Ilustrasi Pluto. Credit: ESO |
Bukan hanya mendapati adanya karbon monoksida, studi berdasarkan data dari teleskop James Clerk Maxwell ini juga menunjukkan jumlah karbon monoksida di Pluto naik dua kali lipat sejak tahun 2000. "Hal yang tidak mungkin terjadi secara natural di Bumi," kata Jane Greaves, astronom dari University of St. Andrews di Inggris.
Studi ini juga menemukan kalau atmosfer Pluto semakin berkembang dalam waktu 10 tahun terakhir. Dari ketinggian 100 kilometer menjadi 3.000 kilometer. Para astronom mengira pertambahan itu diakibatkan perubahan musim yang ekstrem di Pluto.
Akibat orbit Pluto terhadap Matahari yang berbentuk seperti telur, musim berubah secara drastis, tergantung jarak Pluto ke Matahari. Pada saat jarak sangat dekat, Greaves menjelaskan, permukaan es di permukaan menyublim, menambah jumlah gas di atmosfer. Saat Pluto menjauh dari Matahari, atmosfer membeku dan jatuh lagi ke tanah seperti salju. Pluto mengorbit Matahari dalam waktu 248 tahun.
Meskipun dapat menjelaskan penyebab pertambahan atmosfer, para peneliti belum dapat menjelaskan perubahan komposisi atmosfer. "Masih jadi teka-teki saat ini," kata Greaves.
Meskipun jumlah karbon monoksida bertambah banyak di atmosfer Pluto, komposisinya masih sangat kecil. Secara umum, takaran nitrogen masih paling banyak, mirip atmosfer Bumi. (Sumber: National Geographic News)
Sumber: nationalgeographic.co.id
0 comments:
Post a Comment