Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, April 27, 2013

Galaksi Ini Mampu Membentuk Bintang Ratusan Kali Lebih Cepat dari Bima Sakti

Galaksi SDSS J1506 +54. Image credit: NASA
Astronom baru-baru ini berhasil menemukan sebuah galaksi yang mengubah gas yang ada disekitarnya menjadi bintang-bintang. Uniknya galaksi ini membakar gas tersebut dengan tingkat efisiensi pembakaran mencapai 100 persen. Astronom menemukan galaksi tersebut setelah melakukan pengamatan melalui IRAM Plateau de Bure interferometer di pegunungan Alpen Prancis, NASA's Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) dan teleskop Hubble NASA.

"Galaksi tersebut membakar gas mirip seperti mesin mobil bertenaga gas dan galaksi itu memiliki "mesin" gas yang sangat efisien" ungkap Jim Geach dari McGill University sebagai penulis utama dari penelitian ini di jurnal astrofisika. "Galaksi ini mirip sebuah mobil sport, bedanya galaksi ini merubah gas menjadi bintang pada tingkatan perubahan yang paling efisien," tambahnya lagi.

Galaksi yang bernama SDSS J1506 +54 itu ditemukan ketika astronom sedang melihat data survei infrared yang dihasilkan oleh WISE dan galaksi tersebut memiliki sinar inframerah yang begitu jelas yang setara dengan seribu miliar kali Matahari kita. "Karena WISE mampu mengamati seluruh bagian langit, maka galaksi ini terlihat sangat jelas dari objek yang lain," ucap Ned Wright dari UCLA selaku peneliti utama dari WISE.

"Galaksi ini membentuk bintang-bintangnya ratusan kali lebih cepat dari galaksi Bima Sakti kita dan ini merupakan proses pembentukan bintang yang paling ekstrim," ungkap Jim Geach. Astronom dengan menggunakan instrumen Iram Plateau de ure interferometer mengukur jumlah gas yang ada pada galaksi tersebut. Hasilnya dideteksi adanya sinar gelombang dari karbon monoksida sebagai indikator dari adanya gas hidrogen yang merupakan bahan bakar bintang.

Dari data tersebut kemudian astronom menggabungkannnya dengan data WISE dan Iram (untuk mengukur massa gas) dan para astronom berhasil mendapatkan ukuran efisiensi pembentukan bintang. Hasilnya menunjukkan bahwa afisiensinya mencapai batas maksimum teoritis yang dikenal dengan sebutan batas Eddington. Tepat didaerah pembentukan bintang baru, awan gas di dekatnya kemudian runtuh karena gravitasinya.

Saat gas memadat dan memiliki kekuatan untuk menekan atom  untuk memicu reaksi fusi nuklir, maka bintang baru akan lahir dan pada saat yang sama angin dan radiasi dari bintang-bintang baru tersebut dapat mencegah pembentukan bintang baru lainnya dengan menekan gas yang ada di sekitarnya untuk mencegah keruntuhan awan dan gas yang lebih besar.

Batas Eddington merupakan batas titik dimana gaya gravitasi menarik gas secara bersamaan yang besarnya seimbang dengan tekanan yang keluar dari bintang. Apabila melebihi batas Eddington tersebut maka wan gas akan meledak dan proses pembentukan bintang akan terhenti. "Kami melihat gas mengalir keluar dari galaksi ini jutaan mil perjam dan kemungkinan gas ini terdorong oleh radiasi yang kuat dari bintang-bintang yang ada di sana," ungkap Ryan Hickox, astrofisikawan dari Dortmouth College, Hanover.

Hal yang menyebabkan galaksi SDSS J1506 +54 menjadi sangat luar biasa adalah kemampuannya menghasilkan bintang yang sangat cepat dan periode evolusi galaksi yang juga sangat singkat yag kemungkinan galaksi tersbuet merupakan penggabungan dari dua galaksi yang berbeda. Diperkirakan beberapa puluh juta tahun lagi galaksi tersbeut akan kehabisan gas dan akan berubah menjadi galaksi elips yang besar. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, April 26, 2013

Foto Gerhana Bulan Sebagian 26 April 2013 dari Berbagai Negara

Gerhana Bulan sebagian yang terjadi pada 26 April 2013 berhasil diabadikan beberapa astrofotografer dari berbagai negara. Gerhana Bulan yang terjadi kali ini hanya sedikit saja bayangan yang terjadi (sekitar 1,47 % dari bayangan Bumi). Namun gerhana Bulan tersebut tetap dapat disaksikan di daerah Eropa Timur, Afrika, Timur Tengah, Timur Asia Tenggara, dan Australia bagian barat. Berikut ini foto-foto gerhana Bulan sebagian tersebut:

Gerhana Bulan sebagian terlihat di Inggris. Image credit: Sculptor Lil
Gerhana Bulan sebagian terlihat di Israel. Image credit: Gadi Eidelheit
Foto gerhana Bulan terlihat di Inggris: Image credit: Andrei Juravle
Foto gerhana Bulan sebagian yang terlihat di Jerman. Dalam Foto tersebut terlihat juga planet Saturnus berupa titik kecil pada bagian kiri atas foto. Image credit: Daniel Fischer

Jejak Air Misterius di Atmosfer Jupiter Berasal dari Tumbukan Komet

Jejak air di atmosfer Jupiter pada tahun 1994. Image credit: ESA
Adanya jejak air misterius di atmosfer Jupiter yang tertangkap kamera satelit pada tahun 1994 dyakini disebabkan oleh tabrakan komet. Sebelumnya selama lebih kurang 15 tahun para astronom memperdebatkan fenomena apakah sebenarnya yang terjadi di atmosfer Jupiter tersebut??

Awalnya mereka berpendapat bahwa kemungkinan jejak air berupa titik hitam tersebut merupakan jejak air yang menguap naik dari tempat bertekanan rendah di Jupiter. Namun ilmuwan lain berpendapat bahwa tidak mungkin hal itu terjadi sebab mereka yakin bahwa uap air tidak bisa melewati lapisan dingin yang memisahkan stratosfer dengan lapisan awan paling bawah. Penemuan terbaru dengan menggunakan teleskop Herschel mendapatkan petunjuk bahwa sebagian air di Jupiter terkonsentrasi di bagian selatan planet tersebut.

Titik hitam yang berada di atas atmosfer tersebut diperkirakan terjadi sebagai akibat dari tabrakan komet Shoemaker-Levy 9 yang menabrak permukaan planet tersebut pada Juli 1994. Peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa paling spektakuler yang dicatat dalam sejarah astronomi. Jejak hitam yang ditinggalkan komet tersebut mampu bertahan selama berminggu-minggu di atas atmosfer. "Menurut kami sebanyak 95 persen air di lapisan stratosfer disebabkan oleh dampak komet", ucap Thibault Cavalie dari Bordeaux Astrophysics Laboratory, Prancis. Selain itu 5 persennya lagi bisa disebabkan oleh uap air yang berasal dari es di salah satu bulan / satelit Jupiter, namun hal tersebut dapat dikesampingkan, tambahnya seperti dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh ESA. Hal tersebutlah yang juga menimpa Bumi yaitu ditabrak oleh komet dan Bumi menjadi memiliki air yang melimpah. Studi tentang hal ini diterbitkan dalam jurnal Astronomi dan Astrofisika Eropa. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Satelit Pluto P4 dan P5 Diberi Nama Vulcan dan Kerberos

Image credit: NASA, ESA, and M. Showalter (SETI Institute)
Bulan atau satelit kerdil yang sebelumnya telah ditemukan yaitu P4 dan P5 kini secara resmi berganti nama menjadi Vulcan dan Cerberus/ Kerberos. Hal ini secara resmi disampaikan oleh pemimpin tim yang melakukan penelitian terhadap Pluto, Mark Showalter dari SETI kepada kantor berita NBC News.

Nama Vulcan sendiri merupakan nama yang dulu sebenarnya pernah diusulkan untuk disematkan pada planet mini yang terletak diantara Matahari dan Merkurius yang kemungkinan asalnya diambil dari nama planet dalam film Star Trek dan kabarnya aktor senior Star Trek, William Shatner setuju dengan penggunaan nama itu. Sedangkan Cerberus sendiri merupakan nama dari sebuah asteroid oleh karena itu agar tidak terjadi penyalah artian, ejaan untuk Bulan Pluto P5 menjadi Kerberos dan P4 tetap bernama Vulcan.

Vulcan ditemukan pada tahun 2011 dan memiliki keliling 8-21 mil (13-34 km) sedangkan Kerberos ditemukan pada tahun 2012 kemarin dan memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari Vulcan yaitu 6-15 mil (10-25 km). (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, April 24, 2013

Perbedaan Foto RAW, Natural dan White Balanced yang Dikeluarkan NASA

Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Foto di atas merupakan foto yang sama namun dengan 3 versi yang berbeda dari pemandangan di sekitar gunung Aeolis Mons/ Mount Sharp di Mars. Foto tersebut diambil dengan menggunakan kamera Mast Cam yang berada pada Curiosity. Foto paling kiri merupakan foto Raw yakni foto mentah yang diterima NASA dari Curiosity secara langsung dan belum mengalami proses editing dan kalibrasi. Foto di tengah merupakan foto Natural yakni foto Curiosity yang sudah diproses dengan komputer untuk menggambarkan warna natural yaitu warna yang diprediksi akan sama jika kita melihatnya dengan mata kepala secara langsung di Mars. Foto sebelah kanan merupakan foto hasil proses white balancing untuk menunjukkan bagaiamana Mars jika menerima jumlah cahaya yang sama dengan Bumi. Foto di atas diambil Curiosity pada 23 Agustus 2012. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Peneliti Universitas Washington Temukan Planet Mirip Bumi Terkecil di Sistem Kepler

Perbandingan ukuran planet-planet di sistem Kepler 62 dengan bintangnya. Image credit: Eric Agol, University of Washington. 
Penelitian yang dilakukan oleh universitas Washington yang didanai oleh National Science Foundation (NSF) berhasil menemukan planet kerdil mirip Bumi yang mengorbit sebuah bintang yang berada pada zona layak huni. Eric Agol selaku profesor di universitas Washington telah mengidentifikasi planet Kepler 62F, planet kecil berbatu yang kemungkinan besar mengorbit bintang mirip Matahari kita di konstelasi Lyra. Besar planet ini sekitar 1,4 kali ukuran Bumi dan menerima panas Matahari selama 267 hari (hari di Bumi). Atas penemuannya tersebut Profesor Agol mendapatkan penghargaan dari NSF.

Planet yang ditemukan tadi merupakan satu dari dua Super Earth yang ditemukan di zona layak huni Kepler 62 dan hal ini menunjukkan bahwa pada jarak yang tepat dari bintang, memungkinkan adanya air berwujud cair dipermukaan planet tersebut.

Walaupun berada pada zona layak huni, tampaknya planet Kepler 62 tersebut masih terlalu panas untuk dapat dihuni makhluk hidup di Bumi. Berada di dekat planet Kepler 62 adalah planet Kepler 62E yang besarnya 1,6 kali ukuran Bumi yang mengorbit bintangnya dalam waktu 122,4 hari. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto