Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Showing posts with label Saturnus. Show all posts
Showing posts with label Saturnus. Show all posts

Thursday, December 27, 2012

Cassini Ambil Foto Berwarna Bulan Saturnus, Dione

Foto berwarna bulan Saturnus, Dione yang diambil oleh Wahana pengorbit NASA, Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/SSI. Composite by J. Major.
Wahana NASA pengorbit planet Saturnus, Cassini, berhasil mengambil foto berwarna dari salah satu satelit alam yang mengorbit planet tersebut, Dione. Dione yang sebagian besar tersusun dari es dan batuan, sekilas tampak mirip seperti Bulan. Namun jika kita cermati, ternyata terdapat warna agak ke merah muda (pink), hijau dan biru pada sebagian permukaannya. Foto tersebut diambil Cassini pada tanggal 23 Desember 2012 yang kemudian diolah oleh NASA menjadi foto komposit berwarna.

Cassini mengambil foto tersebut pada jarak 154.869 mil (249.238 km). Tampak kawah Creusa yang berada persis di daerah paling terang pada gambar dan melintas sebuah garis yang nyatanya adalah sebuah celah atau retakan yang disebut Tibur Chasmata. Retakan tersebut melintas dari kutub utara Dione (kiri atas, hingga ke kutub selatannya (kanan bawah). Dione sendiri memiliki diameter sekitar 700 mil (1120 km ). (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, November 30, 2012

Cassini Ambil Foto Pusaran Awan di Kutub Utara Planet Saturnus

Foto pusaran awan di atas kutub utara planet Saturnus yang diambil oleh wahana Cassini. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute. Color composites by Jason Major 
Wahana Cassini yang mengorbit planet Saturnus berhasil mengambil gambar pusaran awan berputar yang berada di kutub Utara planet tersebut. Foto pusaran awan tersebut diambil pada 27 November 2012 lalu dan saat itu Cassini berada sekitar 238,045 mil (383,097 km) dari planet Saturnus. Foto di atas adalah foto berformat RAW yang belum mengalami proses editing apa pun.

Bagi Anda yang penasaran dengan foto berwarnanya, berikut adalah hasil olah foto yang dilakukan oleh Jason Major sorang ahli desain grafis sekaligus penulis topik astronomi di website Discovery News.


Ukuran pusaran awan dari foto yang diambil Cassini tadi diperkirakan memiliki lebar 3000-4000 km dan diperkirakan itu adalah sebuah badai dahsyat.

Selain foto di atas, foto lain yang menunjukkan pusaran awan berbentuk heksagonal (segi enam) yang juga terjadi di atas kutub utara planet Saturnus bisa Anda lihat di bawah ini


Dan setelah diolah, maka foto berwarnanya seperti ini:


Diameter pusaran heksagonal tersebut diperkirakan mencapai 25.000 km (15.500 mil). Cukup besar sehingga mampu menampung 4 Bumi jika dimasukkan ke dalamnya.

Benar-benar gambar yang indah dan cantik bukan :-)

(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, July 19, 2012

Cassini Berhasil Abadikan Foto Petir di Planet Saturnus

Badai disertai petir di planet Saturnus. Image credit: NASA / JPL-Caltech / Space Science Institute. Top composite by J. Major.
Petir pada badai tersebut terlihat berwarna biru. Image credit: NASA / JPL-Caltech / Space Science Institute. Top composite by J. Major. 
Cassini berhasil mengambil foto petir yang terjadi di planet Saturnus. Petir tersebut berasal dari badai dahsyat di planet tersebut. Badai yang disertai petir dahsyat tersebut terjadi pada 25 Februari 2011, beberapa bulan setelah itu terjadi, astronom di Bumi baru mengetahuinya. Lingkaran kecil di pojok kiri atas menggambarkan ukuran Bumi.

Pada foto itu tampak kilatan petir berwarna biru terang. Dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Kamis (19/07/2012), Berdasarkan gambar yang beresolusi 20 km per piksel, ukuran petir diperkirakan sekitar 120 mil (200 km). Sama seperti di Bumi, petir Saturnus terjadi di dalam atmosfer dimana butiran air membeku. Ini bukan kali pertama Cassini mengambil foto petir di Saturnus, sebelumnya pada Agustus 2009 Cassini juga berhasil mengambil foto petir di planet tersebut. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Wednesday, June 27, 2012

Foto Menakjubkan Saturnus dan Bulannya

Planet Saturnus dan Bulannya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Wahana Cassini NASA yang telah lama mengamati planet Saturnus berhasil mengambil foto beberapa bulan milik Saturnus yang sedang mengorbit planet tersebut

Bulan Saturnus yang tampak pada gambar di atas antara lain Tethys yang memiliki keliling 660 mil atau 1062 km tampak pada sebelah kanan kecil di bawah cincin, Enceladus yang memiliki panjang keliling 313 mil (504 km) sebelah kiri di bawah cincin, dan Pandora yang terlihat samar-samar di paling tepi sebelah kiri gambar berupa menyerupai titik abu-abu kecil di atas cincin. Pandora sendiri memiliki panjang keliling 50 mil atau 81 km.

Foto di atas diambil oleh wahana Cassini pada 7 Desember 2011 dan diambil dari jarak 1.3 juta mil (2,1 juta km) dari Saturnus. Skala foto sekitar 77 mil (24 km) per piksel. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Sunday, April 29, 2012

Ilmuwan: Phoebe Lebih Mirip Planet Daripada Bulan

Foto Phoebe yang diambil oleh Cassini pada tahun 2004. Image credit: NASA
Bulan milik Saturnus, Phoebe, menarik untuk dipelajari. Memiliki kawah yang banyak dan cukup luas serta berevolusi terhadap Saturnus pada jarak yang cukup jauh sekitar 8 juta mil (12,8 juta km) menambah keingintahuan dari ilmuwan. Menurut berita terbaru dari misi Cassini, Phoebe bisa menjadi objek dari sabuk Kuiper dan Phoebe lebih mirip planet daripada bulan.

Dikutip dari universetoday.com, Minggu (29/04/2012), Phoebe memiliki diameter sekitar 132 mil (212 km) dan merupakan bulan terbesar milik planet Saturnus. Para ilmuwan milai berteori bahwa Phoebe mungkin merupakan sisa dari pembentukan tata surya sebuh planetesimal dan merupakan bulan Saturnus pertama sebelum bulan-bulan Saturnus lainnya ada. "Tidak seperti tubuh primitif seperti komet, Phoebe tampaknya telah berkembang secara aktif untuk sementara waktu sebelum terhenti," kata Julie Castillo-Rogez, planetary scientist dari NASA's Jet Propulsion Laboratory. "Objek seperti Phoebe diperkirakan telah membeku dengan sangat cepat. Oleh karena itu ia seperti planet. Mereka memberikan petunjuk ilmuwan tentang kondisi apa itu seperti sekitar waktu kelahiran planet dan bulan mereka. ", tambahnya.

Meskipun saat ini bentuk Phoebe cenderung tidak teratur, mungkin dahulu bentuk bulan Saturnus ini lebih Bulat Tapi komposisi awal unsur-unsur radioaktif akan menghasilkan panas, dan karena itu "mengempis" melalui kompresi, lebih padat dan tumbuh lebih padat dan membuatnya lebih mirip dengan planet Pluto dan objek di Sabuk Kuiper lainnya. Beberapa bagian di Phoebe mungkin terdapat air dan kemudian mencair oleh panas radioaktif. Permukaan es di Phoebe diteksi oleh wahana Cassini. Namun apa yang menyebabkan Phoebe masuk menjadi bulan Saturnus masih menjadi misteri? (Adi Saputro/astronomi.us)

Thursday, April 26, 2012

Video: Jupiter dan Saturnus Oleh Sander van den Berg

Video berikut merupakan video yang diambil oleh wahana luar angkasa milik NASA, Voyager dan Cassini tentang planet Jupiter dan Saturnus. Video ini dibuat oleh Sander van den Berg dan berdurasi sekitar 2 menit dengan diiringi oleh musik dari The Cinematic Orchestra yang berjudul That Home (instrumentalia). Silahkan dinikmati.

Monday, March 5, 2012

Bulan Planet Saturnus Juga Memiliki Cincin

Bulan milik Saturnus Anthe (atas) dan Methone (bawah)
yang dikelilingi cincin parsial berbentuk
seperti busur panah. Image Credit: NASA
Cincin ternyata tak hanya menghiasi Planet Saturnus saja. Foto-foto terakhir yang dikirimkan wahana ruang angkasa Cassini menunjukkan bahwa cincin parsial juga mengelilingi bulan-bulannya.

Cassini mendeteksi cincin pertama di salah satu bulan yang bernama Anthe. Cincin kedua juga terekam di bulan lainnya bernama Methone. Kedua objek termasuk bulan Saturnus yang berukuran kecil.

Tidak seperti cinin planet Saturnus yang halus, lebar, dan membentuk lingkaran penuh, cincin parsial kasar, renggang, dan hanya membentuk lengkungan seperti busur panah. Cincin parsial tersusun dari serpihan-serpihan batu meteor yang mungkin menabrak permukaan bulan tersebut.

Nick Cooper, salah satu ilmuwan dari Universitas Queen Mary London yang terlibat dalam tim pengolah citra Cassini yakin cincin parsial terbentuk karena pengaruh gravitasi objek lainnya di sekitar kedua bulan tersebut. Sebab, Anthe dan Methone berada dekat Mimas, bulan lainnya yang ukurannya lebih besar.

Ia mengatakan, foto-foto tersebut mmberikan informasi baru. Informasi tersebut akan membantu mengungkap interaksi antara bulan-bulan Saturnus dan cincinnya.(kompas.com, astronomi.us)

Bulan Saturnus, Dione Miliki Oksigen

Dione muncul di balik bulan Saturnus lain, Titan. Image credit: NASA
Wahana antariksa Cassini mendeteksi keberadaan oksigen di atmosfer Dione, salah satu bulan milik planet Saturnus. Oksigen itu hanya terdapat dalam jumlah sedikit di lapisan atmosfer yang juga tipis. Hanya ada 1 ion oksigen di setiap 11 centimeter kubik atmosfer, mirip seperti kondisi atmosfer Bumi pada ketinggian 480 km.

Ada 2 kemungkinan pembentukan oksigen di Dione. Pertama, foton cahaya Matahari menumbuk es di permukaan Dione, membebaskan ion oksigen ke atmosfer. Kedua, oksigen muncul dari aktivitas geologi Dione.

Meskipun bulan ini memiliki oksigen, lingkungannya tak bisa diharapkan untuk mendukung kehidupan. Astronom mengungkapkan, kerapatan atmosfer Dione 5 triliun kali lebih kecil dari dari lapisan atmosfer di dekat permukaan Bumi. Selain itu, tak ada indikasi Dione memiliki air dalam bentuk cair.

Robert Tokar dari Los Alamos National Laboratory di New Mexico, pimpinan penelitian ini, mengatakan bahwa hal terpenting dalam penemuan ini bukan bisa tidaknya Dione mendukung kehidupan.

"Penemuan ini membuktikan bahwa oksigen sebenarnya umum di sistem Saturnus dan menunjukkan bahwa oksigen bisa muncul lewat proses yang tidak melibatkan makhluk hidup," kata Tokar seperti dikutip Space, Jumat (2/2/2012).

Jika Dione tidak bisa mendukung kehidupan karena kondisi atmosfer dan ketiadaan air dalam bentuk cair, maka pasti ada bulan lain di saturnus yang bisa. Astronom bisa melakukan penelitian lebih lanjut di sistem Saturnus.

Penemuan oksigen di Dione dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters bulan ini.

Dione adalah bulan Saturnus dengan lebar 1123 km, mengorbit Saturnus dari jarak 377.400 km dengan periode 2,7 hari.

Sejauh ini, bulan Saturnus yang dianggap paling mendukung kehidupan adalah Titan. Sementara, sebelumnya oksigen juga pernah ditemukan di bulan Saturnus lain, Rhea.(kompas.com, astronomi.us)

Sunday, September 11, 2011

Bumi Tampak Kecil di Gambar Menakjubkan Saturnus

Foto planet Saturnus hasil tangkapan satelit Cassini-Huygens. Credit: NASA
Banyak foto menakjubkan Saturnus muncul beberapa tahun terakhir namun tak ada yang semenakjubkan ini. Bahkan, Bumi terlihat dalam foto ini. Seperti apa?

Gambar menakjubkan ini diambil dari pesawat luar angkasa Cassini-Huygens saat mengorbit sekitar planet keenam dari matahari yang berjarak 1,2 miliar km dari Bumi. Gambar ini diambil di malam saat pesawat mengamati gerhana matahari seperti dilaporkan Dailymail.

Gambar menawan ini muncul karena sisi malam Saturnus sebagian terlihat menyala karena memantulkan cahaya dari sistem cincin besarnya. Selain itu menurut astronom NASA, cincin planet ini tampak gelap ketika tersiluet dan sedikit menyebarkan cahaya matahari dan menghasilkan gambar berwarna menawan ini.

Cassini-Huygens pertama diluncurkan pada 1997 dan telah banyak mengambil gambar-gambar menakjubkan serta menyediakan data ilmiah menarik. Misi pesawat ini akan berakhir pada 2017 ditandai dengan penabrakan dirinya ke permukaan Saturnus. (Sumber: inilah.com)

Tuesday, August 30, 2011

Mengungkap Misteri Perubahan Suhu Saturnus

Pijar misterius yang berada
di angkasa daerah kutub Saturnus.
Credit: erabaru.net
Allan Irewonder dari institut perguruan tinggi London, Inggris dan sejawatnya telah melakukan pengamatan jangka panjang terhadap Saturnus. Dari hasil pengamatan tersebut mereka mendapati, bahwa pijar misterius di daerah kutub Saturnus mungkin dapat menyingkap misteri perubahan suhu Saturnus.

Menurut laporan Space.com Rusia, selama bertahun-tahun, suhu di permukaan Saturnus terus membuat para ilmuwan bingung ; suhu aktual fase gas planet raksasa ini jauh lebih tinggi dari nilai perhitungan teori, artinya, energi panas yang dimilikinya seolah-olah jauh lebih tinggi dari energi pancaran yang diperoleh dari matahari. Demi untuk menyingkap misteri ini, Allan Irewonder dari institut perguruan tinggi London, Inggris dan sejawatnya telah melakukan pengamatan jangka panjang terhadap Saturnus. Dari hasil pengamatan tersebut, mereka mendapati bahwa tingat kerumitan yang diperlihatkan Saturnus jauh melampaui bayangan orang-orang sebelumnya.

Selama ini, para ilmuwan terus berusaha mencarai sumber energi “lebih” di permukaan Saturnus. Menurut mereka, bahwa pijar miserius di angkasa kutub Saturnus secara terus menerus memanaskan lapisan atas udara Saturnus, kemudian gas–gas yang telah dipanaskan ini lalu dibawa ke daerah khatulistiwa Saturnus mengikuti suatu proses perputaran yang belum diketahui, sehingga menyebabkan naiknya segenap suhu di permukaan Saturnus.

Namun, sebagaimana yang ditemukan Allan dan rekan, bahwa jika proses gerakan atmosfer di atas itu benar-benar eksis, maka efek yang dihasilkannya kebetulan berlawanan, yaitu : secara perlahan mendinginkan udara khatulistiwa Saturnus. Jika kesimpulan para ilmuwan itu benar, di mana ketika suhu di daerah khatulistiwa Saturnus mencapai 200K, maka daerah kutub tersebut semestinya mencapai 400K.

Allan menuturkan, bahwa masalah sulit yang hadapi saat ini bukan pada suhu yang ada di lapisan bawah udara Saturnus itu lebih rendah dari nilai teori, melainkan energi panas yang dimiliki daerah kutub tersebut “terlalu banyak”.

Sayangnya, para ilmuwan saat ini belum mengembangkan simulasi komputer yang dapat mencerminkan karakter udara di Saturnus. Ada peneliti yang menyebutkan, bahwa jika hendak mengurai misteri ketidakwajaran suhu udara di Saturnus, mungkin terlebih dahulu harus merevisi terhadap teori tentang atmosfer planet yang ada saat ini. (Sumber Wang-yi Exporer-net-tom tek)

Sumber: erabaru.net

Tuesday, August 23, 2011

Cincin Saturnus Terbentuk Dari Satelit Raksasa?

Cincin planet Saturnus. Credit: NASA
Sebuah penelitian yang ditulis dalam Jurnal Nature menyatakan cincin Saturnus adalah sisa-sisa bulan, yang terkoyak jutaan tahun lalu, kemudian mengelilingi planet. Meskipun masih memerlukan pembuktian, teori sisa-sisa bulan (atau satelit) ini cukup kuat.

Sejak lama, ilmuwan berbeda pendapat tentang asal-usul cincin yang mengelilingi Saturnus. Ada juga yang mengatakan cincin ini adalah tinggalan material nebula yang membentuk Saturnus. Tak ketinggalan, ada yang beranggapan cincin itu terbentuk dari sisa-sisa komet yang menabrak atau saat gravitasi planet ini mencerai-beraikan komet yang melintas terlalu dekat.

Namun, menurut penelitan dalam Jurnal Nature, kemungkinan terakhir itu akan membuat cincin Saturnus kaya batu-batuan dan es. Padahal cincin Saturnus saat ini 90 hingga 95 persennya terdiri dari air es. Meskipun memang cincin ini telah tercemari debu dan puing-puing luar angkasa. Kemungkinan kedua diabaikan karena jika cincin itu bentukan dari nebula maka akan tidak stabil dan tidak mampu bertahan hingga saat ini.

Seperti dipublikasi Jurnal Nature, kemungkinan pertama adalah yang paling mungkin terjadi. Menurut Robin Canup dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, AS yang merupakan penulis dalam laporan di jurnal iru, Saturnus dulu memiliki banyak bulan raksasa sebesar satelit terbesarnya saat ini, Titan.

Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, saat bulan seukuran Titan mendekat, gravitasi Saturnus menariknya dan membuat lapisan es satelit ini terlepas. Lapisan es inilah yang membentuk cincin Saturnus. Sementara itu, inti satelit yang berbatu-batu tetap utuh dan akhirnya menabrak Saturnus.

Proses ini terjadi beberapa kali dengan bulan-bulan seukuran Titan yang berbeda. Tiap peristiwa kemungkinan mengganggu dan merusak sistem cincin sebelumnya. Jadi, yang kita lihat saat adalah serpihan bulan terbesar terakhir yang tertelan Saturnus.

“Model ini menunjukkan cincin tersebut adalah hal yang pokok. Mereka terbentuk dari proses yang sama yang membuat Titan satu-satunya satelit terbesar Saturnus. Dan ini adalah satu-satunya penjelasan konsisten untuk satelit yang kaya es,” kata Canup.

Es yang terlepas dari satelit-satelit itu bisa membentuk sistem cincin 10 hingga 100 kali lebih besar dari yang kita lihat saat ini. Tapi, cincin ini menyusut seiring waktu.

Dalam beberapa tahun ke depan, ilmuwan akan mendapat kesempatan menguji teori cincin Canup. Pada akhir misinya yang dijadwalkan pada 2017, pesawat luar angkasa NASA Cassini yang kini tengah mengorbit di sekitar Saturnus, akan meluncur langsung ke cincin Saturnus.

Cassini akan melakukan observasi mendetail yang dapat membuat ilmuwan mendapat kepastian tentang massa cincin Saturnus dan usianya, serta seberapa jauh meteroid mencemarinya dengan puing-puing.

“Saya pikir cukup cermat untuk menyadari bahwa sistem cincin yang sangat terkenal ini kemungkinan adalah sisa-sisa yang masih ada dari satelit yang hilang,” tegas Canup.

Cincin Saturnus terbentang dari 6.630 km hingga 120.700 km di atas khatulistiwa planet ini. Tebalnya sekitar 20 meter. Saturnus memiliki setidaknya 62 satelit. Titan adalah bulan terbesar, diikuti bulan terbesar kedua bernama Rhea. Kebanyakan bulan lainnya sangat kecil, 34 bulan berdiameter kurang dari 10 km, 14 lainnya kurang dari 50 km. Titan sendiri memiliki massa 0,0225 massa bumi yang mencapai 5,9736 × 1024 kg. Sedangkan Saturnus memiliki massa 95,152 kali massa bumi atau sekitar 5.6846 × 1026 kg. (SUmber: space.com)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Suara Badai di Planet Saturnus

Badai di planet Saturnus. Credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Pesawat antariksa Cassini merekam badai yang terjadi di Saturnus pada 15 Maret 2011 dalam bentuk gelombang radio dan mengirimkan audio dari kejadian tersebut.

Klik di sini untuk mendengarkan suara badai di Saturnus.

Peralatan pada Cassini merekam petir dengan jumlah 10 petir per detik, terlalu banyak bagi peralatan pada pesawat untuk memisahkan sinyalnya secara individu. Tim kemudian membuat audio berdasarkan gelombang radio yang diambil pada 15 Maret--saat itu badai agak tenang.

Badai cukup besar untuk dapat disaksikan dari Bumi menggunakan teleskop. Badai ini pertama kali didapati oleh astronom pada awal Desember. Badai berkembang hingga 2.500 kilometer pada hari pertama dan melebar hingga 17.000 kilometer pada tiga minggu kemudian. Ekor badai terbesar yang pernah terekam dengan detail ini meluas menutupi seluruh planet.

Badai seperti ini muncul sekali setiap 30 tahun dan dikenal dengan nama "Great White Spots." (Sumber: Wired)

Sumber: nationalgeographic.co.id


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto