Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, March 16, 2012

Video: Felix Baumgartner Lakukan Lompatan Setinggi 21.818 Meter

Felix Baumgartner bersiap melakukan lompatan
setinggi 21.818 meter. Image credit: Red Bull Stratos
Skydiver Austria, Felix Baumgartner pada 15 Maret 2012 lalu sukses melakukan lompatan setinggi 21.818 meter (21 km/13.5 mil) di atas permukaan Bumi. Felix melakukan lompatan itu dengan menggunakan kendaraan khusus berupa kapsul bertekanan dengan balon helium yang berangkat dari Roswell, new Mexico.

Felix yang berusia 42 tahun ini melompat dan terjun bebas dari stratosfer dengan waktu 3.43 menit dengan kecepatan maksimum 586 km per jam. Baumgartner membuka parasut pada ketinggian 2405 meter. "Saya berpikir bahwa saya harus menarik parasut, maka saya melihat ketinggian dan menyadari bahwa aku masih di 50.000 kaki," kata Baumgartner dalam siaran pers.

Namun lompatan ini belum memecahkan rekor sebelumnya yang dibuat oleh perwira AS yang meloncat dari ketinggian 31.500 meter (31.5 km/19.5 mil) pada tahun 1960.

Felix dan mekanik Mike Todd gembira setelah melakukan pendaratan sempurna. Image credit: Red Bull Stratos

Balon helium yang digunakan untuk mengangkut kapsul bertekanan Felix. Image credit: Red Bull Stratos

Berikut ini videonya:



(Adi Saputro/astronomi.us)

Perjalanan Luar Angkasa Sebabkan Pembesaran Saraf Mata Astronot

Image credit: NIH
Gaya berat mikro atao zero-G bukan merupakan hal biasa bagi tubuh manusia, apalagi dalam waktu lama. Hal itu bisa berdampak buruk bagi tubuh manusia. Itulah yang sering dialami oleh astronot di ISS atau selama melakukan perjalanan luar angkasa. Efek negatifnya yaitu mereka bisa kehilangan massa tulang dan atrofi otot hingga terkena radiasi kosmik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa efek terhadap gangguan saraf mata dan kerusakan otak juga bisa ditimbulkan akibat zero-G tersebut.

Dikutip dari universetoday.com, Jum'at (16/03/2012) Tim ahli radiologi yang dipimpin oleh Dr Larry A.Kramer dari The University of Texas Medical School di Houston melakukan MRI pada 27 astronot, mengukur bentuk dan ketebalan bagian belakang mata termasuk saraf dan selubung saraf optik, dan kelenjar hipofisis. Dari situ ditemukan bahwa 26 orang dari mereka terdeteksi pembesaran saraf optik di belakang mata.

Perubahan pada mata dan saraf optik mirip dengan apa yang biasanya terlihat pada mereka yang menderita idiopathic intracranial hypertension (IIH), gangguan yang ditandai oleh peningkatan tekanan di dalam tengkorak. Gejala biasanya meliputi sakit kepala, pusing dan mual, dan jika tidak ditangani dapat menghasilkan kehilangan penglihatan permanen melalui kerusakan saraf optik.

"Temuan MRI mengungkapkan berbagai kombinasi kelainan yang mengikuti baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Efek kumulatif terhadap gaya berat mikro juga terlihat dengan hipertensi intrakranial idiopatik," kata Dr Kramer. "Microgravity-induced intracranial hypertension merupakan faktor risiko hipotetis dan pembatasan untuk panjang durasi perjalanan ruang angkasa."

Kepala medis penerbangan di NASA’s Johnson Space Center, Dr William J. Tarver, mencatat bahwa meskipun tidak ada astronot telah keluarkan dari tugas penerbangan sebagai akibat dari risiko tersebut, NASA akan terus "memantau situasi" dan telah menempatkan potensi bahaya "yang tinggi pada daftar risiko manusia."

Makalah tim ini diterima di jurnal Radiologi pada 1 Februari. (Adi Saputro/astronomi.us)

Video: Dugaan Penampakan UFO Pada Erupsi Matahari

Penampakan erupsi Matahari yang diduga UFO.
Image credit: Youtube, lifeslittlemysteries.com
Sebuah gambar Matahari yang ditangkap sebuah teleskop pada 12 Maret 2012 menghebohkan dunia maya. Gara-gara ada penampakan bayangan obyek sebesar planet yang seolah ditambatkan diri ke Sang Surya, melalui sebuah filamen gelap.

Seperti dimuat situs sains, Life's Little Mysteries, nampak dalam rekaman, di pinggiran Matahari yang menyembur, benda berbentuk bulat itu seolah melepaskan diri dari Matahari dan meluncur ke ruang angkasa.

Rekaman tersebut adalah gabungan foto yang diambil oleh Solar Dynamics Observatory dan diolah oleh para ilmuwan di Goddard Space Flight Center NASA. Gambar tersebut dengan cepat menarik perhatian di YouTube, di mana sejumlah penontonya menduga, rekaman itu menunjukkan pesawat UFO sedang mengisi bahan bakar dengan cara menyedot plasma Matahari. Atau yang lebih ilmiah, diduga itu adalah fenomena kelahiran planet.

Menanggapi polemik itu, ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan, fitur dalam rekaman tersebut adalah tipe aktivitas Matahari yang disebut "solar prominence" atau letusan plasma magnetik. Fenomena ini sering diamati, meski para ilmuwan mengaku, belum memahaminya lebih dalam.

Ilmuwan NASA, Joseph Gurman mengatakan, prominence yang nampak seperti benang atau kawat dari di tepi kiri bawah matahari -- seperti yang nampak dalam video, terbentuk dari plasma yang lebih dingin dan padat dari sekelilingnya -- adalah korona Matahari.

Gurman menjelaskan bahwa para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti bagaimana prominence dihasilkan pada Matahari.

Sementara, C. Alex Young, ilmuwan astrofisika ahli astrofisika matahari di Goddard Space Flight Center NASA menjelaskan, kesan bola sedang menyedot energi Matahari disebabkan posisi prominence yang berada di bawah fitur saluran filamen Matahari, yang berbentuk seperti terowongan.

Young mengakui, fitur tersebut tidak biasa pada Matahari. Penasaran? berikut ini videonya:

Thursday, March 15, 2012

Kisah Komet Lovejoy yang Selamat Setelah Melintasi Matahari

Komet Lovejoy yang selamat setelah melintasi matahari. Image credit: NASA/SDO
Lovejoy, sebuah komet yang belum lama ditemukan, ternyata selamat dari penerjunan bunuh diri melintasi atmosfer Matahari yang amat panas pagi tadi, Jumat (16/12/2011). Demikian menurut para ilmuwan NASA.

Komet Lovejoy menerobos korona Matahari sekitar pukul 07.00 WIB, pada jarak 140.000 kilometer dari permukaan Matahari. Suhu di korona bisa mencapai 1,1 juta derajat celsius sehingga kebanyakan peneliti awalnya meyakini batu es pengembara itu bakal hancur lebur.

Akan tetapi, Lovejoy terbukti cukup kuat menghadapi panas. Sebuah video yang diambil oleh wahana Observatorium Dinamika Matahari (SDO) milik NASA menunjukkan, obyek es tersebut muncul dari balik Matahari setelah melintasinya dan melesat ke ruang angkasa.

"Berita gembira, Lovejoy hidup! Komet Lovejoy telah selamat dalam perjalanannya melintasi Matahari dan muncul kembali di sisi lain," begitu bunyi tweet seorang peneliti SDO.

SDO adalah salah satu dari banyak instrumen yang digunakan para ilmuwan untuk mengawasi Lovejoy dalam lawatannya ke Matahari. Para peneliti awalnya ingin merekam dan mempelajari kematian sebuah komet karena menabrak bintang, yakni Matahari.

"Ini kesempatan yang sangat langka untuk mengamati penguapan menyeluruh dari sebuah komet yang relatif besar, dan kami memiliki 18 instrumen terpasang pada lima satelit untuk menelitinya," ujar Karl Battams, seorang ilmuwan di Laboratorium Riset Angkatan Laut di Washington, di situs Sungrazing Komet, sebelum Lovejoy mendekati Matahari.

Battams mengelola situs yang dikhususkan untuk membahas komet Lovejoy. Komet itu sendiri ditemukan oleh dua wahana yang berbeda: Solar Terrestrial Relations Observatory NASA (STEREO) dan Solar and Heliospheric Observatory (SOHO), yang dioperasikan bersama oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA).

Battams sendiri menyambut berita selamatnya Lovejoy dengan terkejut sekaligus senang. "Saya menduga ekor debunya akan bertahan hidup (walau hanya selama beberapa jam) sebelum memudar, tapi bukan intinya!" ujarnya.

Lovejoy memiliki inti selebar sekitar 200 meter, dan masuk dalam kelas komet yang dikenal sebagai Sungrazers Kreutz, atau komet-komet yang orbitnya sangat dekat dengan Matahari.

Semua komet Sungrazers Kreutz diyakini sebagai sisa-sisa dari sebuah komet raksasa tunggal yang pecah beberapa abad lalu. Mereka dinamai menurut astronom Jerman abad ke-19, Heinrich Kreutz, yang pertama kali menunjukkan bahwa komet-komet tersebut memiliki "hubungan darah".

Banyak komet diketahui bunuh diri dengan menabrak Matahari, tetapi umumnya mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan terjun ke sana. Itulah yang membuat para ilmuwan begitu bersemangat tentang Lovejoy karena komet ini menunjukkan tanda hendak menerjang Matahari. Astronom amatir Australia, Terry Lovejoy, menemukan komet itu pada 27 November lalu, yang memberikan banyak waktu bagi peneliti untuk memetakan gerakannya.

Video: Evolusi Bulan

Bumi dan Bulan dahulunya bermula dari Bola magma panas raksasa yang kemudian terpisah akibat tumbukan benda langit sebesar Mars yang kemudian masing-masing bagian membeku dan membentuk Bumi dan Bulan yang sekarang menjadi pasangan harmonis yang seiring dan sejalan mengelilingi Matahari. dan pada postingan sebelumnya saya sempat menulis mengapa hanya bagian Bulan berupa dataran lava yang disebut "Maria" yang terus menerus menghadap Bumi, bisa dibaca di sini.

Nah kali ini para ahli dari Goddard’s Scientific Visualization Studio membuat video perubahan wujud Bulan (evolusi) dari berbentuk Bola panas menjadi dingin dan membeku seperti sekarang, yang aslinya berlangsung dalam waktu 4.5 miliar tahun namun dalam video ini hanya 2.5 menit. Silahkan menyaksikan video berikut:

Kalender Astronomi 2012

Image credit: seasky.org
 Berikut adalah kalender astronomi tahun 2012 seperti yang dikutip dari www.seasky.org:
  • January 3, 4 - Quadrantids Meteor Shower. The Quadrantids are an above average shower, with up to 40 meteors per hour at their peak. The shower usually peaks on January 3 & 4, but some meteors can be visible from January 1 - 5. The near first quarter moon will set shortly after midnight, leaving dark skies for what should be a good show. Best viewing will be from a dark location after midnight. Look for meteors radiating from the constellation Bootes.
  • January 9 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 07:30 UTC.
  • January 23 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 07:39 UTC.
  • February 7 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 21:54 UTC.
  • February 20 - March 12 - Best Chance to see Mercury. The planet Mercury will be far enough from the Sun's glare to be visible shortly after sunset. Mercury will reach greatest elongation from the Sun on March 5, reaching a relatively bright magnitude of about -1. This will be your best chance to see the planet this year.
  • February 21 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 22:35 UTC.
  • March 3 - Mars at Opposition. The red planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view and photograph Mars.
  • March 8 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 09:39 UTC.
  • March 14 - Conjunction of Venus and Jupiter. The two brightest planets in the sky will be within 3 degrees of each other in the evening sky. On March 25 and 25, the crescent Moon will be near the two planets, creating a dazzling evening spectacle.
  • March 20 - March Equinox. The March equinox occurs at 05:14 UTC. The Sun will shine directly on the equator and there will be nearly equal amounts of day and night throughout the world. This is also the first day of spring (vernal equinox) in the northern hemisphere and the first day of fall (autumnal equinox) in the southern hemisphere.
  • March 22 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 14:37 UTC.
  • April 6 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 19:19 UTC.
  • April 15 - Saturn at Opposition. The ringed planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view and photograph Saturn and its moons.
  • April 21 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 07:18 UTC.
  • April 21, 22 - Lyrids Meteor Shower. The Lyrids are an average shower, usually producing about 20 meteors per hour at their peak. These meteors can produce bright dust trails that last for several seconds. The shower usually peaks on April 21 & 22, although some meteors can be visible from April 16 - 25. With no moon to get in the way this year, this really should be a good show. Look for meteors radiating from the constellation of Lyra after midnight.
  • April 28 - Astronomy Day Part 1. Astronomy Day is an annual event intended to provide a means of interaction between the general public and various astronomy enthusiasts, groups and professionals. The theme of Astronomy Day is "Bringing Astronomy to the People," and on this day astronomy and stargazing clubs and other organizations around the world will plan special events. You can find out about special local events by contacting your local astronomy club or planetarium. You can also find more about Astronomy Day by checking the Web site for the Astronomical League.
  • May 5, 6 - Eta Aquarids Meteor Shower. The Eta Aquarids are a light shower, usually producing about 10 meteors per hour at their peak. The shower's peak usually occurs on May 5 & 6, however viewing should be good on any morning from May 4 - 7. The full moon will probably ruin the show this year, washing out all but the brightest meteors with its glare. The radiant point for this shower will be in the constellation Aquarius. Best viewing is usually to the east after midnight, far from city lights.
  • May 6 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 03:35 UTC. The Moon will be at its closest point to the Earth, so this will be the largest full moon of the year.
  • May 20 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 23:47 UTC.
  • May 20 - Annular Solar Eclipse. The path of annularity will begin in southern China and move east through Japan, the northern Pacific Ocean, and into the western United States. A partial eclipse will be visible throughout parts of eastern Asia and most of North America. (NASA Map and Eclipse Information)
  • June 4 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 11:12 UTC.
  • June 4 - Partial Lunar Eclipse. The eclipse will be visible throughout most of Asia, Australia, the Pacific Ocean, and the Americas. (NASA Map and Eclipse Information)
  • June 5, 6 - Transit of Venus Across the Sun. This extremely rare event will be entirely visible throughout most of eastern Asia, eastern Australia, and Alaska. A partial transit can be seen in progress at sunrise throughout Europe, western Asia, and eastern Africa. A partial transit can be seen in progress at sunset throughout most of North America, Central America, and western South America. The next transit will not take place until the year 2117. (NASA Transit Information | NASA Transit Map)
  • June 19 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 15:02 UTC.
  • June 20 - June Solstice. The June solstice occurs at 23:09 UTC. The North Pole of the earth will be tilted toward the Sun, which will have reached its northernmost position in the sky and will be directly over the Tropic of Cancer at 23.44 degrees north latitude. This is the first day of summer (summer solstice) in the northern hemisphere and the first day of winter (winter solstice) in the southern hemisphere.
  • July 3 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 18:52 UTC.
  • July 19 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 04:24 UTC.
  • July 28, 29 - Southern Delta Aquarids Meteor Shower. The Delta Aquarids can produce about 20 meteors per hour at their peak. The shower usually peaks on July 28 & 29, but some meteors can also be seen from July 18 - August 18. The radiant point for this shower will be in the constellation Aquarius. The near first quarter moon will set shortly after midnight, leaving dark skies for what should be a good show. Best viewing is usually to the east after midnight.
  • August 2 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 03:27 UTC.
  • August 6 - Curiosity Rover at Mars. NASA’s Mars Science Laboratory (MSL) is scheduled to land on the red planet between August 6 and August 20, 2012. Officially named Curiosity, it is an autonomous rover similar to the Spirit and Opportunity rovers that previously visited Mars. This much larger rover will carry many more instruments and experiments than its previous cousins. Curiosity’s high definition color cameras will photograph the Martian surface while a host of instruments will sample the soil and air and search for organic compounds.
  • August 12, 13 - Perseids Meteor Shower. The Perseids is one of the best meteor showers to observe, producing up to 60 meteors per hour at their peak. The shower's peak usually occurs on August 13 & 14, but you may be able to see some meteors any time from July 23 - August 22. The radiant point for this shower will be in the constellation Perseus. The near last quarter moon will be hanging around for the show, but shouldn’t be too much of a problem for a shower with up to 60 meteors per hour. Find a location far from city lights and look to the northeast after midnight.
  • August 17 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 15:54 UTC.
  • August 24 - Neptune at Opposition. The blue planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view Neptune. Due to its distance, it will only appear as a tiny blue dot in all but the most powerful telescopes.
  • August 31 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 13:58 UTC. Since this is the second full moon in the same month, it is known as a blue moon. This rare calendar event only happens once every few years, giving rise to the term, “once in a blue moon.”
  • September 16 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 02:11 UTC.
  • September 22 - September Equinox. The September equinox occurs at 14:49 UTC. The Sun will shine directly on the equator and there will be nearly equal amounts of day and night throughout the world. This is also the first day of fall (autumnal equinox) in the northern hemisphere and the first day of spring (vernal equinox) in the southern hemisphere.
  • September 29 - Uranus at Opposition. The blue-green planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view Uranus. Due to its distance, it will only appear as a tiny blue-green dot in all but the most powerful telescopes.
  • September 30 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 03:19 UTC.
  • October 20 - Astronomy Day Part 2. Astronomy Day is an annual event intended to provide a means of interaction between the general public and various astronomy enthusiasts, groups and professionals. The theme of Astronomy Day is "Bringing Astronomy to the People," and on this day astronomy and stargazing clubs and other organizations around the world will plan special events. You can find out about special local events by contacting your local astronomy club or planetarium. You can also find more about Astronomy Day by checking the Web site for the Astronomical League.
  • October 15 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 12:02 UTC.
  • October 21, 22 - Orionids Meteor Shower. The Orionids is an average shower producing about 20 meteors per hour at their peak. This shower usually peaks on the 21st, but it is highly irregular. A good show could be experienced on any morning from October 20 - 24, and some meteors may be seen any time from October 17 - 25. The first quarter moon will set by midnight, leaving a dark sky for what should be a good show. Best viewing will be to the east after midnight. Be sure to find a dark location far from city lights.
  • October 29 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 19:49 UTC.
  • November 13 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 22:08 UTC.
  • November 13 - Total Solar Eclipse. The path of totality will only be visible in parts of extreme northern Australia and the southern Pacific Ocean. A partial eclipse will be visible in most parts of eastern Australia and New Zealand.
    (NASA Map and Eclipse Information)
  • November 17, 18 - Leonids Meteor Shower. The Leonids is one of the better meteor showers to observe, producing an average of 40 meteors per hour at their peak. The shower itself has a cyclic peak year every 33 years where hundreds of meteors can be seen each hour. The last of these occurred in 2001. The shower usually peaks on November 17 & 18, but you may see some meteors from November 13 - 20. The crescent moon will set early in the evening leaving dark skies for what should be an excellent show. Look for the shower radiating from the constellation Leo after midnight, and be sure to find a dark location for viewing.
  • November 27 - Conjunction of Venus and Saturn. These two bright planets will be within 1 degree of each other in the morning sky. Look to the east around sunrise.
  • November 28 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 14:46 UTC.
  • November 28 - Penumbral Lunar Eclipse. The eclipse will be visible throughout most of Europe, eastern Africa, Asia, Australia, the Pacific Ocean, and North America. (NASA Map and Eclipse Information)
  • December 3 - Jupiter at Opposition. The giant planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view and photograph Jupiter and its moons.
  • December 13 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 08:42 UTC.
  • December 13, 14 - Geminids Meteor Shower. Considered by many to be the best meteor shower in the heavens, the Geminids are known for producing up to 60 multicolored meteors per hour at their peak. The peak of the shower usually occurs around December 13 & 14, although some meteors should be visible from December 6 - 19. The radiant point for this shower will be in the constellation Gemini. This year the new moon will guarantee a dark sky for what should be an awesome show. Best viewing is usually to the east after midnight from a dark location.
  • December 21 - December Solstice. The December solstice occurs at 11:12 UTC. The South Pole of the earth will be tilted toward the Sun, which will have reached its southernmost position in the sky and will be directly over the Tropic of Capricorn at 23.44 degrees south latitude. This is the first day of winter (winter solstice) in the northern hemisphere and the first day of summer (summer solstice) in the southern hemisphere.
  • December 28 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 10:21 UTC.

Sistem Tata Surya yang Mengorbit Dua Bintang

Tata surya yang mengorbit
dua bintang. Image credit: LYNETTE COOK
Penelitian yang dipresentasikan baru-baru ini pada pertemuan tahunan American Astronomical Society menunjukkan bahwa planet-planet sistem circumbinary, yaitu planet yang mengorbit dua bintang, bukanlah suatu hal yang jarang, bahkan mungkin juga terdapat dalam jumlah jutaan di Galaksi Bima Sakti sendiri.

Pada konferensi pers, William Welsh dari Universitas San Diego State menjelaskan bahwa Kepler 34b dan Kepler 35b, merupakan penambahan terbaru untuk kelas baru dari sistem planet. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 12 Januari.

“Gerhana-gerhana bintang memungkinkan kita untuk mengukur sifat-sifat bintang-bintang dengan presisi yang indah, yang pada gilirannya memungkinkan kita untuk mengukur sifat planet,” tutur Welsh.

Transit (gerhana kecil) yang disebabkan oleh planet memberikan bukti definitif mengenai keberadaan planet, sedangkan gerhana-gerhana bintang besar memungkinkan para ilmuwan untuk mengukur sifat-sifat bintang dengan presisi. Hal ini, pada akhirnya, memungkinkan mereka untuk mengukur sifat planet.

Sekarang setelah ketiga sistem tersebut telah secara langsung diamati (Kepler 16b diumumkan pada September), para peneliti telah menemukan keragaman orbit bintang dan planet di kelas baru dari sistem planet, dan sangat ingin untuk menyelidiki bagaimana planet terbentuk di sekitar sepasang bintang.

Dengan dukungan dari National Science Foundation (NSF), tim peneliti Welsh akan terus mencari planet yang lebih banyak lagi, baik transit maupun non-transit. “Menemukan planet circumbinary jauh lebih sulit daripada menemukan planet yang mengorbit di sekitar bintang tunggal.” (erabaru.net, astronomi.us)

Penuh Dengan Samudera Lava, Permukaan Io Mirip Pizza

Bulan Jupiter, Io. Image credit: NASA
Ilmuwan NASA telah menemukan samudera lava pada permukaan sebuah bulan yang terlihat seperti pizza.
Io, yang mengorbit planet raksasa Yupiter adalah dunia yang mengalami vulkanik paling aktif dalam sistem tata surya.

Meskipun hanya seperempat diameter Bumi, namun bulan ini menghasilkan sekitar 100 kali lebih banyak lava dibandingkan semua gunung berapi di seluruh Bumi.

Kini para ilmuwan AS pada Universitas California dan Michigan telah menemukan bahwa lava yang mengalir dari lautan magma itu berada antara 20-30 mil di bawah permukaan Io dengan kedalaman lebih dari 30 mil.

Penampakan Io mirip pizza ini, diakibatkan karena materi pada permukaan yang terus menerus mengalir tersebut terlihat seperti noda jerawat.

Perputaran yang tanpa akhir ini disebabkan oleh tarikan sangat kuat Yupiter pada interior Io, mirip tarikan pasang pada bulan kita.

Vulkanik Io mengejutkan sejumlah astronom ketika pertama kali difoto oleh NASA pada akhir 1970.

Lautan lava dideteksi dengan data penganalisaan yang dikumpulkan oleh pengamat lain, Galileo, yang mengorbit Yupiter selama delapan tahun hingga 2003 lalu.

Sinyal misterius dalam temuan ini terdengar cocok dengan apa yang diperkirakan dari bebatuan yang meleleh di bawah permukaan Io.

Para ilmuwan bahkan mampu mengidentifikasi beberapa jenis bebatuan, yang terungkap seperti lherzolite, sebuah batu vulkanik yang ditemukan di Spitzbergen, Swedia.

Torrence Johnson, mantan ilmuwan pada proyek Galileo, dari Jet Propulsion Laboratory NASA, di California, mengatakan, “Antara Bumi dan bulan kemungkinan juga pernah memiliki lautan magma serupa beberapa milyar tahun lalu pada saat pembentukannya, namun sudah lama mengalami pendinginan.”

“Vulkanik Io menginformasikan kepada kita bagaimana gunung berapi bekerja dan menyajikan sebuah jendela pada saat terjadinya berbagai jenis aktifitas vulkanik yang kemungkinan terjadi di Bumi dan bulan selama sejarah awal pembentukannya.”(erabaru.net, astronomi.us)

Wednesday, March 14, 2012

Venus dan Jupiter Akan Muncul Berpasangan Hingga 17 Maret

Venus dan Jupiter yang sebenarnya berada pada jarak yang berbeda tampak seolah-olah berdampingan. Image credit: Shawn Malone
Planet Jupiter dan Venus, muncul secara berpasangan dalam beberapa hari mendatang mulai Minggu 11 Maret 2012, waktu Amerika Serikat, atau Senin WIB, 12 Maret 2012 hingga 17 Maret. Walaupun dalam sitem tata surya, kedua planet tersebut berjarak sangat jauh, namun pada kemunculannya, terlihat hanya berjarak dua jari manusia.

Fenomena ini dapat disaksikan di sebelah barat daya, sesaat setelah matahari tenggelam. Venus akan bersinar lebih terang dibandingkan dengan Jupiter. Jupiter muncul di dalam satu garis lintasan, sepanjang bulan Maret ini.

Ini adalah periode rutin bagi kedua planet tersebut. Pada Sein, 5 Maret 2012, Planet Mars berada di titik paling dekat dengan bumi dalam dua tahun terakhir.

Kemunculan benda langit lainnya adalah pergerakan bulan yang seolah menari dalam orbitnya pada akhir Maret. Bulan akan bergerak mendekati Jupiter, kemudian Venus.

Peristiwa alam yang paling ditunggu di tahun ini adalah Venus yang akan terlihat di sejumlah wilayah di bumi. Planet tersebut akan melintas dekat matahari. (tempo.com, astronomi.us)

Bintang Terbesar Dalam Sistem Bintang Ganda Eta Carinae Siap Meledak

Bintang terbesar dalam sistem bintang ganda Eta Carinae yang siap meledak dalam bentuk supernova. Image credit: ESA/Hubble & NASA
Bintang terbesar dalam sistem bintang ganda Eta Carinae yang merupakan bintang terbesar dan tidak stabil yang mendekati akhir masa hidupnya. Sekira 150 tahun yang lalu bintang tersebut memancarkan materi berupa awan besar dalam bentuk khas yang dikenal sebagai Nebula Homunculus. Eta Carinae adalah salah satu bintang terdekat dengan Bumi yang akan meledak dalam supernova dalam waktu yang relatif dekat (kira-kira satu juta tahun ke depan). (Adi Saputro/astronomi.us)

5000 Gelembung Angkasa Ditemukan Astronom Amatir di Galaksi Bima Sakti

5000 gelembung angkasa di Galaksi Bimasakti ditemukan oleh amatir. Gelembung angkasa tersebut menandakan bahwa Bimsakti adalah area pembentukan bintang yang aktif. Image credit: NASA
Sebanyak 5000 gelembung angkasa ditemukan di Galaksi Bimasakti oleh tim yang terdiri dari ilmuwan amatir. Gelembung-gelembung itu berkaitan dengan bintang muda dan panas. Banyaknya gelembung yang ada menandakan bahwa Bimsakati merupakan tempat pembentukan bintang yang jauh lebih aktif dari yang diduga.

"Piringan Bimsakati seperti champagne dengan gelembung-gelmbung di semua sisinya," ungkap Eli Bresselt, mahasiswa doktoral yang melakukan penelitian di European Southern Observatory (ESO).

Penemuan 5000 gelembung angkasa ini melibatkan 35.000 sukarelawan yang tergabung dalam Proyek Bimasakti. Observasi dilakukan dengan Spitzer Space Telescope milik NASA. Seperti diberitakan Space, Jumat (9/3/2012), jumlah gelembung yang ditemukan 10 kali lebih banyak yang yang diperkirakan.

Pimpinan investigasi Proyek Bimasakati, Robert Simpson dari Oxford University, mengatakan, "Proyek Bimasakti adalah upaya untuk melihat data yang banyak dan indah dari Spitzer serta mengekstrak informasi secara menyenangkan, online dan melibatkan publik."

Dalam observasi, ilmuwan amatir diminta memberi tanda bendera pada gelembung yang ditemukan. Gelembung akan dikatalogkan jika telah ada minimal 5 orang yang menandai gelembung yang sama.

Berdasarkan penemuan, ilmuwan mengungkapkan bahwa gelembung lebih jarang ditemukan di tepian galaksi. "Kami memperkirakan bahwa pembentukan bintang paling banyak terjadi di pusat galaksi karena di sanalah gas bermassa jenis tinggi terdapat. Proyek ini mengungkap lebih banyak pertanyaan daripada jawaban," kata Bressert.

Hasil studi telah dimasukkan ke jurnal Monthly Notice of the Royal Astronomical Society.(kompas.com, astronomi.us)

Mengapa Bagian Bulan yang Terlihat Dari Bumi Selalu Sama?

Penampakan dua sisi Bulan yang berbeda. Image credit: LRO
Ketika kita melihat Bulan, kita melihat variasi yang menakjubkan dari bagian yang terang dan gelap, tergantung pada posisi Anda di Bumi, Anda mungkin melihat Man in the Moon”, or maybe the “Rabbit in the Moon”, Daerah gelap yang dikenal sebagai maria, yaitu bidang lava halus yang diciptakan oleh letusan gunung berapi kuno di Bulan.

Tapi mengapa kita melihat bagian sisi maria tersebut dan bukan pada sisi yang lain?

Rotasi Bulan yang pasang surut terkunci dengan Bumi. Ini berarti bahwa Bulan selalu menghadirkan sisi yang sama kepada kita Dan sebelum era antariksa, diasumsikan bahwa seluruh sisi bulan seperti ini. Ketika pesawat ruang angkasa pertama dikirim dari Bumi untuk mengorbit Bulan, mereka mengirimkan foto-foto mengejutkan yang mengungkapkan pemandangan yang sama sekali berbeda dari apa yang kita biasa kita lihat. Bukan bercak gelap maria yang biasa kita lihat

Jadi mengapa sisi maria yang menghadap Bumi kita dan bukan sisi yang lain? Apakah itu hanya kebetulan?

Seperti yang di lansir dari universetoday.com, Rabu (14/03/2012), Peneliti dari California Institute of Technology (Caltech) berpikir bahwa ini bukan tentang keberuntungan sama sekali, tapi cara rotasi Bulan yang melambat setelah pembentukannya. Oded Aharonson, seorang profesor ilmu planet di Caltech, dan timnya menciptakan sebuah simulasi yang menghitung bagaimana rotasi Bulan melambat setelah pembentukannya.

Meskipun Bulan terlihat seperti bola, sebenarnya ia memiliki sedikit tonjolan. Dan miliaran tahun yang lalu, saat Bulan sedang berputar jauh lebih cepat, Seluruh sisi Bulan bisa terlihat dari Bumi, namun gravitasi bumi menarik-narik tonjolan ini dengan rotasi masing-masing dan membuat rotasi Bulan menurun sedikit sampai akhirnya berhenti dan yang menghadap Bumi adalah sisi maria.

Dalam setiap simulasi yang dilakukan berkat orientasi tonjolan bulan ini, sisi Maria atau sisi kawah akhirnya menghadap Bumi. Tapi tingkat di mana ia melambat seberapa cepat hilangnya energi rotasi menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Jika Bulan melambat dengan cepat, maka peluangnya 50/50. Tapi karena Bulan melambat secara bertahap, kita memiliki kesempatan yang jauh lebih tinggi melihat sisi maria Bulan sebagai hasil akhir. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam edisi 27 Februari dari Icarus Journal. (Adi Saputro/astronomi.us)

Tuesday, March 13, 2012

Video: Simulasi Bom Nuklir Untuk Hancurkan Asteroid

Ilustrasi bom nuklir saat
menabrak asteroid. Image credit: vivanews.com
Tak terhitung banyaknya, batu angkasa yang menghujani Bumi. Salah satunya pada 65 juta tahun lalu, asteroid raksasa menghantam Bumi dan memicu musnahnya spesies Dinosaurus.

Juga yang jatuh pada 30 Juni 1908, pukul 07.14 di pedalaman di Podkamennaya, Tunguska, Siberia. Meski tak menyebabkan korban jiwa, insiden itu meratakan dan membuat hangus 500.000 hektar hutan. Bayangkan jika asteroid itu jatuh di kawasan pemukiman padat penduduk.

Para ilmuwan kini sedang memutar otak, bagaimana menghindarkan bencana asteroid bagi umat manusia. Salah satunya yang dilakukan di Laboratorium Los Alamos, New Meksiko, milik pemerintah Amerika Serikat.

Para ilmuwan di sana merancang skrenario peluncuran bom nuklir berkekuatan satu megaton ke asteroid yang mengancam Bumi. Berharap ledakan raksasa yang dihasilkan akan menyelamatkan Bumi.

Simulasi ini kedengarannya memang mirip film sains fiksi Hollywood, namun nyatanya ia dirancang oleh para ilmuwan cerdas. Para ahli di Los Alamos menggunakan superkomputer untuk membuat model guna memastikan efektivitas senjata nuklir anti-asteroid.

Dalam simulasi tersebut, para peneliti diminta menangani asteroid berukuran panjang 500 meter menggunakan satu megaton bom nuklir -- yang kekuatannya 50 kali lipat dari kekuatan bom atom yang dijatuhkan AS di Nagasaki, Jepang, selama Perang Dunia II.

Meski baru sekedar uji virtual, para ilmuwan mengatakan, penanganan ini berhasil. "Pada akhirnya, bom nuklir dengan kekuatan satu megaton akan menghancurkan asteroid menjadi berkeping-keping. Cara ini akan mengurangi bahaya yang ditimbulkan asteroid awalnya," kata ilmuwan Los Alamos, Bob Weaver dalam video yang dirilis laboratorium tersebut, seperti dimuat Daily Mail.

Temuan ini sangat penting. Sebab, "jika salah satu obyek asteroid diprediksi akan tiba beberapa bulan lagi, ada potensi menimbulkan kehancuran dalam skala global," tambah dia.

Untuk membuat simulasi ini, tim menggunakan superkomputer dengan kekuatan 32.000 kali kekuatan prosesor dalam komputer biasa. Agar didapatkan hasil seakurat mungkin terkait apa yang terjadi.

Untungnya, rencana tersebut bekerja, itu berarti senjata tak harus dibawa ke permukaan asteroid seperti skrenario dalam Film Armageddon yang dibintangi Bruce Willis.

Namun, tim peneliti menekankan, penggunaan senjata nuklir raksasa hanya jalan terakhir. Peneliti juga menyelidiki metode lain, termasuk menggunakan pesawat ruang angkasa, juga memanfaatkan tarikan gravitasi planet untuk mengubah jalurnya. Berikut ini videonya:



(vivanews.com, astronomi.us)

Monday, March 12, 2012

ESA: Planet Venus Berputar Semakin Lambat Setiap Harinya

Planet Venus. Image credit: universetoday.com
ESA mengatakan para ilmuwan menemukannya ketika berusaha mencocokkan peta baru yang diambil baru-baru ini oleh pesawat Venus Express, dengan gambar yang diambil kira-kira 16 tahun lalu oleh pesawat pengorbit Magellan NASA.

Para peneliti memperhatikan gambar yang diambil Venus Express menunjukkan bahwa beberapa benda di Venus sampai 20 kilometer jauhya dari letak yang mereka perkirakan sebelumnya, kalau laju putaran planet itu sama dengan ketika Magellan mengambil gambarnya. Para ilmuwan mengatakan peta Venus Express dan peta Magellan cocok ketika mereka menambahkan 6,5 menit pada panjang satu hari Venus.

ESA mengatakan fenomena itu memerlukan penelitian lebih jauh.

Sebagai planet kedua terdekat ke Matahari, Venus terletak antara orbit planet Mercury yang kecil itu dan Bumi. (voanews.com, astronomi.us)

Sunday, March 11, 2012

Astronom: Galaksi adalah Pendaur Ulang Utama di Alam Semesta

Pengamatan terbaru dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble NASA memperluas pemahaman para astronom pada cara di mana galaksi terus mendaur ulang volume besar gas hidrogen dan elemen-elemen berat lainnya. Proses ini memungkinkan galaksi membangun generasi-generasi bintang dalam rentang selama miliaran tahun.

Kelangsungan daur ulang ini membuat beberapa galaksi terhindar dari pengosongan “tangki bahan bakar”-nya dan memperlama zaman pembentukan-bintang selama lebih dari 10 milyar tahun.

Kesimpulan ini didasarkan pada serangkaian pengamatan Teleskop Ruang Angkasa Hubble yang menggunakan kemampuan khusus Cosmic Origins Spectrograph (COS) untuk mendeteksi gas di lingkaran Bima Sakti kita dan di lebih dari 40 galaksi lainnya. Data dari teleskop besar berbasis darat di Hawaii, Arizona dan Chili juga berkontribusi pada studi ini dengan mengukur sifat-sifat galaksi.


Para astronom meyakini bahwa warna dan bentuk sebuah galaksi sebagian besar dikendalikan oleh gas yang mengalir melalui perpanjangan halo di sekelilingnya. Tiga studi ini menyelidiki aspek yang berbeda dari fenomena daur ulang gas.

Hasilnya dipublikasikan dalam tiga makalah pada edisi 18 November majalah Science. Para pemimpin dari tiga studi adalah Nicolas Lehner dari University of Notre Dame di South Bend, Ind, Jason Tumlinson dari Space Telescope Science Institute di Baltimore, Md, dan Todd Tripp dari University of Massachusetts di Amherst.

Quasar jauh bersinar melalui "kabut" kaya gas plasma panas yang mengelilingi galaksi. Pada panjang gelombang ultraviolet, Cosmic Origins Spectrograph (COS) Hubble sensitif terhadap penyerapan dari banyak elemen berat terionisasi, seperti nitrogen, oksigen, dan neon. Unsur-unsur berat terionisasi berfungsi sebagai penanda untuk memperkirakan seberapa banyak massa di halo galaksi. (Kredit: NASA; ESA; A. Feild, STScI)

Pengamatan COS pada bintang-bintang jauh menunjukkan bahwa massa besar awan yang jatuh melalui lingkaran raksasa Bima Sakti kita, memicu pembentukan bintang yang tengah berlangsung. Awan hidrogen panas ini berada dalam 20.000 tahun cahaya dari cakram Bima Sakti dan mengandung bahan-bahan yang cukup untuk membuat 100 juta matahari. Beberapa gas ini merupakan bahan daur ulang yang terus-menerus diisi ulang dengan pembentukan bintang dan energi ledakan nova dan supernova, yang melemparkan gas kimiawi kembali ke halo.

Pengamatan COS juga menunjukkan lingkaran-lingkaran cahaya (halo) gas panas di sekitar galaksi-galaksi dahsyat pembentuk-bintang. Halo-halo ini, yang dilimpahi elemen-elemen berat, memperpanjang sebanyak 450.000 tahun cahaya di luar bagian yang terlihat pada cakram galaksi mereka. Sejumlah besar massa elemen berat yang ditemukan jauh di luar galaksi menjadi sebuah kejutan. COS mengukur 10 juta massa oksigen surya pada halo galaksi, yang berhubungan dengan sekitar satu miliar massa gas surya – sebanyak keseluruhan ruang di antara bintang-bintang dalam cakram galaksi.

Para peneliti juga menemukan bahwa gas ini hampir tidak ada yang berasal dari galaksi-galaksi yang telah berhenti membentuk bintang. Dalam galaksi-galaksi ini, proses “daur ulang” menyulut badai kelahiran bintang cepat yang dapat menerbangkan bahan bakar yang tersisa, pada dasarnya mematikan aktivitas kelahiran bintang selanjutnya.

Ini adalah bukti bahwa gas didorong keluar dari galaksi, bukan ditarik dari ruang intergalaksi, yang menentukan nasib galaksi.”

Warna dan bentuk galaksi sebagian besar dikendalikan oleh gas yang mengalir melalui perpanjangan halo di sekitarnya. Semua simulasi pembentukan galaksi modern menemukan bahwa mereka tidak bisa menjelaskan sifat-sifat galaksi yang diamati tanpa pemodelan proses akresi kompleks dan "umpan balik" dengan galaksi mana yang memperoleh gas dan kemudian mengusirnya setelah pemrosesan kimiawi oleh bintang-bintang. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa galaksi spektroskopi seperti Bima Sakti mendaur ulang gas sementara galaksi yang melakukan aktivitas pembentukan bintang yang cepat akan kehilangan gas ke ruang intergalaksi dan menjadi "merah dan mati." (Kredit: NASA; ESA; A. Feild, STScI)

Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa galaksi-galaksi yang membentuk bintang pada tingkat yang sangat cepat, mungkin seratus massa matahari per tahun, dapat mendorong gas panas sangat jauh ke ruang angkasa antargalaksi dengan kecepatan hingga dua juta mil per jam. Itu cukup cepat untuk gas bisa melarikan diri selamanya dan tidak pernah mengisi bahan bakar galaksi induk.

Sementara “angin” gas panas dari galaksi sudah diketahui selama beberapa lama, pengamatan baru COS ini mengungkapkan bahwa arus panas memperpanjang jarak yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya dan dapat membawa sejumlah besar massa keluar dari galaksi. Beberapa gas panas bergerak lebih lambat dan pada akhirnya bisa didaur ulang. Pengamatan menunjukkan bagaimana galaksi-galaksi spiral kaya gas pembentuk-bintang dapat berevolusi menjadi galaksi elips yang tidak lagi membentuk bintang.

Cahaya yang dipancarkan oleh plasma panas ini tidak terlihat, sehingga para peneliti menggunakan COS untuk mendeteksi keberadaan gas dengan cara menyerap warna cahaya tertentu dari latar belakang quasar. Quasar merupakan objek yang paling terang di alam semesta dan merupakan inti galaksi aktif cemerlang yang mengandung lubang hitam pusat yang aktif. Quasar berfungsi sebagai mercusuar jauh yang bersinar melalui “kabut” kaya gas plasma panas yang mengelilingi galaksi. Pada panjang gelombang ultraviolet, COS sensitif terhadap keberadaan unsur-unsur berat, seperti nitrogen, oksigen, dan neon. Sensitivitas COS yang tinggi ini memungkinkan banyak galaksi bisa dipelajari. Sedangkan unsur-unsur berat terionisasi adalah penanda untuk memperkirakan seberapa banyak massa di halo galaksi. (faktailmiah.com, astronomi.us)

NASA Akan Terbangkan 5 Roket untuk Melacak Angin

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan meluncurkan serangkaian roket untuk mempelajari mengenai lairang angin yang mengelilingi bumi antara 14 Maret hingga 4 April. NASA berencana untuk meluncurkan lima orket dalam tempo lima menit dari fasilitas mereka di Pulau Wallops, Virginia.

Masing-masing roket akan melepaskan zat kimia yang akan meninggalkan awan berwarna putih susu untuk membuat angin bisa terlacak oleh ilmuwan di darat dengan menggunakan kamera.

Para ilmuwan itu akan berada di North Carolina, Virginia, dan New Jersey. Awan itu bisa dilihat dengan jelas dengan mata telanjang.

"Anda akan bisa melihatnya. Awan itu bisa dipotret dengan mudah," ujar Miguel Larson, peneliti utama proyek tersebut.

Roket itu kemudian akan jatuh ke bumi di Samudera Atlentik dimana mereka akan menjadi terumbu karang buatan. Proyek ini memakan dana sekitar US$4 juta. (metrotvnews.com, astronomi.us)

Ilmuwan Temukan Molekul Pendingin di Atmosfer Bumi

Atmosfer Bumi. Image credit: lipi.go.id
Sebuah molekul baru yang dapat membantu menghasilkan efek pendinginan, telah terdeteksi di atmosfer bumi. Namun, menurut sejumlah ilmuwan molekul itu masih harus dilihat terlebih dahulu apakah dapat menangani pemanasan global.

Molekul dapat mengkonversi polutan, seperti karbon nitrogen dan sulfurdioksida, menjadi senyawa yang dapat menyebabkan pembentukan awan. Menurut para peniliti molekul ini dapat membantu melindungi bumi dari efek sinar matahari.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan jurnal Science Kamis (12/1), peneliti dari Universitas Manchester dan Bristol, Inggris dan peneliti AS yang berbasis di Sandia National Laboratories mendeteksi adanya molekul baru yang disebut Biradicals Criegee. Pasalnya, molekul itu mampu menggunakan sumber cahaya 100 juta kali lebih kuat dari matahari.

"Kami menemukan biradicals bisa mengoksidasi sulfur dioksida, yang akhirnya berubah menjadi asam sulfat, yang memiliki efek pendinginan yang dikenal," kata Carl Percival, salah satu penulis penelitian di Universitas Manchester kepada Reuters.

Namun menurutnya, terlalu dini untuk memprediksi berapa banyak molekul yang harus dibentuk untuk membuat dampak besar pada suhu dunia. Selain itu, efek dari pembentukan awan juga masih belum bisa dimengerti.

Sejak seabad lalu, suhu rata-rata bumi telah naik 0,8 derajat Celcius. Para ilmuwan mengatakan peningkatan harus dibatasi hingga di bawah dua derajat Celcius pada abad ini. Hal ini untuk mencegah naiknya permukaan laut dan konsekuensi yang tidak diinginkan lainnya.

Namun hingga kini, arus utama cara membatasi pemanasan seperti energi yang terbarukan dan efisiensi energi, tidak memberikan hasil cukup cepat. (Reuters/Wtr3)

Bayi Bintang Ini Terus Menerus Mengeluarkan Air

L1448-MM, bayi bintang yang baru lahir. Image credit: sron.nl
Kelompok ahli astronomi dari Leiden University menemukan bayi bintang yang menyemburkan air melalui aliran jet dari kutubnya. Volume air yang disemburkan setara ratusan juta kali jumlah air yang mengalir di Sungai Amazon setiap detik.

Bayi bintang ini bernama L1448-MM, berjarak 750 tahun cahaya pada arah rasis Perseus. Dari bumi, bintang ini dekat dengan kelompok bintang tujuh, Pleiades. Massa calon bintang ini jauh lebih kecil dibandingkan matahari.

Bintang yang baru tumbuh ini menelan partikel yang tersebar di sekitarnya untuk menggemukkan diri. Kumpulan partikel ini terhidang sebagai piringan mirip donat di sekeliling bintang. Sebagian kecil hidangan ini mengalir ke kutub bintang lalu tangkis menjauhi bintang. Partikel yang menjauhi bintang inilah yang teramati sebagai jet.

"Kami tidak mengetahui cara bintang ini menendang partikel ini," ujar salah seorang peneliti, Lars E. Kristensen.

Meski belum mengetahui keseluruhan cara kerja bintang, Kristensen bersama peneliti lain bisa menghitung kecepatan semburan jet ini. Mereka mengamati molekul air yang hadir di kedua pusat semburan.

Suhu pusat semburan sendiri mencapai 100 ribu derajat celcius. Pada kondisi seperti ini, molekul air tidak berada dalam fasa cair, melainkan partikel gas hidrogen dan oksigen yang merupakan blok penyusun air. Seiring menjauhi pusat semburan, atom-atom ini mendingin dan berakhir sebagai air beku.

"Kecepatan semburan mencapai 50 kilometer per detik. Semburan ini membentuk busur kejut akibat bertabrakan dengan partikel terluar," ujarnya.

Semburan sendiri tidak mengalir lancar, melainkan berdetak dengan kecepatan tertentu. Kecepatan detak semburan ini 80 kali lebih cepat dibandingkan semburan peluru dari moncong senapan serbu AK-47.

Selain atom hidrogen dan oksigen, peneliti juga menemukan molekul karbon dioksida dan silikon oksida di dalam jet. Penelitian sendiri melibatkan teleskop inframerah canggih Herschel yang melayang di orbit.

Peneliti tidak mengetahui kapan proses pertumbuhan bayi bintang ini selesai. Menurut teori yang diakui luas, dibutuhkan 10 juta tahun agar L1448-MM menjadi bintang mapan. (tempo.co, astronomi.us)

Jam Paling Akurat di Dunia

Jam atom. Image credit: NIST
Bertahun-tahun jam atom dianggap sebagai alat paling akurat untuk mengukur waktu. Bahkan perangkat GPS yang umum ditemui di perangkat bergerak menggunakan jam atom sebagai dasar pengukuran waktu. Kini, gelar tersebut tampaknya harus diserahkan kepada jam nuklir, yang jauh lebih akurat.

Jam nuklir menggunakan inti atom sebagai jarum halus. Sebuah inti atom bergerak turun-naik untuk dua tingkat energi tertentu jika ditembak oleh cahaya laser pada frekuensi yang sangat spesifik. Frekuensi ini pada akhirnya dipakai sebagai penanda detak waktu. Dengan cara ini, jam nuklir akan 60 kali lebih akurat ketimbang jam atom.

Tetapi jam nuklir masih sebatas gagasan. Hingga saat ini pengukur waktu paling akurat adalah jam atom, yang hanya meleset sebanyak 4 detik sejak alam semesta terbentuk 13,7 miliar tahun lalu. Jam ini menggunakan lompatan elektron sebagai jarum halus. Sayangnya, elektron sering terganggu oleh aliran listrik dan medan magnet yang akhirnya mempengaruhi akurasi.

Konsep jam nuklir mulai dirintis oleh Corey Campbell dari Georgia Institute of Technology. Mereka memakai atom torium yang dikendalikan oleh laser. Akibatnya, gerakan inti atom hanya melenceng sebanyak 1 detik setiap 200 miliar tahun.

"Tingkat ketelitiannya sangat tinggi sehingga kesalahan bisa diabaikan," komentar ahli metrologi dari National Metrology Institute of Germany, Ekkehard Peik, mengomentari penelitian tersebut.

Sebelum konsep jam superakurat ini diterapkan di dunia nyata, ilmuwan harus mencari frekuensi paling tepat untuk menggerakkan inti atom torium. (tempo.co, astronomi.us)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto