Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Monday, May 20, 2013

NASA Kembangkan Robot Pemecah Es untuk Misi di Mars

Robot pemecah es (ice breaker) untuk misi ke Mars. Image credit: NASA
Untuk mengetahui lebih dalam tentang planet Mars, diperlukan sebuah robot yang mampu menggali lebih dalam permukaan planet tersebut. Para ilmuwan saat ini sedang mengajukan usul pembuatan robot yang mampu mengebor permukaan planet Mars untuk mencari tanda-tanda kehidupan.

Tujuan menjelajahi Mars adalah untuk mencari dan menemukan tanda-tanda kehidupan," ungkap ilmuwan peneliti planet, Christopher McKay dari NASA Ames Research Center. Adanya bukti bahwa mars dulunya merupakan tempat yang basah menguatkan betapa pentingnya hal tersebut.

Beberapa peneliti bahkan mengungkapkan bahwa kehidupan di Bumi kemungkinan berasal dari Mars yakni melalui mikroba dari bebatuan Mars yang meluncur dari Mars sebagai akibat dari dampak kosmik dan proses vulkanik. Beberapa asteroid yang ditemukan oleh ilmuwan ternyata berasal dari planet tersebut.

Meskipun atmosfer Mars tipis dan dingin, air berwujud cair tidak mampu bertahan di permukaan planet merah dalam waktu yang lama. Berdasarkan gambar yang diperoleh dari Mariner 9 ditemukan fitur tanah yang mengungkapkan Mars dulu merupakan planet yang memiliki sungai dan laut.

Planet Mars juga memiliki unsur-unsur penting pembentuk kehidupan seperti karbon dan nitrogen. Wahana viking yang pernah dikirim NASA ke Mars pada tahun 1970 belum berhasil enemukan senyawa organik maupun mikroba aktif di planet itu. Namun wahana Phoenix menemukan perchlorates ada di tanah Mars.

Perchlorates merupakan senyawa reaktif yang akan menghancurkan senyawa organik bila dipanaskan. itulah yang dilakukan oleh wahana Viking ketika menganalisa material di sana. Jadi akibat hal itu, gagalnya Viking menemukan bukti senyawa organik di Mars bukan berarti senyawa tersebut tidak ada di sana.

Salah satu tempat terbaik yang berpotensi terdapat tanda-tanda kehidupan atau biomarker di Mars yaitu es yang ada di bawah permukaan planet itu. Di Bumi tepatnya di daerah kutub, es merupakan sarana yang baik untuk mengawetkan senyawa organik dan bahan biologis. Hal itu dibuktikan dengan serangkaian penelitian yang mengungkapkan bahwa es bisa mengawetkan senyawa organik dan bahan biologis selama jutaan tahun.

Es juga bisa melindungi meterial-material tersebut dari radiasi luar angkasa dan pancaran radiasi kimia di Mars. Oleh sebab itu McKay dan tim selama 10 tahun ini mengembangkan robot pemecah es untuk misi ke Mars. Robot ini mampu mengebor hingga kedalaman satu meter untuk memindai keberadaan es dan molekul yang ada di dalamnya. Menemuan biomarker seperti enzim akan menjadi bukti kuat adanya kehidupan tetapi menjadi petunjuk genetika dan proses metabilisme organisme yang pernah hidup di sana.

Daerah di Mars yang akan menjadi pusat misi robot ice breaker ini yaitu tempat dimana wahana Phoenix pernah mendarattahun 2008. Dataran di utara planet Mars merupakan tempat dengan tekanan atmosfer yang cukup tinggi dan tiu mampu menjaga air dari proses penguapan. Robot ice breaker dibekali dengan bor rotary yang dapat memukul dan berputar. Bor tersebut juga memiliki sensor panas untuk mendeteksi jika didekatnya ada es yang mencair. Bor akan secara otomatis memperlambat atau bahkan menghentikan putarannya untuk mencegah proses pencairan sebab air bisa membeku dan mengunci mata bor. dengan menggunakan lengan robot yang terpisah, sampel hasil pengeboran akan dapat disimpan dalam kapsul dan bisa dibawa ke Bumi.

Selain itu robot ini diklaim mampu mendeteksi tingkat keasaman, alkanitas, garam, komposisi unsur dan sebagainya. Selama pengembangan robot ice breaker ini telah diuji coba di kutub utara dan benua Antartika. Berdasarkan jadwal, robot ini akan diluncurkan ke Mars pada Desember 2018 dan mendarat di Mars Agustus 2019, kita tunggu saja aksi dari robot ice breaker ini di Mars. (MD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, May 17, 2013

Wahana Pemburu Planet Milik NASA, Kepler Mengalami Kerusakan

Satelit teleskop Kepler NASA. Image credit: usyd.edu.au
Wahana satelit dan teleskop Kepler milik NASA yang bertugas mencari dan menemukan planet mirip Bumi dikabarkan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal itu diungkapkan oleh NASA setelah melihat ada ketidakberesan pada satelit tersebut. Pesawat tanpa awak dengan instrumen super canggih itu mengalami kerusakan internal yang menyebabkan satelit tidak dapat mengunci diri pada orbit sehingga tidak mampu menangkap target dengan benar. Namun tampaknya insinyur NASA tidak mau langsung mengatakan bahwa satelit Kepler tidak dapat dipergunakan lagi, mereka akan mencoba segala cara agar satelit teleskop tersebut dapat bekerja kembali. "Saya tidak akan menyebut Kepler telah gagal," ungkap ilmuwan NASA, John Grunsfeld.
Struktur dan instrumen Kepler. Image credit: wikipedia
Roda reaksi kepler yang mengalami kerusakan. Image credit: wikipedia
Sebagaimana yang diketahui bahwa Kepler meiliki tiga roda reaksi yang diperlukan untuk membidik target dengan presisi tinggi. Roda nomor dua sebelumnya telah rusak pada Juli 2012 lalu, dan saat itu Kepler masih memiliki satu roda cadangan sehingga hal itu tidak menjadi masalah. Kali ini roda nomor empat Kepler juga mengalami kerusakan dan tidak ada lagi roda cadangan sehingga mau tidak mau satelit tersebut harus diperbaiki. "Seperti pada roda mobil yang terperosok di tanah, dengan menggoyang-goyangkannya roda itu akan dapat berjalan kembali," ucap manajer proyek Kepler Charlie Sobeck. Mengirim astronot untuk memperbaiki Kepler tampaknya akan sangat sulit bahkan mustahil untuk dilakukan sebab saat ini wahana Kepler berada pada jarak 40 juta mil (64 juta km) dari Bumi. Wahana Kepler sendiri diluncurkan pada 7 Maret 2009 dan sejauh ini sudah menemukan lebih dari 2.740 kandidat planet mirip Bumi. (SP, SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

31 Mei Nanti Asteroid 1998 QE2 Akan Melintasi Bumi

Jalur orbit asteroid 1998 QE2 saat melintasi Bumi. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Pada 31 Mei 2013 nanti, asteroid besar 1998 QE2 akan melintasi Bumi. Asteroid tersebut akan melintasi Bumi pada jarak yang sangat aman yakni sekitar 3,6 juta mil atau sekitar 5,8 juta km dan itu setara dengan 15 kali jarak Bumi ke Bulan. Asteroid 1998 QE2 sendiri memiliki ukuran panjang sekitar 1,7 mil (2,7 km) yang berarti 9 kali panjang kapal pesiar Elizabeth 2 yang sangat terkenal. Asteroid ini ditemukan pada 19 Agustus 1998 oleh MIT (Massachusetts Institute of Technology) saat melaksanakan program LINIER (Lincoln Near Earth Asteroid Research) yakni sebuah misi untuk mencari asteroid yang memiliki potensi membahayakan Bumi. Nama asteroid ini diberikan oleh NASA-supported Minor Planet Center yang pemberiannya didasarkan pada tahun dan bulan penemuannya.

Astronom akan mengamati pergerakan asteroid 1998 QE2 melalui teleskop yang berada di observatorium  Arecibo di Puerto Rico dan menggunakan radar NASA di Goldstone, California, Amerika Serikat. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, May 15, 2013

Ilmuwan Jelaskan Cara Berkebun dan Bercocok Tanam di Mars

Planet Mars. Image credit: NASA
Manusia telah mengambil langkah besar dengan mencoba mengeksplorasi planet di luar Bumi yaitu Mars. Selain karena Mars terletak tidak terlalu jauh dari Bumi, Mars nampaknya juga memiliki beberapa sumber daya yang bisa dimanfaatkan manusia. nah bagaimana cara manusia bisa bertahan hidup jika bertahan di planet merah tersebut??. beberapa ilmuwan mengungkapkan bahwa agar manusia bisa hidup di planet mars, maka yang dibutuhkan adalah ketersediaan Oksigen, tempat tinggal, makanan, dan air yang mana hal tersebut harus bisa diperoleh secara mandiri (bukan berasal dari Bumi) agar bisa berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sketsa kubah kaca dengan robot untuk bercocok tanam di Mars yang dibuat oleh Vanessa harden. Image credit: Vanessa Harden
Selain itu manusia juga memerlukan bantuan robot untuk membantu pekerjaan sehari hari termasuk dalam hal bercocok tanam / bertani. Untuk bercocok tanam di mars, diperlukan sebuah kubah kaca atau geodesik yang bisa menjaga sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan bunga terlindung dari sinar ultraviolet yang ekstrim di Mars. Selain mampu melindungi dari sinarultraviolet, hal itu juga bisa melindungi dari badai pasir yang sering terjadi di sana. Di dalam kubah kaca tersebut tanaman akan tetap mendapatkan sinar Matahari yang cukup. Selain kubah kaca, ketersediaan air juga sangat penting untuk mengairi lahan dan juga untuk diminum manusia. Untuk itu manusia perlu mencarinya dengan menambang es yang terdapat di bawah permukaaan Mars untuk kemudian dicairkan. Atmosfer Mars yang sebagian besar terdiri dari CO2 bisa digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen bagi manusia.

Semua hal tersebut saat ini sedang diuji dan dikembangkan oleh ilmuwan di Bumi dengan membuat eksperimen lingkungan serupa di planet Mars. Hal itu sangat penting sebelum manusia benar-benar berangkat ke planet Mars untuk membangun peradaban di sana. Salah satu ilmuwan yang melakukan eksperimen bercocok tanam di Mars adalah Vanessa Harden yang membuat robot AstroGardening yang akan membantu manusia untuk bertani lengkap dengan kubah kacanya.(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Skylab, Stasiun Luar Angkasa Pertama Amerika Serikat

Skylab pertama pada misi ke Bulan (kiri), dan Skylab II pada SLS (kanan). Image credit: NASA
40 tahun lalu Amerika Serikat berhasil meluncurkan stasiun sekaligus laboratorium luar angkasa pertamanya yang disebut Skylab. Pada tahun 1973, Skylab diluncurkan dengan menggunakan roket Saturn V dan membawa 3 orang astronot. Stasiun luar angkasa Amerika seberat 85 ton tersebut terus mengorbit Bumi hingga tahun 1979 sebelum akhirnya memasuki atmosfer Bumi dan serpihannya jatuh di Australia bagan barat. Tidak ada yang terluka akibat hal itu, namun NASA akhirnya didenda 400 dollar oleh pemerintah Australia.
Skylab II. Image credit: NASA/MSFC
Generasi Skylab berikutnya (Skylab II) saat ini sedang dibuat oleh NASA yang diperkirakan dapat menampung 4 astronot sekaligus membawa perbekalan yang cukup untuk beberapa tahun tanpa harus dipasok dari Bumi. Pengembangan Skylab II tersebut bersamaan dengan dikembangkannya SLS (Space Launch System) NASA yang baru menggantikan Space Shuttle yang memakan banyak biaya dalam operasionalnya. Skylab II rencananya akan ditempatkan di antara Bumi dan Bulan pada tahun 2021. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, May 14, 2013

Lebih dari 78 Ribu Orang Mendaftar untuk Pergi ke Mars

Ilustrasi koloni manusia di planet Mars. Image credit: zmescience
Lebih dari 78.000 orang telah mendaftar untuk meraih kesempatan pergi ke planet Mars. Perjalanan satu arah tersebut ditujukan untuk membangun koloni manusia permanen di planet merah tersebut. Perusahaan asal Belanda yang meluncurkan ide tersebut, Mars One, pada 22 April lalu telah membuka aplikasi pendaftaran onlinenya dan berhasil mengumpulkan lebih dari 78.000 pendaftar. Dari situ akan dipilih empat orang saja untuk dikirim ke Mars pada tahun 2023.

Uniknya para pendaftar tersebut datang dari berbagai negara di dunia. Lebih dari 120 negara memiliki perwakilan pendaftar dengan mayoritas merupakan warga Amerika Serikat. Bass Lansdorp selaku CEO dari Mars One mengungkapkan bahwa target dari pendaftaran ini adalah 500 juta pendaftar. "Mars merupakan salah satu misi yang mewakili seluruh umat manusia dan hal itu akan benar jika semua orang di seluruh dunia dapat merasa terwakili. saya bangga bahwa ini bisa terjadi," ungkap Lansdorp. Selanjutnya ia mengatakan bahwa tidak satu pun dari ke empat orang nanti yang akan kembali ke Bumi.

Untuk misi koloni pertama, Mars One menganggarkan dana sekitar 6 miliar dollar yang kemudian akan menyusul misi koloni ke dua pada tahun 2025. Jika Anda berminat Anda juga bisa ikut mendaftar hingga 31 Agustus 2013 dan biaya pendaftaran 38 dollar atau setara dengan Rp. 372.400. Silahkan menuju ke link berikut untuk mendaftar, Mars One. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Keberadaan Debu Kosmik di Alam Semesta

Debu kosmik tampak sangat jelas berwarna hitam di galaksi NGC 1316. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: hubble
Jika kita bicara tentang obyek langit, pasti kebanyakan dari kita akan membayangkan obyek-obyek yang berukuran sangat besar seperti asteroid, bulan, planet, matahari, dan sebagainya. Padahal ada juga obyek langit yang berukuran mikro..Apa itu?? ia adalah debu kosmik. Alam semesta sendiri merupakan tempat yang sangat berdebu. Debu yang banyak tersebut tersamarkan oleh gelapnya ruang. Debu antariksa atau yang sering disebut juga dengan debu kosmik / cosmic dust adalah partikel berukuran mikro yang melayang di luar angkasa. Hanya sedikit dari debu kosmik yang berukuran 0.1 mm sehingga debu kosmik ini mirip seperti asap. Debu kosmik banyak dijumpai di sekitar Bintang-bintang muda yang baru lahir karena debu kosmik merupakan salah satu materi penyusun terbentuknya bintang dan planet.
Wujud debu kosmik dilihat dengan mikroskop elektron. Image credit: herschel
Skema daur ulang debu kosmik di alam semesta. Image credit: herschel
Debu kosmik ternyata juga didaur ulang oleh alam semesta. Debu kosmik yang dihasilkan bintang kemudian tertiup oleh angin surya dari ledakan bintang. Debu itu kemudian didaur ulang di ruang antar bintang dan membentuk awan gas / nebula yang kemudian bisa terbentuk lagi menjadi bintang. Debu kosmik bagi para astronom merupakan partikel yang sangat menggangu, sebab sifatnya yang menyerap cahaya dapat mengaburkan pandangan dalam proses pengamatan obyek langit. Karena sifatnya yang menyerap cahaya, ia kemudian memancarkan gelombang sinar inframerah yang dengan teleskop tertentu dapat ditangkap dan dianalisa. Salah satu teleskop canggih yang bisa melihat pancaran gelombang inframerah debu kosmik adalah teleskop Herschel. Teleskop tersebut mampu melihat debu kosmik yang bersuhu antara -173 s/d -265 derajat Celcius. (HSC, Adi saputro/ www.astronomi.us)

Monday, April 29, 2013

Bintang Betelguese, Bintang Raksasa Merah Terdekat dengan Bumi

Bintang Betelguese. Image credit:ESA/Herschel/PACS/L
Bintang Betelgeuse (Alpha Orionis) merupakan sebuah bintang raksasa merah yang berada di konstelasi Orion. Bintang tersebut merupakan bintang raksasa yang jaraknya paling dekat dengan Bumi yakni sekitar 640 tahun cahaya. Bintang ini berukuran 1000 kali lebih besar dan 100.000 kali lebih terang dari Matahari kita. Jika diibaratkan Matahari kita adalah Betelguese, maka permukaannya akan mencapai orbit di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Saking besarnya, kita bisa melihatnya di langit pada malam hari dengan mata telanjang. Bintang ini diklasifikasikan sebagai red supergiant dengan tipe M2lab yang merupakan klasifikasi bintang terbesar dan tingkat kecerahan cahaya yang tinggi.

Bintang ini sudah dikenal sejak jaman Ptolemy dan konon kabarnya tiga abad sebelum Ptolemy, bintang ini sudah dikenal oleh astronom China dan mereka melihat bintang tersebut berwarna kuning.

Bintang Betelgeuse termasuk bintang tua yang sudah mendekati masa akhir dari hidupnya. Tubuh yang semakin membesar dan suhu yang semakin menurun merupakan sebuah tanda sebuah bintang akan menuju kematian, termasuk Betelgeuse.

Tingkat kecerahan dan temperatur bintang. Image credit: ESO
Dalam foto bintang Betelguese terbaru yang didapat dari teleskop Herschel diperoleh gambar bahwa angin debu dari bintang tersebut bergerak menghantam ruang bintang lain di dekatnya sehingga membuatnya tampak seperti busur gelombang kejut yang bergerak dengan kecepatan 30 km per detik. Angin yang juga terdiri dari debu tersebut merupakan bukti bahwa massa dari bintang Betelguese yang semakin berkurang. Debu tersebut awalnya berasal dari tubuh bintang itu sendiri.

Lapisan dalam dari bintang Betelguese memperlihatkan struktur menonjol yang tidak simetris yang secara teknis mengeluarkan/ memancarkan serpihan debu bintang. Selain itu juga terdapat struktur lain yang linier yang letaknya lebih jauh di luar busur angin debu bintang yang menurut para astronom struktur tersebut merupakan hasil dari materi bintang Betelgeuse yang keluar saat bintang tersebut mengalami evolusi. Namun berdasarkan analisis terbaru menunjukkan bahwa struktur itu berhubungan dengan medan magnet galaksi atau juga tepi dari awan antarbintang yang ada di sekitar bintang Betelguese yang tersinari oleh cahaya bintang tersebut.

Jika ternyata struktur linier yang simetris itu merupakan obyek yang terpisah dari busur angin debu Betelgeuse, maka diperkirakan kedua struktur/ filamen tersebut akan bertabrakan sekitar 5000 tahun mendatang disusul oleh bintang Betelguese itu sendiri pada 12.500 tahun kemudian.

Kelak jika bintang Betelguese harus mengakhiri hidupnya dengan supernova, maka akan menjadi sesuatu yang indah jika dilihat dari Bumi. Bintang tersebut akan dapat dilihat pada siang bolong di langit selama berbulan-bulan. Namun diperkirakan hal itu baru akan terjadi jutaan tahun ke depan.(PS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto