya sekarang yaitu 13,7 miliar tahun.

Boleh dibilang galaksi MACS0647-JD merupakan galaksi bayi atau galaksi mini sebab ukurannya sangat kecil yaitu hanya 600 tahun cahaya, berbeda dengan galaksi Bima Sakti yang berukuran 150.000 tahun cahaya. Namun tampaknya rekor galaksi paling jauh ini masih bisa terpecahkan suatu saat nanti seiring dengan berkembangnya teknologi astronomi. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, November 12, 2012

Teleskop Hubble Abadikan Foto Galaksi Tua NGC 5010

Galaksi NGC 5010. Image credit: NASA
Teleskop Hubble berhasil mengambil gambar sebuah galaksi indah berwarna kuning dan kemerahan yang disebut dengan galaksi NGC 5010. Galaksi tersebut berada sekitar 140 juta tahun cahaya di konstelasi Virgo (The Virgin) dan pada bagian tengahnya menyerupai sebuah "ledakan" yang biasa kita lihat di film-film Hollywood.

Galaksi ini sedang berada dalam masa transisi dari galaksi spiral menjadi galaksi elips seperti yang akan terjadi pada galaksi Bima Sakti kita. Astronom menyebut galaksi NGC 5010 sebagai galaksi lenticular yang memiliki dua bentuk fitur yaitu spiral dan elips.

Galaksi ini tampak tertampil miring ke samping dari sudut pandang kita sehingga memungkinkan teleskop Hubble untuk mengintip bagian dalam galaksi ini dan ternyata bagian dalamnya gelap, berdebu, dan terdapat sisa dari lengan spiralnya.

Sebagian besar bintang yang terdapat pada galaksi NGC 5010 merupakan bintang merah yang berusia tua. Boleh dibilang di galaksi ini sudah hampir tidak ada bintang yang baru lahir sebab sebagian besar bahan bakar debu dan gas sudah habis digunakan oleh galaksi ini da lama kelamaan galaksi ini akan menjadi semakin merah dan lama kelamaan akan mati. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 25, 2012

Teleskop VISTA Ambil Foto Galaksi Bima Sakti Beresolusi 9 Gigapiksel

Foto galaksi Bima Sakti beresolusi 9 Gigapiksel. Image credit: ESO/VVV Consortium, Acknowledgement: Ignacio Toledo, Martin Kornmesser
Gambar di atas adalah foto dari pusat galaksi Bima Sakti yang diambil oleh VISTA infrared survey telescope di ESO’s Paranal Observatory. Yang menakjubkan adalah foto memiliki resolusi 9 Gigapiksel sehingga sangat tajam dan detail. Jika dicetak maka akan memiliki panjang 9 meter dan lebar 7 meter. Pada foto tersebut kita bisa melihat lebih kurang 84 juta bintang dan ini 10 kali lebih banyak dari data studi sebelumnya.

"Dengan mengamati secara rinci jutaan bintang yang berada di sekitar Bima Sakti kita bisa belaar lebih banyak tentang pembentukan dan evolusi tidak hanya pada galaksi kita akan tetapi juga pada galaksi spiral pada umumnya," ucap Roberto Saito dari Pontificia Universidad Católica de Chile, Universidad de Valparaíso, penulis utama dari studi ini.

Jika diibaratkan sebuah barang berharga, maka ini adalah sebuah harta karun di galaksi Bima Sakti (Milky Way). Dari data-data yang didapat, peneliti dapat menemukan benyak sekali eksoplanet (planet di luar tata surya kita) dengan menggunakan metode transit. Dengan begitu peneliti juga dapat mengetahui sifat dari bintang yang menjadi "host" bagi planet planet tersebut baik suhu, massa, maupun usianya.

Mendapatkan citra yang jelas dari pusat galaksi Bima Sakti bukanlah hal yang mudah sebab galaksi kita dipenuhi oleh debu yang menghalangi pandangan. Oleh sebab itu dibuthkan cahaya inframerah yang dapat menerobos debu tersebut. Untuk itu peneliti menggunakan teleskop 4.1 meter dan Infrared Survey Telescope for Astronomy (VISTA) yang mampu mengambil bidang pandang yang lebar dan gambar di atas adalah salah satu hasilnya. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto