Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, August 27, 2011

FOTO: Hyperion, Bulan Saturnus Mirip "Spons"

Foto Hyperion yang diambil oleh Cassini pada 25 Agustus 2011. Credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Jika kita lihat lebih dekat, bulan milik Saturnus yg bernama Hyperion tampak seperti spons raksasa. Seperti pada foto-foto di bawah yang diambil oleh pesawat luar angkasa Cassini pada 25 Agustus 2011 yang berada sangat dekat dengan Hyperion yaitu sekitar 24 ribu km sehingga didapatkan gambar yang begitu jelas.

Salah satu sisi dari Hyperion. Credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Foto Hyperion. Credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Foto Hyperion. Credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute

Dikutip dari universetoday.com, Sabtu (27/08/2011), "Hyperion sendiri adalah bulan Saturnus yang sangat kecil yang memiliki diameter hanya 270 km yang mengorbit diantara Titan dan Lapetus", kata Carolyn Porco, pimpinan dari Cassini imaging. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Foto Pertama Bumi yang Diambil dari Luar Angkasa

Foto pertama Bumi dari orbit Bulan pada tanggal 23 Agustus 1966 yang diambil Oleh NASA's Lunar Orbiter I. Credit: NASA
Tahukah Anda seperti apa foto pertama Bumi yang diambil dari luar angkasa? Foto Bumi yang pertama di ambil dari luar angkasa yaitu pada tanggal 23 Agustus 1966 oleh NASA's Lunar Orbiter, sebuah pesawat pengintai tanpai awak yang mengambil gambar Bumi dari orbit Bulan. Tapi jangan bayangkan foto itu sebagus fiti Bumi saat ini, karena memang teknologi yang digunakan belum seperti kamera jaman sekarang.

Foto Bumi lainnya yang juga diambil oleh Lunar Orbiter I. Credit: NASA
Sebelumnya skitar tahun 40, 50, dan 60-an, gambar Bumi juga sudah pernah diambil dari luar angkasa, tapi saat itu gambar yang diambil bukan Bumi dalam bentuk utuh (bola) melainkan hanya salah satu permukaan bagiannya saja.

Kamera yang dipasang di Lunar Orbiter I untuk mengambil gambar Bumi. Credit: Courtesy of George Eastman House, International Museum of Photography and Film
Dikutip dari sciencedaily.com, Sabtu (27/08/2011), Lunar Orbiter sendiri awalnya digunakan untuk memetakan keadaan bulan untuk mencari tempat yang tepat untuk mendaratkan astronot di bulan pada misi Apollo. Kamera yang digunakan utnuk mengambil foto bumi yaitu sebuah kamera onboard yang memiliki dua lensa kembar yang dapat mengambil foto secara simultan. Kamera ini didesain oleh Eastman Kodak dan dipergunakan untuk Departemen Pertahanan Amerika. (Adi Saputro/Astronomi.us)

NASA Temukan Bintang Kerdil dengan Suhu Terdingin

Bintang kerdil terdingin. Credit: NASA/JPL-Caltech/UCLA
Bintang kerdil coklat dengan temperatur terdingin telah ditemukan oleh NASA. Temperaturnya mirip dengan temperatur ruangan, 25 derajat Celcius.

Si kerdil itu ditemukan teleskop Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) pada jarak bintang yang berjarak 9 hingga 40 tahun cahaya. "Bintang kerdil yang kami temukan sebelumnya memiliki temperatur seperti oven," ungkap anggota WISE, Davy Kirkpatrick. "Sekarang kami telah menemukan bagian dingin dari sebuah rumah," tambahnya.

Michael Cushing yang juga anggota dari WISE mengatakan, "Hal ini membuktikan bahwa masih banyak tetangga Bumi yang belum terjelajah menggunakan WISE."

Dengan menggunakan huruf para astronom mengklasifikasikan bintang sesuai dengan tingkat panasnya, O, B, A, F, G, K, M, L, T, dan Y. O adalah yang terpanas dan Y bintang yang paling dingin. Matahari terletak di posisi G dan untuk bintang kerdil coklat yang baru saja ditemukan terklasifikasi sebagai bintang Y.

Bintang kerdil sebenarnya adalah bintang yang gagal. Namun, dalam prosesnya mereka tidak mempunyai massa yang cukup untuk membakar thermonuclear, sehingga mereka akhirnya meredup dan menjadi dingin. (Sumber: NASA)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Inilah Penyebab Jatuhnya Pesawat Kargo Progress M-12M Milik Rusia

Ilustrasi roket Soyuz membawa kargo antariksa Progress. Credit: AFP
Kendaraan kargo tanpa awak Rusia gagal mencapai orbit dan jatuh di kawasan Siberia beberapa menit setelah diluncurkan, Rabu (24/8/2011), pukul 17.00 waktu setempat tak lama setelah diluncurkan dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan. Kecelakaan ini tercatat merupakan yang pertama dalam 14 tahun terakhir.

Kargo bernama Progress M-12M yang diluncurkan dengan roket Soyuz U itu semula hendak menuju International Space Station (ISS) membawa bahan makanan dan oksigen bagi keenam astronot yang ada di sana, demikian laporan badan antariksa Rusia, Roskosmos.

"Berdasarkan informasi awal, pada detik ke-325, ada masalah operasi pada sistem propulsi yang mengakibatkan emergency shutdown ini. Pesawat kargo M-12M tidak berada di orbit yang seharusnya," demikian pernyataan Roskosmos.

Laporan agensi berita Interfax menyebutkan bahwa kargo tepatnya jatuh di kawasan Altai, Siberia, dekat perbatasan antara Mongolia dan China. Ledakan saat pesawat jatuh terdengar dari jarak jauh, tetapi tak ada laporan masalah yang muncul.

Ahli antariksa Rusia mengatakan, jatuhnya kargo itu seharusnya tidak mengganggu suplai bahan makanan dan oksigen di ISS. Suplai yang dibawa dalam penerbangan ulang alik terakhir Atlantis diperkirakan masih cukup untuk 3 bulan.

"Tapi karena pesawat ulang alik Amerika Serikat tak lagi terbang ke ISS, Mission Control mungkin akan mengurangi porsi kru ISS karena masalah suplai," kata Sergei Pusanov, ahli antariksa Rusia, pada Interfax.

Hingga saat ini, Rusia masih mencoba menganalisis sebab pasti jatuhnya M 12M. Lokasi sejauh ini diisolasi sebab kekhawatiran akan bahan bakar yang bisa bersifat toksik. Foxnews, Kamis (25/8/2011), melaporkan bahwa warga yang paling dekat dengan lokasi jatuhnya pesawat kargo ini mulai merasakan sakit.

Kecelakaan pesawat kargo ini cukup ironis sebab terjadi tak lama setelah misi pesawat ulang alik selesai dan dunia sangat bergantung pada Rusia. Seperti diketahui, penerbangan astronot ke ISS kini mengandalkan pesawat antariksa Soyuz milik Rusia. Rusia sendiri dalam 9 bulan telah mengalami 5 kegagalan, walau tak melibatkan Soyuz. Desember lalu, Rusia mengalami hal memalukan setelah 3 satelit navigasi untuk Glonnas gagal mengorbit dan jatuh ke Hawaii. Pada Februari lalu, Rusia menaruh satelit militer Geo-IK-2 di orbit yang salah. Minggu lalu, satelit telekomunikasi Express-AM4 juga gagal mencapai orbit.

Akibat jatuhnya M-12M, penerbangan berawak ke ISS mungkin akan ditunda hingga sebab-sebab jatuhnya kargo ini bisa ditemukan. Jika masalah lama tak terpecahkan, mungkin astronot ISS harus kembali ke Bumi, meninggalkan ISS dalam kondisi kosong. Kemampuan Rusia menyelesaikan masalah ini akan menjadi pembuktian bagi Rusia akan kelayakannya menangani misi antariksa. (Sumber: kompas.com

Friday, August 26, 2011

China dan Rusia Bekerjasama Jelajahi Mars

Planet Mars. Credit: wikimedia.org
GUANGZHOU - Oktober ini badan antariksa Rusia dan China akan bekerjasama untuk meluncurkan misi pertama menjelajahi Planet Mars. Tujuannya untuk mencari adanya tanda-tanda kandungan air di Planet Merah tersebut.

Kerjasama yang sudah dijalin antara China dan Rusia untuk melakukan peluncuran ke Mars sebenarnya sudah berjalan sejak Oktober 2009. Namun, saat itu ada beberapa kendala sehingga mereka harus menunggu kesempatan berikutnya yang diprediksi akan berjalan di bulan Oktober mendatang.

Pengumuman ini secara resmi telah dipublikasian beberapa waktu lalu melalui sebuah artikel koran People's Daily. Untuk melancarkan misi ini, ada tiga lembaga yang membantu pengorbitan ke Mars, antara lain NASA Mars Odyssey (NMO), Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) dan European Space Agency (ESA).

Misi baru ini sepenuhnya didasarkan pada penemuan yang dibuat selama beberapa dekade terakhir, yang mengungkapkan bahwa ada aliran air yang mengalir di permukaan Mars. Namun beberapa ilmuwan menegaskan jika Planet Mars tidak memiliki air selama lebih dari satu miliar tahun. Demikian seperti dikutip Softpedia, Jumat (26/8/2011).

Nantinya dalam melakukan penjelajahan ke Mars, kedua negara mengirimkan masing-masing robot penjelajah. China mengirimkan Yinghuo-1space yaitu kendaraan penjelajah luar angkasa yang akan diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan. Di dalam Yinghuo-1space nantinya akan ada Phobos Explorer, robot buatan Rusia yang dirancang untuk melakukan investigasi pada salah satu bulan kecil di Planet Mars.

Seperti diketahui Russian Federal Space Agency (RosCosmos) telah lama berupaya melakukan pendaratan purwarupa untuk melakukan penyelidikan di Mars dalam waktu yang sangat lama, namun sejauh ini berakhir dengan kegagalan, karena menemukan beberapa masalah kompleks seperti prosedural dan manuver.

Di sisi lain, China National Space Administration (CNSA) juga mendorong untuk melakukan misi penjelajahan tunggal ke Planet Merah, rencananya akan dimulai tahun 2013. Penjelajahan China tersebut bertujuan untuk menyamai rekor Rusia dan Amerika Serikat (AS) dalam menjelajahi ruang angkasa.

Bahkan China berniat untuk melebihi pencapaian mereka. Mengingat bahwa Roscosmos selalu menggunakan teknologi lama dan AS tidak lagi bersedia untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk eksplorasi ruang angkasa. (Sumber: okezone.com)

Lubang Hitam yang Lama Tidur Kini Bangkit Kembali

Ilustrasi aktifnya kembali Lubang Hitam yang dinamai Swift J1644 57. Credit: universetoday.com
PENNYSYLVANIA - Sejak Maret lalu, Astronom mengamati sumber baru yang ada di langit pada malam hari dengan menggunakan sinar-X. Mereka melihat kemunculan kembali sebuah lubang hitam yang memakan bintang kecil di sekelilingnya.

Ketika menemukan tanda-tanda awal dari aktivitas lubang hitam tersebut, para astronom berpikir jika itu merupakan salah satu dari banyaknya peristiwa kosmik. Namun data dari satelit Swift milik NASA menunjukan bahwa ada pembakaran dengan intensitas dan kecerahannya yang bertambah.

Para ahli menyatakan jika sumber baru yang terletak di gugus bintang Draco diharapkan dapat terlihat melalui pancaran sinar-X yang mampu bersinar dengan baik hingga tahun depan. Sebagai sumber radiasi standar jelas ini jarang terjadi, biasanya hanya berkedip sejenak lalu menghilang beberapa hari. Demikian seperti dikutip Softpedia, Jumat (26/8/2011).

Rincian makalah baru mengenai kemunculan kembali sebuah lubang hitam sudah dipublikasi dalam jurnal Nature edisi 25 Agustus. Para peneliti juga memberikan rincian lebih lanjut tentang bagaimana fungsi sumber radiasi baru yang diberi nama Swift J1644 57.

"Luar biasa, Swift masih memproduksi sinar-X dan akan memancarkan cahaya yang cukup terang, sehingga dapat diamati hingga tahun depan. Perilaku seperti ini jarang kami temukan sebelumnya," jelas David Burrows, profesor astronomi dari Pennsylvania State University.

Burrows menentukan sumber sinar-X di lubang hitam yang terletak pada sebuah galaksi yang sangat jauh. Objek ini terletak sekira 3,9 miliar tahun cahaya jauhnya.

Para astronom sekarang percaya bahwa lubang hitam di inti galaksi kembali aktif ketika bintang-bintang kecil melintas dekatnya dan akan dimakan.

"Dengan pengembangan penemuan ini, kami mampu melakukan pelacakan mundur ke waktu sebelumnya, guna memastikan bahwa ada aliran yang terbentuk pada saat yang sama di mana Swift akan menjadi sumber sinar-X," simpul ahli. (Sumber: okezone.com)

NASA Persiapkan Misi Kembali ke Bulan

Ilustrasi Pesawat Ruang Angkasa GRAIL di atas Bulan. Credit: Google
FLORIDA - NASA secara resmi mengumumkan akan kembali mendarat di Bulan pada program terbarunya yang dinamai Gravity Recovery And Interior Laboratory (GRAIL). Misi ini akan segera diluncurkan pada 8 September mendatang.

Peluncuran kembali NASA ke Bulan akan segera direalisasikan dalam waktu dekat, tepatnya 8 September 2011. Roket akan diluncurkan dari Cape Canaveral Air Force Station di Florida.

GRAIL adalah pesawat ruang angkasa yang memiliki interior kembar. Misi ini mengemban tugas selama sembilan bulan guna mengeksplorasi satelit alami Bumi tersebut secara rinci. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Kedua pesawat ruang angkasa kembar ini akan menentukan struktur interior bulan dari kerak hingga inti bulan, sehingga akan memperbaharui pemahaman manusia tentang evolusi bulan thermal.

Seperti dikutip The Hindu, Jumat (26/8/2011), pesawat ruang angkasa kembar, yaitu GRAIL A dan B, akan terbang dengan rute memutar menuju orbit Bulan dalam kurun waktu 3,5 bulan.

GRAIL A akan mencakup wilayah Bulan dengan luas sekira 2,6 juta mil (4,2 juta km), sedangkan 2,7 juta mil (4,3 juta km) lainya akan dijelajahi oleh GRAIL B.

"GRAIL akan menyingkap misteri pembentukan bulan dan juga membantu kita memahami bagaimana bulan, Bumi dan planet berbatu lain dapat berkembang," kata Maria Zuber, peneliti utama GRAIL dari Institut Teknologi Massachusetts.

Periode peluncuran GRAIL akan dimulai pada 8 September mendatang dan diperkirakan akan kembali pada 19 Oktober tahun 2012. (Sumber: okezone.com)

Pergeseran Jupiter Pengaruhi Ekosistem Tata Surya

Jupiter. Credit: mascipul.blogspot.com
CALIFORNIA - Sejak awal pembentukan matahari sekira 4,6 miliar tahun lalu, planet-planet di tata surya mengalami pergeseran posisi secara berkala. Sebuah penelitian baru memperlihatkan pengaruh pergeseran Planet Jupiter terhadap tata surya.

Seperti diketahui Jupiter adalah planet terbesar yang mengorbiti Matahari. Sejak awal pembentukan di tata surya, Jupiter selalu mengalami banyak pergeseran. Pergeseran Jupiter banyak mempengaruhi beberapa planet lain seperti Mars dan Saturnus.

Sebuah fakta menunjukan bahwa pergeseran Jupiter menyebabkan pertumbuhan dari Planet Mars mengalami penghentian.

Planet Raksasa ini juga berpengaruh besar terhadap sabuk Asteroid, yang mengorbit pada Matahari di antara orbit Mars dan Jupiter. Namun kasus tersebut adalah masalah yang sangat kompleks, karena efek ini harus disimpulkan secara rinci.

Dalam rangka untuk menjelaskan alasan mengapa Jupiter bermigrasi, serta efek dari proses migrasi ini, peneliti telah menerbitkan sebuah model komputer baru, untuk menjelaskan hal tersebut.

Makalah ilmiah ini muncul di jurnal Nature, edisi 14 Juli. Para ahli tersebut mengatakan bahwa mereka menciptakan model komputer baru yang memperlihatkan dari awal tata surya terbentuk, tujuannya untuk memberikan pemahaman lebih baik mengenai bagaimana gerakan planet membentuk sistem konfigurasi saat ini.

Seperti dikutip Softpedia, Jumat (26/8/2011), Kevin Walsh, penulis makalah ini menjelaskan bahwa Jupiter awalnya terbentuk sekira 3,5 Astronomical Unit (AU / satuan astronomi menyatakan jarak) dari matahari. Tak lama setelah terbentuk, Jupiter mulai bergerak menuju bagian lain dari tata surya, hingga mencapai orbit yang sekarang ditempati oleh Mars. Saat itu Mars belum terbentuk.

"Kami berteori bahwa Jupiter berhenti bermigrasi ke arah matahari karena adanya Planet Saturnus," cetus Avi Mandell, rekan dari penulis penelitian ini.

Kedua planet saling bergerak di dalam tata surya, tapi pada satu titik migrasi, keduanya berhenti. Selanjutnya kedua planet ini mulai bergerak lebih jauh. Awalnya Jupiter masuk orbit stabil pada 5 AU, sementara Saturnus pindah lebih jauh dan masuk ke orbit 7 AU. Namun pada akhirnya, Jupiter terus bergerak lebih jauh, hingga ke orbit saat ini yang berjarak 9,5 AU dari Matahari. (Sumber: okezone.com)

Astronom Temukan Planet "Berlian" Raksasa

Ilustrasi planet PSR J1719-1438 oleh tim ilmuwan Universitas Swinburne, Australia. Credit: space.com
Tim astronom di Australia mengaku telah menemuka suatu planet eksotis di galaksi bima sakti. Planet itu bagaikan sebuah berlian.

Planet ini, berjarak sekitar 4.000 tahun cahaya dari Bumi, jauh lebih padat dari yang lain dan sebagian besar terdiri dari karbon. Saking padatnya, tim astronom memperhitungkan bahwa karbon ini sejernih kristal, bahkan tidak jauh beda dengan berlian.

Planet aneh ini mengorbit di sekitar sebuah bintang yang telah mati akibat supernova dan disebut sebagai millisecond pulsar baru atau bernama PSR J1719-1438. Ketua tim peneliti dari Universitas Swinburne di Melbourne, Matthew Bailes, memperkitakan bahwa planet ini memiliki diameter lima kali lipat dari bumi.

"Kami sangat yakin bahwa planet itu memiliki kepadatan 18 kali lipat dari air," kata Bailes, seperti yang dikutip National Geographic, 25 Agustus 2011. "Ini berarti planet itu tidak dibuat dari gas seperti hidrogen dan helium seperti kebanyakan bintang, namun [terbuat] dari elemen-elemen yang lebih berat seperti karbon dan oksigen sehingga jadi mengkristal, mirip sebuah berlian," kata Bailes.

Bailes dan timnya menemukan planet beserta bintang millisecond pulsar itu saat survei pulsar melalui teleskop radio di Observatorium Parkes, Australia. Pulsar merupakan sejenis bintang mati yang memancarkan sinar gelombang radio yang kuat dari sumbunya. Bila sinar-sinar tersebut melintas pandangan dari Bumi ketika bintang berotasi, teleskop radio di Bumi dapat mendeteksi denyut rutin bintang mati itu.  

Tim dari Swinburne telah membuat sketsa atas bentuk planet yang mirip berlian itu. Namun, kepastian apakah planet tersebut benar-benar berlian raksasa masih harus dibuktikan lebih lanjut. Tim astronom optimistis bakal menemukan planet-planet aneh lainnya.

"Dengan makin canggihnya teknologi komputer, kami yakin akan menemukan lagi planet seperti ini," kata Bailes. (Sumber: vivanews.com)

Astronom Temukan Supernova PTF 11kly Hanya Beberapa Jam Setelah Ledakan

Tanda panah hijau menunjukkan supernova PTF 11kly dan perubahannya selama 3 hari (22-24 Agustus 2011). Credit: Peter Nugent/LBNL and Palomar Observatory
Sebuah ledakan supernova ditemukan kemarin oleh para astronom. Letak supernova tersebut cukup dekat yaitu hanya 21 tahun cahaya dari bumi. Para astronom yakin bahwa penemuan supernova tersebut hanya beberapa jam setelah ledakan terjadi dan ini adalah hal yang mengejutkan dimana belum ada supernova yang dapat ditemukan secepat itu.

Penemuan mengejutkan itu dimungkinkan dengan digunakannya beberapa telskop canggih seperti teleskop Hubble. Para astronom di Berkeley National Labolatory dan UC Berkeley yang membuat penemuan itu memprediksi bahwa penemuan supernova itu akan menjadi target untuk penelitian pada dekade berikutnya dan membuatnya menjadi salah satu dari banyak supernova yang paling banyak dipelajari dalam sejarah.

Dilansir dari physorg.com, Jum'at (26/08/2011), supernova yang diberi nama PTF 11kly tersebut berada di galaksi Pinwheel yang berlokasi di "Big Dipper (biduk)" yang diketahui juga sebagai gugus bintang Ursa Major. Supernova ditemukan dengan Palomar Transient Factory (PTF) yang dirancang untuk mengobservasi dan mengungkap peristiwa astronomi yang terjadi.

"Kami menangkap supernova ini segera setelah ledakan PTF 11kly semakin cerah setiap menit.. Ini sudah 20 kali lebih terang daripada kemarin," kata Peter Nugent, ilmuwan senior di Berkeley Lab yang pertama kali melihat supernova. Nugent juga seorang profesor astronomi di UC Berkeley.

Survei PTF menggunakan teleskop robot yang dipasang di 48-inci Teleskop Samuel Oschin di Palomar Observatory di California Selatan untuk memindai langit malam. Begitu pengamatan diambil, data menempuh perjalan 400 mil ke NERSC melalui National Science Foundation's High Performance Wireless Research and Education Network and DOE's Energy Sciences Network (ESnet). . Di NERSC, komputer mempelajari algoritma secara Real-time untuk kemudian mengidentifikasi setiap peristiwa untuk kemudian ditindaklanjuti. Dalam beberapa jam mengidentifikasi PTF 11kly, sistem otomatis mengirimkan koordinat untuk teleskop di seluruh dunia untuk melakukan pengamatan lebih lanjut.

Tiga jam setelah pipa PTF otomatis mengidentifikasi calon supernova, teleskop di Kepulauan Canary (Spanyol) telah menangkap "tanda cahaya," unik atau spektrum. Dua belas jam kemudian, timnya telah mengamati supernova tersebut melalui teleskop di Lick Observatory (California), and Keck Observatory (Hawaii) dan ditentukan bahwa supernova PTF 11kly termasuk dalam kategori khusus, yang disebut Tipe Ia. Nugent mencatat bahwa ini adalah spektrum paling awal yang pernah diambil dari supernova Tipe Ia.

"Jenis supernova Ia adalah jenis yang kita gunakan untuk mengukur ekspansi alam semesta. Melihat supernova meledak begitu dekat dengan memungkinkan kita untuk mempelajari peristiwa ini secara detail belum pernah terjadi sebelumnya.," Kata Mark Sullivan, pimpinan tim dari Oxfor university yang menjadi salah seorang yang menindaklanjuti penemuan ini.

"Kami masih belum tahu pasti apa yang menyebabkan ledakan tersebut," kata Weidong Li, ilmuwan senior di UC Berkeley dan kolaborator dari Nugent. "Kami menggunakan gambar dari teleskop Hubble, yang diambil beberapa tahun sebelum ledakan supernova untuk mencari petunjuk mengenai asal muasalnya."

Jarak 21 juta tahun cahaya merupakan jarak yang relatif dekat menurut standar astronomi dan supernova bisa dilihat walau hanya dengan teleskop kecil. (Adi Saputro/Astronomi.us)

FOTO: Nebula Pacman (NGC 281)

Nebula Pacman (NGC 281). Credit: Dave Halliday
Foto di atas adalah foto dari nebula Pacman yang diambil oleh Dave Halliday dari Ottawa, Kanada pada Agustus 2011. Nebula Pacman yang juga dikenal dengan NGC 281 adalah sebuah awan besar yang terdiri dari gas dan gas yang terionisasi yang bersinar dengan kepadatan rendah dimana bintang-bintang terbentuk. Nebula Pacman berada pada konstelasi Cassiopeia dan merupakan bagian dari lengan spiral Perseus. Disebut nebula Pacman karena mirip dengan karakter pada game Pacman. (Adi/astronomi.us)

Thursday, August 25, 2011

Es Mencair, Warna Pluto Mulai Terang dan Memerah

Pluto. Credit: discovery.com
WASHINGTON - Pemantauan terbaru yang dilakukan lembaga antariksa AS NASA menyebutkan, warna Pluto semakin terang dan nampak kian memerah.

Perubahan warna ini terjadi setelah planet terjauh tersebut berotasi mengelilingi matahari selama 248 tahun. Demikian keterangan yang dikutip dari Reuters, Minggu (7/2/2010).

Temuan NASA tersebut nampak pada sebuha citra yang diambil menggunakan teleskop luar angkasa Hubble, dimana terlihat belahan Pluto bagian utara nampak lebih cerah dan keseluruhan planet nampak terlihat berwarna lebih merah dari pemantauan sebelumnya.

"Perubahan warna ini lebih disebabkan karena melelehnya permukaan es di kutub yang terkena matahari, kemudian membeku kembali di kutub lainnya yang lebih gelap," kata juru bicara NASA.

"Planet ini tengah memasuki fase berikutnya, setelah siklus musiman selama 248 tahun," tandasnya. (Sumber: okezone.com)

Air di Bulan Cukup untuk 1.500 Kolam Renang

Penemuan air di bulan. Credit: NASA
LOS ANGELES -Kepastian mengenai keberadaan kandungan air di Bulan sempat dipertanyakan. Namun, NASA menemukan penemuan baru yang menguatkan bukti air memang terdapat di bulan.

Hasil baru dari pencitraan Bulan, mengungkapkan masih banyak air di kawah di mana matahari tidak bersinar, yang terdapat 41 galon es dan uap. Ini memang tidak terlihat banyak tetapi hampir dua kali lipat dari apa yang pernah ilmuwan temukan sebelumnya.

Dikutip melalui AFP, Jumat (22/10/2010), perkiraan tersebut hanya mewakili apa yang para ilmuwan lihat dari puing-puing yang terdapat di kawasan pesawat tanpa awak yang ditabrakan secara sengaja pada Oktober 2009 lalu.

Kepala ilmuwan dari NASA Ames Research Centre, Anthony Colaprete menghitung mungkin ada 1 miliar galon air dalam kawah yang terkena tabrakan tersebut. Ini artinya, jumlah tersebut cukup untuk mengisi 1.500 kolam renang ukuran Olimpiade.

"Kawah ke tersebut seperti 'oasis di padang pasir'. Sumber daya yang ada berpotensi digunakan untuk misi masa depan," katanya. Ia pun menambahkan mungkin ada kawah lebih banyak yang memiliki potensi air seperti itu di kedua kutub bulan.

Bukti bahwa bulan bersifat dinamis dan bukan kering tandus. Ini menawarkan harapan untuk sebuah kemungkinan masa depan dimana air di situs dapat digunakan untuk minum atau membuat bahan bakar roket. (Sumber: okezone.com)

1,2% Bintang di Galaksi Bimasakti Dukung Kehidupan

Galaksi Bima Sakti. Credit: thetechherald.com
HONOLULU - Para ahli astro biologi baru-baru ini meluncurkan sebuah peta baru dari galaksi Bima Sakti, yang menunjukkan bahwa sekira 1,2 persen bintang-bintang di dalamnya mampu mendukung kehidupan.

Karena galaksi Bima Sakti memiliki miliaran bintang, maka angka 1,2 persen bisa mewakili beberapa juta bintang. Dikatakan bahwa planet yang berada di dalam bintang-bintang tersebut mampu mendukung kehidupan. Demikian seperti yang dikutip dari Softpedia, Selasa (12/7/2011).

Diperkirakan oleh para ilmuwan bahwa temperatur di bintang-bintang tersebut cukup cocok untuk mendukung air pada planet yang mengitarinya.

Studi ini berdasarkan pada ide baru dalam dunia astronomi, yang menyebutkan bahwa kehidupan hanya ada di wilayah tertentu di wilayah tertentu galaksi Bima Sakti. Inti dari teori ini, menyebutkan bahwa kemungkinan setiap kehidupan berbeda, apabila itu berada di dekat pusat galaksi maupun di luar pusat galaksi. Zona di galaksi Bima Sakti yang bisa mendukung kehidupan adalah berjarak 30 tahun cahaya dari inti galaksi.

Michael Gowanlock, ahli dari University of Hawaii, mengatakan bahwa zona galaktik yang bisa dihuni oleh kehidupan lebih kompleks dari yang diperkirakan.

"Kami memperkirakan bahwa sekira 1,2 persen bintang di galaksi Bima Sakti mampu mendukung kehidupan," tulis Gowanlock dalam jurnal online arXiv.

Selain itu, para ahli juga menambahkan bahwa ledakan supernova, yang sebelumnya dipercaya mampu memusnahkan kehidupan di planet lain, apabila terjadi di bagian dalam galaksi, ternyata sisa-sisa peninggalannya mampu mendukung kehidupan yang lebih kompleks, dengan membentuk planet-planet dengan jarak yang ideal. (Sumber: okezone.com)

Gunung Berapi 'Silikat' Ditemukan di Bulan

Gambar penampakan dengan Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) (sumber : Google)
CALIFORNIA - Para ilmuwan menemukan sebuah 'titik panas' atau gunung berapi di sisi jauh Bulan. Hal ini menunjukan bahwa Bulan sudah lebih aktif secara geologi dari dugaan sebelumnya.

Titik panas yang dimaksudkan ilmuwan adalah konsentrasi unsur radioaktif thorium, yang berada antara Compton dan kawah Belkovich di Bulan. Titik tersebut pertama kali terdeteksi oleh Lunar Prespektor spectrometer sinar gamma pada tahun 1998.

Tapi pengamatan baru dengan Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) yang menggunakan optical kamera, menunjukan bahwa itu bukan gunung berapi biasa, namun ini merupakan gunung berapi silikat (senyawa yang mengandung muatan listrik negatif) yang langka.

"Ini sangat tidak biasa. Ditemukan banyak gunung dan setengah diantaranya kaya akan silikat. Ini karena Bulan tidak seperti Bumi yang tidak memproses ulang bahan batuan dengan cara berkonsentrasi pada silikat," ujar Bradley Jolliff, dari Washington University di St Louis, pimpinan tim yang menganalisa gambar LRO.

Keberadaan daerah gunung berapi akan membuat para ilmuwan memperbaharui teori-teori sebelumnya mengenai sejarah gunung berapi di Bulan.

"Penemuan ini akan membuat kita berpikir ulang mengenai suhu Bulan dan evolusi vulkaniknya," tambah Jolliff, seperti dikutip TG Daily, Rabu (27/7/2011).

Jolliff dan timnya menduga daerah gunung berapi yang baru ditemukan mungkin jauh lebih muda umurnya dari sebagian besar gunung berapi di wilayah Procellarum KREEP Terrane.

"Meskipun kita tahu dari analisis langsung sampel batuan bulan bahwa kebanyakan aktivitas gunung berapi terjadi tiga sampai empat miliar tahun yang lalu. Kita bisa melihat dari orbit bahwa beberapa masa terbentuknya batuan basalt baru terjadi sekira satu miliar tahun yang lalu," tambah Jolliff.

Jolliff juga menjelaskan jika wilayah tersebut merupakan daerah pembentukan gunung berapi yang 'telat' tumbuh. Hal tersebut mungkin juga terjadi karena proses peleburan radioaktif yang juga telat, dan menyulitkan larva untuk sampai ke permukaan.

Namun, Bulan masih mungkin memiliki inti luar cair yang menghasilkan panas seperti halnya rantai vulkanik di pegunungan Hawaii. (Sumber: okezone.com)

Ilmuwan Temukan Bintang dengan Suhu Sehangat Tubuh Manusia


Bintang. Credit: wordpress.org

Para ilmuwan baru saja menemukan sebuah bintang 'terdingin' di alam semesta, yang suhunya mungkin sehangat tubuh manusia.

Seperti yang dikutip dari Softpedia, Kamis (25/8/2011), para ahli astronomi sedang menyelidiki data yang dikumpulkan oleh teleskop NASA Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE), yang menemukan sejumlah jenis bintang terdingin di alam semesta. Objek-objek antariksa ini diperkirakan memiliki suhu sama seperti suhu tubuh manusia.

Ada beberapa jenis bintang dingin di alam semesta, termasuk bintang-bintang kecil berwarna cokelat. Objek-objek ini begitu dingin suhunya jika dibandingkan dengan bintang normal, dengan suhu yang hanya beberapa ratus derajat celcius saja.

Beberapa dari objek angkasa ini disebut sebagai 'bintang yang gagal', yang berarti bahwa mereka terbentuk dari gas hidrogen yang tidak berhasil berkembang secara wajar. Kegagalan fusi nuklir dari proses pembentukkan inilah yang membuat bintang-bintang tersebut bersuhu rendah.

Di penelitian tersebut, objek-objek baru ini disebut sebagai bintang kecil Y. Para ahli astronomi telah mencari objek-objek tersebut selama bertahun-tahun.

Melalui teleskop WISE, para ilmuwan berhasil menemukan 6 bintang kecil Y, yang kesemuanya berjarak 40 tahun cahaya Matahari.

Pimpinan penelitian ini adalah anggota dari tim teleskop WISE, Michael Cushing, yang bermarkas di NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL), di Pasadena, California. Tim JPL mengatur misi WISE untuk agensi luar angkasa Amerika Serikat (AS), Scinece Mission Directorate, yang juga bermarkas di kantor pusat NASA di Washington. (Sumber: okezone.com)

"Dua Mata", Dua Galaksi yang Berdekatan di Konstelasi Virgo

"Dua Mata" galaksi NGC 4438 (kiri) dan NGC 4435 (kanan). Credit: ESO/Gems project
Foto spektakuler ini diambil dari observatorium di Chile dan para ilmuwan menjuluki foto ini sebagai "Dua Mata". Foto ini dirilis pada 24 Agustus 2011 yang diambil menggunakan teleskop raksasa milik ESO (European Southern Observatory)

"Dua mata" ini berada sekitar 50 juta tahun cahaya di kostelasi Virgo (The Virgin) dan beberapa diantaranya berjarak 100 ribu tahun cahaya. Dua galaksi ini bercahaya putih berbentuk oval menyerupai mata yang bersinar dalam kegelapan jika dilihat dengan menggunakan teleskop berukuran sedang, kata salah satu pejabat ESO.

Bagian "mata" yang besar yaitu galaksi NGC 4438 yang merupakan galaksi dengan bentuk spiral namun menjadi terganggu akibat tabrakan dengan galaksi lain pada beberapa juta tahun yang terakhir. Galaksi tersebut memiliki jalur debu di bawah intinya. Bintang baru yang lebih muda menjauhi pusat galaksi

Bagian "mata" yang kecil adalah galaksi NGC 4435 yang sepertinya tidak memiliki gas dan debu angkasa, seperti keterangan ESO.



Tabrakan Galaksi

Bentuk spiral yang rusak pada galaksi NGC 4438 kemungkinan disebabkan oleh tabrakan dengan galaksi NGC 4435, kata pejabat ESO. Beberapa ahli astronomi juga menduga bahwa rusaknya galaksi NGC 4438 dihasilkan dari dekatnya jarak diantara dua galaksi yang berada sekitar 16 ribu tahun cahaya dan itu terjadi 100 juta tahun yang lalu. Akibatnya galaksi yang lebih besar menjadi rusak dan yang kecil juga secara signifikan terpengaruh oleh proses tabrakan tersebut.

Gravitasi dari tabrakan ini kemungkinan menjadi penyebab merusak galaksi NGC 4438 dan mengurangi massa NGC 4435 yang menyebabnya hilangnya sebagian gas dan debu di galaksi tersebut.

Galaksi Penyusup?

Selain dari hal di atas, kemungkinan rusaknya galaksi NGC 4438 adalah akibat tabrakan dengan galaksi Messier 86. Hal itu didasarkan atas observasi terbaru yang menemukan filamen gas hidrogen terionisasi yang menghubungkan dua galaksi besar yang menunjukkan bahwa pada masa lalu kedua pernah bertabrakan.

Galaksi elips, Messier 86 dan galaksi-galaksi lainnya di konstelasi Virgo merupakan tempat yang terdapat banyak galaksi jadi cukup sering terjadi tabrakan antar galaksi dan mungkin hal itu dialami galaksi NGC 4438 dengan NGC 4435 dan Messier 86. (astronomi.us dari space.com)

Pesawat Luar Angkasa Soyuz Jatuh di Selatan Rusia



Pesawat ruang angkasa milik Rusia Soyuz dikabarkan jatuh di selatan Rusia tepatnya di wilayah Choisk republik Altai. Sebelumnya controller di pusat kendali misi di Korylov telah kehilangan kontak 6 menit setelah pesawat meluncur.

Beberapa tipe pesawat Soyuz. Credit: spaceandtech.com

Pesawat luar angkasa Soyuz sendiri merupakan pesawat yang handal dan jarang mengalami masalah. Soyuz digunakan untuk beberapa misi diantaranya untuk mengirim suplay bahan perbekalan untuk Stasiun luar angkasa internasional (ISS) dan  Hal ini adalah kejadian terburuk sejak tahun 1978 di mana sebelumnya pengiriman perbekalan untuk ISS selalu berhasil. Tidak hanya perbekalan yang hilang tapi juga misi untuk meningkatkan ISS ke orbitnya otomatis gagal. (Sumber: universetoday.com)

Wednesday, August 24, 2011

Apa Itu Heliosheath?

Voyager 1 melintasi Heliosphere. Credit: wikipedia.org
Heliosheath (bahasa Indonesia: selubung surya) adalah zona antara gelombang kejut (termination shock) dan heliopause di perbatasan luar tata surya. Zona ini berada di sepanjang pinggiran heliosfer, sebuah "gelembung" yang disebabkan oleh angin surya.

Jaraknya diperkirakan sekitar 80 hingga 100 unit astronomi (AU) dari matahari. Misi penjelajah luar angkasa Voyager 1 dan Voyager 2 saat ini termasuk meneliti heliosheath tersebut.

Pada Mei 2005, dilaporkan bahwa Voyager 1 telah melewati termination shock dan memasuki heliosheath pada Desember 2004, pada jarak 94 AU. Sebuah laporan yang lebih awal yang menyatakan bahwa hal ini telah terjadi pada Agustus 2002 (pada 85 AU) kini dianggap secara umum sebagai terlalu awal.

Satuan Astronomi (Astronomical Unit)

Satuan astronomi - SA (SI: ua, bahasa Inggris: Astronomical unit, AU) adalah sebuah satuan jarak, kira-kira sama dengan jarak antara Bumi dan Matahari. Nilai dari SA yang diterima umum adalah 149 597 870 691 ± 30 meter (sekitar 150 juta kilometer atau 93 juta mil

Beberapa konversi:
1 SA = 149.597.870,691 ± 0,030 km ≈ 92 955 807 mil ≈ 8,317 menit cahaya ≈ 499 detik cahaya
1 jam-cahaya ≈ 7,214 AU
1 hari-cahaya ≈ 173 AU
1 tahun-cahaya ≈ 63.241 AU
1 pc ≈ 206.265 AU

Sumber: wikipedia.org

Teori-teori Terbentuknya Tata Surya Kita

Susunan tata surya kita. Credit: wikipedia.org
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :

  Pierre Marquis de Laplace.
Credit: wikipedia.org
 
Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.

  G.P. Kuiper. Credit:wikipedia.org  
Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya. (Sumber: wikipedia.org)

Astronom Amatir Temukan Planet Baru Tanpa Teleskop

Gilderm/stock.xchng
Astronom amatir menemukan empat planet di luar tata surya tanpa bantuan teleskop. Astronom berusia 45 tahun bernama Peter Jalowiczor hanya menganalisis data astronomi

Empat planet yang ditemukannya adalah HD 31253b yang berjarak 172 tahun cahaya dari Bumi, HD218566b yang berjarak 98 tahun cahaya, HD177830c yang berjarak 190 tahun cahaya, dan HD99492c yang berjarak 58 tahun cahaya.

Jalowiczor menemukan keempat planet tersebut hanya dengan mengandalkan data astronomi tahun 2005, milik para ilmuwan di universitas di Santa Cruz. Mulai tahun 2007, Jalowiczor menganalisis data tersebut, membuat gambar dan grafik untuk mendeteksi planet.

Ia menggunakan teknik yang disebut Spektroskopi Doppler. "Saya melihat perubahan perilaku pada bintang yang hanya bisa disebabkan oleh planet. Sekali saya mendapatkannya, saya langsung mengirimkan data ke Santa Cruz," paparnya. Ia memaparkan, "Jika ada planet yang mengorbit bintang, maka akan tampak goyangan kecil pada gerakan bintang itu. Goyangan tersebut menunjukkan keberadaan planet itu sendiri dalam sistem bintang."

Berkat temuannya, nama Jalowiczor bisa tertulis sebagai salah satu penulis dalam publikasi ilmiah tentang planet ini di Astrophysical Journal. Namanya berjajar dengan tim peneliti dari Universitas California.

Jalowiczor, yang juga anggota South Yorkshire's Mexborough and Swinton Astronomical Society, sangat tersanjung dan terhormat ketika namanya dicantumkan. Ia berkata, "Semoga hasil kerja saya bisa memotivasi yang lain."

Berkaitan dengan penemuannya, Jalowiczor sendiri merasa terkejut. "Saya suka astronomi sejak kecil, tapi menjadi salah satu penemunya, oh... saya kehilangan kata-kata," ungkapnya.

Publikasi data astronomi oleh Universitas Santa Cruz sendiri memang punya tujuan tertentu. Para ahli berharap, data itu bisa memacu munculnya temuan dari astronom amatir. Adanya temuan oleh Jalowiczor menunjukkan bahwa tujuan tercapai. (Yunanto Wiji Utomo)

Sumber: kompas.com

Lima Fakta Aneh Tentang Pluto

Ilustrasi Pluto. Credit: ESO
Tidak banyak hal yang sudah diketahui ilmuwan mengenai Pluto. "Segala hal yang kami ketahui tentang Pluto dapat ditulis di kertas berukuran 3x5 inci," tulis Space.com.

Meskipun demikian, pesawat NASA New Horizons diharapkan tiba di planet kerdil tersebut pada 2015. New Horizons diharapkan mengungkap lebih banyak informasi mengenai Pluto. Saat ini, ada lima fakta paling aneh mengenai Pluto. Ini dia.


Mantan Raksasa
Ketika pertama kali ditemukan tahun 1930, Pluto diyakini lebih besar daripada Merkurius, dan bahkan mungkin lebih besar daripada Bumi. Saat ini, Pluto berdiameter 1.352 kilometer, 20 persen lebih kecil dari pada Bumi.

Orbit Tak Biasa
Orbit Pluto tidak seperti delapan planet lain. Orbitnya sangat elips dan berjarak sekitar 5,87 miliar kilometer dari matahari. Ada masanya ketika Pluto berada pada posisi lebih dekat ke Bumi dibandingkan Neptunus, planet kedelapan. Orbit keduanya memang bersinggungan, tapi keduanya tidak akan bertabrakan.


Dingin Ekstrem
Pluto merupakan salah satu tempat terdingin di tata surya. Temperatur permukaannya sekitar minus 225 derajat Celcius. Ilmuwan memperkirakan Pluto terdiri dari 70 persen batu dan 30 persen es--permukaannya didominasi oleh es nitrogen.

Pluto juga diperkirakan memiliki lautan di bawah permukaan. Keberadaan laut itu ditunjukkan dengan ciri geologi atau kimiawi permukaan Pluto.


Bulan-Bulan Pluto
Pluto punya empat bulan: Charon, Nix, Hydra, dan P4. Bulan yang terakhir disebut belum lama ini ditemukan. Nama resminya nanti kemungkinan adalah "Cerberus".

Nix, Hydra, dan P4 berukuran kecil, sementara Charon memiliki ukuran sekitar separuh Pluto. Karena ukurannya yang cukup besar itu, beberapa astronom memasangkan Pluto dan Charon sebagai bintang kerdil ganda.


Atmosfer
Ada atmosfer di pluto, meskipun tipis, 3.000 kilometer tebalnya. Komposisi atmosfer tersebut adalah nitrogen, metana, dan karbon monoksida. (Sumber: Life's Little Mysteries)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Di Bulan Banyak Ditemukan Perak dan Merkuri

Ilustrasi pengamatan bulan oleh pesawat NASA. Credit: NASA
Pesawat NASA yang jatuh di salah satu kawah di bulan mendapati perak dan merkuri dalam jumlah yang lebih besar ketimbang temuan yang dulu. Konsentrasi perak dan merkuri itu didapati di tempat reruntuhan pesawat, di kutub selatan bulan yang dikenal dengan nama Cabeus. Menurut astronom, temuan ini memberi petunjuk bagaimana air bisa ada di bulan dan berkumpul di bagian kutub.

Bulan bisa tertabrak oleh benda-benda angkasa lain. Ketika terjadi, metal diuapkan dengan mudah. Uap itu, atom demi atom, bergerak menuju ke daerah kutub yang dingin. Ketika tiba di tempat yang lebih dingin, uap berubah bentuk menjadi cairan.

Peter Schultz, pemimpin studi dari Brown University, Rhode Island, Amerika Serikat, menyebutkan kalau perak seperti pelacak. "Perak memberikan informasi kalau air di bulan berasal dari komet dan asteroid yang menabrak bulan," kata Schultz.

Pesawat NASA yang jatuh itu merupakan bagian dari misi LCROSS. NASA mengirim pesawat yang membawa roket Centaur untuk menghantam kawah di bagian selatan yang selalu gelap. Kapal pembawa roket itu lalu merekam kejadian tabrakan sebelum menabrakan diri ke bulan.

Roket tersebut menghasilkan kawah baru selebar 30 meter dan mengirimkan 6.000 kilogram debu, uap, dan puing ke angkasa. Para penyidik yang terlibat dalam misi LCROSS mendapati 155 kilogram air dan es dikeluarkan pada saat tabrakan. Mereka memercayai masih ada 5 hingga 8 persen dari sisa material di kawah merupakan es dari air.

Hasil studi Schultz yang terpisah dari misi LCROSS mendapati perak dan merkuri berikut senyawa lain yang mudah menguap, seperti hidrokarbon, molekul yang membawa sulfur, dan karbondioksida.

Studi lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa dan jumlahnya di bulan ini bisa jadi informasi baru tentang sejarah tata surya, demikian menurut Schultz. "Kita mencari petunjuk mengenai perubahan iklim dengan mengambil contoh atmosfer masa lalu di Antartika. Es pada bulan bukan hanya memberi kita petunjuk tentang sejarah di Bumi, melainkan memberi tahu kita tentang sejarah tata surya," ujar Schultz.

Sumber: nationalgeographic.co.id

Angin surya bisa jadi sumber listrik untuk Bumi

Ilustrasi. Credit: JAXA
Angin surya (solar wind) bisa jadi sumber listrik bagi peralatan luar angkasa. Itu berita lama. Akan tetapi, ketika para ilmuwan di Washington State University ingin mencoba menggunakannya sebagai sumber listrik untuk kehidupan di Bumi, itu berita baru.Sebuah layar berukuran sangat besar dikirim ke angkasa luar untuk memanen energi dari angin surya yang terjadi di luar angkasa. Listrik yang didapat bisa mencapai miliaran gigawatt. Yang jadi masalah adalah cara mengirimkan listrik itu ke Bumi.

Layar tersebut memiliki kabel tembaga berdiameter 4 inci dan diarahkan ke matahari. Kabel yang panjangnya antara 980 kaki hingga setengah mil itu menghasilkan medan magnet untuk menangkap elektron yang dihasilkan oleh angin surya.Partikel itu kemudian disalurkan ke sebuah penerima yang akan menghasilkan arus listrik.

Sejumlah listrik yang berhasil ditangkap dipakai untuk menenagai layar. Sejumlah lainnya digunakan untuk menghasilkan laser inframerah yang diarahkan ke stasiun luar angkasa atau sumber listrik di Bumi.

Masalahnya, layar tersebut berlokasi puluhan juta mil dari Bumi, melewati kemampuan jangkauan sinar laser. Bahkan sinar laser yang paling kuat pun akan tercerai berai pada jarak seperti itu. "Laser akan terburai dengan lebar ribuan mil," menurut John Mankins, Presiden Artemis Innovation, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tenaga surya. Seperti dikutip New Scientist, Mankins mengatakan kalau lensa yang sangat besar dibutuhkan. "Mungkin 10 hingga 100 kilometer panjangnya," kata Mankins.

Tim peneliti pun mengaku mereka harus membuat laser yang lebih fokus sebelum satelit dengan layar itu dapat digunakan. Tapi, ide penelitian ini sangat penting untuk digali lebih dalam.

Sumber: nationalgeographic.co.id

Kehabisan Gas, Alam Semesta Mulai Meredup

Alam semesta. Credit: prikitiuws.blogspot.com
Alam semesta sekarang lebih gelap dibandingkan dulu. Hal ini dikarenakan alam semesta menghasilkan bintang lebih sedikit akibat galaksi mulai kehabisan gas. Demikian penelitian oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO).

Robert Braun dari CSIRO meneliti beberapa galaksi jauh dan membandingkannya dengan galaksi-galaksi terdekat. Peneliti menemukan galaksi saat masa pembentukan dulu memiliki molekul hidrogen lebih banyak dibandingkan dengan galaksi masa kini. Karena bintang terbentuk dari hidrogen, jika semakin sedikit hidrogen yang ada, maka semakin sedikit bintang yang terbentuk. "Penelitian ini memberikan kita informasi mengapa alam semesta mulai redup dan kehilangan cahayanya," ungkap Braun.

Masalah utamanya adalah bagaimana galaksi dapat mendapat gas dari luar. "Gas masuk ke galaksi melalui ruang antargalaksi. dua pertiganya masih ditemukan di ruang tersebut, hanya sepertiga yang membentuk galaksi," ungkap astronom. Dua per tiga gas yang ada di ruang antargalaksi menciptakan planet, planet kerdil, dan bintang neutron.

Tersendatnya gas di dalam ruang antargalaksi tercipta saat Energi Gelap (Dark Energy) mulai menjajah alam semesta. "Kecepatan Energi Gelap itu akan membuat galaksi semakin sulit menciptakan bintang," papar Braun. "Jadi, molekul gas yang digunakan mengalami penurunan yang cukup cepat. Selama interval waktu yang kami pelajari, penurunan itu semakin cepat," tambahnya. (Sumber: Physorg)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Kesulitan Anggaran, Proyek Teleskop NASA Terancam Batal

Konsep teleskop JWST di luar angkasa. Credit: NASA

Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa saat ini NASA tengah mengembangkan telekop James Webb (JWST / James Webb Space Telescope). Anggaran yang dibutuhkan untuk membuat teleskop tersebut ternyata membengkak menjadi $ 8,7 miliar dari yang sebelumnya $ 6,5 miliar. Hal itu cukup membuat NASA kesulitan untuk mengatur keuangan pada proyek lainnya.

Presiden Barack Obama sendiri sebelumnya telah mengatakan akan memotong anggaran bagi lembaga feredal untuk mengurangi beban keuangan pemerintah. Tidak terkecuali NASA. Jika kekurangan dana sekitar $ 2.2 miliar tidak dapat diperoleh, maka NASA akan memotong dan mengurangi anggaran proyek lainnya untuk dialokasikan di proyek JWST. Rencananya JWST akan diluncurkan sebelum 2018. (Sumber: Aviation Week & Space Technology, Nature News)

Ilmuwan Temukan Cara Baru Prediksi Bintik Matahari


Bintik Matahari. Credit: Wikimedia.org

Kita semua mengetahui tentang bintik matahari dan dampaknya. Dapat mengganggu jaringan listrik, memutus komunikasi satelit dan menimbulkan bahaya bagi para astronot dan hal itu tentunya sangat merugikan. Namun saat ini dengan satelit SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) milik NASA, peneliti mampu mengambil 15 tahun "suara" data dari bintang terdekat kita dan hal itu dapat digunakan untuk mengembangkan teknik baru untuk mendeteksi bintik matahari sebelum muncul.

Seperti dikutip Astronomi.us dari Universetoday.com (24/08/2011), dengan menggabungkan informasi yang diperoleh dengan NASA’s Solar Dynamics Observatory satellite, yang membawa Helioseismic dan Magnetic Imager, para ilmuwan telah menemukan metode baru untuk mendeteksi bintik matahari sedalam 65.000 kilometer di bawah permukaan matahari. Pada area tersebut medan magnet menghasilkan gelombang dari turbulensi plasma dan gas. Di dekat permukaan gelombang bergerak kembali menuju inti matahari hanya untuk dipantulkan lagi. Dengan membandingkan hal tersebut, gelombang seismik dipelajari di bumi untuk dianalisa. Dari situ para peneliti dapat mengukur gelombang antara titik untuk memprediksi bintik matahari. Hal ini bermanfaat untuk kegiatan peramalan cuaca yang sudah bisa diprediksi 3 hari sebelumnya.

Planet Kerdil 2007 OR10 Bukan Putih, Tapi Merah

Planet kerdil 2007 OR10 disebut juga Snow White. Credit: NASA
Ditemukan pada tahun 2007 oleh mantan mahasiswa pascasarjana Meg Schwamb, planet kerdil "snow white" mengorbit di tepi Tata Surya. Kira-kira setengah dari ukuran Pluto. Awalnya planet tersebut diidentifikasi berwarna putih, namun ternyata keliru. Justru sebagian besar dari planet tersebut berwarna merah

Dikutip Astronomi.us dari universetoday.com (21/08/2011), para astronom di Institut Teknologi California (Caltech) telah meneliti lebih dekat planet kerdil 2007 OR10 tersebut. Obyek Sabuk Kuiper ini adalah sebuah "dunia" yang beku, tertutup es. Sementara permukaannya tertutup dan menjadi putih oleh es, namun perlahan air es itu menghilang. Mengapa? Menurut penelitian baru, snow white mungkin memiliki atmosfer tipis metana yang metodis menghilang.

"Anda bisa melihat gambar dari apa yang dulu merupakan dunia kecil yang aktif dengan gunung berapi dan itu sekarang keadaannya beku, mati, dengan suasana yang perlahan menjauh," kata Mike Brown, Richard dan Barbara Rosenberg Profesor dan profesor planet astronomi, yang merupakan penulis utama pada makalah yang akan diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters menggambarkan temuan. "Dengan semua planet kerdil yang sebesar ini, ada sesuatu yang menarik tentangnya dan selalu memberitahu kita sesuatu," kata Brown. "Yang satu ini kita selama bertahun-tahun frustrasi karena kita tidak sebenarnya bagaimana planet kerdil itu."

Ketika planet kerdil 2007 OR10 pertama kali ditemukan, instrumen terbaik untuk studi yaitu Kamera Near Infrared (NIRC) di Observatorium Keck. Tapi tidak akan lama sampai Adam Burgasser, seorang mantan mahasiswa pascasarjana dari Brown dan sekarang menjadi profesor di UC San Diego, membantu merancang sebuah instrumen baru yang disebut Dilipat-port inframerah Echellette (API) untuk mempelajari obyek di Sabuk Kuiper. Pada musim gugur yang lalu, Brown, Burgasser, dan sarjana postdoctoral Wesley Fraser menempatkan API untuk diuji dengan Telescope Magellan di Chile untuk melihat lebih dekat planet kerdil "Salju puith". Mereka telah menduga, planet kecil itu berwarna merah - tetapi yang mengejutkan adalah keberadaan air es. "Itu kejutan besar," kata Brown. "Es tidak berwarna merah."

Apakah planet itu sendirian?. Beberapa tahun sebelumnya Brown juga menemukan planet kerdil lain - Quaoar - dengan spektrum merah dan air es. Karena ukurannya yang kecil, atmosfer Quaoar hilang. Selama periode evolusinya, senyawa yang mudah menguap hilang ke angkasa, hanya meninggalkan metana yang muncul berwarna merah. Karena spektrum dari kedua planet kecil yang sama, kesimpulannya adalah mereka berdua memiliki sifat yang mirip. "Itu kombinasi merah dan air, 'metana,'" Brown menjelaskan. "Kami pada dasarnya melihat hal unik dari Snow White. Selama empat setengah miliar tahun, Salju Putih telah ada di sana, perlahan-lahan kehilangan atmosfer, dan sekarang hanya ada tersisa sedikit. "

Namun, tim sedang berhati-hati untuk saat ini. Sementara hal pasti adalah adanya keberadaan air es, keberadaan metana belum didokumentasikan dan perlu penelitian lebih lanjut dengan teleskop yang lebih besar seperti Keck. Selanjutnya tugas tim adalah mencari pengganti istilah snow white 2007 OR10 karena yang dulunya putih, berubah menjadi merah. Sebelum penemuan air es dan mungkin metana, "2007 OR10" mungkin sudah cukup bagi komunitas astronomi, karena tampaknya tidak cukup penting untuk menjamin nama resmi. "Kami tidak menduga bahwa Snow White begitu menarik," kata Brown. "Sekarang kita tahu dan hal itu layak dipelajari."

VIDEO: Keindahan Galaksi Bima Sakti dari Bumi Oleh Randy Halverson

Galaksi Bima Sakti. Credit: howstuffworks.com
Musim panas yang melanda Amerika saat ini tidak menghalangi fotografer paruh waktu Randy Halverson untuk mengambil gambar keindahan galaksi Bima Sakti yang kemudian ia abadikan dalam sebuah video. Selain gambar yang menakjubkan, video ini juga diiringi dengan musik yang menarik. Tertarik ingin melihat, nah berikut ini video buatannya



Robonaut2: Robot Manusia Pertama di Luar Angkasa

Robonaut2. Credit: NASA
Robonaut2 telah menjadi robot manusia pertama yang terbang ke luar angkasa. Diangkut dari International Space Station melalui Space Shuttle Discovery Februari lalu.

Robonaut adalah robot manusia didesain oleh General Motors dan insinyur NASA yang sedang dalam perjalanan melakukan misi pertamanya.

Pada akun Twitter robot ini, ia men-tweet, “Saya sedang di luar angkasa! HALO ALAM SEMESTA!!!”

Robonaut atau R2 tidak mempunyai tugas spesifik di stasiun dan akan melakukan “tugas rutin dan layanan,” kata GM. Sebagian tugasnya adalah melakukan pekerjaan yang terlalu berbahaya untuk dikerjakan manusia.

Dengan berat lebih dari 136 kilo, robot terbuat dari aluminium dan besi itu dapat mengangkat beban hingga 9 kilo dengan masing-masing tangannya. Untuk membuatnya menghabiskan biaya 2.5 juta dollar AS.

Menurut Computer World, robot tersebut mempunyai 38 prosesor komputer.

“Para astronot dan kontroler misi perlu terbiasa dengan alat ini,” kata Kris Verdeyen, Insinyur elektrik proyek Robonaut NASA kepada Computer World.

Ini adalah robot manusia pertama di luar angkasa. Saya bayangkan awalnya hal ini cukup menakutkan. Jika Anda pernah melihat film dengan robot, ini bisa menakutkan.

Sumber: epochtimes.co.id

Rusia Menang Lawan AS dalam Persaingan Luar Angkasa?

Pesawat luar angkasa Atlantis
NASA berencana untuk melakukan perjalanan ruang angkasa terakhir dengan pesawat antariksa Atlantis miliknya, dan selanjutnya Rusia akan berkuasa penuh atas stasiun luar angkasa internasional.

Menurut AFP, setelah keputusan AS untuk menghentikan pesawat antariksa NASA, maka AS harus membayar kepada Rusia apabila AS hendak mengirimkan astronotnya ke stasiun ruang angkasa internasional (ISS) dengan menumpang pesawat antariksa Rusia, Soyuz. Untuk melaksanakan misi antariksanya, setidaknya AS harus bergantung pada media aviasi Rusia hingga 2015 mendatang hingga perusahaan swasta AS mampu mengembangkan pesawat antariksa untuk melakukan perjalanan luar angkasa.

Dihentikannya penerbangan Atlantis pada 8 Juli mendatang adalah pertanda putusnya hubungan kerjasama antara AS dan Rusia selama 30 tahun dalam misi pengiriman astronot dan bahan kebutuhan ke ISS secara bergiliran.

Jika astronot AS hendak memasuki ISS, setiap orang harus membayar biaya transportasi sebesar 51 juta dolar AS kepada Soyuz. NASA kini menggantungkan harapan besar terhadap perusahaan antariksa swasta Blue Origin, yang sedang membangun pesawat antariksa komersial “New Shepard”, berharap agar secepatnya rampung guna mengakhiri krisis misi luar angkasa.

Meskipun situasi ini menandakan bahwa Rusia memimpin persaingan luar angkasa, namun Vitaly Davydov selaku wakil kepala Badan Antariksa Rusia mengatakan dalam sebuah wawancara, “Kami tidak dapat mengatakan bahwa kami telah memenangkan persaingan luar angkasa ini, kami hanya bisa mengatakan bahwa kini kami telah sampai di penghujung fase tertentu.” Rusia jelas tidak bermaksud menunjukkan sikap puasnya.

Davydov menolak untuk memberikan komentar apapun sehubungan dengan kemenangan Rusia dalam persaingan luar angkasa, sebaliknya ia menekankan makna penting dari stasiun ruang angkasa ISS ini adalah contoh keberhasilan kerja sama internasional.

“New Shepard” diperkirakan akan rampung antara 2015-2020 mendatang, dibuat oleh Blue Origin, perusahaan milik pendiri situs Amazon.com, Jeff Bezos. Blue Origin telah memperoleh subsidi sebesar 22 juta dolar AS dari NASA yang seluruhnya akan digunakan untuk mengembangkan industri luar angkasa milik swasta.

Sumber: epochtimes.co.id

Tuesday, August 23, 2011

Galaksi Andromeda Terbentuk dari Tabrakan Dua Galaksi Kecil

Galaksi Andromeda. Credit: wordpress.com
Sekelompok ilmuwan berhasil melakukan simulasi yang menunjukkan bahwa galaksi Andromeda terbentuk dari benturan antara dua galaksi kecil.

Menggunakan komputer dengan kemampuan tinggi di Observatorium Astronomi Nasional China dan Observatorium Paris, tim peneliti internasional melakukan simulasi tentang bagaimana Andromeda berkembang dari waktu ke waktu. Dengan simulasi ini, peneliti menggunakan delapan juta partikel sehingga mampu memproduksi sebagian besar properti Andromeda, seperi bintang, cincin gas, dan debu. Hasilnya, dua galaksi kecil diperkirakan bertabrakan sekitar sembilan miliar tahun lalu dan kemudian membentuk Andromeda seperti saat ini.

Selama ini, banyak ilmuwan yakin Andromeda terbentuk karena sebuah benturan antara dua galaksi kecil. Sayangnya, mereka belum bisa memastikan teori ini. “Banyak astronom berpikir galaksi Andromeda merupakan hasi dari gabungan. Namun, pemikiran ini tidak pernah diuji coba dan ditentukan waktunya,” kata Francois Hammer, ketua penulis jurnal, Astrophysical Journal, yang mempublikasi simulasi tersebut.

Hammer mengatakan penelitian ini juga bisa memberi pemahaman terhadap formasi galaksi kita sendiri. “Tidak berarti Bimasakti tidak dapat terbentuk dengan cara yang sama. Mungkin saja. Tapi, mungkin terjadi jauh lebih awal,” tutur Hammer.

Andromeda adalah galaksi berbentuk spiral yang paling dekat dengan Bimasakti. Galaksi Andromeda terletak di langit utara. Namanya diambil dari rasi bintang Andromeda yang terletak di tempat galaksi ini terlihat dari bumi.

Galaksi Andromeda bisa dilihat dari bumi dengan mata telanjang dan akan tampak seperti kabut tipis di langit utara. Jika diamati dengan teropong, akan tampak bintang-bintang redup di tepiannya. Galaksi Andromeda dan Bimasakti bersama Galaksi Triangulum, dan 30 galaksi kecil lainnya tergabung dalam sekumpulan galaksi yang dikenal dengan Local Group Galaxies.

Berjarak 2,5 tahun cahaya dari rasi bintangnya, Galaksi Andromeda mendekati Bimasakti dengan kecepatan sekitar 100 km per detik. Sehingga, ilmuwan memperkirakan Galaksi Andromeda dan Bimasakti akan bertabrakan sekitar 4,5 miliar tahun lagi.

Dampak benturan ini kemungkinan akan membentuk galaksi eliptik raksasa. Namun belum diketahui bagaimana nasib bumi dan sistem tata surya kita jika terjadi benturan ini. Ada kemungkinan sistem tata surya dikeluarkan dari Bimasakti atau bergabung dengan Andromeda.

Sumber: nationalgeographic.co.id

Cincin Saturnus Terbentuk Dari Satelit Raksasa?

Cincin planet Saturnus. Credit: NASA
Sebuah penelitian yang ditulis dalam Jurnal Nature menyatakan cincin Saturnus adalah sisa-sisa bulan, yang terkoyak jutaan tahun lalu, kemudian mengelilingi planet. Meskipun masih memerlukan pembuktian, teori sisa-sisa bulan (atau satelit) ini cukup kuat.

Sejak lama, ilmuwan berbeda pendapat tentang asal-usul cincin yang mengelilingi Saturnus. Ada juga yang mengatakan cincin ini adalah tinggalan material nebula yang membentuk Saturnus. Tak ketinggalan, ada yang beranggapan cincin itu terbentuk dari sisa-sisa komet yang menabrak atau saat gravitasi planet ini mencerai-beraikan komet yang melintas terlalu dekat.

Namun, menurut penelitan dalam Jurnal Nature, kemungkinan terakhir itu akan membuat cincin Saturnus kaya batu-batuan dan es. Padahal cincin Saturnus saat ini 90 hingga 95 persennya terdiri dari air es. Meskipun memang cincin ini telah tercemari debu dan puing-puing luar angkasa. Kemungkinan kedua diabaikan karena jika cincin itu bentukan dari nebula maka akan tidak stabil dan tidak mampu bertahan hingga saat ini.

Seperti dipublikasi Jurnal Nature, kemungkinan pertama adalah yang paling mungkin terjadi. Menurut Robin Canup dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, AS yang merupakan penulis dalam laporan di jurnal iru, Saturnus dulu memiliki banyak bulan raksasa sebesar satelit terbesarnya saat ini, Titan.

Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, saat bulan seukuran Titan mendekat, gravitasi Saturnus menariknya dan membuat lapisan es satelit ini terlepas. Lapisan es inilah yang membentuk cincin Saturnus. Sementara itu, inti satelit yang berbatu-batu tetap utuh dan akhirnya menabrak Saturnus.

Proses ini terjadi beberapa kali dengan bulan-bulan seukuran Titan yang berbeda. Tiap peristiwa kemungkinan mengganggu dan merusak sistem cincin sebelumnya. Jadi, yang kita lihat saat adalah serpihan bulan terbesar terakhir yang tertelan Saturnus.

“Model ini menunjukkan cincin tersebut adalah hal yang pokok. Mereka terbentuk dari proses yang sama yang membuat Titan satu-satunya satelit terbesar Saturnus. Dan ini adalah satu-satunya penjelasan konsisten untuk satelit yang kaya es,” kata Canup.

Es yang terlepas dari satelit-satelit itu bisa membentuk sistem cincin 10 hingga 100 kali lebih besar dari yang kita lihat saat ini. Tapi, cincin ini menyusut seiring waktu.

Dalam beberapa tahun ke depan, ilmuwan akan mendapat kesempatan menguji teori cincin Canup. Pada akhir misinya yang dijadwalkan pada 2017, pesawat luar angkasa NASA Cassini yang kini tengah mengorbit di sekitar Saturnus, akan meluncur langsung ke cincin Saturnus.

Cassini akan melakukan observasi mendetail yang dapat membuat ilmuwan mendapat kepastian tentang massa cincin Saturnus dan usianya, serta seberapa jauh meteroid mencemarinya dengan puing-puing.

“Saya pikir cukup cermat untuk menyadari bahwa sistem cincin yang sangat terkenal ini kemungkinan adalah sisa-sisa yang masih ada dari satelit yang hilang,” tegas Canup.

Cincin Saturnus terbentang dari 6.630 km hingga 120.700 km di atas khatulistiwa planet ini. Tebalnya sekitar 20 meter. Saturnus memiliki setidaknya 62 satelit. Titan adalah bulan terbesar, diikuti bulan terbesar kedua bernama Rhea. Kebanyakan bulan lainnya sangat kecil, 34 bulan berdiameter kurang dari 10 km, 14 lainnya kurang dari 50 km. Titan sendiri memiliki massa 0,0225 massa bumi yang mencapai 5,9736 × 1024 kg. Sedangkan Saturnus memiliki massa 95,152 kali massa bumi atau sekitar 5.6846 × 1026 kg. (SUmber: space.com)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Kenapa Suhu Atmosfer Matahari Lebih Panas Daripada Permukaannya?

Matahari. Credit: NASA
Akhirnya, para ilmuwan bisa menjawab misteri seputar atmosfer matahari yang memiliki temperatur lebih tinggi daripada permukaan matahari. Jawabannya ada di pancaran plasma yang berasal dari permukaan matahari.

"Selalu jadi teka-teki ketika kita mencari tahu alasannya," kata Scott McIntosh, ahli fisika bidang cahaya matahari dari High Altitude Observatory, High Altitude Observatory of the National Center for Atmospheric Research (NCAR), Boulder. McIntosh melakukan penelitian bersama ilmuwan dari Lockheed Martin's Solar and Astrophysics Laboratory (LMSAL), NCAR, and the University of Oslo. Penelitian ini didukung NASA dan National Science Foundation (NSF), sponsor NCAR.

Selama beberapa dekade, ilmuwan selalu mencari jawaban misteri tersebut. Selama itu pula, ilmuwan percaya kalau spikula, pancaran plasma dari permukaan matahari ke atmosfer, dapat membawa panas ke korono. Akana tetapi, sebuah temuan pada tahun 1980-an membantah hal itu. Ilmuwan kala itu mendapati kalau spikula tidak mampu mencapai temperatur korona.

"Pemanasan spikula hingga jutaan derajat belum pernah dilakukan secara langsung, jadi peran mereka dalam memanaskan di korona diabaikan," kata Bart De Pontieu, pemimpin penelitian dan ahli fisika bidang cahaya matahari dari LMSAL.

Tahun 2007, McIntosh dan Pontieu berhasil menemukan spikula jenis baru yang bergerak lebih cepat dan berumur lebih pendek daripada spikula biasa. Spikula yang baru ditemukan ini memancar ke atas dengan kecepatan tinggi, bisa mencapai 100 kilometer per detik, sebelum menghilang. Karena karakteristiknya itu, ilmuwan menerka spikula "tipe 2" ini sangat panas. Tapi, kala itu mereka belum dapat membuktikannya.

Para peneliti kemudian menggunakan pengamatan baru yang diperoleh dari Atmospheric Imaging Assembly yang ada di Solar Dynamics Observatory milik NASA serta Solar Optical Telescope pada satelit Jepang Hinode. Tujuan mereka adalah menguji hipotesis kalau spikula "tipe 2" itu benar-benar panas.

"Penelitian kami mengungkapkan, untuk pertama kali, hubungan antara plasma yang dipanaskan hingga jutaan derajat dan spikula yang menempatkan plasma ini ke korona," kata McIntosh. Temuan baru ini mengubah teori pemanasan yang terjadi pada korona.

Misi NASA bernama Interface Region Imaging Spectograph, yang akan diluncurkan 2012 nanti, akan menyediakan data mengenai temperatur dan medan magnet antara fotosfer dan korona. Para peneliti berharap bisa mengungkap lebih banyak mengenai pemanasan spikula dan mekanisme kemunculannya. (Sumber: ScienceDaily)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto