Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Bulan. Show all posts
Showing posts with label Bulan. Show all posts

Tuesday, September 2, 2014

Seperti Apa Bau Tanah di Bulan ?

Buzz Aldrin saat turun dari modul Eagle. Image credit: NASA
Pertanyaan:
Seperti apa sih bau debu / tanah di Bulan itu?

Jawaban:
Saat Neil Armstrong dan Buzz Aldrin selesai berjalan di Bulan, mereka kembali masuk ke dalam modul Eagle. Saat mereka melepaskan spacesuite (pakaian khusus luar angkasa untuk berjalan di bulan) mereka menemui banyak debu yang melekat di pakaian dan helm. Karena di dalam modul Eagle tersedia oksigen, mereka menghirup oksigen untuk bernafas dan bersamaan dengan itu mereka merasakan adanya bau tajam yang menyengat. Ternyata bau tajam itu berasal dari debu Bulan yang melekat di baju dan helm yang tadi mereka pakai. Kedua astronot yang juga merupakan anggota militer, merasa tidak asing dengan bau seperti itu. Menurut mereka bau debu Bulan itu mirip seperti bau bubuk mesiu. Setelah dibandingkan, debu bulan dan bubuk mesiu ternyata memiliki senyawa yang sama sekali berbeda. Tapi penyebab mengapa bau keduanya sangat mirip hingga kini belum diketahui. (AMP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, June 12, 2014

Misteri 55 Tahun Terungkap, Penyebab Sisi Terang dan Sisi Gelap Bulan Begitu Berbeda

Sisi dekat / sisi terang Bulan (kiri). Sisi jauh / sisi gelap Bulan (kanan). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: usra
Sebuah misteri yang telah bertahan selama 55 tahun akhirnya berhasil dipecahkan oleh para ilmuwan. Misteri tentang mengapa pada sisi gelap bulan tidak dijumpai Mare / Maria (bahasa latin= lautan, dataran gelap basalt di Bulan). Awalnya pada tahun 1959 wahana Soviet, Lunar 3, berhasil memotret sisi jauh / sisi gelap Bulan dan hasilnya sangat mengejutkan, tidak dijumpai Mare di sana. Mare terbentuk akibat hantaman meteorit besar sehingga menciptakan sebuah dataran basalt yang sangat luas dan hal itu tidak dijumpai di sisi gelap Bulan. Sisi gelap yang dimaksud adalah sisi jauh di belakang Bulan (sisi sebaliknya). Sisi gelap ini juga terkadang diterangi oleh sinar Matahari juga. Di sana hanya dijumpai gunung dan kawah saja. Mengapa sisi terang dan sisi gelap Bulan bisa begitu kontras perbedaannya?

Jason Wright ilmuwan dari Penn State University mengatakan bahwa perbedaan itu terjadi berawal dari proses pembentukan Bulan. Dalam jurnal Astrofisika, Bulan terbentuk sebagai akibat tabrakan dahsyat antara Bumi muda dengan planet seukuran Mars yang disebut Theia. Lapisan luar Bumi yang saat itu masih panas terlempar ke luar dan akhirnya bergabung membentuk Bulan, selengkapnya bisa dibaca di sini. Pada saat itu jarak antara Bulan dengan Bumi 20 kali lebih dekat dari jaraknya saat ini dan tidak membutuhkan waktu terlalu lama sebelum Bulan akhirnya berhenti berotasi dan terkunci pada posisinya seperti saat ini. Waktu itu Bumi dan Bulan suhunya masih sangat panas. Karena ukuran Bulan yang lebih kecil dari Bumi, maka Bulan dingin lebih cepat dan sisi gelap bulan mendingin lebih dulu dari sisi terang Bulan yang masih tetap panas karena terpapar suhu Bumi yang saat itu masih panas sekira 2500 derajat Celcius. Hal itu membuat perbedaan suhu yang signifikan antara sisi gelap dan sisi terang sehingga menciptakan kerak.

Aluminium dan Kalsium muncul di sisi gelap Bulan setelah terkondensasi di atmosfer. Ribuan sampai jutaan tahun kemudian, elemen-elemen ini bergabung dengan silikat pada mantel Bulan membentuk Plagioclase feldspars atau batuan mirip kristal yang tersusun dari kalsium dan Sodium. Batuan ini biasanya berwarna putih atau abu-abu dan biasanya sangat umum di jumpai di batuan beku. Plagioclase feldspars tadi turun ke permukaan dan membentuk kerak Bulan. Sisi gelap Bulan memiliki kerak yang lebih tebal karena jumlah mineral yang lebih banyak.

Saat meteorit besar menghantam sisi terang bulan, saat itu Bulan masih memiliki danau lava basaltik yang mana ketika tumbukan meteorit terjadi kerak Bulan tertekan dan memicu banjir lava yang akhirnya mendingin dan menghitam seperti sekarang. Pada sisi gelap, kerak lebih tebal dan keras serta danau lava basaltik sudah membeku lebih cepat dari sisi terang Bulan membuatnya lebih keras, sehingga ketika dihantam meteorit hanya akan membentuk kawah-kawah saja dan tidak membentuk Mare. (SCD, IBT, UMN, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, June 10, 2014

Pelan Tapi Pasti Bulan Pergi Meninggalkan Bumi

Bulan. Image credit: wikiversity
Bumi dan Bulan bisa dibilang sebagai sahabat yang tumbuh, berkembang dan menjalani hidup bersama-sama untuk mengelilingi Matahari dan galaksi. Berdasarkan penelitian, Bulan lahir sebagai akibat dari tabrakan antara Bumi muda dengan obyek seukuran planet Mars yang disebut Theia sekira 4,5 miliar tahun yang lalu. Kemudian, kedua obyek baik Bumi dan Bulan bersama-sama menjalani hidup berdua.

Tapi seperti hubungan persahabatan, tidak selalu berjalan harmonis, tapi juga ada konflik. Setidaknya itu yang terjadi diantara Bumi dan Bulan. Gravitasi kedua obyek itu saling mempengaruhi hingga salah satunya kalah dan terkunci di posisinya seperti saat ini (Bulan). Bumi sendiri juga terkena efek dari gravitasi Bulan, dimana efek pasang surut juga terjadi. Akibatnya kecepatan rotasi Bumi juga mengalami perlambatan. Jika pada 650 juta tahun yang lalu, satu hari hanya terdiri dari 21 jam, sekarang bertambah 3 jam menjadi 24 jam. Gravitasi Bulan secara perlahan memperlambat keepatan rotasi Bumi. Walhasil bukan tidak mungkin, suatu saat nanti jika Bulan belum pergi dari sisi Bumi, rotasi Bumi benar-benar dihentikan oleh Bulan.

Tapi sepertinya Bulan tidak begitu setia dengan Bumi. Secara perlahan, Bulan semakin menjauh dari Bumi sekira 1-2 cm / tahun. Mengapa Bulan menjauh dari Bumi?. Perlambatan kecepatan rotasi Bumi menyiratkan ada energi yang hilang dari Bumi. Suatu obyek akan mengorbit sesuatu jika obyek yang diputari tersebut berputar lebih cepat dari yang mengorbit. Oleh karena itu dengan semakin melambatnya kecepatan rotasi Bumi, jarak Bumi dengan Bulan pun menjadi semakin jauh.

Bukan tidak mungkin 50 miliar tahun dari sekarang saat Matahari kita menjadi bintang raksasa merah, 1 hari Bumi bisa memakan waktu hingga 45 jam dan saat itu Bulan bisa benar-benar meninggalkan Bumi dan mungkin saat itu Bulan bisa mencari sahabat baru di luar sana. Semua bisa terjadi. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Bulan Terbentuk Akibat Tabrakan Bumi dengan Planet Theia

Ilustrasi tabrakan antara Bumi muda dengan planet Theia 4 miliar tahun lalu. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: emc
Hasil pengukuran isotop oksigen terbaru menunjukkan bukti bahwa Bulan terbentuk dari tabrakan antara Bumi muda dengan planet lain. Astronom menamai planet lain tersebut dengan nama planet Theia. Selain mengukur isotop oksigen, ilmuwan juga mengukur rasio titanium, silikon, dan sebagainya, baik pada materi di Bumi maupun di Bulan. Anehnya setelah mengukur isotop tadi, ilmuwan hanya menemukan sedikit materi Theia yang membentuk Bulan yang mana seharusnya materi Theia lebih banyak.
Tahap-tahap tabrakan hingga terbentuknya Bulan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: emc
Ilustrasi terbentuknya Bulan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: floridafrontier
Sebuah tim peneliti asal Jerman yang dipimpin oleh Dr Daniel Herwartz menggunakan teknik yang agak berbeda untuk mengetahui seberapa besar komposisi Theia di Bulan. Dr Herwartz membandingkan rasio 170/160 pada sampel Bulan yang berasal dari meteorit Bulan yang jatuh ke Bumi. Namun sayangnya sampel itu sudah terkena air dari Bumi sehingga sampel Bulan yang benar-benar murni sangat diperlukan. Untuk itu Dr Herwartz menggunakan sampel yang diambil oleh astronot pada misi Apollo 11, 12, dan 16 dan ternyata sampel-sampel tersebut mengandung tingkat rasio 170/160 yang lebih tinggi dari sampel Bulan yang ada di Bumi. "Perbedaan kecil seperti ini memang sulit untuk dideteksi, tapi itu memberikan kita dua hal yang sangat penting yakni pertama kita mengetahui bahwa Bulan memang terbentuk dari sebuah tabrakan yang super dahsyat dari dua obyek antariksa super besar yakni Bumi dan Theia. Kedua adalah kita menjadi tahu struktur geokimia dari Theia," ucap Dr Herwartz. "Jika ini benar, kita sekarang bisa memprediksi komposisi geokimia dan isotop Bulan karena Bulan merupakan campuran dari Theia dan Bumi. Tujuan kita berikutnya adalah mengetahui seberapa besar materi Theia di Bulan," tambahnya.

Banyak model yang memperkirakan bahwa Bulan terdiri dari 70-90 persen materi dari Theia dengan 10-30 persen sisanya adalah materi Bumi. Tapi ada juga model yang menyatakan bahwa Bulan hanya terdiri dari 8 persen materi Theia. Dr Herwartz sendiri menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan data baru maka kemungkinan jumlahnya seimbang (50:50), namun untuk kepastiannya masih harus diteliti lagi. (SCD, EMC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, June 6, 2014

NASA, Permukaan Bulan Menonjol Akibat Tertarik Gravitasi Bumi

Bulan. Image credit: weirdwarp
Kebanyakan diantara kita hanya mengetahui efek gravitasi bulan terhadap Bumi yakni terjadinya efek pasang surut air laut, tapi belum mengetahui efek dari gravitasi Bumi terhadap Bulan. Nah baru-baru ini ilmuwan NASA menunjukkan fakta yang mengejutkan tentang efek / dampak gravitasi Bumi terhadap Bulan.

Seperti yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters dikemukakan bahwa akibat dari gravitasi Bumi adalah terjadinya perubahan / deformasi permukaan Bulan. Deformasi sendiri adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda / objek. Erwan Mazarico seorang peneliti dari MIT yang bekerja pada NASA Goddard Space Flight Center dengan menggunakan wahana LRO (Lunar Reconnaissance Orbiter) dan GRAIL (NASA's Gravity Recovery and Interior Laboratory), menemukan fakta bahwa permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi mengalami penonjolan / meninggi sekitar 20 kaki (6 meter) daripada daerah di sisi gelap Bulan. Perubahan ini tentunya tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang terlebih jika kita melihatnya dari Bumi, karena begitu kecilnya perubahan ini dan terjadi sangat perlahan. Proses deformasi ini terus terjadi pada permukaan Bulan tergantung dari perubahan sudut orbitnya terhadap Bumi. (UPI, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, September 30, 2013

Teori Baru, Bulan Adalah Satelit Venus yang Diambil Bumi

Bulan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: dl-digital
Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang termasuk ilmu astronomi. Baru-baru ini ilmuwan Dr Dave Stevenson dari Caltech University mengungkapkan asal-usul Bulan Bumi. Menurutnya Bulan adalah satelit Venus yang diambil oleh Bumi dengan menggunakan gaya gravitasinya. Teori ini bertentangan dengan teori terkenal tentang asal-usul terbentuknya Bulan yang menyatakan bahwa Bulan terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu ketika sebuah obyek seukuran planet menabrak Bumi dengan kecepatan tinggi saat planet Bumi baru terbentuk. Teori ini dikenal sebagai teori Giant Impact. Klik di sini untuk info lebih lanjut.

Namun teori yang dipresentasikan oleh Dr Dave Stevenson ini bukan tanpa celah dan kelemahan. Batuan Bulan yang dibawa oleh misi Apollo ternyata memiliki komposisi isotop yang serupa dengan Bumi. Jika benar Bulan adalah milik Venus, mengapa isotopnya bisa begitu mirip dengan Bumi?. "Jika Bulan dan Bumi memiliki isotop yang sangat mirip, itu akan membuat teori Dr Dave akan sulit untuk dipertahankan," ucap Alex Halliday dari Oxford University. "Kesamaan isotop itu membuktikan bahwa materi pembentuk Bulan memang berasal dari Bumi atau memang materi Bulan bercampur dengan materi Bumi," tambahnya.

"Walau bagaimanapun, teori Dr Dave Stevenson sangat menarik. Venus dan Bumi memiliki banyak kemiripan termasuk massanya. Jika Bumi punya Bulan mengapa Venus tidak ??," imbuh Alex Halliday. Saat ini teori terkuat masih dipegang oleh teori Giant Impact. Tapi masih ada pertanyaan yang belum terjawab. Obyek apakah sebenarnya yang menabrak Bumi sehingga melahirkan Bulan??. (LS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 18, 2012

Ilmuwan Temukan Bukti Kuat Teori Giant Impact

Ilustrasi tabrakan Bumi dan Bulan. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Ilmuwan dengan menggunakan sampel yang dibawa oleh misi Apollo dari Bulan dan beberapa meteorit Bulan yang jatuh ke Bumi, menemukan bahwa ternyata pada sampel tersebut mereka menemukan deplesi dan penguapan isotop ringan seperti seng. Dan itu menjadikannya sebagai petunjuk kuat tentang sejarah Bumi dan Bulan.

Dengan menggunakan instrumen spektroskopi canggih, ilmuwan mengukur rasio isotop yang ada pada sampel batuan Bulan. Temuan ini sekaligus mendukung teori Giant Impact (dampak raksasa) tentang proses terbentuknya Bulan yang diungkapkan pertama kali oleh ilmuwan William K. Hartmann dan Donald Davis pada tahun 1975. Bulan terbentuk sebagai akibat dari tabrakan antara Bumi muda dan protoplanet seukuran Mars sekitar 4.5 miliar tahun lalu. Efek dari tabrakan itu membentuk Bulan dan merubah evolusi planet Bumi. Bahkan mungkin berperan penting mewujudkan kehidupan di Bumi.

"Ini adalah bukti kuat dari deplesi volatil ektrim Bulan," ungkap peneliti James Scripps Day

Pada awal pembentukan Bulan, permukaannya cukup panas untuk menguapkan seng, dan tabrakan Bumi dan Bulan merupakan salah satu hal yang akan menghasilkan banyak sekali panas. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 16, 2012

Air di Bulan Berasal dari Matahari

Air tampak keluar dari kawah Cabeus di Bulan sesaat setelah roket Centaur menghujam tempat tersebut pada tahun 2009. Image credit: AAAS
Kandungan air yang saat ini diketahui berada di tanah dan batuan Bulan telah menimbulkan banyak pertanyaan di benak para ilmuwan. Air tersebut pertama kali dideteksi oleh dampak dari roket Centaur pada misi LCROSS pada tahun 2009.

Nampaknya sakarang ilmuwan sudah menemukan sedikit petunjuk. berdasarkan penelitian spektroskopi yang dilakukan pada sampel yang diambil pada misi Apollo didapatkan bahwa sejumlah besar hidroksil pada partikel kaca mikroskopis ditemukan di dalam tanah Bulan. Diperkirakan hal itu sebagai dampak dari micrometeorite (meteorit mikro).

Menurut tim peneliti, air hidroksil dalam partikel kaca mikroskopis ini berasal dari interaksi proton dengan ion hdrogen dari angin Matahari. Hirdoksil merupakan pasangan dari atom oksigen tunggal untuk atom hidrogen tunggal (OH). Setiap molekul air mengandung dua gugs hidroksil.

meskipun partikel kaca mikroskopis tersebut tersebar di permukaan Bulan, peneliti mempelajari kembali sampel dari misi Apollo 11, 16, dan 17. Temuan ini menunjukkan bahwa dampak angin Matahari yang membawa hidroksil kemungkinan juga terjadi di Merkurius, Vesta, dan sebagainya. Hal ini sebelumnya tidak disangka-sangka bahwa ternyata di Bulan terdapat reservoir air. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal online Nature Geoscience. (UT. Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 18, 2012

Ilmuwan Temukan Gas Helium di Atmosfer Bulan

NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter. Image credit: space-travel.com
Ilmuwan dengan menggunakan Lyman Alpha Mapping Project (LAMP) yang terpasang pada NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter berhasil menemukan gas Helium di atmosfer Bulan. Hal ini sebagai penguat bukti percobaan Lunar Atmosphere Composition Experiment (LACE) pada tahun 1972 yang dilakukan oleh Astronot pada misi Apollo 17.

Penemuan itu didapat setelah ilmuwan melakukan penelitian terhadap emisi ultraviolet yang terlihat di atmosfer di atas permukaan Bulan.

"Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah Helium tersebut berasal dari dalam Bulan? Apakah gas tersebut dihasilkan dari peluruhan radioaktif dari dalam batu, ataukah dari sumber luar seperti angin Matahari (solar wind)?," ucap Dr Alan Stern, peneliti utama dari Southwest Research Institute seperti yang dikutip astronomi.us dari space-travel.com, Sabtu (18/08/2012).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dr Paul Feldman dari Johns Hopkins University menunjukkan bahwa jumlah Helium yang ada bisa berbeda-beda, dipengaruhi oleh angin Matahari.  Saat Bulan melintas di belakang Bumi dan terhalang oleh angin Matahari, jumlah Helium jadi menurun.

"Jika hal itu dipengaruhi oleh angin surya / angin Matahari, maka hal itu akan menjadi petunjuk bagi kita bahwa proses yang sama juga pada obyek luar angkasa yang lain," ucap Stern.

Namun jika pengamatan yang dilakukan oleh LAMP tidak menunjukkan hubungan angin Matahari dengan Helium di atmosfer Bulan, maka peluruhan radioaktif atau sebuah proses di dalam "tubuh" Bulan merupakan asal muasal dari Helium tersebut, contohnya seperti gempa di permukaan Bulan.

Selain Helium, pada tahun 1972, Lunar Atmosphere Composition Experiment (LACE) juga menemukan gas argon di permukaan Bulan. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Monday, July 30, 2012

Bendera Amerika Masih Berdiri di Permukaan Bulan

Bayangan bendera masih tampak di dekat situs pendaratan Apollo 17. Image credit: NASA/GSFC/Arizona State University
Mark Robinson, seorang investigator dari Lunar Reconnaisance Orbiter Camera (LROC) mengungkapkan bahwa banyak orang yang bertanya foto apakah yang diambil oleh LRO di permukaan Bulan, dan apa yang terlihat di sana? Mereka ingin tahu apakah bendera Amerika di sana masih ada?

Tiang bendera yang dulu pernah ditancapkan pada misi Apollo ternyata masih berdiri tegak hingga saat ini dan menciptakan bayangan di permukaan Bulan. Robinson sendiri terkejut mengingat Bulan sendiri memiliki tingkat radiasi luar angkasa sangat tinggi dan kondisi permukaan yang ekstrim.

"Secara pribadi saya sedikit terkejut bahwa bendera tersebut mampu bertahan dari paparan sinar ultraviolet yang tinggi dan suhu permukaan Bulan," ungkap Mark Robinson seperti yang ditulis di website LROC. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah bendera tersebut rusak atau memudar?
Bayangan bendera masih nampak di situs Apollo 16. Image credit: NASA/GSFC/Arizona State University
Dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Senin (30/07/2012), James Fincannon, seorang insinyur NASA dari Glenn Research Center, mengkombinasikan gambar dari LROC di setiap tempat dan orientasi yang sama namun dari sudut arah Matahari yang berbeda untuk menunjukkan perjalanan bayangan.

"Dengan mengkombinasikan peta situs Apollo diketahui di mana letak bendera tersebut berada dan bayangan bendera nampak di tiga lokasi hal ini menunjukkan bahwa bendera tersebut masih ada," ungkap Fincannon.

Bendera Amerika masih nampak dan berdiri di semua situs kecuali Apollo 11 dimana astronot Buzz Aldrin melaporkan bahwa bendera itu tumbang karena knalpot dari mesin saat lepas landas dari Apollo 11, dan Robinson mengatakan bahwa apa yang dilaporkan Buzz Aldrin itu benar. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Wednesday, July 18, 2012

LRO Ambil Foto Jejak Batu Menggelinding di Permukaan Bulan

Foto jejak batu menggelinding di permukaan Bulan yang diambil oleh wahana Lunar Reconnaissance Orbiter NASA. Image credit: ASA/GSFC/Arizona State University
Kamera wahana pengorbit Bulan Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) berhasil mengambil foto sebuah jejak batu yang menggelinding di permukaan Bulan. Batu yang berukuran 9 meter tersebut menggelinding di permukaan Bulan dan menghasilkan jejak di tanah berupa garis lurus bergelombang. Para astronom memperkirakan bahwa jejak batu menggelinding tersebut berusia 50-100 juta tahun. Itu artinya batu tersebut menggelinding dan membentuk jejak tersebut pada sekitar 50-100 juta tahun yang lalu.

Mungkin hal tersebut terdengar sangat lama bagi skala waktu manusia, namun tidak bagi Bulan. Jejak batu tersebut akan terus ada di sana dalam puluhan juta tahun ke depan sebelum akhirnya terhapus oleh efek mikrometeorit.

Apa yang menyebabkan batu itu menggelinding?. Dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Rabu (18/07/2012), Ilmuwan dari LROC, James Ashley berpendapat bahwa kemungkinan batu ini terkena efek getaran tanah disekitarnya yang disebabkan oleh Meteorit kecil yang menabrak Bulan. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Saturday, June 23, 2012

Ilmuwan Temukan Es di Kawah Shackleton Bulan

Kawah Shackleton di Bulan. Image credit: NASA
Jika manusia ingin menjadikan Bulan sebagai tempat kediaman, mungkin daerah kutub Bulan menjadi salah satu pilihan tempat yang cocok sebab pada poros Bulan ada daerah yang menerima sinar Matahari secara tetap dan itu bisa dimanfaatkan sebagai sumber tenaga serta daerah gelap yang sama sekali tidak mendapat sinar Matahari dimana di situ terdapat es yang keduanya bisa dijadikan sumber untuk berdirinya sebuah koloni manusia.

Area di sekitar kawah Shackleton merupakan tempat yang utama sebab para ilmuwan memperkirakan bahwa di sana terdapat ngarai sebagai tempat penampungan air yang membeku. Namun observasi yang kurang dalam beberapa dekade terakhir ini menyebabkan ilmuwan merasa ragu apakah benar-benar ada es di kawah tersebut yang sekaligus sebagai kutub selatan Bulan.

Seperti dikutip astronomi.us dari space-travel.com, Sabtu (23/06/2012), Saat ini ilmuwan dari MIT, Brown University, NASA's Goddard Space Flight Center, dan beberapa lembaga penelitian lainnya sedang memetakan kawah Shackleton dengan detail untuk menemukan bukti adanya sejumlah kecil es di dasar kawah.

Dengan menggunakan laser pengukur ketinggian pada wahana Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) , tim peneliti akan dapat mengukur faktor refleksi alami dari kawah. Dan hasilnya dasar kawah lebih terang dari pada disekitarnya dan ilmuwan menyimpulkan adanya es di dasar kawah Shackleton.

Penamaan kawan Shackleton sendiri diambil dari nama penjelajah Antartika Ernest Shackleton. Kawah ini memiliki diameter 12 mil (19,3 km) dan kedalaman sekitar 2,6 mil (4,1 km). Interior kawah sendiri tidak rata dan itu menyebabkan sulit untuk dijelajahi. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Thursday, May 31, 2012

Jawaban NASA Atas Dugaan Teori Konspirasi Pendaratan Manusia di Bulan

Teori konspirasi pendaratan bulan atau sering disebut teori hoax bulan terbaik merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah mendarat di bulan. NASA dengan cerdik membuat foto dan rekaman pendaratan di bulan di sebuah studio di Nevada.

Asal Mula

Astronot Buzz Aldrin dan Neil Armstrong dalam pelatihan NASA dari tiruan Bulan dan modul pendarat. Teori konspirasi mengatakan bahwa film dengan misi dibuat menggunakan set mirip dengan tiruan saat pelatihan. Image credit: NASA
Pada tahun 1974, seseorang bernama Bill Kaysing menerbitkan sebuah buku berjudul We Never Went to the Moon : America's Thirty Billion Dollar Swindle. Isinya mengatakan bahwa Amerika telah memalsukan pendaratan di bulan. Hasil investigasinya didasarkan pada kejanggalan yang ada pada rekaman dan foto-foto yang dirilis oleh NASA.

Sejak itu, teori konspirasi pendaratan bulan lahir. Beberapa buku ditulis setelah buku Kaysing, mengusulkan ide yang sama. Setelah itu buku-buku atau situs yang membela pendaratan di bulan juga bermunculan. Namun, pembelaan itu tidak pernah dibahas sebanyak teori konspirasi.

Namun sesungguhnya teori-teori konspirasi yang tersebar di seluruh dunia hanyalah akibat ulah Bill Kaysing. Dan entah mengapa situs dan blog diseluruh dunia tidak pernah melirik jawaban-jawaban dari NASA atau ilmuwan-ilmuwan independen yang membela pendaratan tersebut.

Radiasi sabuk Van Allen

Konon untuk mencapai bulan, para astronot harus melintasi sabuk radiasi Van Allen yang hampir tidak mungkin dilakukan. Sabuk itu terdiri dari partikel dan radiasi kosmik yang tertangkap oleh medan magnetik bumi.

Menurut para pendukung teori konspirasi, tidak akan mungkin melintasi sabuk radiasi itu. Namun data menunjukkan lain. NASA telah memperhitungkan semuanya sebelum menerbangkan manusia ke bulan. Mereka menginvestasikan waktu dan uang yang tidak sedikit untuk meneliti risiko ini. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa radiasi itu hanya membawa risiko minimal. Butuh waktu sekitar satu jam bagi Apollo untuk melewati sabuk radiasi itu. Total dosis radiasi yang diterima para astronot akibat radiasi itu ternyata hanya 1 rem. Seseorang dapat mengalami sakit apabila mendapat dosis 100-200 rem dan kematian pada dosis di atas 300 rem.

Lagipula sabuk itu terbentang di 40 derajat Latitude dan 20 derajat di atas dan dibawah equator magnetik. Sedangkan Wahana yang membawa Apollo hanya bergerak pada posisi 30 derajat. Jadi para astronot hanya terekspose dengan radiasi minimal.

Bintang-bintang di angkasa


Pada foto-foto pendaratan di bulan, tidak terlihat adanya bintang-bintang di langit yang menunjukkan bahwa foto tersebut palsu.

Ini dikarenakan para astronot tidak ke bulan untuk mengambil foto bintang-bintang. Karena itu kamera disetel dengan eksposure yang pendek untuk menghindari gambar-gambar yang over ekspose. Permukaan bulan yang terang juga mengharuskan kamera disetel seperti itu. Dengan setelan seperti itu, bintang-bintang tidak akan dapat tertangkap kamera dan permukaan bulan akan tertangkap dengan jelas.

Bayangan yang mengarah ke arah yang berbeda-beda

Edwin Aldrin pada saat menginjakkan kaki di bulan pada misi Apollo 11. Image credit: NASA
Pada beberapa foto pendaratan di bulan menunjukkan arah bayangan yang tidak seragam. Ini menunjukkan adanya lebih dari satu sumber pencahayaan seperti di sebuah studio. Sebab, matahari adalah satu-satunya sumber cahaya di bulan. Seperti beberapa foto yang menunjukkan bayangan batu dan wahana Lunar Lander mengarah ke arah yang berbeda.

Hal ini dikarenakan bahwa permukaan bulan ditutupi oleh kawah, batu-batuan dan gundukan-gundukan, bukan permukaan yang rata. Karena itu cahaya yang menyentuh permukaan yang tidak rata itu akan terlihat membelok ke segala arah, tergantung kondisi permukaannya. Jika permukaannya naik, maka bayangan akan terlihat lebih pendek, jika permukaannya menurun, maka bayangannya akan memanjang. Jika kita memotretnya dari arah atas, tegak lurus, maka bayangannya akan terlihat mengarah ke arah yang sama. Namun karena foto diambil bukan dari atas, maka bayangannya akan terlihat menuju ke arah yang berbeda-beda.

Jikalau NASA memalsukannya dengan membuat rekaman di studio yang memiliki lebih dari satu sumber cahaya (lampu studio), maka bayangan satu objek akan muncul lebih dari satu.

Jejak kaki Edwin Aldrin

Jejak kaki Edwin Aldrin. Image credit: NASA
Edwin Aldrin meninggalkan jejak kaki yang begitu sempurna seakan-akan permukaan bulan memiliki debu tanah yang bercampur air. Apabila permukaan bulan kering, bagaimana mungkin Jejak itu terbentuk begitu sempurna, apalagi gravitasi bulan hanya 1/6 bumi. Bahkan manusia seberat 200 kg pun tidak akan dapat meninggalkan jejak seperti itu.

Debu bulan terdiri dari partikel-partikel yang terbentuk dari tabrakan-tabrakan dengan asteroid dan mikrometeorit. Setiap partikel membentuk debu yang memiliki permukaan kasar dan bergerigi. Ini menyebabkan jejak kaki dapat terbentuk dengan baik tanpa air. Lagipula, sebagian besar permukaan bulan terdiri dari silika, materi unik yang dapat lengket satu sama lain dan membentuk rantai molekular panjang. Di bumi, Jejak seperti itu tidak dapat tercipta karena ada proses oksidasi, dimana oksigen akan segera mengisi serpihan rantai molekular, namun di bulan, tidak ada oksigen sehingga jejak kaki yang sempurna dapat tercipta.

Mengenai berat dan gravitasi, memang berat di bulan akan menjadi 1/6 berat di bumi. Tapi kita tahu bahwa massa selalu sama dimanapun di seluruh jagad (Rumus Newton, weight = mass x gravity). Inilah yang menyebabkan Aldrin dapat membuat jejak seperti itu.

Bendera yang berkibar

Gambar animasi hasil gabungan dua foto, terlihat Aldrin dan arah pemotretan berubah namun posisi bendera dan kerutannya sama. Itu artinya bendera tidak berkibar. Image credit: NASA
Fakta menunjukan bahwa tidak ada angin di bulan. Namun pada sebuah foto, benderanya dapat berkibar.

Sebetulnya itu adalah cara NASA agar dapat terlihat sebuah bendera berkibar dari sebuah foto. Mereka menginginkan sebuah foto yang heroik dengan bendera Amerika yang terlihat dengan jelas, jadi mereka memasang sebuah pipa horizontal kecil di atas tiang. Hal ini menyebabkan tiang bendera tersebut berbentuk huruf L terbalik. Bendera itu tertahan oleh pipa horizontal dan kerutan pada bendera menciptakan efek berkibar.

Kawah yang diakibatkan oleh Wahana NASA

Apollo 16 Lunar Module ketika di Bulan. Image credit: NASA
Lunar Lander dapat mengeluarkan tenaga hingga 10.000 pound pada saat pendaratan dan keberangkatan. Namun, tidak ada kawah yang tercipta di bulan. Padahal tenaga sebesar itu akan cukup untuk membuat sebuah lubang, seperti helikopter yang mendarat di padang pasir.

Hal ini terjadi karena Aktifitas Lunar Lander kebanyakan terjadi sebelum pendaratan di bulan. Ribuan kaki di atas permukaan bulan, Lunar Lander mengurangi kekuatan semburannya hingga hanya tinggal 3.000 pounds. Kekuatannya dikurangkan lagi ketika tinggal beberapa kaki di atas permukaan bulan. Jadi kawah tidak mungkin terbentuk di permukaan bulan. Lagipula permukaan bulan bukan hanya terdiri dari debu saja, melainkan materi-materi keras yang disebut Lunar Regolith. Jadi tentu saja tidak akan ada kawah yang terbentuk.

Latar Belakang yang sama

Terdapat dua video klip yang menunjukkan dua bukit sama persis. Padahal NASA mengatakan bahwa dua klip itu diambil di dua lokasi yang berbeda.

Namun itu adalah sebuah kesalahan yang dilakukan oleh pemercaya teori konspirasi. Mereka mengambil klip tersebut dari film dokumenter yang ditayangkan di TV. Film dokumenter tersebut ternyata menggunakan klip yang salah. Kesalahan ini ditayangkan di TV dan klipnya diambil oleh para pemercaya teori konspirasi.

Batu dengan huruf "C" di atasnya

Foto dari misi Apollo 16 menunjukkan sebuah batu dengan huruf "C" di atasnya yang menyimbolkan tanda properti studio.
Huruf C di batu Bulan. Image credit: wikipedia.org
Foto asli batu, tidak ada huruf "C". Image credit: NASA
Pertanyaan ini telah diselidiki dan dijawab oleh sebuah web yang menginvestigasi anomali bulan. Huruf C itu adalah akibat sehelai rambut yang tersangkut di kertas ketika foto itu diproses. Foto sama yang diproses berikutnya tidak menunjukkan huruf itu. Para pemercaya teori konspirasi mengambil foto ini dan menjadikannya senjata untuk menyerang NASA.

Crosshair yang menghilang di foto

Pembesaran tahun 1998 dengan scan berkualitas rendah - crosshair baik dan bagian dari strip merah memiliki "bleeded out". Image credit: wikipedia.org
Pada beberapa foto, terlihat "crosshair" menghilang di belakang objek. Seakan-akan NASA memanipulasi foto tersebut.

Pembesaran dari 2004 lebih berkualitas scan - crosshair dan strip merah terlihat. Image credit: wikipedia.org
Beberapa foto yang menunjukkan crosshair menghilang di belakang benda dapat dijawab dengan mudah. Jawabannya adalah resolusi kamera. Pencahayaan yang intens dengan resolusi kamera yang rendah menyebabkan crosshair menghilang ketika menyentuh benda terang. Ini adalah gejala umum dalam teknik fotografi. Foto NASA yang diproses dengan resolusi tinggi, tentu saja crosshair-nya tidak menghilang.

Objek yang seharusnya terlihat gelap

Foto Buzz Aldrin melangkah keluar dari modul lunar. Image credit: NASA
Pada beberapa foto, seperti seorang astronot yang turun dari Lunar Lander, harusnya astronot itu tidak terlihat sama sekali karena tertutup oleh Lunar Lander, namun foto tesebut malah menunjukkan detail yang luar biasa jelas.

Ini dikarenakan permukaan bulan memantulkan cahaya dan cahaya ini memberikan penerangan tambahan terhadap objek. Diperkirakan permukaan bulan merefleksi cahaya sebesar 340 lumens per kaki persegi. Ini ekivalen dengan lampu pijar seterang 35 watt. Cahaya ini akan merefleksi kepada hasil pemotretan.

Penjelasan lebih lanjut

Batu bulan yang dibawa oleh Apollo 15 - lebih tua daripada batu di Bumi. Image credit: wikipedia.org
Terdapat argumen-argumen lain yang mendukung kebenaran pendaratan di bulan. Misalnya, NASA tidak hanya sekali mengirimkan manusia ke bulan. NASA mengirim Apollo 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 menuju bulan. Apollo 13 gagal mendarat namun berhasil pulang dengan selamat. Apabila NASA memalsukan pendaratan Apollo 11, mengapa mereka harus mengirim misi lagi hingga Apollo 17. Padahal setelah Apollo 11, ketertarikan manusia terhadap bulan sudah berkurang jauh. Banyak orang yang percaya teori hoax bulan mengatakan mengapa setelah Neil Armstrong tidak ada lagi pendaratan ke bulan. Ini adalah pernyataan yang menyesatkan. Sesungguhnya Total astronot yang mendarat dan berjalan kaki di bulan ada 12 astronot (2 astronot untuk masing-masing Apollo). Setelah 1972 tidak ada lagi misi ke bulan karena Amerika mengalami beberapa kali resesi yang menyebabkan anggaran NASA dipotong oleh pemerintah Amerika.

Selain itu, para astronot membawa sampel batu bulan seberat 382 kilogram dengan lebih dari 2.000 sampel yang terpisah. Sampel-sampel itu saat ini diteliti oleh para ilmuwan diseluruh dunia. Adalah mustahil NASA mampu membuat batu bulan tiruan mengingat batu bulan memiliki karakteristik unik dimana ia terbentuk di lingkungan tanpa oksigen. Hingga saat ini, hanya ada 25 sampel meteorit bulan yang dimiliki (diluar 382 kg sampel yang dibawa pulang astronot). Dan batu tersebut telah dibandingkan dan ternyata memiliki karakteristik yang sama.

Pada saat peluncuran misi Apollo 11, ada sekitar 3.500 wartawan dari seluruh dunia di Kennedy Space Center yang mengikuti proses peluncuran hingga pendaratan di bulan hingga kembali ke bumi. Selain itu, lebih dari 400.000 karyawan bekerja pada proyek Apollo 11 hampir 10 tahun. (wikipedia.org, astronomi.us)

Tuesday, May 22, 2012

Melihat dari Dekat Kawah Aristarchus di Bulan

Lokasi kawah Aristarchus. KLIK gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA

Kawah Aristarchus di Bulan. KLIK gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Pada bulan November 2011, pesawat ruang angkasa Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) terbang melewati kawah Aristarchus bulan, yang membentang 25 mil (40 km) dan berkedalaman lebih dari 2 mil (3,5 km). Foto dan video dari kawah hasil bidikan LRO dirilis tanggal 25 Desember 2011.

Kawah Aristarkhus yang sangat besar dan reflektif mudah dilihat dengan mata telanjang. Alasan utama untuk kecerahan kawah ini adalah bahwa kawah ini masih relatif muda, sekitar 450 juta tahun, dan angin matahari belum punya waktu untuk menggelapkan bahan yang tergali oleh proses "pelapukan" ruang angkasa (space weathering). Tabrakan yang menyebabkan terciptanya kawah aristarchus, terjadi setelah terciptanya kawah Copernicus, tetapi sebelum munculnya kawah Tycho.

Rincian yang ditampilkan dalam foto-foto dan video baru-baru ini adalah hasil dari penerbangan yang sangat rendah yang dilakukan oleh LRO. Pesawat ruang angkasa itu hanya 26 km (16,2 mil) di atas permukaan bulan; sekitar dua kali lebih rendah dari normal. Ketinggian ini hanya sedikit lebih dari dua kali tinggi pesawat komersial yang terbang di atas bumi! Kawah ini menawarkan beberapa pemandangan, fantastis, dan menarik secara ilmiah.

Dataran tinggi Aristarchus adalah salah satu tempat yang secara geologis paling beragam di bulan: dataran  yang secara misterius terangkat, rille atau alur raksasa yang diukir oleh pencurahan besar lava, daerah abu vulkanik, dan semua itu dikelilingi oleh batuan basal yang besar dan masif.

Wilayah dataran tinggi Aristarkhus telah menjadi situs dari banyak transient luna phenomena, dengan total 122 laporan hingga tahun 2007. Fenomena ini termasuk perubahan warna pada permukaan. Pada tahun 1971 saat Apollo 15 melayang 110 kilometer di atas dataran tinggi Aristarkhus, kenaikan signifikan partikel alpha terdeteksi.. Partikel-partikel ini diyakini disebabkan oleh peluruhan Radon-222, suatu gas radioaktif dengan waktu paruh hanya 3,8 hari. Misi Lunar Prospector kemudian mengkonfirmasi bahwa emisi Radon-222 berasal dari kawah ini.

NASA meluncurkan Lunar Reconnaissance Orbiter pada 2009 dalam sebuah misi dengan biaya $ 504.000.000 untuk memetakan secara rinci permukaan bulan. Satelit ini seukuran mobil Mini Cooper dan membawa tujuh instrumen untuk mempelajari permukaan bulan. (space.com, versesofuniverse.blogspot.com, astronomi.us)

Sunday, May 6, 2012

Mitos-mitos Seputar Supermoon

Supermoon. Image credit: vivanews.com
Bulan purnama terbesar pada 2012 atau supermoon tampak menghiasi langit pada Sabtu lalu. Penampakan bulan yang dikatakan lebih terang dan besar ketimbang normal itu bukan tanpa mitos.

Diwartakan Live Science, Minggu (6/5/2012), istilah supermoon digunakan untuk menamai bulan purnama yang terjadi ketika orbit noncircular-nya sedang berada di titik terdekat Bumi. Keadaan tersebut membuat bulan berada sekira 221,802 mil (356.955 kilometer) jauhnya dari Bumi.

Supermoon tidak hanya lebih terang, tapi juga membawa beebrapa fakta dan mitos di balik penampakannya. Berikut adalah beberapa hal menarik mengenai fakta dan mitos tersebut.

1. Supermoon akan tampak besar seiring naik ke atas langit. Para ilmuwan belum mengetahui alasannya, tapi supermoon tampak lebih besar saat berada di dekat horizon.

Menurut para ilmuwan, ini merupakan ilusi Bulan dalam pikiran kita. Cara membuktikannya adalah dengan membandingkannya pada penghapus atau benda-benda kecil lain.

Pegang benda tersebut di tangan dan bandingkan dengan ukuran Bulan seiring kenaikannya. Lakukan lagi hal serupa di tengah malam saat Bulan telah di posisi tertingginya. Ukuran Bulan tidak akan berubah.

2. Supermoon tidak akan menghancurkan Bumi. Ada tarikan gravitasi ketika Bulan mendekat. Tapi meskipun Bumi, Bulan dan Matahari berjajar satu garis serta memicu purnama, supermoon tetap tidak akan menghancurkan Bumi.

"Bulan dan Matahari memang sedikit menekan Bumi. Dengan memperhatikan baik-baik saat mereka sedang sejajar akan tampak aktivitas tektonik mengalami peningkatan sangat kecil," terang seismolog dari University of Washington, John Vidale.

3. Cahaya supermoon lebih terang dari badai meteor. Badai meteor tahunan Eta Aquarid mencapai puncaknya di akhir pekan ini. Tapi supermoon akan membuatnya tidak terlihat, kecuali meteor yang paling terang.

4. Beberapa gambar Bulan purnama yang sangat besar merupakan tipuan fotografi. Mungkin Anda pernah melihat foto Bulan purnama yang sangat besar bertengger di balik gunung atau pepohonan. Ini adalah efek yang dibuat menggunakan lensa telephoto atau teleskop. (okezone.com, astronomi.us)

Tuesday, May 1, 2012

Penyebab Munculnya Fenomena Blue Moon (Bulan Biru)

Bulan biru (blue moon). Image credit: scienceblogs.com
Bulan Biru atau Blue Moon didefinisikan sebagai purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama. Bulan Biru pernah terjadi pada 31 Juli 2004 dan 31 Desember 2009.

Bulan Biru biasanya terjadi setiap 2,5 tahun dan hanya sekali dalam setahun. Namun, dalam periode 19 tahun sekali, Bulan Biru bisa terjadi dua kali dalam setahun. Pada 1999, misalnya, Bulan biru terjadi pada bulan Januari dan Maret.

Terjadinya Bulan Biru berkaitan dengan lama penanggalan Masehi dan Bulan. Satu tahun dalam kalender Masehi berjumlah 365 hari, sementara dalam kalender Bulan 354 hari. Sisa hari akan diakumulasikan sehingga pada tahun tertentu akan terjadi dua purnama dalam sebulan.

Penyebab terjadinya dua kali Bulan Biru dalam setahun juga berkaitan dengan penanggalan. Sejarah mencatat, biasanya dua Blue Moon dalam setahun terjadi pada bulan Januari dan Maret.

Blue Moon dalam bulan Januari terjadi menjelang akhir bulan. Karena Februari umumnya berjumlah 28 hari, maka pada bulan itu tak ada purnama sama sekali. Purnama selanjutnya baru terjadi pada awal Maret. Blue Moon pada Maret bisa terjadi karena Maret berjumlah 31 hari.

Bulan Biru Nyata

Bulan Biru biasanya dianggap sebagai kiasan karena sebenarnya bulan memang tidak tanmpak berwarna biru. Istilah Bulan Biru diberikan karena fenomena purnama dua kali dalam sebulan jarang terjadi. Meski demikian, sejarah juga mencatat bahwa Bulan Biru itu nyata. Artinya, Bulan memang tampak kebiruan.

Astronom Ma'rufin Sudibyo mengatakan, Bulan yang berwarna biru pernah terjadi pada tahun 1992, tepatnya saat terjadi gerhana Bulan 9 Desember 1992. Ma'rufin menjelaskan, sebagian kecil cakram Bulan saat gerhana tampak kebiruan. Adapun bagian lain tampak gelap, bukan kemerahan seperti biasanya.

Ia menjelaskan bahwa fenomena tersebut berkaitan dengan letusan Gunung Pinatubo. "Richard Keen, peneliti yang merekapitulasi citra Gerhana Bulan Total sejak masa Gunung Agung, mengatakan bahwa saat Gerhana Bulan total 1992 (bulan berwarna kebiruan) alasannya karena hamburan Matahari oleh ozon," jelas Ma'rufin.

Situs NASA menyebutkan bahwa Bulan yang tampak biru disebabkan oleh adanya partikel yang lebih besar dari panjang gelombang warna merah (0,7 mikron). Partikel tersebut bisa bersumber dari abu letusan gunung berapi.

Bulan Biru paling fenomenal yang tercatat sejarah terjadi saat letusan Krakatau tahun 1883. Tidak hanya saat gerhana, Bulan juga tampak kebiruan setiap malam, entah sabit, separuh, ataupun purnama.

Berdasarkan penjelasan di situs NASA, Bulan berwarna biru tersebut terjadi selama bertahun-tahun sesudah letusan. Debu letusan Krakatau mengotori atmosfer dan menyebabkan sinar putih yang biasanya diperlihatkan Bulan tampak biru.

Bulan Biru juga terjadi setelah letusan Gunung St. Helen pada 1980 dan Gunung El Chicon di Meksiko tahun 1983.

Gerhana 10 Desember dan Bulan Biru

Contoh terakhir bulan yang tampak kebiruan terjadi pada Sabtu (10/12/2011) malam, saat Gerhana Bulan Total memasuki totalitas sekitar pukul 21.07 - 21.57 WIB. Ma'rufin yang mengamati fenomena tersebut dari Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Ia mengatakan bahwa Bulan yang berwarna kebiruan teramati oleh dua teleskop berbeda. Warna kebiruan cenderung menumpuk di satu titik. Berbeda dari gerhana Bulan total 1992, warna kebiruan pada gerhana kali ini dihiasi oleh warna merah pada bagian cakram Bulan yang lain.

Apa sebab Bulan yang tampak biru kali ini? Beberapa waktu lalu Gunung Merapi di Yogyakarta memang sempat meletus. Namun, Ma'rufin menguraikan bahwa warna kebiruan yang tampak tidak berkaitan dengan abu vulkanik Merapi. Buktinya, Bulan masih tampak kemerahan semalam.

Bulan dengan kelir kebiruan yang terjadi semalam tidak teramati di tempat selain Gombong. Oleh sebab itu, belum diketahui apakah fenomena tersebut lokal atau ekstraterestrial. Dengan demikian, belum tahu pasti sebab munculnya warna kebiruan.

"Itu yang masih misterius bagi saya. Satu hipotesa saat ini sih, kemungkinan itu cahaya hasil hamburan ozon," kata Ma'rufin.

Satu yang pasti, fenomena Bulan yang tampak kebiruan bukan hanya kiasan, melainkan nyata terjadi. (kompas.com, astronomi.us)

Sunday, April 15, 2012

Peneliti Temukan Bukti Kegiatan Vulkanik di Bulan

Bagian yang tinggi di sekitar kawah Tycho yang menjadi kunci ditemukannya bukti kegiatan geologi di Bulan. Image credit: NASA Goddard/Arizona State University
Tim peneliti dari India’s Physical Research Laboratory (PRL), mengaku menemukan bukti tentang adanya aktivitas vulkanik baru di Bulan. Hal itu didapat dengan menggunakan data dari NASA’s Lunar Reconnaissance Orbiter dan wahana Chadrayaan-1. Dengan mengacu pada bentuk di pusat kawah Tycho yang menunjukkan bahwa di situ pernah terdapat aktivitas gunung berapi, menunjukkan bahwa dahulu Bulan pernah memiliki aktivitas geologi yang aktif selama proses pembentukkan kawah sekira 110 juta tahun yang lalu.

Batu besar berukuran 400 kaki di kawah tycho.
Image credit: NASA/GSFC/LROC

Dikutip dari universetoday.com, Minggu (15/04/2012), dalam artikel yang ditulis oleh Deccan Herald, para peneliti PRL mengungkapkan bahwa jejak aliran lava di sekitar kawah Tycho terbentuk 100 juta tahun setelah kawah terbentuk. Ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang relatif baru. Selain itu ditemukan pula batu-batu besar berukuran mulai dari 33 meter hingga ratusan meter, terlihat di sekitar kawah tersebut, bagaimana batu sebesar itu bisa sampai di situ?. "Sebuah temuan mengejutkan mengungkapkan adanya batu-batu besar-sekitar 100 meter di atas puncak. Tak ada yang tahu bagaimana mereka mencapai puncak, "kata Prakash Chauhan, seorang ilmuwan PRL.

Tanpa penelitian lebih lanjut sulit untuk menentukan dengan tepat dan usia formasi kawah tersebut. Tim menanti penelitian masa depan dengan Chandrayaan-II, yang akan memeriksa Bulan dari orbit serta land rover ke permukaan bulan. Chandrayaan-II diharapkan bisa diluncurkan awal tahun 2014. (Adi Saputro/astronomi.us)

Thursday, March 15, 2012

Video: Evolusi Bulan

Bumi dan Bulan dahulunya bermula dari Bola magma panas raksasa yang kemudian terpisah akibat tumbukan benda langit sebesar Mars yang kemudian masing-masing bagian membeku dan membentuk Bumi dan Bulan yang sekarang menjadi pasangan harmonis yang seiring dan sejalan mengelilingi Matahari. dan pada postingan sebelumnya saya sempat menulis mengapa hanya bagian Bulan berupa dataran lava yang disebut "Maria" yang terus menerus menghadap Bumi, bisa dibaca di sini.

Nah kali ini para ahli dari Goddard’s Scientific Visualization Studio membuat video perubahan wujud Bulan (evolusi) dari berbentuk Bola panas menjadi dingin dan membeku seperti sekarang, yang aslinya berlangsung dalam waktu 4.5 miliar tahun namun dalam video ini hanya 2.5 menit. Silahkan menyaksikan video berikut:

Penuh Dengan Samudera Lava, Permukaan Io Mirip Pizza

Bulan Jupiter, Io. Image credit: NASA
Ilmuwan NASA telah menemukan samudera lava pada permukaan sebuah bulan yang terlihat seperti pizza.
Io, yang mengorbit planet raksasa Yupiter adalah dunia yang mengalami vulkanik paling aktif dalam sistem tata surya.

Meskipun hanya seperempat diameter Bumi, namun bulan ini menghasilkan sekitar 100 kali lebih banyak lava dibandingkan semua gunung berapi di seluruh Bumi.

Kini para ilmuwan AS pada Universitas California dan Michigan telah menemukan bahwa lava yang mengalir dari lautan magma itu berada antara 20-30 mil di bawah permukaan Io dengan kedalaman lebih dari 30 mil.

Penampakan Io mirip pizza ini, diakibatkan karena materi pada permukaan yang terus menerus mengalir tersebut terlihat seperti noda jerawat.

Perputaran yang tanpa akhir ini disebabkan oleh tarikan sangat kuat Yupiter pada interior Io, mirip tarikan pasang pada bulan kita.

Vulkanik Io mengejutkan sejumlah astronom ketika pertama kali difoto oleh NASA pada akhir 1970.

Lautan lava dideteksi dengan data penganalisaan yang dikumpulkan oleh pengamat lain, Galileo, yang mengorbit Yupiter selama delapan tahun hingga 2003 lalu.

Sinyal misterius dalam temuan ini terdengar cocok dengan apa yang diperkirakan dari bebatuan yang meleleh di bawah permukaan Io.

Para ilmuwan bahkan mampu mengidentifikasi beberapa jenis bebatuan, yang terungkap seperti lherzolite, sebuah batu vulkanik yang ditemukan di Spitzbergen, Swedia.

Torrence Johnson, mantan ilmuwan pada proyek Galileo, dari Jet Propulsion Laboratory NASA, di California, mengatakan, “Antara Bumi dan bulan kemungkinan juga pernah memiliki lautan magma serupa beberapa milyar tahun lalu pada saat pembentukannya, namun sudah lama mengalami pendinginan.”

“Vulkanik Io menginformasikan kepada kita bagaimana gunung berapi bekerja dan menyajikan sebuah jendela pada saat terjadinya berbagai jenis aktifitas vulkanik yang kemungkinan terjadi di Bumi dan bulan selama sejarah awal pembentukannya.”(erabaru.net, astronomi.us)

Wednesday, March 14, 2012

Mengapa Bagian Bulan yang Terlihat Dari Bumi Selalu Sama?

Penampakan dua sisi Bulan yang berbeda. Image credit: LRO
Ketika kita melihat Bulan, kita melihat variasi yang menakjubkan dari bagian yang terang dan gelap, tergantung pada posisi Anda di Bumi, Anda mungkin melihat Man in the Moon”, or maybe the “Rabbit in the Moon”, Daerah gelap yang dikenal sebagai maria, yaitu bidang lava halus yang diciptakan oleh letusan gunung berapi kuno di Bulan.

Tapi mengapa kita melihat bagian sisi maria tersebut dan bukan pada sisi yang lain?

Rotasi Bulan yang pasang surut terkunci dengan Bumi. Ini berarti bahwa Bulan selalu menghadirkan sisi yang sama kepada kita Dan sebelum era antariksa, diasumsikan bahwa seluruh sisi bulan seperti ini. Ketika pesawat ruang angkasa pertama dikirim dari Bumi untuk mengorbit Bulan, mereka mengirimkan foto-foto mengejutkan yang mengungkapkan pemandangan yang sama sekali berbeda dari apa yang kita biasa kita lihat. Bukan bercak gelap maria yang biasa kita lihat

Jadi mengapa sisi maria yang menghadap Bumi kita dan bukan sisi yang lain? Apakah itu hanya kebetulan?

Seperti yang di lansir dari universetoday.com, Rabu (14/03/2012), Peneliti dari California Institute of Technology (Caltech) berpikir bahwa ini bukan tentang keberuntungan sama sekali, tapi cara rotasi Bulan yang melambat setelah pembentukannya. Oded Aharonson, seorang profesor ilmu planet di Caltech, dan timnya menciptakan sebuah simulasi yang menghitung bagaimana rotasi Bulan melambat setelah pembentukannya.

Meskipun Bulan terlihat seperti bola, sebenarnya ia memiliki sedikit tonjolan. Dan miliaran tahun yang lalu, saat Bulan sedang berputar jauh lebih cepat, Seluruh sisi Bulan bisa terlihat dari Bumi, namun gravitasi bumi menarik-narik tonjolan ini dengan rotasi masing-masing dan membuat rotasi Bulan menurun sedikit sampai akhirnya berhenti dan yang menghadap Bumi adalah sisi maria.

Dalam setiap simulasi yang dilakukan berkat orientasi tonjolan bulan ini, sisi Maria atau sisi kawah akhirnya menghadap Bumi. Tapi tingkat di mana ia melambat seberapa cepat hilangnya energi rotasi menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Jika Bulan melambat dengan cepat, maka peluangnya 50/50. Tapi karena Bulan melambat secara bertahap, kita memiliki kesempatan yang jauh lebih tinggi melihat sisi maria Bulan sebagai hasil akhir. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam edisi 27 Februari dari Icarus Journal. (Adi Saputro/astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto