Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Planet. Show all posts
Showing posts with label Planet. Show all posts

Wednesday, August 13, 2014

Planet Mirip Bumi Banyak Ditemukan di Sekitar Bintang Katai Merah

Ilustrasi planet mirip Bumi mengorbit bintang katai merah. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: D. Aguilar/Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics
Bintang Red dwarf atau katai / kerdil merah merupakan bintang yang paling umum yang dijumpai di alam semesta (sekira 70 % dari jumlah bintang di alam semesta) dan hampir setiap bintang jenis ini mempunyai planet yang terletak pada zona goldilock yakni zona atau wilayah dimana suatu kehidupan dapat tercipta. Oleh sebab itu banyak sekali kemungkinan di alam semesta ini dimana kehidupan lain bisa ditemukan.

Bintang katai merah biasanya 50 kali lebih redup dari Matahari kita tapi ukurannya 10-20 persen lebih besar. Dan berdasarkan banyak penemuan yang didapat oleh teleksop pemburu planet, teleskop Kepler, diperoleh fakta bahwa setengah dari bintang katai merah memiliki planet berbatu yang massanya sampai empat kali massa Bumi dan diantaranya berada pada zona layak huni.

Simulasi komputer yang dilakukan oleh astrofisikawan Brad Hansen dari University of California di Los Angeles mengungkapkan bahwa bintang katai merah dengan massa setengah dari Matahari kita dengan piringan proto planet yang membentang dari 0,5 AU sampai 1 AU (1 AU adalah jarak Matahari dengan Bumi= 150 juta KM) dan berisi debu dan gas yang jumlahnya enam kali massa Bumi. Setelah disimulasikan 10 juta tahun, Hansen mendapati bahwa ternyata zona layak huninya berada lebih dekat dari jarak Matahari ke Merkurius yakni sekira 0,1-0,2 AU saja. Zona layak huni ini cukup hangat untuk sebuah planet mampu mempertahankan air dalam wujud cair serta mendukung kehidupan di permukaannya. Kebanyakan planet layak huni yang mengorbit bintang katai merah berada pada jarak 0,23-0,44 AU

Oleh sebab itu menurut Hansen sangat mungkin bagi kita untuk menemukan setidaknya satu planet yang benar-benar layak untuk dihuni. Bahkan lebih lanjut ia mengatakan bahwa planet layak huni yang mengorbit bintang katai merah bisa mengandung air 25 kali lebih banyak daripada Bumi. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, June 13, 2014

Astronom: Ada 100 Juta Planet di Bima Sakti yang Bisa Menopang Kehidupan

Bumi. Image credit: Tryfonov / Fotolia
Astronom memperkirakan di dalam galaksi Bima Sakti ada sekira 100 juta planet yang dapat mendukung kehidupan dalam bentuk kompleks. Bentuk kompleks yang dimaksud adalah bentuk kehidupan di atas mikroba. Kesimpulan ini didapat setelah beberapa astronom menggunakan teknik perhitungan baru untuk menganalisa planet-planet yang mengorbit bintang-bintang di galaksi Bima Sakti. "Studi ini tidak ditujukan untuk menunjukkan adanya kehidupan yang kompleks di planet-planet tersebut namun menyatakan bahwa ada banyak planet yang dapat mendukung kehidupan," ungkap Alberto Fairen dari Cornell Research Associate.

Organisme yang lebih kompleks atau lebih besar dari mikroba diperkirakan bisa ada di planet-planet tersebut.  Dengan mempelajari kepadatan, suhu, substrat (cairan, gas, material), struktur kimia dan jarak dari bintangnya, ilmuwan mendapati ada sekitar 1 sampai 2 persen planet atau sekira 100 juta planet di Bima Sakti yang sangat dimungkinkan mendukung kehidupan kompleks.

Tapi sayangnya jarak planet-planet itu sangat jauh dari Bumi. Salah satu sistem tata surya yang paling dimungkinkan adanya kehidupan yakni sistem Gliese 581 yang terdiri dari dua planet, berjarak 20 tahun cahaya. Mengingat luasnya galaksi Bima Sakti itu sendiri, belum lagi kemampuan manusia yang masih belum bisa menempuh perjalanan dengan kecepatan cahaya, pertemuan manusia dengan makhluk lain seperti alien sangat sulit untuk dilakukan, kecuali mereka yang mendatangi kita. (SCD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, June 9, 2014

Dua Planet ini Akan Dimakan Oleh Bintangnya Sendiri

Ilustrasi planet Kepler-56b dimakan oleh bintangnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Berita mengejutkan datang dari sistem Kepler-56 dimana dua planet yakni Kepler-56b dan Kepler-56c akan segera dimakan oleh bintangnya sendiri. Bintang Kepler-56 diketahui menjadi bintang raksasa merah dan membesar sekira 4 kali ukuran Matahari kita. Semakin tua usia bintang, maka akan semakin besar juga ukurannya. Hal itu akan membuat planet yang mengorbitnya akan terpengaruh efek gravitasinya. Seperti planet Kepler-56b yang mengorbit bintang Kepler-56 hanya dalam waktu 10,5 hari dan Kepler-56c yang mengorbit setiap 21,4 hari.

Jarak kedua planet tersebut lebih dekat dari pada jarak Merkurius dengan Matahari. Akibatnya dalam waktu yang tidak lama (dalam standar astronomi) kedua planet tersebut akan ditelan oleh bintang Kepler-56. Astronom Gongjie Li dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) mengatakan bahwa ia dan tim telah menghitung kapan tepatnya kedua planet itu akan dimakan dan mereka menyimpulkan bahwa untuk Kepler-56b akan dimakan sekira 130 juta tahun dan Kepler-56c 155 juta tahun dari sekarang. Sebelum dimakan, kedua planet akan dilanda pemanasan dahsyat dari bintang yang semakin membesar. Atmosfernya akan menguap dan menghilang, selanjutnya planet itu akan berbentuk elips mirip telur lalu ditelan oleh bintang Kepler-56. (SCD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, June 7, 2014

Astronom Temukan Planet Kapteyn b yang Mungkin Bisa Ditinggali Manusia

Ilustrasi perbandingan planet Kapteyn b dengan Bumi. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: upr
Astronom London telah mengkonfirmasi bahwa mereka berhasil menemukan sebuah planet yang sangat dimungkinkan untuk memiliki / mendukung adanya kehidupan. Uniknya jarak planet itu jika dibandingkan dengan eksoplanet lainnya relatif dekat dari Bumi yakni sekira 13 tahun cahaya. Planet yang diberi nama Kapteyn b itu mengorbit sebuah bintang yang kerdil yang disebut sebagai bintang Kapteyn (Kapteyn Star). Planet Kapteyn b ini sangat aneh, sebab usianya sangat tua yakni 11,5 miliar tahun yang artinya 2,5 kali lebih tua dari usia Bumi dan hanya selisih 2 miliar tahun dari usia alam semesta. Dari usia planet yang sudah begitu tua, maka sangat dimungkinkan sekali di sana sudah ada kehidupan. "Itu membuat Anda bertanya-tanya, kehidupan seperti apakah yang bisa berevolusi pada sebuah planet dalam waktu yang lama," kata penulis penelitian ini, Guillem Anglada-Escude dari Queen Mary University di London. Selain karena usia planet Kapteyn b yang sudah sangat tua, planet tersebut juga dijuluki sebagai Super Earth (Bumi Super) sebab massanya yang lebih besar sekira 5 kali dari massa Bumi.

Anglada-Escude juga menyatakan bahwa selain planet Kepteyn b, ditemukan juga planet Kepteyn c. Planet Kepteyn c ini agak berbeda karena sepertinya tidak mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya yang terlalu dingin. Untuk sekali mengelilingi bintangnya, planet Kepteyn b memerlukan waktu 48 hari, sedangkan Kapteyn c 121 hari.

Kedua planet ini terdeteksi keberadaannya oleh spektrometer HARPS di Observatorium La Silla di Chile. Kemudian pengamatan dilanjutkan menggunakan dua spektrometer lain yakni spektrometer HIRES di Keck Observatory, Hawai dan PFS di teleskop Magellan II, Chile. Awalnya astronom mencatat getaran kecil dari hentakan gravitasi yang diinduksi oleh pergerakan bintang Kepteyn. Hentakan ini menyebabkan adanya pergeseran cahaya Bintang kepteyn. Dari situ astronom mengetahui bahwa ada planet yang mengorbit bintang tersebut. Bintang Kepteyn sendiri adalah sebuah bintang katai / kerdil yang berukuran sepertiga dari Matahari kita dan terletak di selatan konstelasi Pictor.
Stellarium bintang Kapteyn. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: UT
Bintang Kapteyn sendiri pertama kakali ditemukan oleh astronom Belanda, Jacobus Kapteyn pada abad ke-19. Bintang Kapteyn ini lahir dari sebuah galaksi kerdil yang kemudian ditelan oleh galaksi Bima Sakti. (PHS, UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, May 19, 2014

Setahun di Planet ini Setara 80 Ribu Tahun di Bumi

Ilustrasi planet gas GU Psc b mengorbit bintang GU Psc yang jaraknya 300.000.000.000 kilometer. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Lucas Granito
Baru-baru ini ilmuwan menambahkan sebuah planet gas bernama GU Psc b ke dalam daftar eksoplanet. Planet tersebut mengorbit bintang GU Psc, sebuah bintang muda berusia 100 juta tahun yang ukurannya tiga kali lebih besar dari Matahari kita dan berada di konstelasi Pisces. Tim peneliti yang dipimpin oleh Marie-Ève Naud, mahasiswa pascasarana dari Université de Montréal berhasil menemukan planet ini setelah menggabungkan data pengamatan dari Gemini Observatories, Observatoire Mont-Mégantic (OMM), Canada-France-Hawaii Telescope (CFHT), dan W.M. Keck Observatory.

Planet GU Psc b adalah planet yang sangat aneh, karena letak orbitnya yang sangat jauh dari bintangnya yakni sekira 2000 kali jarak Matahari dengan Bumi. Jarak Matahari dengan Bumi sekira 150 juta kilometer yang berarti jika dikalikan 2000 maka jaraknya sekira 300.000.000.000 kilometer (300 miliar km). Jika Bumi punya orbit seperti GU Psc b, maka dibutuhkan waktu selama 80.000 tahun untuk sekali mengelilingi bintangnya (revolusi). Planet ini tidak mudah untuk diamati sebab pantulan cahaya bintang dipermukaannya sangat redup dan memiliki suhu yang rendah, sehingga pengamatan dilakukan melalui deteksi inframerah. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, January 25, 2014

Teleskop Herschel Deteksi Uap Air Keluar dari Ceres

Ilustrasi Ceres mengorbit Matahari dan mengeluarkan uap air. Image credit: smh.com.au
Teleskop Herschel  memberikan penemuan yang berharga bagi para astronom. Teleskop Herschel berhasil mendeteksi uap air di Ceres, sebuah planet kerdil yang berada di sabuk utama asteroid antara Mars dan Jupiter. Ukuran Ceres lebih besar dari asteroid dan lebih kecil dari planet sehingga disebut dengan planet kerdil.

"Ini adalah pertama kalinya uap air terdeteksi di Ceres maupun di sabuk asteroid secara umum dan sekaligus membuktikan bahwa Ceres memiliki permukaan berupa lapisan es," ungkap Michael Kuppers dari ESA (European Space Agency).

Para ilmuwan percaya bahwa lapisan es tebal di bagian dalam Ceres jika mencair maka jumlahnya akan melebihi umlah air tawar yang ada di Bumi kita ini. Ketika Orbit Ceres berada lebih dekat dengan Matahari, maka suasana di planet kerdil itu menjadi lebih hangat menyebabkan uap air muncul dan terdeteksi oleh teleskop Herschel. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 31, 2013

Planet Kepler-78b, Planet Pertama yang Dikonfirmasi Memiliki Struktur Batuan Mirip Bumi

Ilustrasi planet kepler-78b mengorbit bintangnya hanya 8,5 jam saja. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Astronom berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki struktur batuan mirip seperti Bumi. Planet tersebut adalah Kepler-78b. Planet Kepler-78b juga mempunyai ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi yakni sekitar 1,7 kali massa Bumi dan 1,2 kali radius Bumi. Planet Kepler-78b mengorbit bintangnya dengan sangat cepat yaitu sekitar 8,5 jam saja. Itu membuat planet ini sangat tidak layak untuk mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya terlalu panas. Namun banyak hal baru yang bisa diambil dari planet ini. Kepler-78b menjadi planet pertama yang dikonfirmasi memiliki ukuran dan massa yang hampir mirip dengan Bumi, dari situ ilmuwan bisa mengetahui tingkat kepadatan dan material penyusun planet tersebut. Diperkirakan mayoritas material penyusun Kepler-78b terdiri dari batu dan besi. Bintang dari planet ini sedikit lebih kecil dari Matahari kita dan berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus.
Perbandingan ukuran planet Kepler-78b dengan Bumi. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler-78b pertama kali diamati oleh teleskop pemburu planet, Kepler. Kemudian dengan menggunakan teleskop berbasis Bumi, astronom mempelajari periode kecepatan orbitnya. Tim astronom yang dipimpin oleh Andew Howard dari University of Hawaii melakukan pengamatan lebih intensif lagi dengan teleskop di Keck Observatory dan tim lainnya yang dipimpin oleh Francesco Pepe dari University of Geneva mengamatinya menggunakan teleskop di Observatorium La Palma di kepulauan Canary.

Direncanakan penelitian Kepler-78b akan dipresentasikan pada pertemuan Kepler Science Conference tanggal 4-8 November di Ames, Iowa, Amerika Serikat. Lebih dari 400 astrofisikawan dari Australia, China, Amerika, dan negara Amerika latin akan mengikuti konfrensi tersebut. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, October 23, 2013

Selain Saturnus, Planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus Juga Punya Cincin

Selain Saturnus, ternyata ada beberapa planet di tata surya kita yang juga memiliki cincin. Planet Jupiter memiliki cincin yang sangat tipis dan gelap yang sering disebut dengan cincin Jovian. Cincin Jovian pertama kali diamati oleh wahana Voyager 1 pada tahun 1979. Cincin Jupiter terdiri dari empat lapisan utama dan kebanyakan terdiri dari debu.
Cincin Jupiter (Cincin Jovian). Image credit: wikipedia
Uranus bahkan memiliki sembilan cincin di sekitarnya yang juga sangat gelap. Cincin Uranus ditemukan pada 10 Maret 1977 oleh astronom James L. Elliot, Edward W. Dunham, dan Douglas J. Mink. Cincin Uranus berumur relatif muda yakni 600 juta tahun dan sebagian besar terdiri dari debu yang berasal dari tumbukan  beberapa satelit alam yang pernah dimiliki planet tersebut.
Cincin Uranus. Image credit: wikipedia
Planet Neptunus juga memiliki cincin. Cincin Neptunus pertama kali ditemukan oleh astronom Patrice Bouchet, Reinhold Hafner dan Jean Manfroid pada tahun 1984 di Chili. Neptunus memiliki lima cincin yang mayoritas terdiri dari senyawa organik yang sangat gelap yang kemungkinan dihasilkan oleh proses radiasi tetapi ada juga beberapa bagian yang terang
Cincin Neptunus. Image credit: wikipedia
Untuk lebih jelas tentang cincin planet, akan dibuat artikel tersendiri. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, October 13, 2013

Warna-warna Asli Planet di Tata Surya

Planet-planet di tata surya kita. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Jika kita melihat foto beberapa planet di tata surya, tidak jarang kita temukan adanya perbedaan warna antara foto satu dengan foto lainnya padahal obyek yang dilihat masih sama. Terkadang wahana antariksa yang mengambil foto dari planet atau obyek antariksa mengambilnya dalam bentuk false color. Hal itu biasanya dilakukan untuk mempermudah proses pengamatan dan penelitian. Astronom akan mengubahnya ke dalam format true color dengan menggunakan komputer agar obyek yang ada di foto akan sama persis jika kita melihatnya langsung dengan mata kepala kita sendiri. Berikut adalah warna-warna asli (true color) planet-planet yang sama ketika kita melihatnya dengan mata sendiri.

1. Merkurius
Warna planet ini abu-abu. Planet ini merupakan planet berbatu yang tidak memiliki atmosfer.

2. Venus
Warna planet ini putih kekuningan. Itu diakibatkan oleh adanya lapisan asam sulfat berupa awan tebal yang menyelimuti planet tersebut.

3. Bumi
Warna planet kita jika dilihat dari luar angkasa adalah biru muda dan putih (awan). Lautan dan cahaya yang menyebar di atmosfer Bumi menyebabkan Bumi terlihat biru. Daratan benua tampak coklat, kuning, dan hijau tergantung dari mana kita melihatnya.

4. Mars
Planet ini berwarna merah dan lebih mengarah ke oranye. Maka tidaklah salah kalau planet ini juga disebut juga planet merah. Warna tersebut berasal dari warna batuan dan tanah di sana serta persebaran cahaya di atmosfernya yang tipis.

5. Jupiter
Planet ini adalah planet gas dan tidak memiliki permukaan padat sehingga yang kita lihat hanyalah awan di atmosfernya. Warna planet ini cenderung menarah ke oranye dan putih. Warna putih berasal dari awan amonia, sedangkan warna oranye berasal dari awan amonium hidrosulfida.

6. Saturnus
Planet ini juga merupakan planet gas. Warnanya kuning pucat. Kabut amonia berwarna putih menyelimuti planet ini.

7. Uranus
Warna planet gas ini adalah biru muda yang berasal dari warna awan metana yang ada di atmosfernya.

8. Neptunus
Warna Neptunus adalah biru muda. Mirip seperti Uranus hanya saja Neptunus lebih gelap. Hal itu disebabkan jaraknya yang lebih jauh dari Matahari daripada Uranus.

Tambahan: Planet kerdil Pluto diperkirakan berwarna coklat muda. Walaupun belum pernah dikunjungi oleh wahana antariksa, namun warna itu didapat dari es metana yang bercampur dengan debu di permukaan planet. Harapannya wahana NASA New Horizon yang diperkirakan akan tiba pada 2015 bisa mengungkap warna asli planet kerdil ini. (CL, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 10, 2013

Wow !!! Jupiter dan Saturnus Punya Hujan Berlian

Berlian. Image credit: rimanews
Ilmuwan planet, Mona L. Delitsky dari California Specialty Engineering dan Kevin Baines dari University of Wisconsin-Madison, baru-baru ini menyimpulkan bahwa di atmosfer planet Jupiter dan Saturnus terdapat banyak sekali berlian. Berlian itu merupakan hasil dari unsur karbon berupa grafit yang terbentuk dari badai petir yang pernah terjadi di planet tersebut. Tekanan dan suhu yang ekstrem khususnya di bagian bawah atmosfer, merubah berlian yang tadinya padat kemudian berubah wujud menjadi cair, sehingga di kedua planet itu bisa terjadi hujan berlian. Awalnya belian itu berwujud padat saat baru terbentuk dan jatuh dari bagian atas atmosfer dan semakin mendekati inti planet berlian itu pun mencair.

Sebelumnya para ilmuwan menduga bahwa berlian dalam bentuk padat mungkin ada dekat inti kedua planet itu. Namun kemudian mereka berpendapat bahwa hal itu tidak mungkin sebab planet Jupiter dan Saturnus dianggap terlalu panas yang dapat melelehkan berlian. Jadi kesimpulannya berlian berwujud padat ada di bagian atas atmosfer.. Ilmuwan planet Moda Delitsky dan Kevin Baines dalam buku mereka yang berjudul Alien Seas mereka menceritakan bahwa suatu saat nanti manusia akan membuat robot yang mampu mengumpulkan berlian dari Jupiter dan Saturnus untuk kemudian dibawa menuju ke Bumi.
Ilustrasi robot pengumpul berlian dalam buku Alien Seas. Image credit: Alien Seas
Secara ilmiah proses terbentuknya berlian di kedua planet itu masih belum diketahui secara detail. Tapi di Bumi berlian terbentuk secara alami ketika karbon terpendam jauh di dalam tanah sekitar 160 km kemudian tertekan oleh panas hingga 1.093 derajat Celcius dan mengalami tekanan 725.000 pound perinci persegi yang kemudian bersamaan dengan magma bergerak ke permukaan untuk kemudian mendingin dan terbentuklah berlian.

Ketika berlian sudah begitu melimpah di alam semesta kemungkinan harganya juga akan turun dan tidak akan terlalu berharga lagi. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, October 9, 2013

Haumea, Planet Kerdil dengan Periode Rotasi Tercepat di Tata Surya

Ilustrasi planet kerdil (dwarf planet) Haumea mengorbit Matahari. Image credit: spaceinfo
Pada Maret 2003, sekelompok tim astronom yang dipimpin oleh astronom Mike Brown menemukan sebuah obyek antariksa yang ukurannya lebih kecil dari Pluto namun lebih besar dari asteroid di sekitar daerah Sabuk Kuiper di belakang orbit Pluto. Awalnya obyek itu diberi nama 2003 EL61 dan dinyatakan bahwa ia termasuk dalam obyek Sabuk Kuiper sampai akhirnya oleh International Astronomical Union diklasifikasikan kedalam kategori planet kerdil ke lima di tata surya setelah Ceres, Pluto, Eris, dan Makemake.
Ilustrasi bentuk Haumea dengan dua satelitnya, Namaka (kiri atas) dan Hi'iaka (kanan bawah). Image credit: SINC
Dari hasil pengamatan pada tahun 2005, ternyata planet kerdil 2003 EL61 atau yang sering disebut dengan Haumea, mempunyai dua satelit alam (bulan) yang diberi nama Hi'iaka dan Namaka. Untuk sekali mengorbit Matahari, Haumea membutuhkan waktu 285 tahun. Saat ini astronom masih kesulitan untuk mengukur tingkat massa dan kepadatan disebabkan jaraknya yang relatif jauh dari Bumi dan obyeknya yang kecil. Menurut pengematan mereka, Haumea memiliki besar sepertiga ukuran Pluto dengan diameter 1.960 km pada axis terpanjang dan 996 km di axis terpendek. Dalam menyelesaikan sekali periode rotasi, Haumea membutuhkan waktu 4 jam dan ini sekaligus mencatat rekor sebagai obyek dengan rotasi tercepat di tata surya. Periode rotasi yang cepat itu membuat ilmuwan berasumsi bahwa bentuk Haumea yang lonjong disebabkan oleh benturan yang terjadi sebagai akibat dari hantaman obyek antariksa lain yang menyebabkan Haumea berputar cepat dan membentuknya menjadi lonjong / elips. Akibat tabrakan itu juga yang membentuk dua satelit planet kerdil itu. Astronom menyatakan bahwa hampir seluruh struktur dari Haumea terdiri dari batuan.

Satelit terbesar Haumea, Hi'iaka membutuhkan waktu 49 hari untuk sekali mengorbit Haumea sedangkan satelit yang lebih kecil, Namaka memerlukan waktu 18 hari. Diperkirakan kedua satelit memiliki struktur yang didominasi oleh es. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, September 24, 2013

Ceres, Planet Kerdil yang Sangat Dingin

Planet kerdil Ceres. Image credit: NASA
Ceres adalah sebuah planet kerdil yang terletak di sabuk asteroid (Asteroid Belt) antara planet Mars dengan Jupiter. Ceres sekaligus menjadi obyek terbesar yang ada dalam sabuk asteroid. Tidak seperti obyek lainnya di dalam sabuk asteroid, Ceres berbentuk bulat sama seperti planet. Astronom menduga bahwa Ceres memiliki laut dan atmosfer.

Sebelumnya pada abad 18 astronom telah memperkirakan adanya sebuah planet diantara Mars dan Jupiter. Kemudian pada tahun 1801, astronom Giuseppe Piazzi menemukan obyek yang kemudian ia beri nama Ceres yang dalam bahasa Romawi berarti Jagung dan Panen.
Struktur Ceres. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, ESA
Pada tahun 2006, Ceres diusulkan menjadi planet kerdil sebab ia berada di daerah yang penuh dengan banyak asteroid. Ceres berdiameter 950 km dan hanya membutuhkan waktu 9 jam untuk sekali rotasi dan perlu 4,6 tahun Bumi untuk sekali mengorbit Matahari. Kepadatan Ceres hanya 2.09 per sentimeter kubik dan kira-kira seperempat dari beratnya adalah air. Suhu tertingginya sangat dingin yakni mencapai -38 derajat Celcius dan memiliki lapisan debu dan batuan yang tipis di atas lapisan es nya. Ceres menjadi planet ke tiga yang mempunyai kandungan karbonat selain Bumi dan Mars. Karbonat merupakan unsur yang bisa menjadi indikator kelayakhunian suatu planet.

Tahun 2015 nanti wahana Dawn NASA akan berada dekat dengan orbit Ceres. Wahana Dawn akan mengukur massa, kepadatan, dan memetakan planet tersebut secara rinci sekaligus mencari tahu keberadaan laut di sana. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, September 5, 2013

Astronom, Planet Gliese 1214 b Memiliki Air dan Atmosfer Berwarna Biru

Ilustrasi planet Gliese 1214 j (GJ 1214 b) mengorbit bintang Gliese 1214. Image credit: NAOJ
Dengan menggunakan teleskop, astronom Jepang berhasil mendeteksi adanya air di atmosfer planet mirip Bumi, Gliese 1214 b (GJ 1214 b). Hal itu didapat setelah astronom tersebut mengamati bintang Gliese 1214 dengan menggunakan filter teleskop yang berbeda. "Ketika hasilnya digabungkan dengan data yang didapat pada pengamatan sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa planet GJ 1214 b adalah planet yang kaya akan air," ungkap National Astronomical Observatory of Japan dalam sebuah pernyataan.
Hubungan antara komposisi atmosfer planet dengan warna cahaya yang diteruskannya. Paling atas: atmosfer didominasi oleh hidrogen membuat cahaya biru tersebar. Tengah: atmosfer dnegan jumlah hidrogen sedikit membuat warna atmosfer biru lemah. Bawah: awan yang menutupi planet membuatnya cahaya sulit untuk masuk bahkan jika atmosfer itu banyak mengandung hidrogen. Image credit: NAOJ
Temuan ini memperkuat hasil pengamatan sebelumnya pada tahun 2010 di mana astronom saat itu menyimpulkan bahwa planet ini banyak memiliki air. Perlu diketahui bahwa GJ 1214 b merupakan eksoplanet (planet di luar tata surya) yang jaraknya relatif dekat dengan Bumi yakni 40 tahun cahaya dan besarnya 2,7 kali dari Bumi.

Apakah planet GJ 1214 b layak untuk dihuni manusia?? ilmuwan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Mereka masih mempelajari sifat dari planet tersebut. Diyakini planet GJ 1214 b terbentuk dari piringan protoplanet atau awan gas mengandung es yang mengorbit sebuah bintang muda yang kemudian karena panas es tersebut mencair dan berada di planet itu. (UT, NAOJ, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, August 22, 2013

Planet HD 189733b, Berwarna Biru Mirip Bumi dan Punya Hujan Kaca

Ilustrasi planet HD 189733b. Image credit: NASA, ESA
Para Astronom dengan menggunakan teleskop Hubble berhasil mengidentifikasi planet HD 189733b dan ternyata planet tersebut berwarna biru mirip seperti Bumi.

Planet ini merupakan salah satu eksoplanet (planet di luar tata surya) yang paling dekat dengan Bumi yakni sekitar 63 tahun cahaya. Jika kita melihat warnanya yang biru, maka kita akan langsung terbayang dengan planet kita sendiri.

Warna memang boleh sama birunya, tapi kondisinya sangat jauh berbeda. Planet HD 189733b sangat tidak layak untuk dihuni manusia sebab berjarak sangat dekat sekali dengan bintangnya yakni 4.667.097 kilometer sehingga suhu dipermukaan sangat panas mencapai 1093 derajat Celcius. Kecepatan angin di permukaan juga sangat mengerikan, sekitar 4500 mph atau 7242 kph.

Warna biru dari planet ini bukan berasal dari adanya samudera di planet tersebut tapi karena atmosfer yang mengandung awan tinggi bercampur dengan partikel silikat. Partikel silikat yang berkondensasi dengan panas maka akan membentuk butiran kaca kecil yang menghamburkan warna biru dari penyerapan sinar bintang yang diterimanya. Akibat butiran kaca yang terbentuk dan didorong dengan angin yang super cepat tadi maka di sana bisa terjadi hujan kaca. Benar-benar sangat tidak layak untuk ditinggali.

Planet ini terkena efek tidal dari bintangnya sehingga posisinya terkunci dimana salah satu bagian selalu terang (menghadap bintang) dan yang lain berada dalam gelap (malam). Perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 260 deraat Celcius, sehingga angin sangat kencang bertiup dari sisi terang ke sisi gelap planet tersebut. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Planet Kepler 78b, Satu Tahunnya Sama Dengan 8 Jam Saja

Ilustrasi planet Kepler 78b mengorbit bintangnya, Kepler 78. Image credit: NASA
Ilmuwan dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) Amerika menemukan fakta bahwa eksoplanet (planet di luar tata surya kita) bernama Kepler 78b (KIC 8435766 b) memiliki periode revolusi (waktu sekali mengelilingi / mengorbit bintangnya) tercepat dari planet lain yang pernah diteliti. Planet tersebut hanya membutuhkan waktu 8 jam saja dalam sekali waktu mengelilingi bintangnya (Kepler-78). Hal itu sangat cepat jika dibandingkan dengan Bumi yang memiliki periode revolusi 365 hari.

Planet Kepler 78b memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi dan terletak 700 tahun cahaya. Periode revolusi yang ekstrem disebabkan karena dekatnya planet tersebut dengan bintangnya yang 40 kali lebih dekat dari pada jarak Matahari ke Merkurius. Suhu permukaan planet Kepler 78b mencapai 5000 derajat Fahrenheit atau sama dengan 2760 derajat Celcius dan diperkirakan permukaan planet ini meleleh dan berupa lautan lava.

Hanya planet yang memiliki struktur padat yang bisa bertahan dengan orbit sedekat itu. Kemungkinan planet Kepler 78b hampir seluruhnya tersusun dari besi, dan menurut para ilmuwan jika tidak demikian maka gaya pasang surut yang sangat besar dari bintangnya akan menghancurkannya.

"Kenyataan bahwa planet tersebut dapat bertahan menandakan bahwa planet Kepler 78b sangat padat," ucap professor Josh Winn dari MIT. "Apakah ada planet yang bisa lebih dekat lagi dari itu? maka itu sebuah pertanyaan terbuka dan akan lebih menakjubkan," tambahnya.

Professor Winn dan tim telah beberapa lama mencari planet seukuran Bumi dengan periode orbit yang singkat dan penemuan ini membuat kita semua takjub. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, August 21, 2013

Astronom Swedia, Planet Bisa Terbentuk Tanpa Bintang

Ilustrasi planet pengembara CFBDSIR J214947.2-040.308,9 atau CFBDSIR2149. Image credit: ESO/L. Calçada/P. Delorme/Nick Risinger/R. Saito/VVV Consortium
Astronom dari Chalmers University of Technology dan Universitas Stockholm, Swedia, baru-baru ini mengungkapkan bahwa planet bisa terbentuk tanpa bintang induknya. Kesimpulan itu didapat setelah mereka berhasil menemukan awan / nebula gelap dingin yang memungkinkan hal seperti itu bisa terjadi. Berdasarkan hasil survey terbaru yang dilakukan astronom, setidaknya ada 200 miliar planet di galaksi Bima Sakti yang merupakan planet pengembara / planet bebas yang tidak memiliki bintang. Selain karena dibentuk oleh awan / nebula gelap tadi, diantara planet pengembara tersebut juga ada yang terlempar ke luar dari sistem tata surya asli mereka.

Astronom Swedia dengan menggunakan beberapa teleskop canggih mengamati nebula Rosette yang merupakan nebula berbentuk mirip seperti mawar dan berjarak 4600 tahun cahaya dari Bumi. Beberapa awan hitam gelap nampak di skeitar nebula Rosette. "Nebula Rosette adalah rumah bagi lebih dari 100 nebula kecil yang disebut globulettes," ungkap pemimpin penelitian Gosta Gahm dari Universitas Stockholm. "Mereka sangat kecil dan masing-masing diameternya kurang dari 50 kali jarak Matahari - Neptunus," tambahnya.

Para astronom akan melakukan penelitian mengenai massa dan kepadatan dari globulettes tersebut. "kami menemukan bahwa globulettes sangat padat dan menyatu, dan banyak dari globulettes itu yang mempunyai inti padat," ucap Carina Persson astronom dari Chalmers University of Technology. "Hal itu menyebabkan bahwa sangat dimungkinkan globulettes tersebut akan runtuh karena gravitasi mereka dan membentuk planet mengambang bebas yang disebut panet nakal / planet pengembara," tambahnya lagi.

Dalam sejarahnya, galaksi Bima Sakti memiliki jutaan nebula seperti nebula Rosette yang telah berkembang dan memudar dan banyak globulettes yang terbentuk dan dari situlah didapatkan petunjuk dari mana planet-planet pengembara itu berasal. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, July 7, 2013

Medan Magnet Bintang Katai Merah Bisa Menghancurkan Atmosfer Planet di Sekitarnya

Ilustrasi bagaimana Mars kehilangan sebagian atmosfernya setelah planet itu kehilangan sebagian besar medan magnetnya. Planet di sekitar bintang katai merah juga bisa mengalami nasib yang serupa. Image credit: NASA
Red Dwarf stars (Bintang Katai/ Kerdil Merah) merupakan jenis bintang yang paling banyak dijumpai di galaksi Bima Sakti. Bintang tersebut mencapai 75 % dari total bintang di galaksi kita. Jika ada planet di sekitar bintang katai merah, maka ada kemungkinan kehidupan bisa terjadi di sana. Tetapi menurut tim astronom yang dipimpin oleh Dr Aline Vidotto dari University of St Andrews hal seperti itu tidak sepenuhnya benar. Mereka meyakini bahwa medan magnet dari bintang katai merah dapat menghantam planet di sekitarnya dan menyebabkan planet banyak terkena terpaan radiasi dari luar angkasa. Dr Vidotto menyampaikan hal ini dalam pertemuan astronomi nasional di St Andrews pada 2 Juli 2013 lalu.

Setiap planet kecil yang mengorbit bintang katai merah, akan melindungi diri dari gravitasi bintang tersebut. Massa yang rendah dari bintang ini membuat tarikan gravitasi seperti gravitasi planet seukuran Bumi mampu membuat bintang itu bergerak sebagaimana planet yang mengorbitnya. Gerakan ini menyebabkan adanya pergeseran garis pada spektrum bintang yang bisa kita deteksi dengan menggunakan teleskop.

Bintang katai merah memiliki suhu yang lebih dingin dari Matahari sehingga keberadaan zona layak huni (Goldilocks) bisa ada dan berkembang. Planet yang berada pada zona ini sangat mungkin untuk memiliki air dalam wujud cair di permukaannya. Hal ini membuat planet yang ada dekat bintang katai merah menjadi target dalam pencarian planet mirip Bumi di galaksi Bima Sakti. Namun ada faktor lain yang membuat planet tersebut menjadi planet layak huni yaitu ketebalan atmosfer yang dimilikinya.

Dalam miliaran tahun, dampak partikel bermuatan di luar angkasa dapat mengikis atmosfer suatu planet. Planet dengan medan magnet yang relatif kuat seperti Bumi mampu membelokkan partikel-partikel bermuatan seperti ini. Hal itu berlangsung di Magnetosfer. Sebagian besar partikel bermuatan tersebut berasal dari angin surya yang dihembuskan oleh bintang induk (Matahari). Tekanan dari partikel-partikel ini menekan perisai magnetosfer planet sehingga setiap terjadi angin surya yang kuat, tekanan tinggi terjadi di magnetosfer. Pada Bumi magnetosfer biasanya melebar hingga 70.000 km.
Ilustrasi magnetosfer Bumi yang mengahalangi partikel bermuatan yang berasal dari angin surya (angin Matahari). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: simpleisperfect
Astronom menemukan fakta bahwa pada bintang katai merah yang berusia relatif muda, akan memiliki medan magnet yang lebih kuat sehingga sangat berdampak pada planet yang mengorbit di sekitarnya. Tekanan yang ekstrim dari medan magnet ini akan mengikis atmosfer planet dari waktu ke waktu.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jika Bumi berada pada bagian tepi dari zona Goldilocks dari bintang katai merah berusia muda, seperti pada Bumi yang mengorbit Matahari, maka magnetosfer akan melebar tidak lebih dari 35.000 km bahkan magnetosfer tersebut bisa hancur. Agar bisa bertahan, Bumi membutuhkan medan magnet yang lebih kuat atau berjarak lebih jauh dari bintangnya namun hal ini bisa menyebabkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk adanya air berwujud cair disebabkan oleh suhu yang terlalu dingin.

Seiring dengan usia bintang yang bertambah, medan magnet akan melemah dan membuat atmosfer planet yang mengorbit bintang tersebut mampu bertahan. "Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa bintang katai merah dengan periode rotasi yang lebih lama sekitar satu sampai beberapa bulan akan memiliki medan magnet yang lebih kuat dan mampu menekan magnetosfer planet dalam zona Goldilocks," ungkap  Dr Aline Vidotto. Hal ini harus kita pertimbangkan dalam pencarian planet layak huni sebab ternyata mencari planet mirip Bumi lebih sulit dari yang kita duga sebelumnya. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, June 28, 2013

Astronom Berhasil Temukan Tiga Planet Mirip Bumi di Sekitar Bintang Gliese 667C

Ilustrasi keadaan di salah satu planet yang mengorbit bintang Gliese 667C yakni Gliese 667Cd. Tampak juga 2 bintang lainnya yang terlihat lebih redup. Klik gambar untuk memperbesar Image credit: ESO/M. Kornmesser
Astronom berhasil menemukan 3 planet mirip Bumi yang berada pada satu sistem tata surya. Ketiga planet tersebut menginduk sebuah bintang bernama Gliese 667C yang memiliki massa sepertiga dari massa Matahari kita. Bintang Gliese 667C sendiri sebenarnya merupakan bagian dari sistem tiga bintang (triple star system) yang disebut Gliese 667 (GJ 667). Bintang Gliese 667C berjarak 22 tahun cahaya dari Bumi yakni di konstelasi Scorpio (The Scorpion).

Pada pengamatan sebelumnya, astronom mengungkapkan bahwa bintang tersebut memiliki 3 planet (eso0930) dengan salah satu diantaranya berada pada zona layak huni. Namun hasil pengamatan terbaru yang dilakukan oleh astronom Guillem Anglada-Escude dari University of Gottingen dan Mikko Tuomi dari University of Hertfordshire berhasil menemukan hal baru.

Dari data yang diperoleh dari instrumen HARPS, Very Large Telescope (VLT), WM Keck Observatory dan teleskop Magellan, mereka menemukan ada 7 planet yang mengorbit bintang Gliese 667C.

Jika diilustrasikan, maka salah satu planet diantaranya akan memiliki 3 matahari dengan satu matahari terang dan dua lainnya redup. 2 bintang redup itu akan nampak seperti 2 bulan jika malam hari. Uniknya 3 planet tersebut berada pada zona layak huni.

"Kami tahu bahwa ada 3 planet yang berada pada zona layak huni di sekitar bintang itu, dan kami ingin tahu apakah masih ada lagi," ungkap Mikko Tuomi. 3 planet yang ditemukan itu disebut sebagai Super Earth sebab ukurannya yang lebih besar dari Bumi dan berada pada zona layak huni. Sangat dimungkinkan air dalam wujud cair bisa berada di permukaannya. "Jumlah planet layak huni di galaksi kita jauh lebih banyak dapat ditemukan pada bintang dengan massa yang rendah," kata Rory Barnes dari University of Washington.

Sistem tata surya seperti tata surya kita banyak ditemukan di galaksi Bima Sakti, namun rata-rata tidak memungkinkan untuk ditinggali karena kondisinya yang terlalu panas. Bintang redup bermassa rendah seperti Gliese 667C sangat cocok untuk menjadi induk dari planet mirip Bumi. Jarak antara bintang Gliese dengan planet Super Earthnya lebih kurang seperti jarak Merkurius dengan bintangnya. Bedanya bintang Gliese 667C tidak sepanas Matahari kita. Siapa tahu dimasa yang akan datang planet-planet tersebut bisa menjadi pengganti Bumi kita yang sudah tua ini. (SP, Adi Spautro/ www.astronomi.us)

 

Wednesday, April 24, 2013

Peneliti Universitas Washington Temukan Planet Mirip Bumi Terkecil di Sistem Kepler

Perbandingan ukuran planet-planet di sistem Kepler 62 dengan bintangnya. Image credit: Eric Agol, University of Washington. 
Penelitian yang dilakukan oleh universitas Washington yang didanai oleh National Science Foundation (NSF) berhasil menemukan planet kerdil mirip Bumi yang mengorbit sebuah bintang yang berada pada zona layak huni. Eric Agol selaku profesor di universitas Washington telah mengidentifikasi planet Kepler 62F, planet kecil berbatu yang kemungkinan besar mengorbit bintang mirip Matahari kita di konstelasi Lyra. Besar planet ini sekitar 1,4 kali ukuran Bumi dan menerima panas Matahari selama 267 hari (hari di Bumi). Atas penemuannya tersebut Profesor Agol mendapatkan penghargaan dari NSF.

Planet yang ditemukan tadi merupakan satu dari dua Super Earth yang ditemukan di zona layak huni Kepler 62 dan hal ini menunjukkan bahwa pada jarak yang tepat dari bintang, memungkinkan adanya air berwujud cair dipermukaan planet tersebut.

Walaupun berada pada zona layak huni, tampaknya planet Kepler 62 tersebut masih terlalu panas untuk dapat dihuni makhluk hidup di Bumi. Berada di dekat planet Kepler 62 adalah planet Kepler 62E yang besarnya 1,6 kali ukuran Bumi yang mengorbit bintangnya dalam waktu 122,4 hari. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, January 8, 2013

Apakah Bulan Planet PH2 b Memiliki Kehidupan?

Ilustrasi planet PH2 b dilihat dari permukaan bulannya. Image credit: H. Giguere, M. Giguere/Yale University
Astronom saat ini sedang hangat-hangatnya membicarakan planet PH2 b. Planet gas raksasa yang mirip Jupiter ini memiliki air dalam jumlah yang sangat banyak dengan suhu permukaan mencapai 46 derajat Celcius. Planet tersebut berada pada zona layak huni namun tidak ada kehidupan di sana sebab planet PH2 b tidak memiliki permukaan yang padat, sama seperti planet gas lainnya.

Jika planet tersebut tidak memiliki kehidupan, bagaimana dengan Bulan atau satelit alam yang mengelilinginya?. Planet gas raksasa seperti Jupiter memiliki belasan Bulan akan tetapi planet dan Bulannya tersebut tidak berada pada zona yang layak huni.

Planet PH2 b merupakan planet yang berada di konstelasi Cygnus beberapa ratus tahun cahaya dari Bumi. Planet tersebut ditemukan oleh tim dari Planet Hunters yang terdiri dari 40 astronom yang berburu planet di langit malam. Tim Planet Hunters dipimpin oleh Profesor Debra Fisher dari Yale University. Sebelumnya tim pemburu planet ini juga telah menemukan 19 eksoplanet yang berada di zona layak huni yang disebut dengan Goldilocks Zone dimana pada zona ini planet sangat mungkin memiliki air berwujud cair dipermukaannya.

Dr Wang Ji yang juga merupakan salah satu ilmuwan yang bergabung dalam Planet Hunters mengatakan bahwa dirinya sudah tidak sabar menanti para astronom menemukan tanda-tanda kehidupan di planet lain dan bukan hanya potensi kelayakhunian suatu planet, ucapnya. (UT, TLG, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto