Ilustrasi wahana antariksa berpendorong roket fusi nuklir. Image credit: University of Washington, MSNW |
Anthony Pancotti mengungkapkan bahwa jika astronot menggunakan mesin roket tradisional yang ada saat ini untuk pergi ke Mars, maka itu akan sangat membahayakan kesehatan para astronot itu sendiri Sebab mereka akan terlalu lama berada dalam wahana dan akan membahayakan jiwa sebab mereka menjadi kurang gerak, tidak dapat berolah raga, tulang mereka akan mengecil, dan massa otot akan menyusut. Dengan menggunakan sistem propulsi yang modern maka itu bisa diminimalisir.
Saat ini NASA sedang intensif mengembangkan teknologi roket berbahan fusi nuklir seperti yang diusulkan oleh Anthony Pancotti untuk mendukung misi itu. NASA menunjuk John Slough dari University of Washington sebagai pemimpin riset. Jika semuanya berjalan dengan baik maka waktu total yang diperlukan untuk misi ke Mars hingga kembali lagi ke Bumi hanya 210 hari yang terdiri dari 83 hari untuk perjalanan ke Mars, 30 hari untuk menjelajahi planet Mars, dan 97 hari untuk pulang ke Bumi. "kami merasa kami telah mendefinisikan hal ini dengan baik, misi yang sangat baik, dan kami sedang fokus untuk membuat perangkat yang sesuai untuk misi ini," ungkap Anthony. NASA dikabarkan akan mulai mengirimkan misi berawak pertamanya ke Mars pada tahun 2030.
Fusi nuklir merupakan energi yang sangat powerful dan efisien. Reaksi fusi terjadi ketika inti dari dua atau lebih atom bergabung dan kemudian menghasilkan energi. Matahari dan bintang lainnya merubah fusi ini menjadi cahaya dan kekuatan fusi juga mampu membuat bom atom memiliki daya ledak yang sangat dahsyat. Untuk itu diperlukan adanya plasma dengan menggunakan deuterium dan tritium, isotop berat dari hidrogen (normalnya hidrogen tidak mengandung neutron, tapi deuterium memiliki satu dan tritium memiliki dua). Gelembung dari plasma itu nantinya akan dimasukkan ke dalam sebuah ruang dimana medan magnet akan meruntuhkan cincin logam yang ada di sekelilingnya yang kemudian menekan gelembung menjadi tahapan fusi. Energi yang dihasilkan oleh reaksi fusi akan menguap dan mengionisasi logam yang kemudian akan diakselerasikan ke luar melalui nozzle dan akan menghasilkan daya dorong. Panel surya akan memberikan energi yang cukup untuk menghidupkan perangkat lainnya dan juga sebagai "starter" dari roket fusi pada wahana / pesawat antariksa. Menurut Anthony tidak ada alasan untuk dapat menolak kelayakan dari proyek ini.
Lebih lanjut Anthony Pancotti beranggapan bahwa teknologi roket pendorong fusi nuklir ini akan sangat murah dalam pembuatannya. Tidak diperlukan sebuah teknologi yang terlalu canggih untuk dapat membuatnya sebab menurutnya dengan teknologi yang ada saat ini semua itu bisa dilakukan. Pada 2014 nanti diharapkan tim pembuat mesin roket fusi nuklir akan bisa menyelesaikan cetak biru dari proyek masa depan ini. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)