Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, May 19, 2012

VIDEO: Simulasi Kapsul SpaceX Merapat dengan ISS

Hari ini, Sabtu (19/05/2012) pukul 4:55 am waktu Amerika, SpaceX akan mencatatkan sejarahnya sebagai perusahaan swasta pertama yang akan meluncur ke ruang angkasa dan merapat ke ISS (International Space Station). Dan untuk mengetahui apa dan bagaimana prosesnya nanti, Anda bsa melihat video yang dibuat oleh NASA sebagai simulasinya. Perlu diketahui bahwa roket Falcon 9 yang akan membawa kapsul Dragon ke ISS memiliki berat 305 kg dan membawa makanan serta perbekalan lainnya untuk 31 kru yang ada di sana. Silahkan menyaksikan videonya berikut ini:

10 Negara yang Paling Berisiko Dihantam Asteroid

Ilustrasi asteroid menabrak Bumi.
Image credit: starryskies.com
Baru-baru ini, observasi  Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) NASA mengungkap populasi asteroid berpotensi bahaya di tata surya. Sekaligus menguak informasi terbaru soal jumlah, asal-usul, dan potensi bahayanya.

Asteroid berpotensi bahaya (potentially hazardous asteroid), disebut juga PHA adalah kelompok batu angkasa dekat Bumi. Mereka memiliki orbit terdekat dengan bumi, sekitar delapan juta kilometer. Dan, ukuran mereka diperkirakan cukup besar untuk bertahan dari pembakaran di atmosfer Bumi sehingga bisa menyebabkan kerusakan dalam skala regional, atau yang lebih besar.

Proyek NEO WISE, yang merupakan bagian dari misi WISE mengambil 107 PHA untuk membuat prediksi populasi secara keseluruhan. Hasilnya, ada sekitar 4.700 asteroid berbahaya, plus-minus 1.500, dengan diameter lebih besar dari 100 meter. Sejauh ini, baru sekitar 20-30 persen obyek yang ditemukan.

Analisis NEOWISE lebih baik dari perkiraan kasar sebelumnya, dan lebih kredible dalam memperkirakan jumlah total dan ukuran asteroid.

"Analisis NEOWISE menunjukkan bahwa kita telah membuat awal yang baik menemukan obyek yang bisa berpotensi bahaya bagi Bumi," kata  Lindley Johnson, program eksekutif untuk Program Observasi Dekat Bumi, seperti dimuat situs NASA.

Terkait asal-usul, asteroid berpotensi berbahaya mungkin berasal dari tabrakan antara dua asteroid di sabuk utama terletak di antara Mars dan Jupiter. Fragmen pecahan itu yang melayang orbit lebih dekat ke Bumi dan akhirnya menjadi PHA.

"Proyek NEOWISE NASA, yang awalnya tidak direncanakan sebagai bagian dari WISE, ternyata menjadi bonus besar," kata Amy Mainzer, peneliti utama NEOWISE, di Laboratorium et Propulsion Laboratory di Pasadena, California

Temuan itu membantu manusia memahami asal-usul asteroid dan memberi peluang untuk menghindari potensi bahaya. Juga mengetahui komposisi batu angkasa: granit, batu, atau logam. Jenis informasi ini penting dalam menilai potensi bahaya asteroid. Komposisi akan mempengaruhi seberapa cepat mereka mungkin terbakar di atmosfer.

Temuan NASA kemudian menjadi dasar studi sejumlah ilmuwan. Salah satunya, para peneliti dari University of Southhampton. Untuk kali pertama, para ahli di sana mengidentifikasi 10 negara paling berpotensi mengalami kerusakan terparah akibat asteroid.

Menggunakan perangkat lunak, NEOimpactor, singkatan dari "NEO" atau Near Earth Object programme NASA.

Dari simulasi tersebut, diperoleh 10 negara yang paling berisiko yakni: China, Indonesia, India, Jepang, Amerika Serikat, Filipina, Italia, Inggris, Brazil, dan Nigeria.

Lima negara menghadapi risiko hilangnya nyawa manusia yakni China, Indonesia, India, Jepang dan Amerika Serikat. Sementara, Amerika Serikat, China, Swedia, Kanada dan Jepang menghadapi dampak ekonomi yang paling parah karena hancurnya infrastruktur.

"Konsekuensi bagi populasi manusia dan infrastruktur sebagai akibat dari dampak asteroid sangat besar," kata Nick Bailey dari University of Southampton.

"Hampir seratus tahun yang lalu sebuah kawasan terpencil dekat Sungai Tunguska menjadi saksi hidup ledakan asteroid yang relatif kecil (diameter sekitar 50 meter). Meskipun saat itu hanya membuat rata hutan, seandainya meledak di London itu bisa menghancurkan segalanya," kata Bailey seperti dimuat Daily Galaksi. (vivanews.com, astronomi.us)

Perbandingan Ukuran Bintik Matahari dengan Bumi dan Jupiter

Perbandingan besar bintik Matahari (Sun spot) dengan Bumi dan Jupiter. Image credit: universetoday.com
Foto diatas merupakan 2 foto bintik matahari terbesar yang pernah terekam. Foto sebelah kiri diambil oleh NASA’s Solar Dynamics Observatory pada 11 Mei 2012, yang menunjukkan daerah aktif 11476, sedangkan sebelah kanan merupakan foto dari Carnegie Institution di Washington yang menunjukkan daerah aktif 14886. Terlihat perbandingan Bumi dan Matahari kita jika dibandingkan dengan sun spot Matahari yang sangat besar.

Bintik Matahari berhubungan dengan lidah api matahari atau solar flare yang kemudian mengirim badai Matahari. Dampaknya bisa mempengaruhi pengoperasian satelit dan sistem komunikasi di Bumi. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Jepang Sukses Luncurkan Satelit Komersial Pertama

Peluncuran roket H-IIA yang membawa
satelit Korea Selatan.
Image credit: spacedaily.com
Jepang sukses meluncurkan satelit Korea Selatan ke orbitnya pada Jum'at (19/05/2012) dan ini sekaligus menjadi peluncuran satelit komersial pertama yang dilakukan Jepang.

Satelit yang diberi nama KOMPSAT-3 itu melakukan pemisahan diri dengan roket pembawanya 16 menit setelah peluncuran yang kemudian juga diikuti oleh 3 satelit lain yang dibawa bersamaan. Peluncuran roket H-IIA ini merupakan peluncuran yang ke 21 kalinya setelah roket ini dikembangkan oleh JAXA pada tahun 2001, yang kemudian pada tahun 2007 dioperasikan oleh Mitsubishi Heavy Industries (MHI)," ucap juru bicara JAXA, Masashi Okada. (spacedaily.com, astronomi.us)

Friday, May 18, 2012

Ilmuwan Temukan Bukti Air Pernah Mengalir di Mars

Lembah di Mars. Image credit: dailymail.co.uk
Ketika kehidupan baru dimulai di Bumi, Mars kemungkinan juga berisi kandungan air diselimuti atmosfir tebal yang memungkinkan mendukung kehidupan.

Salah satu alasan air tidak lagi mengalir di permukaan Mars karena densitas atmosfernya kurang dari 1% kepadatan di bumi.

Namun Profesor Josef Dufek, dari Universitas Tekhnologi Georgia, melihat sebuah kawah yang ditinggalkan oleh lapisan bebatuan sekitar 3,5 miliar tahun lalu.

Temuan ini menambah semakin banyaknya bukti bahwa air pernah mengalir di Mars.

Dia memulai studinya dengan meneliti sebuah lapisan bebatuan yang didorong ke atmosfer Mars selama letusan gunung berapi sekitar 3,5 miliar tahun lalu, menurut laporan jurnal Geophysical Research Letters.

Penjelajah Mars, Spirit mendarat di lokasi tersebut pada 2007 lalu dan mengambil sejumlah lapisan yang tersisa, sehingga memungkinkan Prof Dufek dan rekan dapat menghitung ukuran, kedalaman dan bentuk lubang bekas tanah yang terjerembab.

Tim kemudian menciptakan kawah mereka sendiri sebagai perbandingan, menembakkan partikel menjadi butiran dengan ukuran yang sama dengan temuan Spirit Mars.

Mereka menghitung bahwa kecepatan partikel telah bergerak untuk menciptakan bekas lubang yang akan diperlukan sebuah tekanan atmosfer 20 kali lebih besar daripada yang ditemukan saat ini.

Hal ini menunjukkan Mars pernah memiliki atmosfir yang lebih tebal, kata Prof. Dufek.

Dia mengatakan, "Tekanan atmosfer memungkinkan memainkan peran dalam mengembangkan hampir seluruh fitur permukaan Mars.”

"Iklim, keadaan fisik air di permukaan dan potensi kehidupan di planet ini semuanya dipengaruhi oleh kondisi atmosfer.”

"Penelitian kami adalah konsisten dengan penelitian yang berkembang bahwa Mars awal setidaknya merupakan dunia berair dengan atmosfir lebih tebal dari yang kita lihat saat ini.”

'Kami hanya dapat meneliti satu celah di salah satu lokasi di Planet Merah. Kami berharap untuk melakukan tes masa depan pada sampel lain berdasarkan pengamatan oleh penjelajah berikutnya. "

Sebuah studi sebelumnya telah menemukan kandungan gipsum di Mars yang menunjukkan bahwa di Mars pernah ada air, bahkan kemungkinan adanya kehidupan.

Journal Science melaporkan bahwa gipsum hanya bisa terbentuk di dalam air di bawah 60 c : "Itu berarti bahwa kondisi yang kondusif bagi kehidupan pernah ada di tepi kawah tersebut.”(erabaru.net, astronomi.us)

Gerhana Matahari Total Pertama di Tahun 2012

Gerhana Matahari total. Image credit: inilah.com
Gerhana matahari total akan kembali sambangi Bumi. Namun hanya beberapa wilayah saja yang beruntung dapat menyaksikannya. Mana saja?

Seperti dikutip dari TheEconomicTimes, gerhana matahari total yang akan terjadi pada 20-21 Mei tersebut bakal bisa dilihat dari China, Jepang, dan AS.

Namun untuk ketiga negara itu hanya beberapa wilayah saja yang bisa melihatnya secara utuh, yang mungkin hanya beberapa menit saja.

"Gurun Nevada, Utah dan Arizona mungkin adalah wilayah-wilayah di AS yang tepat untuk menyaksikan peristiwa tersebut; dengan syarat langit harus jernih dan cerah," ujar Alan MacRobert, Editor dari majalah Sky and Telescope. (inilah.com, astronomi.us)

Ilmuwan AS: Belerang Kunci Kehidupan di Bumi

Bumi adalah organisme hidup?. Image credit: NASA
Hipotesis Gaia pertama kali disampaikan oleh James Lovelock dan Lynn Margulis pada 1970. Hipotesis ini menyatakan bahwa fisik bumi dan proses biologi sangat berhubungan untuk membentuk suatu sistem yang hidup dan memiliki aturan sendiri. Hipotesis ini menganggap bumi sebagai suatu organisme tunggal.

Sebuah penemuan baru dari Universitas Maryland, Amerika Serikat dapat memberikan kunci untuk menjawab misteri bumi sebagai organisme hidup raksasa sesuai prediksi hipotesis Gaia.

Kuncinya, belerang yang dapat memungkinkan para ilmuwan untuk membuka interaksi tersembunyi antara organisme laut, atmosfer, maupun daratan. Interaksi tersebut mungkin menyediakan bukti yang mendukung teori terkenal ini.

Salah satu prediksi awal hipotesis ini bahwa harus ada suatu senyawa belerang yang dibuat oleh organisme di lautan yang cukup stabil terhadap oksidasi dalam air. Kondisi ini memungkinkan komponen belerang berpindah ke udara.

Entah senyawa belerang itu sendiri, atau produk oksidasi atmosfer, harus dapat mengembalikan belerang dari laut ke permukaan tanah. Kandidat yang paling mungkin untuk peran ini yakni dimethylsulfide (DMS), yakni cairan yang mudah terbakar dan tidak mudah larut dalam air. Cairan ini mendidih pada suhu 37 derajat celcius.

Publikasi temuan terbaru ini diterbitkan di Universitas Maryland, AS oleh penulis utama, Harry Oduro, bersama dengan ahli geokimia UMD, James Farquhar, dan ahli bilogi kelautan, Kathryn Van Alstyne dari Universitas Western Washington, AS.

Mereka menggunakan alat untuk melacak dan mengukur pergerakan belerang melalui organisme laut, atmosfer, dan daratan. Beberapa cara berguna untuk membuktikan atau menyangkal teori kontroversial Gaia. Studi mereka muncul di jurnal Edisi Online Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Menurut Oduro dan rekan-rekannya, karya ini menyajikan pengukuran langsung pertama dari komposisi isotop dimethylsulfide dan pendahulu dimethylsulfoniopropionate. Pengukuran ini mengungkapkan perbedaan rasio isotop dari kedua senyawa belerang yang diproduksi oleh ganggang laut dan fitoplankton. Isotop merupakan unsur yang atomnya mempunyai jumlah proton yang sama, tetapi berbeda jumlah neutron dalam intinya.

Pengukuran ini terkait dengan metabolisme senyawa oleh organisme laut dan membawa implikasi untuk pelacakan emisi dimethylsulfide dari laut ke atmosfer.

Belerang Sebagai Kunci

Belerang, elemen yang paling berlimpah kesepuluh dalam alam semesta, adalah bagian dari banyak senyawa anorganik dan organik. Siklus belerang melalui tanah, atmosfer dan kehidupan, memainkan peran penting dalam iklim dan dalam kesehatan organisme dan ekosistem.

"Emisi Dimethylsulfide memainkan peran dalam pengaturan iklim melalui transformasi untuk aerosol yang dianggap mempengaruhi keseimbangan radiasi bumi," kata Oduro, yang melakukan penelitian sambil menyelesaikan gelar Ph.D. di bidang geologi & sistem bumi ilmu di Maryland dan sekarang menerima beasiswa postdoctoral di Institut Teknologi Massachusetts.

Aerosol merupakan partikel padat dalam udara maupun tetesan air.

"Kami menunjukkan bahwa perbedaan dalam komposisi isotop dimethylsulfide mungkin berbeda dalam cara yang akan membantu kita untuk memperbaiki perkiraan emisi dalam atmosfer dan siklus di lautan," kata Oduro .

Seperti banyak unsur kimia lainnya, belerang terdiri dari isotop yang berbeda. Semua isotop dari elemen ditandai dengan memiliki jumlah elektron dan proton yang sama, tetapi jumlah neutron yang berbeda.

Isotop dari elemen ditandai dengan sifat kimia yang identik, tetapi berbeda sifat massal dan nuklir. Akibatnya, para ilmuwan dapat menggunakan kombinasi unik dari unsur isotop radioaktif agar melampaui tanda isotop dengan senyawa yang unsurnya dapat ditelusuri.

"Apa yang Harry lakukan dalam penelitian ini menemukan cara untuk mengisolasi dan mengukur komposisi isotop belerang dari dua senyawa belerang," kata Farquhar, seorang profesor di Universitas Maryland departemen geologi.

"Saya pikir ini sangat penting untuk menggunakan isotop dalam melacak siklus senyawa ini di permukaan lautan seperti perubahan terus menerus dimethylsulfide ke atmosfer. Kemampuan untuk melakukan hal ini dapat membantu kami menjawab pertanyaan iklim yang penting. Akhirnya, akan lebih baik dalam memprediksi perubahan iklim. Bahkan, dapat membantu kami untuk melacak koneksi-koneksi yang lebih baik antara emisi dimethylsulfide dan aerosol sulfat yang akhirnya menguji penghubung dalam hipotesis Gaia, " kata Farquhar. (vivanews.com, astronomi.us)

Thursday, May 17, 2012

Wallpaper Astronomi Gratis (17/05/2012)

Wallpaper gratis untuk Anda (17/05/2012). Silahkan klik gambar untuk mendownload.



Koleksi wallpaper astronomi.us bisa di lihat di sini.

Wednesday, May 16, 2012

Astronom Lakukan Misi untuk Temukan Lunar Modul Apollo 10

Ilustrasi Lunar Modul Apollo 10 mengorbit Matahari. Image credit: Adrian West http://twitter.com/virtualastro
Misi Apollo 10 diluncurkan pada 18 Mei 1968. Misi Apollo 10 sukses mengorbit Bulan dan melakukan prosedur docking. Lunar modul yang dibawa oleh misi tersebut yang disebut dengan Snoopy, dikirim untuk mengorbit di sekitar matahari.

Setelah 42 tahun, dipercaya bahwa modul tersebut berada pada orbit heliosentrik dan saat ini tim astronom dari Inggris dibantu oleh astronom dari negara lainnya bekerja sama untuk menemukannya.

Inisiatif untuk mencarinya datang dari astronom Inggris Nick Howes. Setelah berkonsultasi dengan NASA's Jet Propulsion Laboratory dan beberapa ahli lainnya, Howes mengumpulkan beberapa tim dari Faulkes telescope, Space Exploration Engineering Corp, astronom dari observatorium Remanzacco di Italia, dan beberapa sekolah di Inggris untuk berkerja sama.

Dikutip dari universetoday.com, Rabu (16/05/2012), Masalah yang dihadapi adalah kurangnya data orbit yang pasti sejak tahun 1969," kata Howes. Kita telah meminta bantuan Space Exploration Engineering Corp untuk membantu kita menemukan koordinatnya. Area pencarian dalam rentang 135 juta km merupakan tantangan besar yang harus dihadapi. "Dalam pencarian ini mungkin juga secara tidak sengaja akan ditemukan komet atau asteroid baru yang belum pernah dilihat, dan ini merupakan satu nilai tambah," tambah Howes. (Adi Saputro/ astronomi.us)

NASA Selesai Lakukan Tes Aerodinamika Pada Dream Chaser Space System

Dream Chaser di atas roket Atlas V. Image credit: spacedaily.com
NASA telah selesai melakukan tes terowongan angin untuk menguji model pesawat luar angkasa Dream Chaser Space System milik Sierra Nevada Corp (SNC) di Louisville, Colorado. Tes ini akan menguji tingkat aerodinamika dan desain baru dari model pesawat luar angkasa mereka.

Selama tes dilakukan di terowongan angin, model pesawat luar angkasa tersebut dipasangkan pada model roket Atlas V. Lebih dari 400 data dikumpulkan pada berbagai kecepatan yaitu subsonik, transonik, dan supersonik untuk mempelajari bagaimana udara bergerak melalui model tersebut. Semua dilakukan secara bertahap, mulai dari kecepatan 304 mil per jam, kemudian sampai 3.800 mil perjam dari berbagai sudut model pesawat tersebut.

Data yang dihasilkan dari tes tersebut digabungkan dengan data dari komputasi dinamika fluida, akan menentukan karakteristik dari aerodinamika dari model pesawat tersebut saat melalui fase peluncuran dengan roket Atlas V. (spacedaily.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Serba-serbi Proses Terbentuknya Bintang

Bayi bintang di pusat galaksi Bima Sakti.
Image credit: sciencedaily.com
Tim Astronom Jerman telah membuktikan pembentukan bintang tergantung lingkungan sekitar bintang saat dilahirkan. Tim tersebut menggunakan seni simulasi komputer untuk membuktikan temuan mereka.

Tim yang berbasis di Universitas Bonn, Jerman, mempublikasikan hasil temuan mereka dalam Pemberitahuan Bulanan Royal Astronomical Society.

Bintang diperkirakan terbentuk dalam ruang antar bintang dari awan gelap gas dan debu. Sifat bintang diharapkan tergantung pada kondisi lingkungan debu mereka. Ini sama halnya pembentukan suhu dan keadaan awan di bumi saat gerimis, hujan besar atau kecil, dan hujan es.

Sebaliknya, sampai sekarang bintang telah terbentuk secara tidak terduga dengan cara yang sama di mana-mana.

"Tempat pembentukan bintang merupakan daerah cuaca buruk di galaksi dan pembentukan bintang-bintang. Dalam analogi yang sangat kasar, seperti hujan pengembunan dari bahan ini," ujar anggota tim, Prof. Dr. Pavel Kroupa.

Kelompok ilmuwan kini memiliki bukti bahwa distribusi massa bintang memang tergantung pada lingkungan di mana bintang terbentuk.

"Anehnya, bukti ini tidak datang kepada kita dari daerah pembentukan bintang muda. Tapi, muncul dari kelas bintang yang sangat tua, yang disebut gugus bintang bulat," ujar Dr Michael Marks selaku penulis utama dari makalah ini.

"Jumlah bintang yang kurang besar dari matahari kita di gugus bulat, bertentangan dengan struktur mereka," tambahnya.

Gugus bulat adalah kelompok ribuan bintang di sekitar galaksi kita, Bima Sakti. Pembentukan bintang dalam gugus ini berhenti miliaran tahun yang lalu.

"Namun demikian, dengan simulasi ini, kami menemukan bahwa hubungan antara pembentukan bintang dan lingkungan kelahiran dapat dipahami. Terjadi saat kekuatan proses yang sangat awal dalam kehidupan gugus manapun, yang disebut pengeluaran sisa gas," lanjut Marks seperti dilansir dari Sciencedaily.com.

Setelah bintang selesai terbentuk, bintang itu mulai bersinar. Radiasi yang berasal dari sekelompok bintang baru menetas. Secara cepat radiasi ini menghilangkan gas yang membentuk bintang tersebut. Wilayah kelahiran bintang kemudian hancur, meninggalkan bintang dari massa yang berbeda. (vivanews.com, astronomi.us)

Tuesday, May 15, 2012

Sejarah Dimulainya Program / Misi Apollo Amerika

Logo misi Apollo. Image credit: wikipedia.org
Program Apollo adalah serangkaian misi luar angkasa berawak yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat (NASA) menggunakan pesawat antariksa Apollo dan roket Saturn, dilaksanakan selama tahun 1961-1975. Program ini didedikasikan untuk cita-cita (dari perkataan terkenal Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy) "mendaratkan seorang manusia di Bulan dan mengembalikannya dengan selamat ke Bumi" selama dekade 1960-an. Cita-cita ini dicapai oleh misi Apollo 11 pada Juli 1969.

Program diteruskan hingga awal 1970-an untuk melakukan eksplorasi ilmiah di Bulan, dengan total enam pendaratan sukses. Hingga 2006, tidak ada lagi misi luar angkasa berawak yang melebihi orbit bumi rendah. Program Skylab yang dibuat kemudian, dan Proyek Percobaan Apollo-Soyuz menggunakan perlengkapan yang awalnya diproduksi untuk Apollo dan sering dianggap sebagai bagian dari program Apollo.

Lokasi di Bulan yang pernah di darati oleh misi Apollo. Image credit: wikipedia.org

Di luar keberhasilan tersebut, terdapat beberapa kegagalan besar; salah satu di antaranya mengakibatkan tewasnya tiga astronot, Virgil Grissom, Ed White dan Roger Chaffee dalam peristiwa kebakaran landasan peluncuran Apollo 1. Ada juga ledakan pada misi Apollo 13 yang hampir menewaskan tiga astronotnya. Pelepasan gas beracun selama masuk kembali ke atmosfer Bumi dalam pesawat Proyek Percobaan Apollo-Soyuz hampir juga menewaskan tiga astronot lagi.

Program Apollo dinamai berdasarkan dewa matahari Yunani kuno.

Latar Belakang

Program Apollo semula disusun terlambat pada masa pemerintahan Presiden Dwight D. Eisenhower sebagai program lanjutan dari Program Mercury dalam melakukan misi mengorbit Bumi berawak yang lebih maju. Faktanya Apollo menjadi program ketiga setelah Program Gemini. Program Apollo secara dramatis diorientasikan kembali menjadi sebuah cita-cita agresif pendaratan manusia di Bulan oleh Presiden Kennedy dengan pengumumannya di sesi gabungan istimewa sidang Kongres AS pada 25 Mei 1961:
"..Saya percaya bahwa bangsa ini sebaiknya melibatkan diri dalam mencapai cita-cita, sebelum dasawarsa ini berakhir, mendaratkan seorang manusia di Bulan dan mengembalikannya dengan selamat ke Bumi. Tak ada satu pun proyek luar angkasa pada periode ini yang akan lebih mengesankan bagi umat manusia, atau lebih penting lagi pada eksplorasi luar angkasa jangka panjang; dan tak ada satu pun yang akan begitu sulit atau mahal untuk menyelesaikan.."

(wikipedia.org, astronomi.us)

Vesta, Asteroid Mirip Planet

Salah satu kawah di astereoid Vesta. Image credit: NASA
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa asteroid Vesta, objek terbesar kedua di antara orbit Mars dan Jupiter, sejatinya merupakan protoplanet (embrio planet). Sayangnya, embrio planet ini mengalami kegagalan berkembang atau keguguran.

Astronom dari Jet Propulsion Laboratory, NASA, di California baru-baru ini menggali data hasil tangkapan wahana antariksa Dawn untuk memperoleh hasil tersebut.

"Kami sekarang mengetahui bahwa Vesta adalah satu-satunya bangunan protoplanet yang utuh berasal dari masa-masa awal sejarah Tata Surya," ungkap Carol Raymond, pimpinan investigasi misi Dawn seperti dikutip Scientific American, Jumat (11/5/2012).

Menurut astronom, objek lain seumuran Vesta mungkin saja bergabung dengan planet atau sudah hancur akibat tumbukan miliaran tahun lalu.

Astronom menguraikan, ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Vesta adalah sebuah protoplanet. Pertama, Vesta memiliki inti besi selebar 220 km. Inti besi tersebut sanggup menghasilkan medan magnet serupa yang dimiliki Bumi.

Sebelumnya, astronom menduga Vesta adalah adalah induk dari howardite-eucrite-diogenite (HED) meteorit (terdiri dari batuan magmatik yang terbentuk di temperatur tinggi). Riset menunjukkan bahwa Vesta memang induk dari jenis meteorit ini.

Bukti ketiga, permukaan asteroid Vesta menunjukkan kompleksitas yang tinggi, yang lebih menyerupai planet batuan daripada sebuah asteroid. Ini menegaskan bahwa Vesta adalah sebuah obbjek angkasa yang spesial.

Lalu, apa yang menyebabkan Vesta gagal menjadi planet? Astronom memperkirakan, penyebabnya adalah, Vesta berada di tempat yang tidak tepat.

Merkurius, Venus, Bumi dan Mars berada di orbit dalam Tata Surya, relatif tidak terpengaruh oleh gravitasi benda lain. Dengan demikian, protoplanet bisa membentuk planet dengan lebih mudah. Sementara, Vesta berada di antara orbit Mars dan Jupiter, dimana gravitasi Jupiter sangat mempengaruhi.

"Di sabuk asteroid, Jupiter memberi pengaruh sangat besar sehingga protoplanet-protoplanet tidak bisa berakresi (bergabung) satu sama lain," ungkap David O'Brien, peneliti di misi Dawn, seperti dikutip Space, kamis (10/5/2012).

Di wilayah sabuk asteroid, benda-benda juga bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga berpotensi untuk bertabrakan satu sama lain. Kecepatan tinggi inilah yang diduga menghancurkan banyak objek seperti Vesta.

Vesta yang memiliki lebar 530 km sendiri mengalami tumbukan. kawah di kutub selatan selebar 505 km dan kawah lain selebar 400 km menjadi buktinya.

Menurut ilmuwan, Vesta sendiri sudah beruntung dapat bertahan hidup di tengah berbagai tumbukan selama 4,5 miliar tahun. Ilmuwan mensyukuri hal ini sebab dapat menggunakan Vesta sebagai alat mempelajari Tata Surya.

"Vesta istimewa karena bisa selamat dari tumbukan keras di lingkungan sabuk asteroid selama miliaran tahun, memungkinkan kita untuk menginterogasi saksi kunci peristiwa pada masa-masa awal Tata Surya," kata Raymond.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (10/5/2012) lalu. (kompas.com, astronomi.us)

Tiga Astronot Diluncurkan dari Baikonur, Kazakhstan

Roket Soyuz pembawa ketiga astronot.
Image credit: spacedaily.com
Dua astronot Rusia Gennady Padalka dan Sergei Revin, beserta astronot Amerika Joseph Acaba, berhasil meluncur dengan baik ke luar angkasa dengan menggunakan roket Soyuz FG untuk kemudian bergabung dengan ISS. Kapsul TMA-04M yang membawa mereka sukses memasuki orbit sesuai dengan rencana dan semuanya dalam keadaan baik, ucap pengendali misi. Mereka dijadwalkan tiba di ISS pada hari Kamis.

Dikutip dari spacedaily.com, Selasa (15/05/2012), Saat ini Rusia menjadi satu-satunya negara yang mampu mengirim manusia ke luar angkasa setelah pesawat ulang alik Amerika dipensiunkan, dan peluncuran kali ini merupakan yang pertama kali sejak 21 Desember 2011 lalu. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Galaksi NGC 891, Galaksi Spiral Bertabur Bintang

Galaksi NGC 891. Image credit: NASA
Bagian tepi utara dari galaksi spiral NGC 891 yang menyerupai ujung "pedang" dari kisah-kisah fiksi, berhasil ditangkap oleh teleskop Hubble. Tepi galaksi tersebut tampak bersinar terang oleh cahaya dari miliaran bintang yang di sekelilingnya terdapat awan dan debu.

Dikutip dari universetoday.com, Selasa (15/05/2012), Diameter galaksi NGC 891 ini hampir sama dengan galaksi BIma Sakti yaitu sekitar 100.000 tahun cahaya dan ujung utara yang seperti tampak pada gambar ukuranya mencapai 40.000 tahun cahaya.

Tidak seperti galaksi Bima Sakti, galaksi NGC 891 ini memiliki begitu banyak gas dan debu. Para astronom berpendapat ahwa ini merupakan hasil dari ledakan supernova dan pembentukan bintang yang memancarkan materi dalam jumlah besar ke ruang antar bintang jauh di ruang angkasa. galaksi ini terletak di konstelasi Andromeda dan berjarak 30 juta tahun cahaya dari Bumi. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Monday, May 14, 2012

Video: UFO Melintas di Dekat Matahari

Penampakan UFO melintas di Matahari.
Image credit: vivanews.com
Setelah melakukan pembesaran, video YouTube menunjukkan obyek misterius berada di sekitar permukaan matahari pada awal bulan ini.

NASA tidak lama kemudian menutup proyek pesawat angkasa luar yang mengambil gambar itu. Pengguna YouTube melayangkan tuduhan konspirasi NASA dalam menutup-nutupi bukti keberadaan UFO.

"Inilah bukti konspirasi menutupi bukti untuk mencegah kita melihat obyek ini lagi. NASA pasti sudah melihat video ini dan mulai membuat rencana untuk mengubah cara Anda dan saya melihatnya," ujar akun YouTube, rob19791 pada pemuatan video keduanya.

NASA menghentikan misi dengan alasan modus darurat perolehan ulang matahari pada 4 Mei 2012. Gangguan ini disebabkan pemicu palsu yang menunjukkan detektor anomali.

Agen angkasa luar Amerika Serikat itu menyebutkan dalam proses memperbaiki pesawat ruang angkasa dalam beberapa hari.

"Satu hari setelah video saya keluar di YouTube, video itu langsung masuk halaman utama dan tetap berada di sana. Jutaan orang berpotensi melihatnya," ujar rob19791.

Menurut pengguna YouTube itu, terlalu kebetulan NASA menutup proyek secara tiba-tiba setelah videonya menyebar.

Pada Maret, temuan serupa membawa teori Bintang Mati. Ilmuwan NASA membantah teori obyek serupa planet mengisi bahan bakar di matahari.

Menurut Dailymail.co.uk, NASA menjelaskan kamera hanya mengambil gambar filamen matahari. Obyek ini merupakan materi meluas dari matahari dan mendingin hingga membentuk titik gelap.

Penjelasan ini serupa sepertinya akan digunakan untuk menjelaskan penampakan UFO yang ketiga kalinya ini.

Jawaban NASA lebih singkat daripada teori konspirasi. Tapi, memberi teka-teki pada ilmuwan yang memberikan jawaban. Mereka tidak yakin mengenai jenis filamen dan penyebab terbentuknya.


Please install the Flash Plugin

Insinyur Akan Buat Pesawat USS Enterprise Star Trek Sungguhan

USS Enterprise. Image credit: BuildTheEnterprise.org
Tentunya kita semua sudah tahu dan cukup sering menonton film Star Trek. Dalam film tersebut terdapat sebuah pesawat luar angkasa yang sangat terkenal yaitu USS Enterprise. Pada film Star Trek, dikisahkan pesawat tersebut dibuat pada tahun 2245. Namun saat ini beberapa insinyur yakin bahwa dengan teknologi yang ada saat ini, mereka mampu membuat pesawat USS Enterprise sungguhan.. Hal itu diungkapkan oleh penulis di website proyek ini http://www.buildtheenterprise.org/ yang bernama BTE Dan.

USS Enterprise generasi pertama akan dibuat dalam jangka waktu 20 tahun, termasuk waktu untuk penelitian, perancangan dan pembuatan. Jika pesawat tersebut jadi, diperkirakan ia akan akan mampu mencapai planet Mars hanya dalam waktu 9 hari. Dalam rancangan yang terdapat dalam website tersebut, panjang dari pesawat USS Enterprise adalah 960 meter yang berarti lebih panjang dari bangunan tertinggi di dunia saat ini , Burj Khalifa di Dubai. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Arkeolog Temukan Ruang Kelas Astronomi Suku Maya

Ruang kelas Astronomi suku Maya. Image credit: Tyrone Turner / National Geographic
Sekelompok arkeolog dari Amerika Serikat berhasil menemukan ruangan kecil dalam reruntuhan peninggalan Suku Maya di hutan hujan Xultun, timur laut Guatemala. Ruangan dengan dinding penuh dengan coretan astronomi itu diperkirakan jadi 'ruang kelas' bagi para astronom suku tersebut.

Coretan ini juga berisi perhitungan kalender rumit yang ditaksir berusia 1.200 tahun. Sebelumnya sudah diketahui jika Suku Maya memiliki pengetahuan luar biasa di zamannya mengenai astronomi. Namun, penemuan sebelumnya hanya berusia 600 tahun. Dan penemuan ini mengartikan ilmu astronomi Suku Maya sudah hadir jauh sebelum waktu tersebut.

'Ruang belajar' ini hanya berukuran 1,8 meter per segi dan merupakan bagian dari kompleks besar reruntuhan Suku Maya di Xultun. Selain coretan astronomi dan kalender, terdapat juga sosok raja yang tengah duduk bersama dengan beberapa sosok lainya. Namun, ditegaskan para peneliti dalam jurnal Science, Jumat (11/5), sosok tersebut tak ada hubungannya dengan disiplin astronomi Suku Maya.

Satu bagian khusus dari dinding itu berisikan fase Bulan selama 13 tahun. Menurut para peneliti, hitungan ini dilakukan untuk menentukan dewa mana yang tengah mengawasi Bulan pada saat tertentu.

Ditambahkan ahli astronomi Suku Maya dari Colgate University, New York, Anthony Aveni, jika perhitungan ini juga digunakan ahli nujum untuk memperkirakan bulan purnama. Waktu tersebut kerap disarankan untuk memulai perang atau kapan waktu tepat untuk mulai menanam. "Apa yang Anda lihat di sini adalah astronomi yang didorong oleh agama," kata Aveni.

Berdekatan dengan dinding kalender, terdapat dinding dengan angka acak. Belum ada penjelasan pasti dari arti coretan tersebut. Tapi diperkirakan coretan ini digunakan ahli nujum untuk perhitungan beberapa even penting yang berhubungan dengan pergerakan benda langit seperti planet dan Bulan. (nationalgeographic.co.id, astronomi.us)

NASA Rekam Adanya Pergerakan Pasir di Mars

Foto permukaan Mars yang diambil oleh wahana penjelajah Mars, Viking 2 pada tahun 1976. Image credit: NASA
Perangkat angkasa milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Mars Reconnaissance Orbiter, merekam pergerakan pasir di permukaan Planet Mars. Peristiwa ini terbilang mengejutkan karena kondisi cuaca dan atmosfer planet merah itu.

Mars memiliki atmosfer yang lebih tipis dari Bumi. Kecepatan angin di Mars juga jauh lebih lemah dan jarang. Namun, pergerakan pasir di Mars nyaris menyerupai pergerakan di Bumi.

Pergerakan ini direkam oleh High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) yang terdapat di Mars Reconnaissance Orbiter. Disimpulkan dalam jurnal Nature yang dirilis Rabu (9/5), gundukan pasir tersebut memiliki ketebalan 61 meter dan bergerak sejajar dengan permukaan Mars.

"Penemuan ini akan membantu para peneliti untuk memahami perubahan kondisi Mars dalam skala global," ujar Kepala Program Eksplorasi Mars NASA Doug McCuistion. Selain itu, kata McCuistion, pemahaman terhadap permukaan Mars yang dinamis akan jadi informasi penting dalam perencanaan eksplorasi Mars. Baik menggunakan robot maupun misi pengiriman manusia.

Para peneliti menganalisa foto yang diambil di tahun 2007 dan 2010 di wilayah Nili Patera, gundukan pasir berlokasi di dekat garis khatulistiwa Mars. Dengan menghitung gerak lapisan, disimpulkan jika gundukan tersebut benar bergerak. Gerakan ini akhirnya memungkinkan pengukuran volume dan aliran pergerakan pasir.

"Kami memilih Nili Patera karena tahu ada pergerakan pasir di sana yang bisa kami ukur. Gundukan pasir di sana juga mirip dengan gundukan di Antartika dan beberapa lokasi lainnya di Mars," ujar Nathan Bridges, peneliti dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory.

Hasil studi ini juga memperkaya informasi mengenai pengikisan batu oleh pasir di Mars. Dengan memperhitungkan volume pasir yang bergerak, para peneliti memperkirakan bebatuan di Nili Patera akan terkikis layaknya bebatuan di Antartika. (nationalgeographic.co.id, astronomi.us)

Sunday, May 13, 2012

Lubang Hitam di Pusat Bima Sakti Bisa Bahayakan Bumi

Lubang hitam di pusat galaksi Bima Sakti. Image credit: dailymail.co.uk
Lubang hitam raksasa ini berada tepat di pusat Bima Sakti. Lubang hitam ini diduga melahap asteroid dan menciptakan api yang bahkan bisa tampak dari Bumi.

Para ilmuwan NASA mendeteksi api sinar-x itu dari lubang hitam di Sagitarius A. Output energi yang muncul 100 kali lebih terang dibanding lubang hitam biasa. Lubang hitam ini dikelilingi triliunan asteroid dan komet.

“Orang ragu apakah asteroid ini dapat terbentuk di lingkungan keras dekat lubang hitam raksasa yang asteroid ini digunakan lubang hitam sebagai bahan bakar membuat api,” kata kastytis Zubovas dari University of Leicester di Inggris.

Tak hanya itu, hasil riset ini juga memastikan teori menyatakan banyak asteroid berada di lingkungan dekat Bumi.

“Jika Bumi berada terlalu dekat Sagitarius A, ini bisa menjadi akhir kehidupan di planet ini,” tutupnya seperti dikutip DM.(inilah.com, astronomi.us)

Ilmuwan Usulkan Gunakan Robot Untuk Hancurkan Asteroid

Asteroid. Image credit: mnn.com
Pertahanan terhadap asteroid selalu fokus pada persenjataan besar seperti hulu ledak nuklir atau laser. Namun, para peneliti dari Strathclyde yakin memiliki trik jitu.

Terdapat dua teknisi dari University of Strathclyde yang beranggapan, menggantikan penggunaan senjata laser besar praktis, ‘serbuan’ pesawat luar angkasa kecil seberat 453 kg diyakini masih mampu menangkisnya.

Pada konferensi di Atlanta Georgia, Alison Gibbings dan Massimiliano Vasile, mengusulkan ‘serbuan’ kerikil bertenaga surya bisa membelokkan asteroid sejauh 35,4 ribu kilometer. Jarak ini sudah cukup untuk menyelamatkan Bumi dari hantaman asteroid.

‘Gerombolan’ ini akan diluncurkan ke orbit dengan roket tunggal yang kemudian membentuk ‘kawanan’ untuk menyerang batu ruang angkasa berdiameter 250 meter itu. Hingga kini, penelitian pada ‘perisai asteroid’ untuk Bumi hanya fokus pada satelit besar bersenjata besar.

Namun para peneliti Strathclyde ini, memikirkan satelit ‘tempur’ yang ukurannya lebih kecil dan mampu bekerjasama menghancurkan asteroid besar. Vasile juga meneliti pendekatan lain, yakni menggunakan satelit kecil yang dipersenjatai laser.

Bukan menghantamkannya, satelit laser kecil ini akan ‘mengunyah’ asteroid yang mendekat. “Pendekatan yang kami kembangkan melibatkan pengiriman satelit kecil yang mampu terbang dalam formasi bersama asteroid dan menembakkan laser di jarak dekat,” katanya.

Penggunaan laser daya tinggi di angkasa masih dalam tahap perkembangan dan salah satu tantangan utama adalah memiliki daya tinggi, efisiensi tinggi dan kualitas laser tinggi di saat bersamaan.

“Masalah tambahan dari defleksi asteroid ini adalah, saat laser mulai merusak permukaan obyek, gumpalan gas dan puing-puing bisa mencemari pesawat dan laser. Namun, tes kami membuktikan, tingkat kontaminasi kurang dari harapan dan laser bisa terus berfungsi,” katanya.

Segerombolan satelit kecil yang terbang dalam formasi dan secara kooperatif menembak asteroid akan mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan metode terbaru yang fokus pada pesawat ruang angkasa berat dan besar.

Pada 100 tahun lalu, area vegetasi seluas 2.000 kilometer hancur saat obyek luar angkasa yang diyakini memiliki diameter 30-50 meter meledak di langit di atas Tunguska, Siberia. “Peristiwa kelas Tunguska diramalkan terjadi beberapa abad mendatang,” kata Vasile.

Asteroid yang lebih kecil lebih sering menghantam Bumi dan umumnya terbakar di atmosfer. Meski begitu, beberapa aseteroid berhasil mencapai tanah atau meledak di ketinggian rendah yang berpotensi menyebabkan kerusakan bangunan dan orang.

“Kita bisa mengurangi ancaman yang timbul dengan armada pesawat luar angkasa ukuran kecil dan menengah yang dilengkapi laser untuk menangkisnya. Sistem kami merupakan sistem yang terukur,” katanya.

Versile mengaku, saat ini sedang menyelidiki penggunaan konsep yang sama untuk menghilangkan kotoran ruang angkasa. Jumlah obyek di orbit diklasifikasikan sebagai puing-puing yang terus meningkat dan tanpa ada solusi yang diterima secara luas untuk menghilangkannya.

Para peneliti di University of Strathclyde yakin, pesawat dengan laser bisa digunakan menurunkan orbit asli dari puing-puing ruang angkasa dan mengurangi kemacetan.

“Jumlah sampah yang ada di orbit disebut sindrom Kessler di mana kepadatan menjadi sangat tinggi hingga tabrakan antar obyek bisa menyebabkan peningkatan sampah secara eksponensial,” paparnya.

Meski ada pemantauan signifikan untuk melacak benda-benda, tak ada sistem khusus untuk menghilangkannya. “Keuntungan utama menggunakan teknik ini adalah, laser tak harus ditembakkan dari tanah. Jika ditembakkan dari tanah, proses ini akan terhambat jarak dan hanya bisa menembak puing dalam bentuk busur pendek,” tutupnya. (inilah.com, astronomi.us)

Teleskop VISTA Temukan 160 Kumpulan Bintang di Sekitar Bima Sakti

Globular cluster Messier 55.
Image credit: ESO/J. Emerson/VISTA
Teleskop milik ESO's Paranal Observatory, VISTA berhasil menemukan sekitar 160 kumpulan bintang (globular cluster)  yang mengelilingi galaksi Bima Sakti.

Dikutip dari spacedaily.com, Minggu (13/05/2012), Diperkirakan usia globular cluster bintang ini sama dengan globular cluster yang lain yaitu sekitar 10 miliar tahun dan berasal dari komponen awan gas yang sama. Hal ini terjadi tidak lama setelah Big Bang. Hampir semua gas dan unsur dalam pembentukan globular cluster tersebut merupakan gas dan unsur yang umum terdapat di alam semesta seperti hidrogen, helium, oksigen, dan nitrogen. Kandungan hidrogen menyebabkan warna bintang berbeda. Pada globular cluster Messier 55 di konstelasi Sagitarius, jarak diantara bintang satu dengan lainnya hanya sekitar 25 kali jarak antara Matahari kita dengan sistem bintang terdekat Alpha Centauri.Beberapa galaksi besar diketahui memiliki ribuan globular cluster di sekitarnya.

Astronom Perancis Nicolas Louis de Lacaille menjadi orang pertama yang mendokumentasikan pengelompokan bintang pada tahun 1752, 26 tahun kemudian astronom Perancis lainnya Charles Messier memasukkan cluster baru ke 55 dalam katalog tersebut.

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto