Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, November 9, 2013

Roket Masa Depan NASA Diuji di Terowongan Angin

Roket SLS NASA diuji di terowongan angin. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dalam membuat suatu model kendaraan seperti roket, ilmuwan tidak harus melakukan pengujian dengan menerbangkan roket sungguhan ke langit tapi cukup dengan mensimulasikan penerbangannya di dalam terowongan angin. Hal itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh angin terhadap model roket yang dibuat. Itulah yang dilakukan oleh NASA di NASA's Ames Research Center di Moffett Field, California dengan menguji desain roket masa depan mereka, SLS (Space Launch System).

Roket SLS sangatlah penting bagi NASA sebab roket itu adalah generasi penerus dari pesawat ulang alik yang mereka pensiunkan beberapa waktu lalu. Roket SLS diklaim memiliki kemampuan tinggi dengan biaya yang sangat murah dan hemat. Biaya yang hemat ini selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai misi-misi NASA yang lain. Kemampuan SLS dengan kapsul Orion sebagai modulnya, dinilai mampu untuk membawa astronot menuju asteroid dan planet Mars dan misi-misi jauh lainnya.

tes diterowongan angin akan membuat para insiyur NASA mengetahui bagaimana pengaruh angin terhadap roket, seberapa besar model tersebut memiliki aerodinamika yang baik, seberapa besar getaran yang diterima roket dan batas toleransi yang bisa diterima dan sebagainya. Sebab bila roket mengalami getaran hebat maka akan sangat membahayakan. "Tes aeroakustik akan diselesaikan di NASA's Ames Research Center untuk meneliti ketidakstabilan aerodinamika," ungkap John Blevins selaku pemimpin departemen Aerodinamika dan akustik di NASA's Marshall Space Flight Center, Alabama.

Setidaknya ada empat variasi model kargo dan misi berawak dicoba dalam terowongan angin termasuk dengan mensimulasikan roket membawa kargo seberat 77 ton. Getaran yang muncul dari uji coba akan dianalisa. "karena getaran sangat terlokalisasi, maka ia dapat mempengaruhi bagaimana hardware pada roket dapat bekerja, ucap Andy Herron analis aeroakustik NASA. "Tugas kami adalah merancang sesuatu seperti kotak avionik. Kita akan menentukan bagimana perangkat keras atau hardware ditempatkan pada kendaraan agar tetap berfungsi dengan baik," tambah Andy.

Tes yang dilakukan daam terowongan angin sangat ekstrem. Roket SLS diuji dengan angin berkecepatan hingga 850 meter per detik. Harapannya calon roket terbesar di dunia itu bisa terbang dengan baik pada 2021 nanti. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, November 6, 2013

India Sukses Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars (Video)

Tanggal 5 September 2013 kemarin India sukses meluncurkan wahana Mars Orbiter ke planet Mars. Wahana India's Mars Orbiter itu diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, India. Berikut ini Videonya
Info lebih lengkap silahkan klik di sini (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, November 1, 2013

5 November Nanti India Akan Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars

Insinyur ISRO sedang mempersiapkan wahana India's Mars Orbiter. Image credit: ISRO
India, salah satu negara di benua Asia yang memiliki program luar angkasa terbaik, kini tengah bersiap untuk meluncurkan sebuah wahana pengorbit ke planet Mars. Misi yang disebut dengan Mars Orbiter Mission (MOM) itu semakin membuat persaingan teknologi luar angkasa semakin berlangsung sengit diantara negara-negara di benua Amerika, Eropa, dan Asia. Tujuan India mengirim wahana ke planet merah adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan mereka dibidang teknologi luar angkasa selain untuk melakukan beberapa penelitian ilmiah.

Wahana India's Mars Orbiter seberat 1,3 ton dengan dilengkapi dengan berbagai instrumen penelitian akan digunakan untuk mempelajari permukaan, topografi, dan atmosfer planet Mars. Wahana itu nantinya juga ditugaskan untuk mencari bukti keberadaan metana yang saat ini juga sedang dicari oleh robot penjelajah NASA, Curiosity.
Berbagai instrumen penelitian disematkan pada IMO. Image credit: ISRO
Selain menuai pujian dari banyak pihak, tak jarang juga yang mengkritik pemerintah India yang dinilai telah melakukan pemborosan sebab masih banyak hal yang sebanrnya harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat India yang mayoritas masih hidup dalam kemiskinan. Namun menurut mantan ilmuwan senior ISRO (Indian Space Research Organisation) K.R. Sridhara Murthy, beranggapan bahwa misi ini akan menjadi batu loncatan untuk banyak kemajuan India dimasa depan. Tapi ia menambahkan bahwa pemerintah juga tidak boleh mengesampingkan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakatnya sendiri.
Roket PSLV-C25 yang digunakan untuk meluncurkan IMO. Image credit: ISRO
Untuk misi ke Mars, pemerintah India menganggarkan sekitar $70 juta dan ini relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan misi NASA yang satu wahananya saja bisa menghabiskan dana ratusan juta dollar. Kita lihat saja pada 5 November 2013 nanti. Jika misi ini berhasil, maka India akan menjadi yang keempat yang berhasil menjalankan misi di Mars selain Rusia, Amerika Serikat, dan ESA (European Space Agency). (MD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 31, 2013

Mengenal Cincin Jupiter / Cincin Jovian

Sistem cincin Jupiter (cincin Jovian). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL
Selama ini kebanyakan orang hanya mengenal planet Saturnus sebagai satu-satunya planet di tata surya yang memiliki cincin, padahal pada kenyataannya planet-planet lain juga memilikinya seperti planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Cincin Jupiter atau yang sering disebut juga dengan cincin Jovian, pertama kali diamati oleh wahana Voyager 1 pada tahun 1979 yang kemudian pada tahun 1990 cincin Jupiter mulai diteliti secara intensif. Selama 23 tahun terakhir, teleskop Hubble juga terus mengamati cincin planet Jupiter.

Cincin Jupiter tidak sepopuler cincin Saturnus yang kemungkinan disebabkan oleh penampakannya yang samar dan gelap. Cincin Jupiter sebagian besar terdiri dari debu dan memiliki empat bagian/ lapisan utama. Bagian utama dan bagian lain yang dikenal sebagai cincin halo, berasal dari satelit alam/ bulan Jupiter yakni Metis dan Adrastea serta obyek kecil lainnya. Berdasarkan data dari wahana New Horizon yang melintasi planet Jupiter pada tahun 2006 didapat informasi bahwa struktur utama dari cincin Jupiter merupakan struktur halus. Dengan menggunakan filter inframerah, bagian utama dari cincin (kecuali cincin halo) memiliki warna kemerahan. Cincin halo sendiri cenderung berwarna biru. Ukuran dari partikel debu yang ada pada cincin utama berariasi dan yang terbesar berukuran sekitar 15 meter. Sedangkan pada cincin halo, terdiri dari partikel debu yang sangat kecil yakni hanya berukuran beberapa mikro. Cincin lain dimungkinkan untuk ada di sekitar orbit bulan Himalia. Kemungkinan ada bulan kecil yang menabrak Himalia yang menyebabkan beberapa serpihan Himalia terhempas ke luar dan membentuk cincin Jupiter. Dua laipsan paling lebar dari cincin saturnus berada pada orbit bulan Amalthea dan Thebe.

Cincin Amalthea merupakan bagian dari cincin Jupiter yang sangat lebar namun juga sangat tipis. Lebar lapisan cincin ini sekitar 53 ribu km dengan tebal cincin 2300 km. rata-rata partikel debu yang ada pada bagian cincin ini berkisar antara 0,2-5 meter. Cincin Thebe adalah bagian terluar sekaligus menjadi bagian terlebar dari cincin Jupiter. Bagian cincin ini memiliki lebar 97 ribu km dengan ketebalan 8400 km. Berdasarkan laporan dari wahana luar angkasa Galileo pada tahun 2002-2003, ukuran partikel debu dari bagian lapisan ini tidak jauh beda dengan lapisan Thebe.
Cincin Himalia yang ditemukan wahana New Horizon. Image credit: NASA
Selain keempat bagian atau lapisan cincin tadi, ternyata wahana New Horizon berhasil menemukan satu bagian lagi dari cincin Jupiter yang lebih kecil yang disebut cincin Himalia. Lapisan cincin ini adalah yang paling kecil yakni berdiameter 170 km. (WKP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Planet Kepler-78b, Planet Pertama yang Dikonfirmasi Memiliki Struktur Batuan Mirip Bumi

Ilustrasi planet kepler-78b mengorbit bintangnya hanya 8,5 jam saja. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Astronom berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki struktur batuan mirip seperti Bumi. Planet tersebut adalah Kepler-78b. Planet Kepler-78b juga mempunyai ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi yakni sekitar 1,7 kali massa Bumi dan 1,2 kali radius Bumi. Planet Kepler-78b mengorbit bintangnya dengan sangat cepat yaitu sekitar 8,5 jam saja. Itu membuat planet ini sangat tidak layak untuk mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya terlalu panas. Namun banyak hal baru yang bisa diambil dari planet ini. Kepler-78b menjadi planet pertama yang dikonfirmasi memiliki ukuran dan massa yang hampir mirip dengan Bumi, dari situ ilmuwan bisa mengetahui tingkat kepadatan dan material penyusun planet tersebut. Diperkirakan mayoritas material penyusun Kepler-78b terdiri dari batu dan besi. Bintang dari planet ini sedikit lebih kecil dari Matahari kita dan berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus.
Perbandingan ukuran planet Kepler-78b dengan Bumi. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler-78b pertama kali diamati oleh teleskop pemburu planet, Kepler. Kemudian dengan menggunakan teleskop berbasis Bumi, astronom mempelajari periode kecepatan orbitnya. Tim astronom yang dipimpin oleh Andew Howard dari University of Hawaii melakukan pengamatan lebih intensif lagi dengan teleskop di Keck Observatory dan tim lainnya yang dipimpin oleh Francesco Pepe dari University of Geneva mengamatinya menggunakan teleskop di Observatorium La Palma di kepulauan Canary.

Direncanakan penelitian Kepler-78b akan dipresentasikan pada pertemuan Kepler Science Conference tanggal 4-8 November di Ames, Iowa, Amerika Serikat. Lebih dari 400 astrofisikawan dari Australia, China, Amerika, dan negara Amerika latin akan mengikuti konfrensi tersebut. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 29, 2013

Mau Kirim Robot Penjelajah ke Europa, NASA Dihadang Tajamnya Tombak Es

Satelit alam Jupiter, Europa. Image credit: NASA
Tahun 2021 nanti NASA akan mengirimkan wahana pengorbit ke bulan Jupiter, Europa, untuk mencari tahu lebih detil seperti apa kondisi dipermukaannya sebelum mengirimkan robot pendarat ke sana. Europa dirasa sangat penting untuk diteliti sebab ilmuwan memperkirakan bahwa bulan Jupiter ini memiliki kemungkinan untuk mendukung terciptanya bentuk kehidupan. Salah satunya karena Europa memiliki samudera air berwujud cair di bawah permukaannya. Permukaan Europa sendiri sebagian besar ditutupi oleh es dan sebagian kecil tidak.

Untuk mengirimkan robot penjelajah ke sana tampaknya bukan pekerjaan yang mudah sebab ilmuwan menduga bahwa Europa memiliki permukaan yang sangat ekstrem. Pada permukaannya terdapat duri-duri es raksasa yang menyerupai tombak yang sangat tajam dan menghadap ke atas. Duri-duri es tersebut sangat membahayakan bagi wahana pendarat. Konon duri-duri es yang ada di Europa sedikit mirip dengan Penitentes yang ada di Chile. Penitentes adalah fitur es yang sangat tajam menyerupai duri atau tombak yang sangat tajam dan runcing. Diperkirakan penitentes yang ada di Europa dan berukuran sekitar lima meter tingginya yang tersebar di sekitar khatulistiwa Europa.
Penitentes di Chile yang menurut para ilmuwan juga terdapat di Europa namun dengan ukuran yang lebih besar. Image credit: huffpost
Penitentes memiliki ujung yang tajam dan runcing seperti yang ada di Chile. Image credit: huffpost
Sebagai misi awal, NASA akan mengirimkan wahana yang disebut Europa Clipper Cruise untuk mempelajari lebih detil permukaan dari Europa untuk memudahkan mengirimkan robot pendarat pada misi berikutnya. "Ini seperti tantangan game," ungkap ilmuwan planet Don Blankenship dari University of Texas yang terlibat dalam perencanaan NASA untuk mengirimkan wahana peneliti ke Europa. (DSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, October 28, 2013

Dahsyatnya Sungai Api di Matahari, Suhunya 1 Juta Derajat Celcius

Sungai api di Matahari. Suhunya mencapai 1.000.000 derajat Celcius. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA SDO
Pada bulan September lalu, wahana SDO (Solar Dynamics Observatory) NASA berhasil mengabadikan foto dahsyatnya lidah Matahari atau korona yang ke luar dari permukaan bintang tata surya kita itu. Saking dahsyatnya sampai-sampai di tepi korona itu tercipta sesuatu yang bisa disebut sebagai jurang atau sungai api walaupun sebenarnya Matahari bukan terbuat dari api tapi lebih seperti plasma yakni partikel elektron yang terpanaskan dengan suhu ekstrem yang menghasilkan gas yang berinteraksi dengan medan magnet. Bagian yang tampak seperti sungai api itu, panasnya sekitar 1 juta derajat Celcius. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Jepang Akan Luncurkan Wahana Pengebom Asteroid

Ilustrasi wahana Hayabusa2. Image credit: JAXA
Tidak puas dengan misi wahana Hayabusa I yang hanya mengumpulkan debu asteroid, Lembaga Antariksa Jepang, JAXA, ignin meluncurkan sebuah wahana yang mampu mengebom permukaan asteroid. Tujuannya bukan untuk menghancurkan asteroid tersebut tapi untuk mengambil sampel batuan dari interior asteroid. Itu semua akan diwujudkan oleh wahana Hayabusa2 yang dilengkapi dengan meriam asteroid.

Uji coba meriam itu dikabarkan berjalan sukses dan rencananya Hayabusa2 akan diluncurkan pada tahun 2014 mendatang menuju ke asteroid 1999 JU3 dalam empat tahun perjalanan. Sesampainya di dekat asteroid, wahana tersebut akan menembakkan peluru logam ke permukaan asteroid untuk kemudian menyedot serpihannya dan ditempatkan dalam sebuah kapsul. Hayabusa2 kemudian menembakkan kapsul tersebut untuk dikirim ke Bumi dan dianalisa. Diperkirakan misi itu akan berlangsung hingga tahun 2020. Berikut ini ilustrasinya:





(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Nebula Bumerang, Tempat Paling Dingin di Alam Semesta

Nebula Bumerang. Tempat paling dingin di alam semesta. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Astronom dengan menggunakan teleskop ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array)di Chile mengambil foto terbaru dari nebula Bumerang (Boomerang Nebula) yang diyakini oleh astronom sebagai tempat sekaligus obyek paling dingin di alam semesta. Nebula Bumerang memiliki suhu sekitar minus 272 derajat Celcius. Astronom menjuluki nebula ini sebagai nebula 'hantu' disebabkan oleh bentuknya yang memang mirip seperti hantu :-).

Pada nebula ini tampak kabut putih ke luar dari pusatnya yang menyerupai jam pasir dan itu sebenarnya adalah debu berukuran milimeter yang tersinari oleh bintang yang ada di pusatnya. Nebula ini sendiri berjarak 5000 tahun cahaya dari Bumi dan terletak di konstelasi Centaurus. Nebula ini disebut juga sebagai planetary nebula (nebula planet) yang sebenarnya merupakan suatu fase akhir dari kehidupan bintang yang menyerupai Matahari kita yang sudah kehilangan sebagian massanya dan membentuk bintang katai (kerdil) putih yang memancarkan sinar ultraviolet kuat sehingga membuat gas yang ada di nebula menjadi ikut bersinar. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 24, 2013

Galaksi z8_GND_5296 Pecahkan Rekor Sebagai Galaksi Terjauh dan Tertua di Alam Semesta

Foto galaksi z8_GND_5296. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: V. Tilvi (Texas A&M), S. Finkelstein (UT Austin), the CANDELS team, and HST/NASA
Dengan menggunakan data yang didapat dari teleskop Hubble dan teleskop Keck I di Keck Observatory, Hawai, astronom mengkonfirmasi bahwa mereka menemukan galaksi yang memecahkan rekor baru sebagai galaksi terjauh dan tertua yang pernah ditemukan di alam semesta. Galaksi yang disebut z8_GND_5296 terbentuk sekitar 700 juta tahun setelah Big Bang. Apa yang diamati oleh astronom saat ini adalah wujud dari galaksi itu pada 13,1 miliar tahun yang lalu.

"Hal yang paling penting dari apa yang kita lakukan adalah kita bisa belajar tentang apa yang ada diawal alam semesta," ungkap Steven Finkelstein dari University of Texas. "karena kecepatan cahaya adalah konstan, cahaya membutuhkan waktu untuk sampai ke sini, kita tidak bisa melihat seperti apa bentuk galaksi ini sekarang.Apa yang kita lihat adalah bentuk galaksi ini pada 13 miliar tahun yang lalu yang merupakan 95% dari usia alam semesta ini" tambahnya.

Ada kemungkinan bahwa teleskop Hubble sudah menemukan galaksi lain yang lebih jauh lagi, namun galaksi z8_GND_5296 adalah galaksi paling jauh dan tertua saat ini yang sudah dikonfirmasi melalui pengamatan dengan instrumen lainnya, ungkap para ilmuwan. Survei CANDELS (Cosmic Assembly Near-infrared Deep Extragalactic Legacy) Hubble sejauh ini telah menemukan sekitar 100.000 galaksi dan mengobservasi 43 diantaranya.

Astronom menggunakan hidrogen untuk mengukur jarak galaksi. Tim meneliti garis emisi hidrogen dari 43 galaksi yang diobservasi dan yang terlihat adalah garis emisi hidrogen dari galaksi z8_GND_5296. Galaksi z8_GND_5296 mampu membentuk bintang 150 kali lebih cepat dari galaksi Bima Sakti. Tidak menutup kemungkinan rekor galaksi terjauh dan tertua akan terpecahkan kembali dimasa depan. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Setelah Misi 4,5 Tahun, Teleskop Planck Akhirnya Pensiun

Teleskop Planck. Image credit: stanford
Teleskop Planck yang sudah menjalankan misi ilmiah selama 4,5 tahun akhirnya dipensiunkan oleh ESA (European Space Agency). Teleskop tersebut dipensiunkan karena memang sudah waktunya untuk pensiun dan misi penelitiannya juga sudah selesai. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari teleskop Planck, terdapat fakta bahwa alam semesta ini lebih tua 80 juta tahun dari perkiraan sebelumnya.

Tim pengendali misi teleskop Planck di Darmstadt, Jerman pada 23 Oktober 2013 lalu mengirim perintah terakhir pada teleskop itu untuk mengambil posisi pada orbit yang aman di sekitar Matahari setelah terlebih dulu menghabiskan sisa bahan bakarnya untuk kemudian berhibernasi permanen. Hal itu mirip dengan apa yang dilakukan pada teleskop Herschel.
Persebaran gelombang kosmik di alam semesta saat alam semesta baru berusia 380 ribu tahun setelah Big Bang sebagaimana yang diamati oleh teleskop Planck. Image credit: ESA
Teleskop Planck diluncurkan pada Mei 2009 untuk meneliti evolusi dari alam semesta dengan mengamati sisa-sisa dari radiasi ledakan dentuman besar Big Bang 14 miliar tahun yang lalu. Nama Planck diambil dari nama fisikawan Jerman abad ke-20, Max Planck sebagai pencetus dari teori kuantum. Teleskop tersebut dilengkapi dengan instrumen yang bisa mengukur suhu radiasi Cosmic Microwave Background (CMB). Teleskop Planck dibuat atas kerjasama ESA dangan JPL NASA untuk pembuatan alat instrumennya. (NS, SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Cassini Abadikan Foto Paling Nyata dari Daratan, Danau, dan Laut di Titan

Foto false color Titan yang diambil wahana Cassini. Terungkap perbedaan yang mencolok antara daratan dengan danau dan lautnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/University of Arizona/University of Idaho
Wahana pengorbit Saturnus, Cassini sukses mengabadikan foto daratan, danau, dan laut yang ada di bulan milik Saturnus, Titan. Pada foto tersebut tampak laut dan danau yang terdiri dari metana dan etana yang memberikan petunjuk kepada kita bahwa apa yang terjadi di sana mirip dengan siklus hidrologi yang terjadi di Bumi.

Foto tersebut diambil tanggal 10 Juli-12 September 2013, saat daerah di dekat kutub utara Titan sedang berada pada musim panas dan sinar Matahari bisa masuk menembus atmosfernya yang tebal sehingga bisa sampai menyinari permukaannya. Dari situ Cassini bisa mengintip bentuk formasi daratan dan danau yang ada di permukaan Titan untuk kemudian mengabadikannya dalam sebuah foto inframerah. "Kutub Utara Titan ternyata lebih menarik daripada yang kita duga sebelumnya," ucap Jason Barnes selaku ilmuwan dari University of Idaho, Moskow.

Menurut para ilmuwan, danau Titan terbentuk sebagai akibat dari menurunnya level ketinggian tanah akibat dari letusan gunung berapi. "Sejak laut dan danau ditemukan di titan, kami selalu bertanya mengapa kebanyakan dari mereka ada di daerah dengan lintang tinggi seperti dekat kutub Utara," ungkap juru bicara tim pencitraan Cassini, Elizabeth Turtle.

Wahana Cassini diluncurkan pada tahun 1997 dan sejak tahun 2004 mulai menjelejahi sistem planet Saturnus. Dan selama sembilan tahun ini Cassini telah banyak mengamati perubahan musim baik dari planet Saturnus itu sendiri maupun beberapa bulannya. "Wilayah danau Utara Titan adalah salah satu bagian yang paling mirip dengan Bumi dan yang paling menarik di tata surya," ungkap Linda Spilker ilmuwan Cassini dari JPL. "Danau Titan berubah seiring dengan perubahan musim, dan misi panjang Cassini memberikan kita kesempatan untuk melihat perubahan musim di Titan. Saat ini Matahari bersinar terang di bagian Utara dan kita mendapatkan pemandangan yang indah, kita bisa mulai membandingan beberapa data yang sudah ada tentang apa yang terjadi dengan danau di dekat kutub Utara itu," tambah Linda.

Sebagai tambahan informasi, wahana Cassini merupakan wahana yang dibuat atas kerjasama NASA, ESA, dan Italian Space Agency. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

NASA, Wahana LADEE Sudah Sampai di Bulan

Ilustrasi wahana LADEE mengorbit Bulan. Image credit: NASA
NASA secara resmi mengabarkan bahwa wahana LADEE yang diluncurkan pada 8 September 2013 lalu, saat ini sudah tiba di Bulan. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh wahana tersebut agar mampu menempatkan diri pada koordinat orbit yang ditentukan. Pada 1 Oktober 2013, NASA melakukan sedikit manuver koreksi untuk mengatur wahana LADEE agar berada pada jalur yang tepat dan selaras dengan Bulan. Tanggal 6 Oktober 2013, wahana LADEE melakukan manuver pertamanya yang disebut dengan LOI-1 (Lunar Orbit Insertion 1). Manuver pertama ini sangat penting dan riskan sebab jika sedikit saja salah maka akan sangat sulit bagi NASA untuk mengembalikan LADEE untuk mencapai orbit Bulan dan untungnya manuver itu berjalan sukses. Tanggal 9 Oktober wahana LADEE melakukan LOI-2 dan juga berjalan sukses, dan manuver terakhir LOI-3 berhasil membawa wahana LADEE pada jarak 235-250 km di atas permukaan Bulan.

Setibanya di Bulan, NASA langsung melakukan pengecekan dan memastikan wahana itu dapat beroperasi penuh. Pertengahan November nanti wahana LADEE akan turun ke orbit lebih rendah lagi untuk memulai misi penelitian pertamanya. Welcome to the moon LADEE !!! (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Foto Pilihan, Insinyur NASA Melipat Panel Surya Wahana MAVEN

Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Jim Grossmann
Di dalam ruang Payload Hazardous Servicing Facility di Kennedy Space Center tempat dimana wahana MAVEN di rakit, insinyur NASA bersiap untuk melipat panel surya yang ada di kanan dan kiri MAVEN untuk bersiap menjalani spin test.(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, October 23, 2013

Selain Saturnus, Planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus Juga Punya Cincin

Selain Saturnus, ternyata ada beberapa planet di tata surya kita yang juga memiliki cincin. Planet Jupiter memiliki cincin yang sangat tipis dan gelap yang sering disebut dengan cincin Jovian. Cincin Jovian pertama kali diamati oleh wahana Voyager 1 pada tahun 1979. Cincin Jupiter terdiri dari empat lapisan utama dan kebanyakan terdiri dari debu.
Cincin Jupiter (Cincin Jovian). Image credit: wikipedia
Uranus bahkan memiliki sembilan cincin di sekitarnya yang juga sangat gelap. Cincin Uranus ditemukan pada 10 Maret 1977 oleh astronom James L. Elliot, Edward W. Dunham, dan Douglas J. Mink. Cincin Uranus berumur relatif muda yakni 600 juta tahun dan sebagian besar terdiri dari debu yang berasal dari tumbukan  beberapa satelit alam yang pernah dimiliki planet tersebut.
Cincin Uranus. Image credit: wikipedia
Planet Neptunus juga memiliki cincin. Cincin Neptunus pertama kali ditemukan oleh astronom Patrice Bouchet, Reinhold Hafner dan Jean Manfroid pada tahun 1984 di Chili. Neptunus memiliki lima cincin yang mayoritas terdiri dari senyawa organik yang sangat gelap yang kemungkinan dihasilkan oleh proses radiasi tetapi ada juga beberapa bagian yang terang
Cincin Neptunus. Image credit: wikipedia
Untuk lebih jelas tentang cincin planet, akan dibuat artikel tersendiri. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Robot Curiosity Buktikan Beberapa Meteorit Bumi Benar Berasal dari Mars

Meteorit Tissint yang dikonfirmasi oleh ilmuwan berasal dari planet Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Natural History Museum
Berdasarkan data-data terbaru yang didapat oleh robot penjelajah Mars Curiosity, didapat petunjuk bahwa beberapa mateorit yang jatuh di Bumi memang benar-benar berasal dari Mars. Ilmuwan mengukur banyaknya isotop argon-36 yang ada di atmosfer Mars yang kemudian dibandingkan dengan jumlah isotop argon-38 yang lebih berat, ilmuwan menyatakan bahwa kedua komposisi itu ada pada meteorit Mars yang ditemukan di Bumi. Menurut mereka perbandingan isotop diantara kedua argon itu adalah 4.2. Seperti yang terdapat pada batu meteorit Mars yang dijuluki "Black Beauty" ini.
Meteorit Black Beauty. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Jika Mars tidak kehilangan atmosfernya, maka rasio perbandingan argon adalah 5.5 mirip dengan Matahari dan Jupiter. Tapi karena atmosfer Mars menghilang, argon dengan isotop yang ringan menjadi hilang dan yang tersisa hanya isotop argon yang lebih berat. Sebelum wahana Curiosity dikirim ke Mars, dengan meneliti sampel dari meteorit Mars, ilmuwan telah sejak lama menempatkan rasio argon diantara 3.6 dan 4.5. namun kini dengan menggunakan instrumen Sample Analysis at Mars (SAM) yang melekat pada Curiosity, mereka bisa mendapatkan proporsi yang lebih tepat. Dengan mengetahui komposisi argon dan proporsinya, secara tidak langsung ilmuwan juga bisa mengetahui sejarah atmosfer di planet itu sebab argon merupakan suatu penanda yang sangat jelas hilangnya atmosfer di Mars karena komposisi kimianya tidak dapat bereaksi atau bertukar dengan apapun yang ada baik di permukaan maupun di dalam interior planet Mars itu sendiri.

Curiosity sejatinya tidak bisa mengukur atau menyelidiki sejauh mana Mars kehilangan atmosfernya, tapi pada misi NASA berikutnya yang akan diluncurkan pada 18 November 2013 dengan menggunakan wahana MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile Evolution Mission) semua hal tentang atmosfer Mars akan terungkap. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Cukup Bayar Rp.842 Juta, Anda Bisa ke Luar Angkasa dengan Balon Udara (Plus Foto)

Dengan membayar Rp.842,6 juta, kita bisa ke luar angkasa dengan balon udara. Image credit: World View Enterprises, Inc
Saat ini kita tidak perlu menjalani pelatihan seperti astronot untuk bisa pergi ke luar angkasa. Cukup dengan membayar $ 75.000 atau setara dengan Rp.842,6 juta, perusahaan Amerika World View Enterprises yang berbasis di Tucson, Arizona, Amerika Serikat akan membawa Anda ke luar angkasa dengan menggunakan balon udara. Anda akan diajak untuk terbang di atas atmosfer Bumi pada ketinggian 30 km selama 2 jam dan melihat betapa indahnya planet Bumi tempat kita tinggal ini.

Nantinya penumpang akan berada dalam sebuah kapsul khusus yang dirancang oleh Paragon Space Development Corp untuk kemudian diangkat dengan balon udara. Jika waktu sudah berakhir, maka Anda akan dibawa turun perlahan dengan balon udara itu juga. Berwisata dengan balon udara lebih menyenangkan daripada dengan pesawat sebab penumpang akan bisa merasakan suasana yang lebih dekat dibandingkan dengan roket atau pesawat. Apa yang ditawarkan oleh World View Enterprises lebih murah dari kompetitornya yang lain. Sebagai perbendingan, perusahaan Virgin Galactic juga menawarkan paket wisata ke luar angkasa dengan biaya $ 250.000 (Rp.2,8 miliar) per orang untuk dibawa berwisata ke ketinggian 100 km di atas atmosfer Bumi dengan menggunakan pesawat. Sedangkan perusahaan XCOR mematok harga $ 95.000 (Rp.1 miliar) per orang untuk dibawa ke ketinggian yang sama. Bagaimana apakah Anda tertarik ??

Berikut ini foto-fotonya:






Note: image credit: World View Enterprises, Inc

(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saking Besarnya Gaya Gravitasi, Galaksi ini Bisa Berfungsi Sebagai Kaca Pembesar

Obyek yang disebut J1000+0221 yang sebenarnya merupakan sebuah galaksi dengan gravitasi super besar. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/ESA/A. van der Wel
Secara kebetulan teleskop Hubble berhasil menangkap sebuah obyek yang disebut J1000+0221 yang merupakan sebuah lensa gravitasi dari sebuah galaksi yang terletak 9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Foto yang diambil oleh teleskop Hubble tersebut sebenarnya foto dari dua buah galaksi. Galaksi pertama adalah galaksi yang menciptakan efek lensa (seperti kaca pembesar) yang memperjelah tampilan dari galaksi yang berada sejalan dengannya namun lebih jauh lagi jaraknya. Ilmuwan NASA menyebut fenomena ini sebagai lensa gravitasi dan pertama kalinya fenomena ini diteorikan oleh fisikawan terkenal dunia, Albert Einstein. "Penemuan ini benar-benar secara kebetulan," ungkap Arjen van der Wel dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Tingkat keselarasan obyek J1000+0221 dengan galaksi dibelakangnya sangat sempurna sehingga bisa terbentuk "cincin" di sekitar obyek. Ilmuwan mengatakan bahwa hal ini sangatlah jarang dan mereka merasa begitu beruntung melihat fenomena ini. Lebih jauh ilmuwan mengungkapkan bahwa galaksi yang ada di belakang obyek J1000+0221 diperbesar 22 kali lipat oleh lensa gravitasi tersebut. Berikut adalah prinsip kerja bagaimana fenomena itu ada dan diamati oleh teleskop Hubble.
Prinsip kerja dari pengamatan obyek J1000+0221. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ALMA (ESO/NRAO/NAOJ), L. Calçada (ESO), Y. Hezaveh
Diperkirakan galaksi lensa memiliki tingkat pembentukkan bintang yang sangat banyak sehingga mampu menciptakan gravitasi yang mampu berfungsi seperti kaca pembesar. "Ini adalah penemuan yang aneh dan menarik, dan itu benar-benar kebetulan. Ini akan menjadi bab baru dalam pengertian kita tentang evolusi galaksi di alam semesta pada masa lalu," tambah Arjen van der Wel. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kapsul Cygnus Mulai Meninggalkan ISS dan Akan "Bunuh Diri" di Atmosfer Bumi

Kapsul Cygnus undocking dengan ISS. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Kapsul / modul Cygnus buatan Orbital Sciences Corp yang telah merapat dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama hampir satu bulan akhirnya pada hari Selasa 22 Oktober 2013 kemarin mulai meninggalkan ISS. Kapsul Cygnus akan memasuki atmosfer Bumi untuk kemudian "menghancurkan" dirinya.

Tidak seperti kapsul Dragon milik SpaceX yang reusable dan memiliki kemampuan untuk kembali ke Bumi, kapsul Cygnus Orbital Sciences tidak memiliki kemampuan untuk itu. Kapsul tersebut hanya untuk sekali pakai. Rencananya kapsul itu akan masuk ke atmosfer Bumi di atas Samudera Pasifik sebelah Timur dari Selandia Baru. Kapsul Cygnus akan "bunuh diri" bersama dengan sampah yang diangkut dari ISS. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, October 19, 2013

Asteroid 2013 TV135 Berpotensi "Menghantam" Bumi Pada 2032

Asteroid. Image credit: NASA/Caltech
Dilaporkan oleh media berita Rusia, RIA Novosti bahwa astronom Ukraina dari Crimean Astrophysical Observatory baru-baru ini menemukan asteroid dengan diamater 400 meter yang diberi nama 2013 TV135 yang saat ini sedang berada pada lintasan yang berbahaya dan berpotensi menghantam Bumi pada tahun 2032. Diperkirakan kekuatan hantaman asteroid ini sebesar 2,5 mega ton TNT. Hal itu diperkuat juga dengan pernyataan dari Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin melalui akun Twitternya yang membenarkan bahwa ditemukan sebuah asteroid berukuran 400 meter yang dapat mengancam Bumi.
Perkiraan sementara lintasan orbit asteroid 2013 TV135 yang diperkirakan menabrak Bumi pada tahun 2032. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Caltech
Astronom hanya memiliki waktu sekitar satu minggu untuk meneliti asteroid ini sebelum bergerak lebih jauh untuk kemudian datang dengan jarak yang lebih dekat pada empat tahun ke depan. Oleh sebab itu astronom dari Minor Planet Center di Inggris akan meneliti lebih lanjut dengan meningkatkan keakuratan perhitungan dan prediksi lintasan asteroid 2013 TV135. NASA melalui JPL juga akan ikut mengamati asteroid ini dan mereka tentu juga akan melakukan perhitungan dengan instrumen canggih yang dimiliki, terlebih mereka juga memiliki program Near-Earth Object yang bertujuan untuk mencaritahu adanya obyek yang berpotensi membahayakan Bumi. (NS, PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Dalam Satu Jam, Data Center NASA Menyimpan Ratusan Terabyte Data

Super computer NASA, Pleiades yang ada di NAS (NASA Advanced Supercomputing). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Sebagai lembaga antariksa terbesar di dunia dengan puluhan bahkan ratusan misi serta wahana, NASA membutuhkan suatu media yang mampu menyimpan data dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap harinya wahana NASA yang berada di luar angkasa mengirimkan ratusan bahkan ribuan paket data per wahana. NASA membutuhkan data center raksasa sebagai pusat penyimpanan datanya sehingga data yang dikirim wahana dapat disimpan untuk kemudian diteliti dan dipelajari serta digunakan sebagai arsip NASA. Eric De Jong selaku peneliti visualisasi sistem NASA mengungkapkan bahwa ratusan terabyte data diterima NASA dalam setiap jamnya. Sebagai gambaran bahwa data sebanyak satu terabyte jika dicetak pada kertas akan membutuhkan bahan baku kertas sebanyak 50.000 pohon. Super computer / komputer super cepat yang ada pada data center raksasa sangat mutlak diperlukan untuk dapat mengakomodir kebutuhan data yang terus bertambah tersebut. Dalam satu data center, NASA bisa memiliki beberapa super computer. Salah satunya super computer Pleiades yang ada di NAS (NASA Advanced Supercomputing), Mauntain View, California. Super computer Pleiades memiliki processor Intel Xeon 162,496 (32,768 additional GPU cores), RAM total 417 TB, total data yang bisa disimpan 9,3 petabyte (1 Petabyte = 1024 Terabyte, 1 Terabyte = 1024 Gigabyte).

Menurut Eric De Jong, ada tiga aspek penting dalam pengelolaan data yakni penyimpanan, pengolahan, dan akses. Ibarat perpustakaan raksasa, para librarian harus membuat suatu sistem dimana ketika pembaca ingin mencari suatu buku atau dokumen tertentu, mereka akan dapat dengan mudah mendapatkannya dan itulah salah satu tugas dari Eric. Ia menambahkan bahwa saat ini mereka sedang membangun sebuah software yang mampu menghandle data secara massal. meningkatnya trend cloud computing juga mendorong ilmuwan NASA untuk semakin berfikir kreatif. Menurut mereka daripada membuat hardware yang berbiaya mahal, mereka lebih memilih untuk membuat softwarenya sehingga dapat menekan pengeluaran anggaran yang saat ini dirasa sangat besar.
John Kusterer, kepala Atmospheric Science Data Center (ASDC) sedang berada di dalam data center. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
NASA memiliki data center yang salah satunya berada di Langley Virginia. Ruang data center yang disebut Atmospheric Science Data Center (ASDC) mengumpulkan data dari wahana Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observations (CALIPSO) yang mengumpulkan segala informasi tentang atmosfer Bumi. Data center ini menyimpan data sebesar 16 petabyte dan memiliki kebih dari 1000 processor komputer untuk mengumpulkan dan mengolah data yang masuk. Satu petabyte setara dengan kita menonton video HD (High Definition) selama 13,3 tahun. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa NASA adalah pemilik data astronomi terbesar di dunia. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 15, 2013

Sepuluh Tahun Mengarungi Tata Surya, Wahana Rosetta Akan Dibangkitkan dari "Tidur" Panjangnya

Ilustrasi wahana Rosetta dan Philae landing craft mendekati untuk kemudian mendarat di komet 67P/Churyumov-Gerasimenko
Setelah 10 tahun lamanya menempuh perjalanan di luar angkasa, akhirnya wahana tanpa awak miliki ESA (European Space Agency) yang bertugas untuk meneliti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko akan memasuki fase start dalam waktu 100 hari ke depan setelah melalui masa hibernasi. Sejak 11 Oktober 2013 lalu, ESA telah melakukan hitung mundur selama 100 hari ke depan wahana itu akan dibangkitkan dari tidur panjangnya selama 2,7 tahun. Wahana bernama Rosetta tersebut diluncurkan pada Maret 2004 dengan menggunakan roket Ariane 5 untuk mengungkap sejarah, komposisi, dan evolusi dari komet kuno 67P/Churyumov-Gerasimenko yang merupakan sisa-sisa dari terbentuknya sistem tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu. Nama "Rosetta" sendiri diambil dari nama batu Mesir kuno yang ditemukan di kota Rashid, dekat sungai Roseta yang berisi tentang petunjuk membaca huruf hiroglif Mesir dalam bahasa Yunani kuno.
Peluncuran wahana Rosetta dengan roket Ariane 5 pada Maret 2004. Image credit: ESA
Tidak seperti wahana tanpa awak lainnya, wahana Rosetta ini dilengkapi dengan robot pendarat yang disebut Philae landing craft yang bisa mendarat dan menempel di permukaan komet.
Rute perjalanan wahana Rosetta. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA
Seperti wahana Voyager NASA yang sudah lebih dari 36 tahun mengarungi kejamnya samudera luar angkasa, wahana Rosetta juga sudah mengalami ekstrimnya kondisi samudera tersebut. Selama 10 tahun, wahana Rosetta sudah melewati Bumi sebanyak tiga kali takni pada Maret 2005, November 2007, dan November 2009. Melewati Mars pada Februari 2007, melewati asteroid Steins pada September 2008, melewati asteroid Lutetia pada Juli 2010 dan sejak Juni 2011, wahana Rosetta memulai kembali tidur panjangnya dan semakin jauh menjelajah tata surya. Saat ini status wahana tersebut berada dalam fase hibernasi untuk menghemat dan menyimpan tenaga. Panel surya mengarah pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat dengan maksimal mendapatkan energi Matahari untuk disimpan dan digunakan seminimal mungkin. Hanya komputer dan penghangat instrumen yang tetap aktif agar wahana tidak membeku. Dan setelah 31 bulan sejak Juni 2011, wahana Rosetta akan dibangkitkan oleh ESA dari tidurnya pada 20 Januari 2014.

Setelah bangun dari tidurnya, wahana Rosetta akan menghangatkan sistem navigasi yang ada pada dirinya untuk kemudian berhenti berputar dan mengarahkan antena utamanya ke Bumi untuk bisa berkomunikasi dengan Bumi dan mencari tahu apakah wahana itu masih berfungsi normal atau tidak. saat itu diperkirakan wahana Rosetta berada pada jarak 9 juta km dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko dan akan terus mendekat dengan manuver utama pada Mei 2014. Setelah melakukan pemetaan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, robot pendarat Philae akan diturunkan pada lokasi yang tepat pada November 2014. Philae akan meneliti nukleus komet dan menganalisa komposisi ilmiahnya.

Awalnya wahana Rosetta tidak dibuat untuk meneliti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Wahana tersebut ditujukan untuk meneliti komet Comet 46P/Wirtanen. Tapi karena terjadi insiden gagalnya roket Ariane pada Desember 2002 menyebabkan jadwal peluncuran wahana Rosetta diundur selama 14 bulan. AKibatnya sasaran obyek penelitianpun dirubah dan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko terpilih menjadi gantinya. Misi wahana Rosetta ini diadwalkan berakhir pada Desember 2015.

Alasan kuat mengapa ESA sangat tertarik mempelajari komet adalah karena komet begitu berjasa sebagai "pembawa" air di Bumi dan membuat Bumi menjadi layak untuk terciptanya kehidupan. (AS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, October 14, 2013

Foto Matahari Terbenam di Planet Mars

Foto Matahari terbenam di planet Mars yang diabadikan oleh wahana Spirit pada 19 mei 2005 di dekat kawah Gusev Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Melihat sunset (matahari terbenam) di Bumi itu sudah biasa. Nah, bagaimana jika kita melihat Matahari terbenam di planet Mars???...itu baru luar biasa. Itulah yang dilakukan oleh robot penjelajah Mars NASA, Spirit. Robot kecil itu berhasil mengamati dan mengabadikan momen sunset di planet Mars. Uniknya walaupun langit planet Mars berwarna merah, tapi mengapa ketika Matahari akan terbenam, langit berubah menjadi berwarna biru dan itu justru kebalikan dari Bumi ??
Saat Matahari terbenam di Mars, Matahari dan langit di sekitarnya tampak berwarna biru. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Saat Matahari terbenam, langit Mars juga berwarna sedikit pink. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Matahari terbenam di Mars tidak sama dengan di Bumi. Di Bumi saat Matahari terbenam langit akan berwarna oranye atau kuning. Sedangkan di Mars saat Matahari terbenam langit akan berwarna biru. Mengapa bisa terjadi demikian??. Seperti yang pernah kita pelajari di bangku sekolah, cahaya Matahari memiliki beberapa panjang gelombang cahaya yang berbeda. Jika kita menggunakan sebuah prisma, maka cahaya Matahari yang melalui prisma itu akan berwarna seperti warna pelangi. Saat siang hari di Mars, partikel debu yang ada di udara dan atmosfer Mars akan menyerap gelombang cahaya biru dan menyebarkan gelombang cahaya merah di seluruh langit Mars.

Sunset di Bumi. Image credit: Neilsphotography
Saat Matahari terbenam, cahaya Matahari yang datang melintasi cakrawala akan berwarna biru sebab gelombang cahaya merahnya telah disebar oleh partikel debu yang ada di udara dan atmosfer Mars sehingga yang tersisa hanyalah gelombang cahaya biru. Jadi ketika kita melihat ke arah matahari saat sunset di Mars, maka Matahari dan langit di sekitarnya akan tampak berwarna biru, sedangkan langit yang letaknya agak jauh dari sunset tetap berwarna merah dan cenderung pink. Kondisi yang terbalik terjadi di planet kita di mana partikel yang lebih besar di atas atmosfer Bumi menyerap gelombang cahaya biru sehingga gelombang cahaya yang bisa lewat adalah gelombang cahaya merah. (NP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto