Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, August 31, 2013

Bukti Paling Nyata Air Pernah Ada di Mars

Mungkin foto yang satu ini akan membuat kita semua terkejut betapa miripnya planet Mars dengan Bumi pada masa lampau. Jika mungkin berjuta-juta tahun lalu kita ada di dunia dan teknologi manusia sudah berkembang seperti sekarang mungkin kita bisa menyaksikan planet Mars yang hangat dan basah. Setidaknya hal itu yang ada pada foto berikut ini
Aliran air mengikis tanah dan membentuk jalur-jalur aluvial bercabang. Image credit: NASA/JPL/University of Arizona

Foto di atas diambil oleh wahana Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) yang saat ini sedang mengorbit planet Merah. Dengan menggunakan kamera HiRISE (High Resolution Imaging Science Experiment) yang dimilikinya, MRO mampu memotret permukaan Mars dengan resolusi tinggi dan sangat detail. Hasilnya sangat menakjubkan. Di sebuah daerah di dekat kawah Mojave di ekuator Mars, ditemukan aliran aluvial yang terbentuk oleh air pada jutaan tahun yang lalu. Aliran yang bercabang-cabang tersebut jelas dibentuk oleh air dan kemungkinan daerah tersebut saat itu sedang dilanda banjir bandang. Akibat perbedaan ketinggian, air itu mengalir dengan derasnya dan membentuk aliran aluvial seperti pada foto. Mirip seperti di Bumi kan :-) (BD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Gravitasi Aneh di Titan

Ilustrasi permukaan Titan. Image credit: google
Titan, bulan terbesar planet Saturnus kembali mengejutkan para peneliti. Tidak hanya menjadi satu-satunya tempat selain Bumi yang memiliki samudera, tapi ada hal yang mengejutkan lainnya yaitu adanya lautan es di bawah permukaannya.

Pada penelitian terdahulu, ilmuwan mengungkapkan bahwa Titan memiliki laut di bawah lapisan es dengan tebal 50-200 km. Ilmuwan tertarik untuk mempelajari samudera bawah tanah ini sebab menurut mereka dimana ada air, maka di situ ada kehidupan seperti halnya Bumi.
Ilustrasi bagaimana lapisan es yang padat di Titan mampu menahan tekanan ke atas dari es yang berada di cekungan bawah. meskipun bentuk topografinya positif namun pelapukan topografinya kecil. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Doug Hemingway
Dengan menggunakan data yang diperoleh oleh wahana Cassini, Titan memiliki lapisan es yang padat di bawah permukaannya dimana kepadatan es ini mempu menciptakan anomali gravitasi negatif. Kekuatan gravitasi Titan tergantung pada seberapa besar massa yang ada di bawahnya. Semakin besar massa maka gravitasi juga akan semakin kuat. Dengan berpegang pada asumsi itu, ilmuwan kemudian membandingkan dengan struktur dari permukaan Titan. Mereka memprediksi bahwa daerah dengan elevasi tinggi akan memiliki gravitasi lebih kuat dibandingkan dengan daerah elevasi rendah. Namun ternyata mereka keliru. Daerah dengan tingkat elevasi tinggi ternyata memiliki gravitasi yang lemah dan sebaliknya daerah elevasi rendah memiliki gravitasi besar. "Sangat mengejutkan melihat hal itu," ungkap Doug Hemingway peneliti planet dari University of California. "Kami berangggapan bahwa mungkin kami melihat hal yang salah, namun setelah mencermatinya ada hal yang dapat dijelaskan dari hal ini," tambahnya.

Untuk menjelaskan anomali gravitasi yang terjadi, Doug memberikan perumpamaan bahwa gunung di Titan mempunyai akar. "ini seperti bagaimana gunung es yang begitu besar sebenarnya hanya mengapung saja melayang di permukaan air dan sebagian darinya dibawah permukaan,". "Es memiliki kerapatan yang jauh lebih rendah daripada air. daerah elevasi tinggi di Titan nampaknya memiliki akar (es) yang cukup besar sehingga mampu menggantikan banyaknya air di bawahnya sehingga ia memiliki gaya gravitasi yang lemah. Sebab es memiliki volume lebih rendah dari volume air. Oleh sebab itu ia akan mengapung," ungkapnya.

Es akan mengapung dalam air. Namun anehnya es di Titan ini tetap tenggelam. gara bisa seperti itu es tersebut harusnya memiliki padatan yang sangat tinggi. Tapi apakah yang membuatnya bisa seperti itu??

Untuk menjawabnya maka ilmuwan memiliki beberapa teori diantaranya bahwa es tersebut kemungkinan memiliki "molekul kandang" yang dikenal sebagai Clathrates". Namun untuk memastikan hal ini ilmuwan memerlukan instrumen pengamatan yang lebih canggih dari sekedar wahana Cassini. cassini sendiri tidak memiliki kemampuan untuk menganalisa interior dari suatu planet atau satelit alam seperti Titan. Bisa saja lapisan penyusun Titan terdiri dari es dan batu. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, August 26, 2013

Astronom Teliti Aliran Lava di Gunung Berapi Tertinggi di Tata Surya, Olympus Mons

Kaki gunung Olympus Mons hasil jepretan wahana ESA, Mars Express. Image credit: ESA
Konteks Area. Image credit: ESA
Kaki gunung Olympus Mons dalam kode warna.
Image credit: ESA
Ilmuwan ESA (European Space Agency) telah mempelajari foto-foto gunung tertinggi di tata surya, Olympus Mons, hasil jepretan dari wahana pengorbit Mars, Mars Express. Dari hasil foto tersebut, mereka menemukan bahwa di daerah sekitar gunung Olympus Mons ditemukan banyak aliran lava individual yang telah membeku.

Daerah yang menjadi fokus penelitian adalah sebelah tenggara dari gunung tersebut. Gunung Olympus Mons menjulang tinggi sekitar 22 km dan ini berarti dua kali lipat dari gunung berapi tertinggi di Bumi Mauna Kea yang mencapai 10 km jika diukur dari dasar samudera.

Seperti halnya Mauna Kea, Olympus Mons merupakan gunung yang memiliki sudut yang kemiringan yang relatif landai. Namun ia memiliki banyak tebing atau lereng yang curam. Nampak pada foto bahwa daerah melingkar di sekeliling gunung terdapat lereng yang curam dengan kedalaman 9 km yang memisahkan dari daerah sekitarnya dan diduga itu disebabkan oleh tanah yang longsor. Aliran lava menutupi kaki gunung Olympus Mons dan nampak adanya blok tinggi yang terangkat saat terjadi runtuhan. Transisi dari ketinggian untuk kemudian turun menuju ke dataran lava beku di dasar lereng yang curam bisa dapat dengan mudah dibedakan dari foto kode warna.


Aliran lava beku yang tumpang tindih menandakan bahwa dahulu aktivitas vulkanik gunung Olympus Mons sangat aktif sekali. Aliran lava yang membeku sebelum mencapai lereng akan terlihat seperti lidah bulat. terlihat juga aliran arus lava yang berkelok-kelok dan sangat kontras dengan dataran halus yang terlihat di sekitarnya.
Tampak perbedaan struktur aliran lava di kaki gunung Olympus Mons dengan dataran disekitarnya yang halus. Image credit: ESA

Pada gambar di bawah tepatnya sisi tengah gambar bagian bawah tampak aliran lava menerobos ke luar terjun dari lereng curam sehingga mendistorsi permukaan lereng tersebut. Ini kemungkinan dibentuk oleh lava tapi juga tidak menutup kemungkinan kalau air juga ikut membentuknya.
Tampilan kaki gunung Olympus Mons dalam format tiga dimensi. Image credit: ESA
Aliran lava paling atas adalah aktivitas vulkanik yang terakhir dan diperkirakan hal itu terjadi puluhan juta tahun yang lalu. (ES, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 24, 2013

Begini Cara NASA Menangkap Asteroid (Foto dan Video)

NASA merilis foto dan video yang menjelaskan bagaimana cara mereka untuk "menangkap" asteroid. Dalam video tersebut NASA menggunakan misi berawak dengan kapsul Orion sebagai modul dan lengan robotik serta balon plastik sebagai instrumen untuk menangkap asteroid. Tujuan sebenarnya dari misi ini adalah untuk menangkap dan mengarahkan asteroid dekat Bumi untuk ditempatkan ke titik yang stabil di dekat Bulan untuk kemudian dapat dipelajari.

NASA juga menggunakan Solar Electric Propulsion System untuk misi luar angkasa masa depan yang mampu membawa lebih banyak muatan dengan daya jangkau yang lebih jauh. Selain itu penggunaan Solar Electric Propulsion System memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi. Tidak berhenti sampai di situ saja, saat ini NASA juga tengah menelaah kurang lebih 400 ide yang masuk kepada mereka tentang bagaimana cara untuk melakukan misi asteroid ini agar lebih efektif dan efisien.

Berikut foto dan video NASA yang menjelaskan bagaimana cara mereka menangkap asteroid

Ilustrasi astronot mengambil sampel dari asteroid yang berhasil di tangkap. Image credit: NASA

Ilustrasi dua astronot sedang mempersiapkan asteroid yang berhasil ditangkap dengan lengan robotik. Image credit: NASA

Ilustrasi kapsul Orion mendekati asteroid yang sudang berhasil ditangkap. Image credit: NASA

Ilustrasi Solar Electric Propulsion System. Image credit: Analytical Mechanics Associates


Astronom Konfirmasi Letusan Gunung Berapi di Bulan Jupiter, Io

Foto letusan gunung berapi di Io yang diambil oleh wahana Voyager 1 pada 4 maret 1971. Image credit: NASA/JPL
Bulan milik Jupiter, Io merupakan satu-satunya bulan yang memiliki aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya. Setidaknya 240 daerah vulkanik aktif ditemukan di sana dan baru-baru ini berdasarkan pengamatan astronom dari University of California Dr Imke de Pater dengan menggunakan teleskop Keck II di Mauna Kea, Hawai ditemukan fakta bahwa saat ini sedang terjadi letusan gunung berapi dahsyat di sana.

"ketika kita berada tepat di teleskop dan melihat ini, maka kita melihatnya secara langsung terutama letusan besar seperti itu," ungkap Dr Imke de pater. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa letusan yang diamatinya ini adalah salah satu dari 10 letusan paling kuat yang terjadi di Io. Menurutnya letusan ini mencakup area seluas 30 km persegi.

Jarak Io dengan Bumi sekitar 628.300.000 km (390.400.000 mil) dan teleskop inframerah Keck sudah mampu mengambil citra dari lava yang keluar dari gunung di suatu daerah Io yang disebut Rarog Patera.

Dr Imke tidak tahu pasti sampai kapan letusan ini akan berlangsung dan berakhir namun menurutnya mengapa Io merupakan tempat dengan aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya jawabannya adalah karena adanya pengaruh gaya gravitasi yang super kuat dari Jupiter. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

NASA Siap Luncurkan Wahana LADEE untuk Teliti Atmosfer Bulan

Ilustrasi wahana LADEE NASA sedang mengorbit Bulan. Image credit: NASA Ames / Dana Berry
Misteri pada Bulan nampaknya membuat NASA semakin penasaran, hal itu dibuktikan dengan akan diluncurkannya wahana Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE) pada 6 September 2013 mendatang.

Wahana seukuran mobil kecil itu akan digunakan untuk meneliti struktur dan komposisi atmosfer Bulan yang tipis dan apakah ada debu di langit Bulan. "Pemahaman lebih lanjut tentang atmosfer Bulan ini dapat membantu kita untuk lebih memahami sistem tata surya kita yang beragam berikut dengan evolusinya," ungkap John Grunsfeld, administrator NASA di Washington.

LADEE dibuat oleh NASA Ames Research Center di Moffett Field, California. Wahana pengorbit ini akan diluncurkan dengan menggunakan roket Minotaur V yang aslinya merupakan roket pembawa misil hulu ledak namun sudah dimodifikasi untuk dapat membawa satelit dan wahana luar angkasa.

Sekitar satu bulan setelah peluncuran, LADEE akan memulai tahap persiapan misi selama 40 hari yang meliputi pengujian sistem komunikasi high data rate laser yang memungkinkan untuk melakukan komunikasi dengan kecepatan tinggi hampir sama dengan cepatan jaringan serat optik di Bumi. Setelah itu fase 100 hari LADEE akan digunakan untuk pengumpulan data menggunakan tiga instrumen yang ada untuk menentukan komposisi atmosfer dan debu yang ada di langit Bulan, variasi ukuran dan komposisi kimia atmosfer, serta menganalisa sampel dari partikel debu di atmosfer Bulan. Hal itu akan menjawab misteri yang selama ini masih menyelimuti yaitu apakah debu bulan memiliki muatan listrik akibat paparan sinar Matahari adalah penyebab dari munculnya sinar sesaat sebelum matahari terbit di cakrawala yang sempat terdeteksi pada saat misi Apollo berlangsung. Misi LADEE dikendalika sepenuhnya oleh NASA's Goddard Space Flight Center. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Dua Kosmonot Rusia lakukan Spacewalk untuk Ganti Komponen ISS

Dua kosmonot Rusia saat sedang spacewalk di ISS.
Image credit: NASA
Dua kosmonot Rusia Fyodor Yurchikhin dan Alexander Misurkin pada hari kamis (22/8/2013) lalu berhasil menyelesaikan misi spacewalk mereka untuk memperbaiki dan mengganti beberapa komponen ISS.

Beberapa bagian yang diperbaiki dan diganti antara lain instrumen laser communications experiment diganti dengan sistem kamera optik kecil, pemasangan spacewalk aids baru, dan memeriksa beberapa antena pada modul Zvezda. Dalam spacewalk itu Alexander Misurkin mengunakan test kit untuk mengambil sampel dari bagian bawah termal isolasi pada modul Poisk Mini-Research. Untuk keperluan riset, Misurkin memotret material eksperimen di modul tersebut. Pada bulan November nanti dijadwalkan akan datang dua kamera baru lagi yang akan dipasang di ISS.

Kebetulan pada hari yang sama, Rusia sedang memperingati hari bendera atau Flag Day sehingga dua kosmonot Rusia itu sempat mengibarkan bendera Rusia saat melakukan spacewalk. "Hari ini adalah hari libur, hari bendera Rusia. kami mengucapkan selamat kepada semua warga Rusia. Kita harus mencintai dan menghormati bendera kita sehingga orang lain juga akan menghormati kita," ucap kosmonot Fyodor Yurchikhin.

Thursday, August 22, 2013

Planet HD 189733b, Berwarna Biru Mirip Bumi dan Punya Hujan Kaca

Ilustrasi planet HD 189733b. Image credit: NASA, ESA
Para Astronom dengan menggunakan teleskop Hubble berhasil mengidentifikasi planet HD 189733b dan ternyata planet tersebut berwarna biru mirip seperti Bumi.

Planet ini merupakan salah satu eksoplanet (planet di luar tata surya) yang paling dekat dengan Bumi yakni sekitar 63 tahun cahaya. Jika kita melihat warnanya yang biru, maka kita akan langsung terbayang dengan planet kita sendiri.

Warna memang boleh sama birunya, tapi kondisinya sangat jauh berbeda. Planet HD 189733b sangat tidak layak untuk dihuni manusia sebab berjarak sangat dekat sekali dengan bintangnya yakni 4.667.097 kilometer sehingga suhu dipermukaan sangat panas mencapai 1093 derajat Celcius. Kecepatan angin di permukaan juga sangat mengerikan, sekitar 4500 mph atau 7242 kph.

Warna biru dari planet ini bukan berasal dari adanya samudera di planet tersebut tapi karena atmosfer yang mengandung awan tinggi bercampur dengan partikel silikat. Partikel silikat yang berkondensasi dengan panas maka akan membentuk butiran kaca kecil yang menghamburkan warna biru dari penyerapan sinar bintang yang diterimanya. Akibat butiran kaca yang terbentuk dan didorong dengan angin yang super cepat tadi maka di sana bisa terjadi hujan kaca. Benar-benar sangat tidak layak untuk ditinggali.

Planet ini terkena efek tidal dari bintangnya sehingga posisinya terkunci dimana salah satu bagian selalu terang (menghadap bintang) dan yang lain berada dalam gelap (malam). Perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 260 deraat Celcius, sehingga angin sangat kencang bertiup dari sisi terang ke sisi gelap planet tersebut. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto