Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Asteroid. Show all posts
Showing posts with label Asteroid. Show all posts

Saturday, October 19, 2013

Asteroid 2013 TV135 Berpotensi "Menghantam" Bumi Pada 2032

Asteroid. Image credit: NASA/Caltech
Dilaporkan oleh media berita Rusia, RIA Novosti bahwa astronom Ukraina dari Crimean Astrophysical Observatory baru-baru ini menemukan asteroid dengan diamater 400 meter yang diberi nama 2013 TV135 yang saat ini sedang berada pada lintasan yang berbahaya dan berpotensi menghantam Bumi pada tahun 2032. Diperkirakan kekuatan hantaman asteroid ini sebesar 2,5 mega ton TNT. Hal itu diperkuat juga dengan pernyataan dari Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin melalui akun Twitternya yang membenarkan bahwa ditemukan sebuah asteroid berukuran 400 meter yang dapat mengancam Bumi.
Perkiraan sementara lintasan orbit asteroid 2013 TV135 yang diperkirakan menabrak Bumi pada tahun 2032. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Caltech
Astronom hanya memiliki waktu sekitar satu minggu untuk meneliti asteroid ini sebelum bergerak lebih jauh untuk kemudian datang dengan jarak yang lebih dekat pada empat tahun ke depan. Oleh sebab itu astronom dari Minor Planet Center di Inggris akan meneliti lebih lanjut dengan meningkatkan keakuratan perhitungan dan prediksi lintasan asteroid 2013 TV135. NASA melalui JPL juga akan ikut mengamati asteroid ini dan mereka tentu juga akan melakukan perhitungan dengan instrumen canggih yang dimiliki, terlebih mereka juga memiliki program Near-Earth Object yang bertujuan untuk mencaritahu adanya obyek yang berpotensi membahayakan Bumi. (NS, PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, October 9, 2013

Astronom SETI Ungkap Bentuk Asteroid Sylvia dalam Model 3D

Model tiga dimensi (3D) asteroid Sylvia dengan dua asteroid satelitnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Danielle Futselaar/SETI Institute
SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) akhirnya berhasil mengungkap karakteristik dari sebuah asteroid raksasa yang memiliki dua satelit asteroid pendamping (bulan). Asteroid bernama Sylvia ini berada pada sabuk asteroid di antara planet Mars dengan Jupiter. Asteroid ini sendiri memiliki ukuran yang sangat besar yakni 270 km dan berdasarkan hasil pengamatan dan permodelan 3D (tiga dimensi) didapat fakta bahwa asteroid tersebut memiliki bentuk yang tidak teratur namun komposisinya padat. Bagian kulit luarnya tampak halus.

Asteroid Sylvia didampingi oleh dua satelit yakni Romulus dan Remus. Romulus memiliki ukuran lebar 24 km sedangkan Remus berukuran sedikit lebih kecil. Menurut Franck Marchis dari SETI, adanya kedua satelit asteroid ini memberikan banyak manfaat. "Berkat kehadiran bulan ini, kita bisa mengetahui kepadatan dan struktur dalam asteroid ini tanpa mengirimkan wahana ke sana. Pengetahuan mengenai struktur internal asteroid adalah kunci untuk memahami bagaimana planet-planet di tata surya kita terbentuk," ungkap Franck Marchis.
Pengamatan yang dilakukan dengan teleskop 8-10 meter dengan optik adaptif. Lingkaran gelap menunjukkan bentuk yang tidak teratur dari asteroid. Satelit yang ukurannya lebih kecil bisa dilihat pada posisi yang berbeda-beda pada gambar-gambar di atas. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Franck Marchis
Marchis dan timnya sudah lama mengamati asteroid ini dan mereka menggunakan teleskop canggih dengan instrumen optik adaptif seperti yang ada pada teleskop di Keck Observatory, Hawai dan teleskop European Southern Observatory di Chile. Hasil dari pengamatan ini bisa memabntu para astronom untuk membuat model yang akurat tentang sistem tiga asteroid (triple asteroid system) yang memungkinkan untuk dapat mengetahui dan memperkirakan posisi dari asteroid satelit di sekitar asteroid utama setiap saat. Tim melakukan pengamatan di saat terjadi okultasi asteroid Sylvia dengan sebuah bintang yang jauh.

Diperkirakan asteroid pendamping, Romulus dan Remus terbentuk dari serpihan asteroid Sylvia yang hancur akibat hantaman obyek antariksa lain. (LS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, September 17, 2013

Asteroid Kecil 2013 RZ53 Akan Lewat Diantara Bumi dan Bulan

Lintasan orbit asteroid 2013 RZ53. Image credit: NASA
Astronom mengumumkan bahwa sebuah asteroid kecil berukuran 1-3 meter yang bernama 2013 RZ53 akan melintas ditengah-tengah antara Bumi dan Bulan pada hari Rabu 18 September 2013. Asteroid itu akan melintas pada jarak yang aman yakni lebih dari 230.800 km dari Bumi (jarak Bumi Bulan sektar 239.000 km).

Kita tidak perlu khawatir pada asteroid itu dan kalau pun mengarah ke Bumi asteroid tersebut akan habis karena hangus dan terbakar di atmosfer. Asteroid 2013 RZ53 ditemukan oleh tim dari University of Arizona dengan proyek Catalina Sky Survey yang bertujuan untuk mencari dan melacak asteroid potensial yang bisa membahayakan Bumi. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, September 1, 2013

Astronom Temukan Asteroid Trojan Dekat Planet Uranus

Foto astroid 2011 QF99 (lingkaran hijau). Image credit: Mike Alexandersen
Untuk pertama kalinya astronom berhasil menemukan asteroid trojan yang mengorbit bersama planet Uranus. Asteroid trojan adalah asteroid yang mengorbit dekat orbit dengan sebuah planet namun orbit keduanya tidak berbenturan disebabkan karena orbit asteroid trojan berada pada titik stabil (Lagrangian Point). Lagrangian Point sendiri adalah titik-titik / daerah dimana terdapat tarikan gaya gravitasi gabungan antara dua obyek bermassa besar yang mana tarikan itu justru memberikan gaya sentripetal kepada obyek lain untuk ikut mengorbit bersama. Asteroid trojan yang diketahui mengorit bersama planet Uranus bernama asteroid 2011 QF99.

Asteroid 2011 QF99 diperkirakan terjebak di orbit dekat Uranus akibat gaya gravtasi antara Uranus dengan Neptunus. Menurut Mike Alexandersen dari Institute of Planetary Science, asteroid 2011 QF99 "terjebak" oleh Uranus pada beberapa ratus ribu tahun yang lalu dan dalam beberapa juta tahun asteroid trojan itu bisa saja melarikan diri dari pengaruh gravitasi dan keluar dari orbitnya sekarang. "Ini membuat kita tahu tentang evolusi tata surya," ungkap Mike. "Dengan mempelajari proses dimana asteroid trojan ditangkap, untuk kemudian terlepas, kita bisa lebih memahami bagaimana obyek tata surya bermigrasi dari wilayah planet di tata surya," tambahnya. (RO, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 24, 2013

Begini Cara NASA Menangkap Asteroid (Foto dan Video)

NASA merilis foto dan video yang menjelaskan bagaimana cara mereka untuk "menangkap" asteroid. Dalam video tersebut NASA menggunakan misi berawak dengan kapsul Orion sebagai modul dan lengan robotik serta balon plastik sebagai instrumen untuk menangkap asteroid. Tujuan sebenarnya dari misi ini adalah untuk menangkap dan mengarahkan asteroid dekat Bumi untuk ditempatkan ke titik yang stabil di dekat Bulan untuk kemudian dapat dipelajari.

NASA juga menggunakan Solar Electric Propulsion System untuk misi luar angkasa masa depan yang mampu membawa lebih banyak muatan dengan daya jangkau yang lebih jauh. Selain itu penggunaan Solar Electric Propulsion System memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi. Tidak berhenti sampai di situ saja, saat ini NASA juga tengah menelaah kurang lebih 400 ide yang masuk kepada mereka tentang bagaimana cara untuk melakukan misi asteroid ini agar lebih efektif dan efisien.

Berikut foto dan video NASA yang menjelaskan bagaimana cara mereka menangkap asteroid

Ilustrasi astronot mengambil sampel dari asteroid yang berhasil di tangkap. Image credit: NASA

Ilustrasi dua astronot sedang mempersiapkan asteroid yang berhasil ditangkap dengan lengan robotik. Image credit: NASA

Ilustrasi kapsul Orion mendekati asteroid yang sudang berhasil ditangkap. Image credit: NASA

Ilustrasi Solar Electric Propulsion System. Image credit: Analytical Mechanics Associates


Friday, May 17, 2013

31 Mei Nanti Asteroid 1998 QE2 Akan Melintasi Bumi

Jalur orbit asteroid 1998 QE2 saat melintasi Bumi. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Pada 31 Mei 2013 nanti, asteroid besar 1998 QE2 akan melintasi Bumi. Asteroid tersebut akan melintasi Bumi pada jarak yang sangat aman yakni sekitar 3,6 juta mil atau sekitar 5,8 juta km dan itu setara dengan 15 kali jarak Bumi ke Bulan. Asteroid 1998 QE2 sendiri memiliki ukuran panjang sekitar 1,7 mil (2,7 km) yang berarti 9 kali panjang kapal pesiar Elizabeth 2 yang sangat terkenal. Asteroid ini ditemukan pada 19 Agustus 1998 oleh MIT (Massachusetts Institute of Technology) saat melaksanakan program LINIER (Lincoln Near Earth Asteroid Research) yakni sebuah misi untuk mencari asteroid yang memiliki potensi membahayakan Bumi. Nama asteroid ini diberikan oleh NASA-supported Minor Planet Center yang pemberiannya didasarkan pada tahun dan bulan penemuannya.

Astronom akan mengamati pergerakan asteroid 1998 QE2 melalui teleskop yang berada di observatorium  Arecibo di Puerto Rico dan menggunakan radar NASA di Goldstone, California, Amerika Serikat. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, February 16, 2013

Ahli NASA, Meteor Rusia Tidak Berhubungan dengan Asteroid 2012 DA14

Meteor yang jatuh kemarin pagi di Rusia. Image credit: universetoday.com
Meteor yang jatuh dan menghantam kota Chelyabinsk dan Sverdlovsk di Rusia kemarin menurut para astronom bukan disebabkan oleh melintasnya asteroid 2012 DA14 yang berarti asteroid tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan meteor jatuh di Rusia tersebut.

Menurut ahli meteor NASA Don Yeomans, asteroid 2012 DA14 melintasi Bumi pada jarak yang masih aman sekitar 27.000 km dari Bumi dan bergerak dari Selatan ke Utara sedangkan meteor yang jatuh di Rusa tidak bergerak dari Selatan ke Utara. Selain itu adanya jeda waktu yang lama antara  melintasnya asteroid tersebut dengan kedatangan meteorit di Rusia juga cukup lama sehingga disimpulkan bahwa meteorit yang jatuh di Rusia tidak ada hubungannya dengan asteroid 2012 DA14. Sebelumnya sempat terdengar kabar bahwa meteorit tersebut merupakan serpihan dari asteroid 2012 DA14 atau bahkan dikaitkan dengan serangan ufo dan alien,maka hal itu tidak benar.

Perlu diketahui bahwa asteroid 2012 DA14 memiliki ukuran lebar 45 meter dan itu sekitar setengah dari lapangan sepak bola dan akan melintas dengan jarak terdekta dengan Bumi pada jarak 8.046 km di atas wilayah Indonesia sekitar pukul 02.30 WIB pagi.

Astronom sendiri telah mengamati asteroid ini sejak ditemukan pada bulan Februari 2012 dan menurut NASA baik dimasa kini maupun masa depan asteroid ini tidak akan menimbulkan ancaman bagi Bumi. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, January 10, 2013

ESA Simpulkan Asteriod Apophis Tidak Akan Menghantam Bumi

Citra asteroid Apophis yang diambil oleh teleskop Herschel pada jarak sekitar 14,5 juta km. Image credit: ESA/Herschel/PACS/MACH-11/MPE/B.Altieri (ESAC) and C. Kiss (Konkoly Observatory)
Teleskop Herschel berhasil mengambil foto terbaru dari asteroid Apophis yang akan  melintas mendekati Bumi pada akhir pekan ini. Dan yang mengejutkan adalah ternyata asteroid Apophis ini lebih besar dari   yang diperkirakan sebelumnya.

Asteroid yang memiliki nama lain 999942 / 2004 MN4 dan ditemukan pada tahun 2004 ini sering disebut sebagai asteroid "kiamat" di berbagai sosial media di seluruh dunia dikarenakan berdasarkan  pengamatan dan penghitungan saat itu, asteroid tersebut memiliki peluang 2,7 % untuk menghantam dan menabrak Bumi pada April 2029. 

Berdasarkan data terbaru didapatkan bahwa   pada tahun 2029 asteroid Apophis akan   melintas pada jarak 36.000 km dari Bumi. Jarak tersebut lebih dekat dari orbit satelit geostasioner. Asteroid ini akan kembali melintasi Bumi pada tahun 2036 namun seberapa dekat jaraknya nanti dengan Bumi masih belum bisa diprediksi dengan pasti. 

Pada akhir minggu ini asteroid Apophis akan berada pada jarak sekitar 14,5 juta km sekitar sepersepuluh dari jarak Matahari ke Bumi. "Memahami sifat asteroid akan memberikan   rincian yang penting yang pada akhirnya   kita bisa mengetahui obyek luar angkasa   yang berpotensi bahaya," ucap Laurence O'Rourke, pengawas dari program MACH-11 teleskop Herschel.

Asteroid Apophis nampaknya juga terkena efek Yarkovsky yaitu efek perubahan orbit yang terjadi sebagai akibat dari panas Matahari. "Meskipun pada awalnya asteroid ini dikenal oleh publik sebagai ancaman bagi Bumi, namun nampaknya hal itu tidak akan terjadi di masa yang akan datang dan asteroid itu cukup dikenal sebagai salah satu dari Obyek dekat Bumi," ungkap Goran Pilbratt selaku peneliti di ESA untuk proyek Herschel.  Asteroid Apophis adalah asteroid kedua terdekat dengan Bumi yang diamati oleh teleskop Herschel setelah asteroid 2005 YU55 yang mendekat dengan Bumi pada bulan November 2011 lalu. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, December 11, 2012

Asteroid 2012 XE54 dan 4179 Toutatis Akan Lintasi Bumi 12 Desember 2012

Ilustrasi asteroid 4179 Toutatis atau asteroid kentang yang dibuat oleh Goldstone radar imagery. Image credit: NASA
Dua buah asteroid akan melintasi Bumi pada 12 Desember 2012 nanti. Asteroid tersebut adalah asteroid yang baru ditemukan yaitu 2012 XE54 dan asteroid kentang atau 4179 Toutatis. Melintasnya dua asteroid tersebut tidak akan berakibat buruk pada Bumi karena asteroid 2012 XE54 akan melintas pada jarak yang cukup aman yaitu 226.000 km (141.000 mil) dan asteroid 4179 Toutatis akan melintas pada jarak yang lebih jauh yakni 6,9 juta km (4,3 juta mil) dan itu 18 kali jarak Bumi ke Bulan.

Ilmuwan dari Institute Teknologi Pasquale Tricarico memperkirakan bahwa asteroid 2012 XE54 berukuran 28 meter tersebut akan melewati bayangan Bumi sehingga akan menyebabkan terjadinya gerhana asteroid dan ini mirip dengan gerhana Bulan total yang biasa kita lihat. (UT, Adi Saputro/ astronomi.us)

Friday, June 22, 2012

Ukuran Asteroid 2012 LZ1 Dua Kali Lebih Besar dari yang Diperkirakan

Foto asteroid 2012 LZ1 yang diambil oleh teleskop Haleakala-Faulkes pada 13 Juni 2012. Image credit: Nick Howes, Ernesto Guido & Giovanni Sostero
Asteroid 2012 LZ1 yang baru-baru ini melintas dekat Bumi diketahui memiliki ukuran yang dua kali lebih besar dari yang diperkirakan. Asteroid 2012 LZ1 ditemukan oleh Rob McNaught di Siding Spring Observatory di Australia. Awalnya ukuran asteroid ini diperkirakan 502 meterr, namun dengan menggunakan sistem radar keplanetan, diketahui ukuran dari asteroid tersebut sekitar 1 km. Dengan memperhatikan ukuran asteroid tersebut, ilmuwan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika asteroid itu sampai menghantam Bumi.

"Objek ini lebih besar dari yang diperkirakan, ungkap Dr. Ellen Howell dari Arecibo, "Penting untuk mengetahui bagaimana sistem radar bekerja, sebab kita masih harus mencari tahu berapa banyak populasi asteroid yang kemungkinan melintasi Bumi", tambahnya seperti yang dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Jumat (22/06/2012).

Asteroid 2012 LZ1 akan melintas lagi dekat Bumi pada 12 Juni 2053 setelah itu akan menjauh dan tidak menjadi ancaman lagi bagi Bumi, setidaknya untuk 750 tahun ke depan. Hal itu didapat dengan menggunakan sistem radar keplanetan yang sensitif yang memantau segala hal tentang asteroid tersebut. Asteroid 2012 LZ1 diketahui memiliki permukaan yang sangat gelap dan hanya memantulkan 2-4% cahaya dari yang diterimanya. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Friday, June 8, 2012

Efek Yarkovsky Arahkan Orbit Asteroid ke Bumi

Ilustrasi efek Yarkovsky pada asteroid 1999 RQ36 saat melintas dekat Bumi pada tahun 2135. Image credit: dailymail.co.uk
Dalam 12 tahun terakhir, astronom menemukan bahwa orbit beberapa asteroid telah bergeser sekitar 100 mil dari orbitnya semula akibat ditarik dengan kuat oleh sebuah efek yang disebut dengan "Yarkovsky Effect".

"Efek Yarkovsky ini dapat mendorong asteroid menuju atau keluar dari orbit Bumi," ungkap Josh Emery dari University of Tennessee. "Memahami efek ini sangat penting untuk mengetahui apakah ada asteroid yang mungkin akan dapat menghantam Bumi," tambahnya. Astronom menemukan banyak asteroid yang memiliki kemungkinan untuk menabrak Bumi pada pertengahan abad ini.

Diantara asteroid yang diprediksi akan menabrak Bumi yaitu sebuah galaksi kecil 1999 RQ36. Galaksi kecil tersebut diperkirakan akan melintas Bumi pada tahun 2135. Asteroid tersebut diketahui telah bergeser 100 mil dari orbit asalnya, disebabkan oleh efek Yarkovsky ini.

Penelitian yang dilakukan Emery dengan menggunakan NASA Spitzer Space Telescope pada tahun 2007 dapat mengukur karakteristik termal dari asteroid menemukan bahwa asteroid tersebut ditutupi oleh material halus. "Semakin lama permukaannya dapat menahan panas, efek Yarkovskynya akan semakin kuat pengaruhnya," kata Emery. "Oleh karena itu jika asteroid terdiri dari batuan padat, maka efeknya akan lebih kuat karena mampu menahan panas lebih lama, tapi jika bahannya terdiri dari material halus seperti debu atau pasir, maka pendinginan akan lebih cepat sehingga pengaruh efeknya lebih lemah," imbuhnya seperti yang dikutip dari dailymail.co.uk, Jumat (08/06/2012).

Asteroid 1999 RQ36. Image credit: dailymail.co.uk

Mengetahui pengaruh efek Yarkovsky pada asteroid 1999 RQ36 sekaligus dapat mengetahui seberapa besar potensi bahaya jika asteroid tersebut benar-benar melintas Bumi pada tahun 2135 nanti.

Asteroid dengan diameter 500 meter tersebut diperkirakan akan melewati Bumi pada 2135 pada jarak 220 ribu mil. pada jarak yang semakin dekat, lintasan asteroid semakin sult untuk diprediksi secara akurat dan hanya bisa memperkirakannya dengan menggunakan data statistik.

Efek Yarkovsky sendiri diambil dari nama Insinyur Rusia pada abad ke-19 yang pertama kali menemukan bahwa suatu batuan antariksa dala jangka waktu tertentu orbitnya akan berbelok ketika menyerap sinar Matahari kemudian akan memancarkan kembali efek sinar Matahari tadi dalam bentuk panas. Efeknya sangat sulit untuk diukur karena sangat kecil.

Efek Yarkovsky ini ditemukan pada asteroid 1999 RQ36 dalam sebuah usaha untuk menentukan massa asteroid tersebut pada jarak jutaan mil dari Bumi. Ditemukan bahwa asteroid tersebut memiliki air dan berpori. (Adi Spautro/ astronomi.us)

Saturday, May 19, 2012

10 Negara yang Paling Berisiko Dihantam Asteroid

Ilustrasi asteroid menabrak Bumi.
Image credit: starryskies.com
Baru-baru ini, observasi  Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) NASA mengungkap populasi asteroid berpotensi bahaya di tata surya. Sekaligus menguak informasi terbaru soal jumlah, asal-usul, dan potensi bahayanya.

Asteroid berpotensi bahaya (potentially hazardous asteroid), disebut juga PHA adalah kelompok batu angkasa dekat Bumi. Mereka memiliki orbit terdekat dengan bumi, sekitar delapan juta kilometer. Dan, ukuran mereka diperkirakan cukup besar untuk bertahan dari pembakaran di atmosfer Bumi sehingga bisa menyebabkan kerusakan dalam skala regional, atau yang lebih besar.

Proyek NEO WISE, yang merupakan bagian dari misi WISE mengambil 107 PHA untuk membuat prediksi populasi secara keseluruhan. Hasilnya, ada sekitar 4.700 asteroid berbahaya, plus-minus 1.500, dengan diameter lebih besar dari 100 meter. Sejauh ini, baru sekitar 20-30 persen obyek yang ditemukan.

Analisis NEOWISE lebih baik dari perkiraan kasar sebelumnya, dan lebih kredible dalam memperkirakan jumlah total dan ukuran asteroid.

"Analisis NEOWISE menunjukkan bahwa kita telah membuat awal yang baik menemukan obyek yang bisa berpotensi bahaya bagi Bumi," kata  Lindley Johnson, program eksekutif untuk Program Observasi Dekat Bumi, seperti dimuat situs NASA.

Terkait asal-usul, asteroid berpotensi berbahaya mungkin berasal dari tabrakan antara dua asteroid di sabuk utama terletak di antara Mars dan Jupiter. Fragmen pecahan itu yang melayang orbit lebih dekat ke Bumi dan akhirnya menjadi PHA.

"Proyek NEOWISE NASA, yang awalnya tidak direncanakan sebagai bagian dari WISE, ternyata menjadi bonus besar," kata Amy Mainzer, peneliti utama NEOWISE, di Laboratorium et Propulsion Laboratory di Pasadena, California

Temuan itu membantu manusia memahami asal-usul asteroid dan memberi peluang untuk menghindari potensi bahaya. Juga mengetahui komposisi batu angkasa: granit, batu, atau logam. Jenis informasi ini penting dalam menilai potensi bahaya asteroid. Komposisi akan mempengaruhi seberapa cepat mereka mungkin terbakar di atmosfer.

Temuan NASA kemudian menjadi dasar studi sejumlah ilmuwan. Salah satunya, para peneliti dari University of Southhampton. Untuk kali pertama, para ahli di sana mengidentifikasi 10 negara paling berpotensi mengalami kerusakan terparah akibat asteroid.

Menggunakan perangkat lunak, NEOimpactor, singkatan dari "NEO" atau Near Earth Object programme NASA.

Dari simulasi tersebut, diperoleh 10 negara yang paling berisiko yakni: China, Indonesia, India, Jepang, Amerika Serikat, Filipina, Italia, Inggris, Brazil, dan Nigeria.

Lima negara menghadapi risiko hilangnya nyawa manusia yakni China, Indonesia, India, Jepang dan Amerika Serikat. Sementara, Amerika Serikat, China, Swedia, Kanada dan Jepang menghadapi dampak ekonomi yang paling parah karena hancurnya infrastruktur.

"Konsekuensi bagi populasi manusia dan infrastruktur sebagai akibat dari dampak asteroid sangat besar," kata Nick Bailey dari University of Southampton.

"Hampir seratus tahun yang lalu sebuah kawasan terpencil dekat Sungai Tunguska menjadi saksi hidup ledakan asteroid yang relatif kecil (diameter sekitar 50 meter). Meskipun saat itu hanya membuat rata hutan, seandainya meledak di London itu bisa menghancurkan segalanya," kata Bailey seperti dimuat Daily Galaksi. (vivanews.com, astronomi.us)

Tuesday, May 15, 2012

Vesta, Asteroid Mirip Planet

Salah satu kawah di astereoid Vesta. Image credit: NASA
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa asteroid Vesta, objek terbesar kedua di antara orbit Mars dan Jupiter, sejatinya merupakan protoplanet (embrio planet). Sayangnya, embrio planet ini mengalami kegagalan berkembang atau keguguran.

Astronom dari Jet Propulsion Laboratory, NASA, di California baru-baru ini menggali data hasil tangkapan wahana antariksa Dawn untuk memperoleh hasil tersebut.

"Kami sekarang mengetahui bahwa Vesta adalah satu-satunya bangunan protoplanet yang utuh berasal dari masa-masa awal sejarah Tata Surya," ungkap Carol Raymond, pimpinan investigasi misi Dawn seperti dikutip Scientific American, Jumat (11/5/2012).

Menurut astronom, objek lain seumuran Vesta mungkin saja bergabung dengan planet atau sudah hancur akibat tumbukan miliaran tahun lalu.

Astronom menguraikan, ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Vesta adalah sebuah protoplanet. Pertama, Vesta memiliki inti besi selebar 220 km. Inti besi tersebut sanggup menghasilkan medan magnet serupa yang dimiliki Bumi.

Sebelumnya, astronom menduga Vesta adalah adalah induk dari howardite-eucrite-diogenite (HED) meteorit (terdiri dari batuan magmatik yang terbentuk di temperatur tinggi). Riset menunjukkan bahwa Vesta memang induk dari jenis meteorit ini.

Bukti ketiga, permukaan asteroid Vesta menunjukkan kompleksitas yang tinggi, yang lebih menyerupai planet batuan daripada sebuah asteroid. Ini menegaskan bahwa Vesta adalah sebuah obbjek angkasa yang spesial.

Lalu, apa yang menyebabkan Vesta gagal menjadi planet? Astronom memperkirakan, penyebabnya adalah, Vesta berada di tempat yang tidak tepat.

Merkurius, Venus, Bumi dan Mars berada di orbit dalam Tata Surya, relatif tidak terpengaruh oleh gravitasi benda lain. Dengan demikian, protoplanet bisa membentuk planet dengan lebih mudah. Sementara, Vesta berada di antara orbit Mars dan Jupiter, dimana gravitasi Jupiter sangat mempengaruhi.

"Di sabuk asteroid, Jupiter memberi pengaruh sangat besar sehingga protoplanet-protoplanet tidak bisa berakresi (bergabung) satu sama lain," ungkap David O'Brien, peneliti di misi Dawn, seperti dikutip Space, kamis (10/5/2012).

Di wilayah sabuk asteroid, benda-benda juga bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga berpotensi untuk bertabrakan satu sama lain. Kecepatan tinggi inilah yang diduga menghancurkan banyak objek seperti Vesta.

Vesta yang memiliki lebar 530 km sendiri mengalami tumbukan. kawah di kutub selatan selebar 505 km dan kawah lain selebar 400 km menjadi buktinya.

Menurut ilmuwan, Vesta sendiri sudah beruntung dapat bertahan hidup di tengah berbagai tumbukan selama 4,5 miliar tahun. Ilmuwan mensyukuri hal ini sebab dapat menggunakan Vesta sebagai alat mempelajari Tata Surya.

"Vesta istimewa karena bisa selamat dari tumbukan keras di lingkungan sabuk asteroid selama miliaran tahun, memungkinkan kita untuk menginterogasi saksi kunci peristiwa pada masa-masa awal Tata Surya," kata Raymond.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (10/5/2012) lalu. (kompas.com, astronomi.us)

Friday, April 13, 2012

Gunung di Asteroid Vesta Tiga Kali Lebih Tinggi dari Everest

Gunung di Asteroid Vesta. Image credit: NASA
Citra wahana antariksa milik NASA yang diambil pada awal Oktober lalu menunjukkan, asteroid Vesta memiliki gunung setinggi lebih kurang 22 kilometer, tiga kali lipat dari tinggi Everest, gunung paling tinggi di Bumi. Bagian kaki gunungnya seluas 180 kilometer.

Citra terekam di area kutub selatan asteroid ketika Dawn, nama pesawat antariksa itu, mengorbit Vesta. Dawn mulai memasuki orbit Vesta di bulan Juli. Perjalanan mengorbit masih terus berlangsung dengan jangka waktu satu tahun.

Ini berarti bahwa gunung di asteroid Vesta tersebut lebih tinggi daripada gunung apa pun yang ada di Bumi, dan bahkan memiliki perbedaan tipis dari Gunung Olympus pada planet Mars yang memiliki ketinggian hingga 25 kilometer.

Hasil pencitraan juga menunjukkan permukaan Vesta lebih kasar dibandingkan dengan asteroid lainnya. Vesta mempunyai lebih banyak kawah, bukit, pegunungan, tebing, palung dibandingkan obyek-obyek lain di sabuk asteroid.

"Vesta sangat penuh kejutan, terutama bagian kutub selatannya," ujar Paul Schenk, ilmuwan di Lunar and Planetary Institute Texas yang ikut serta dalam Dawn.

Vesta merupakan asteroid kedua terbesar di tata surya setelah Ceres. Temuan ini dipresentasikan di Planetary Science Congress Eropa 2011 dan divisi Planetary Sciences Joint Meeting di Nantes, Prancis. (nationalgeographic.co.id, astronomi.us)

Friday, April 6, 2012

Ilmuwan NASA Analisa Bagian Terang Asteroid Vesta

Bagian terang dari asteroid Vesta. Image credit: straitstimes.com
Para ilmuwan NASA kini sedang menganalisa titik terang pada sebuah asteroid raksasa, yang mungkin mewakili materi termurni dari objek angkasa tersebut. NASA baru saja merilis sejumlah gambar baru dari asteroid Vesta yang diambil melalui pesawat luar angkasa tak awak Dawn.

Di sejumlah gambar yang berhasil diabadikan, terlihat beberapa wilayah di permukaan asteroid terlihat lebih terang ketimbang yang lain. Demikian seperti dikutip dari ST.

Sampai saat ini para ilmuwan masih terus meneliti untuk menjelaskan apa yang membuat permukaan itu lebih terang ketimbang areal lainnya, yang diperkirakan komposisinya sama seperti pertama kali asteroid tersebut terbentuk; sekira empat miliar tahun yang lalu.

Dawn telah mempelajari Vesta sejak pesawat tersebut memasuki orbit sejak tahun lalu. Musim panas tahun ini Dawn juga berencana untuk meninggalkan Vesta untuk menuju asteroid lainnya, yakni Ceres, yang diperkirakan sampai pada tahun 2015. (inilah.com, astronomi.us)

Monday, March 5, 2012

NASA: Asteroid 2011 AG5 Ancam Tabrak Bumi pada 2040

Ilustrasi asteroid menabrak Bumi. Image credit: starryskies.com
Belum lagi pasti, apakah Bumi akan selamat dari asteroid Apophis, yang menurut para ilmuwan Rusia bakal menabrak Bumi pada 13 April 2036, ancaman baru muncul.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengidentifikasi sebuah batu angkasa yang memiliki peluang untuk menyenggol Bumi. Besarnya 460 kaki atau 140 meter. Identifikasi NASA menyebut, asteroid yang dinamai 2011 AG5 berpeluang menabrak Bumi pada 5 Februari 2040.

Seperti dimuat Daily Mail, 28 Februari 2012, keberadaan asteroid ini bahkan menjadi perhatian tim aksi objek dekat Bumi bentukan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), yang mulai membahas bagaimana cara untuk mengalihkan orbit batu raksasa ini agar tak menyenggol Bumi. Agar tak membahayakan umat manusia.

Berdasarkan perhitungan NASA yang disampaikan Donald Yeomans, Kepala Program Observasi Obyek Dekat Bumi di Laboratorium Jet Propulsion, peluang asteroid itu bersenggolan dengan Bumi adalah 1:625, prediksi yang bisa terus berubah, seiring pergerakannya yang terus berubah. "Untungnya, obyek ini akan bisa diamati dari tanah dalam interval 2013-2016," kata dia.

Meski tak akan menyebabkan kiamat dan memusnahkan umat manusia, skrenario terburuknya, jika benda langit itu menabrak sebuah kota, niscaya jutaan nyawa akan melayang.

Sebagai perbandingan, asteroid yang menjadi pemicu musnahnya spesies Dinosaurus 65 juta tahun lalu, sembilan mil lebih lebar dari ukuran 2011 AG5.

Sejauh ini, para ilmuwan masih meraba-raba, mencari tahu sifat pergerakan asteroid itu. Para ahli baru bisa memperkirakan ukurannya, mereka baru bisa mengamati setengah orbitnya.

Baru antara tahun 2013 dan 2016, para astronom akan bisa memonitor 2011 AG5 dari tanah, yang jadi modal untuk membuat penilaian yang lebih rinci.

Pada 2023, asteroid ini akan "lolos dari lubang kunci" ke Bumi -- di area yang melewati orbit, sebelum ia akhirnya menabrak Bumi.

Menurut Laboratorium Jet Propulsion NASA, momentum akan berada dalam 0.02 unit astronomi dari planet kita, atau sekitar 1,86 juta mil.

Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari petaka?

NASA mengatakan, di antara opsi penyelamatan Bumi adalah dengan mengirimkan pesawat ke asteroid tersebut yang bisa memberi efek grafitasi, untuk mengarahkan 2011 AG5 menjauh dari bumi, selama jutaan tahun cahaya.

Opsi lain, adalah dengan mengirim satelit dan menabrakkannya ke asteroid tersebut.

Penggunaan senjata nuklir juga didiskusikan. Namun, dikhawatirkan, alih-alih menyelesaikan masalah, nuklir justru menciptakan hujan batu yang mengarah ke Bumi.

Sementara, seperti dimuat SPACE.com, asteroid ini ditemukan pada Januari 2011 oleh observatorium Mount Lemmon Survey di Tucson, Arizona.

"2011 AG5 adalah obyek yang saat ini memiliki kesempatan tertinggi menabrak Bumi, di 2040. Namun, kita hanya mengamatinya selama sekitar setengah orbit, sehingga presisi perhitungan ini masih tidak terlalu tinggi," kata Detlef Koschny dari Divisi Tata Surya Badan Angkasa Eropa (European Space Agency), Belanda. (vivanews.com, astronomi.us)

Friday, January 27, 2012

Asteroid 2012 BX34 Dekati Bumi 27 Januari 2012


Asteroid berukuran 11 meter yang diberi nama 2012 BX34, diperkirakan akan melintas mendekati Bumi pada tanggal 27 Januari 2012 ini. Asteroid ini diobservasi oleh Catalina Sky Survey, Mt. Lemmon Survey di Arizona, dan Magdalena Ridge Observatory di New Mexico. Tidak ada efek berbahaya bagi Bumi akibat melintasnya asteroid ini.

Friday, September 30, 2011

Karakteristik Fisik Asteroid Vesta

Asteroid Vesta. Credit: Ben Zellner (Georgia Southern University) / Peter Thomas (Cornell University) / NASA
Vesta merupakan asteroid terbesar kedua di sabuk asteroid diantara planet Mars dan Jupiter. Asteroid ini unik karena pada permukaannya terdapat bagian yang terang dan gelap seperti di Bulan. Berdasarkan pengamatan, Vesta memiliki daerah basaltik yang berarti bahwa lava pernah mengalir di permukaannya. Asteroid Vesta tampak terang di langit malam dan terkadang bisa dilihat dengan mata telanjang. Berikut ini adalah karakteristik asteroid Vesta seperti yang dikutip dari space.com, Jum'at (30/09/2011):
  • Diameter: 530 km 
  • Mass: 2.67 x 10^20 kg 
  • Temperature: 85-255 K 
  • Albedo: 0.4322 
  • Rotation period: 5.342 hours 
  • Orbital period: 3.63 years 
  • Eccentricity: .0886 
  • Aphelion: 2.57 AU 
  • Perihelion: 2.15 AU 
  • Closest approach to Earth: 1.14 AU 
Saat Vesta berada dekat melintasi Bumi pada tahun 1996, Teleskop Hubble memetakan topografi dari permukaan asteroid dan disini terungkap kawah besar pada kutub selatan asteroid. Lubang kawah tersebut berdiameter 460 km dan yang perlu diketahui, Vesta sendiri memiliki diameter hanya 530 km. Kemungkinan kawah tersebut terbentuk tabrakan pada awal terbentuknya asteroid tersebut. Materi yang keluar dari tabrakan ini menjadi vestoid, asteroid yang mengorbit dengan galaksi asal, serta sebagian menjadi meteorit yang jatuh ke Bumi.

Tidak seperti asteroid lainnya, bagian dalam Vesta sangat berbeda. Seperti planet, asteroid mempunyai kerak dari lava yang dingin membungkus mantel dan inti besi dan nikel. Sehingga Vesta lebih mirip protoplanet daripada asteroid. Sejarah penemuan asteroid Vesta ini bisa Anda baca disini. (AdiSaputro/Astronomi.us)

Tuesday, September 27, 2011

Sejarah Penemuan Asteroid Vesta

Asteroid Vesta. Credit: Ben Zellner (Georgia Southern University) / Peter Thomas (Cornell University) / NASA
Pada tahun 1596, saat menentukan bentuk elips orbit planet, Johannes Kepler percaya bahwa terdapat planet diantara Mars dan Jupiter. Perhitungan matematika yang dilakukan Johann Daniel Titius dan Johann Elert Bode pada 1772 yang kemudian dikenal sebagai "Hukum Titus-Bode", memprediksi hal yang sama. Pada Agustus 1798, sekelompok yang dikenal sebagai Celestial Police bergabung untuk mencari planet yang hilang, diantaranya terdapat astronom Jerman Heinrich Olbers. Olbers adalah astronom yang menemukan asteroid Pallas.

Seperti dikutip dari space.com, Selasa, (27/09/2011), Dalam suratnya untuk astronom lainnya, Olbers mengeluarkan teori pertama tentang asal asteroid. Dia menulis "Mungkinkah Ceres dan Pallas hanya sepasang fragmen dari sebuah planet yang besar yang terletak diatara Mars dan Jupiter?

Olbers berargumen bahwa fragmen-fragmen tersebut seperti planet yang akan berpotongan pada satu titik dan berada pada orbit yang berlawanan. Dia mengamati dua area ini pada malam hari dan pada 29 Maret 1807, ditemukanlah Vesta, dan Olbers menjadi orang pertama yang menemukan dua asteroid. Setelah beberapa malam melakukan pengukuran dan pengamatan, Olbers mengirim hasil perhitungannya kepada ahli matematika Carl Friedrich Gauss, yang menghitung orbit pallas hanya 10 jam. Dengan demikian ia diberi kehormatan untuk memberi nama asteroid tersebut dan dia memilih nama Vesta, dewi perapian, adik dari Ceres. (Adi Saputro/Astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto