Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Sunday, August 21, 2011

Di Mars, Lebih Baik Jadi Vegetarian

Kolonisasi Mars telah direncanakan sejak saat ini. Presiden Amerika Serikat Barack Obama menargetkan, pada tahun 2030, manusia bisa mendarat di Mars. NASA sebagai pelaksanan misi juga telah menjalin kerja sama dengan SpaceX, perusahaan milik space enterpreneur Elon Musk, untuk mengembangkan kendaraan menuju planet merah itu.

Salah satu hal yang dipertimbangkan berkaitan dengan misi ke Mars adalah soal makanan. Jika makanan harus dikirim dari Bumi, pastinya biayanya sangat mahal karena ongkos transportasi. Sementara, sejauh ini belum ada hasil riset yang mengatakan bahwa tanaman atau hewan ternak bisa dibudidayakan in situ di Mars.

Di antara ketidakpastian, presiden People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), Ingrid E. Newkirk, mengatakan, menjadi vegetarian adalah pilihan terbaik untuk hidup di Mars. Ia mengatakan, menjadi vegetarian bisa memberi kesempatan menikmati hidup lebih lama di Mars dan terhindar dari penyakit.

"Jika visi kolonisasi Mars Elon Musk menjadi kenyataan, hal terakhir yang orang butuhkan adalah penyakit dan kehancuran akibat memakan hewan. Apakah Anda hidup di rumah baru di Mars maupun bertahan di Bumi, menjadi vegetarian adalah cara terbaik untuk menikmati hidup selama mungkin," kata Newkirk seperti dikutip Space.com, Jumat (19/8/2011).

Menyatakan keseriusannya, Newkirk atas nama organisasinya mengirimkan surat ke Elon Musk pada Senin (8/8/2011) lalu. Surat itu menyatakan, "Kita bisa mendapatkan makanan yang benar di biosfer baru kita dengan memastikan bahwa pesawat SpaceX hanya membawa stok makanan vegetarian dan koloni berkomitmen punya diet non hewan setelah tiba."

Musk pun menanggapi pernyataan Newkirk, namun ia hanya mengatakan bahwa vegetarian mungkin adalah taktik jitu di awal kolonisasi. Ia mengungkapkan, "Saya adalah pendukung pilihan bebas untuk masa depan di Mars. Ini artinya, kemungkinan besar koloni awal Mars memang memiliki diet vegetarian karena keterbatasan lahan dan energi untuk beternak."

Hingga misi astronot di International Space Station (ISS) berjalan puluhan tahun, NASA belum memiliki larangan memakan makanan hewan. Justru, beberapa menu makanan yang diberikan pada astronot ISS berbahan hewan, seperti daging sapi, udang dan ayam.Belum ada pula penelitian bahwa menjadi vegetarian akan meningkatkan survival di luar Bumi.

Tapi, pernyataan Musk ada benarnya. Saat kondisi belum memungkinkan untuk beternak, menjadi vegetarian adalah strategi jitu. Tanaman lebih mudah dibudidayakan daripada hewan. Ketika kondisi sudah memungkinkan dan teknik budidaya ditemukan, seperti di Bumi, vegetarian hanya sebuah pilihan saja.

sumber 

NASA Rencanakan Paket Wisata Murah ke Mars

Wisata ke luar angkasa bukan hal baru. Dengan menumpang kapsul Soyuz milik Rusia, beberapa miliarder sudah mencicipi berkunjung beberapa hari ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) meski harus merogoh kocek miliaran rupiah.

Pada masa depan, wisata semacam itu mungkin bisa lebih lama dan jauh, termasuk ke Planet Mars. Bahkan, harganya bisa jadi lebih ekonomis. Kemungkinan untuk mengadakan perjalanan murah ke Mars sedang digodok oleh NASA dan Space Exploration Technologies.

"Perjalanan dengan kapsul Dragon di roket Falcon Heavy dapat pergi ke Mars dengan biaya ratusan juta dollar AS, tidak miliaran," kata Pete Worden, Direktur Ames Research Center milik NASA dalam konferensi penerbangan luar angkasa komersial NewSpace 2011, akhir pekan lalu.

Space Exploration Technologies, atau disingkat SpaceX, saat ini sedang mempersiapkan uji penerbangan kapsul Dragon yang akan dilakukan pada 30 November. Kapsul tersebut akan terbang menuju stasiun luar angkasa. SpaceX berencana menambah kemampuan Dragon untuk menerbangkan orang ke luar angkasa, dan suatu hari nanti ke Mars.

Misi yang secara informal disebut Red Dragon ini akan mengikuti Mars Science Laboratory yang akan diluncurkan NASA, November nanti. Rencananya, NASA akan mendaratkan pesawat di Mars, Agustus tahun depan, dengan tujuan mengetahui kemungkinan planet untuk mendukung kehidupan mikroba, atau malah mencari tahu apakah planet pernah mendukung kehidupan tersebut.

Red Dragon direncanakan mengebor Mars untuk masuk ke dalam es yang terkubur dan mencari bukti-bukti kehidupan. "Salah satu hal penting adalah mencari kemungkinan kehidupan pada masa lalu," kata Worden. Misi Red Dragon juga berusaha mengetahui kemungkinan penerbangan membawa sejumlah beban ke Mars, hal yang terjadi saat membawa manusia ke Mars.

Elon Musk, pengusaha di balik SpaceX, mengatakan, hal yang superpenting dalam sejarah adalah, "Apakah kita akan menjadi spesies multiplanet atau tidak? Jika tidak, masa depan kita tidak terlalu cerah. Kita hanya berkerumun di Bumi sampai waktunya malapetaka tiba."

sumber

Mikroba Bumi Lebih Ganas di Luar Angkasa

Pertumbuhan mikroflora pada para astronot di luar angkasa lebih cepat. Hal itu dikhawatirkan mengganggu metabolisme jika para astronot berlama-lama di dalam misinya.

Seorang profesor dari Pusat Penyakit Infeksi dan Vaksinologi di The Institute Biodesign, Arizona State University, Amerika Serikat, Cheryl Nickerson, Selasa (26/7/2011), mengatakan, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) perlu mengambil mikroba menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan misi ke luar angkasa.

Perlu pula menentukan obat yang digunakan untuk mencegah resistensi mikroba tersebut. Setidaknya, satu jenis mikroba yang bersifat patogen, yaitu Salmonella sp, diketahui akan lebih ganas di luar angkasa.

Perubahan gaya berat juga mengubah aktivitas jenis mikroba lain. Itu, di antaranya, bakteri Pseudomonas aeruginosa yang bisa mengganggu pernapasan, menunjukkan kemiripan perubahan genetik molekuler Salmonella.

"Penelitian ini setidaknya untuk mendapatkan vaksin yang lebih baik," kata Nickerson.

Sebotol "Wine" untuk Menjelajah Semesta

Anggur dari Saint Emilion
Menjelajah angkasa akan menjadi pengalaman yang mengagumkan sekaligus penuh tantangan. Baru-baru ini, ilmuwan menemukan minuman yang tepat untuk dibawa menjelajah angkasa yang tak lain adalah sebotol red wine.

Mengapa wine? Red wine mengandung senyawa resveratrol dan antioksidan yang baik untuk jantung. Studi terbaru yang dilakukan peneliti Perancis menunjukkan, resveratrol bisa mencegah penurunan kepadatan tulang dan atrofi otot, dua masalah yang sering dijumpai astronot yang hidup dalam kondisi mikrogravitasi.

Untuk sampai pada kesimpulan itu, para peneliti asal Perancis membuat eksperimen dengan tikus. Mereka membagi tikus percobaan menjadi dua kelompok dan menggantung dengan mengaitkan ekornya. Kelompok pertama dicekoki dengan resveratrol, sementara kelompok kedua tak diberi perlakuan khusus.

Hasil menunjukkan, hanya kelompok yang tak diberi perlakuan khusus yang mengalami penurunan kepadatan tulang dan otot serta resistensi insulin. "Resveratrol dengan demikian bisa menjadi nutrisi untuk mencegah risiko perjalanan antariksa meski masih harus diuji pada manusia," tulis peneliti dalam publikasinya di jurnal Federation of the American Societies for Experimental Biology (FASEB) 20 Juni 2011.

Menegaskan hasil tersebut, Gerarld Weissmann MD, pemimpin redaksi jurnal FASEB seperti dikutip Popsci, Jumat (1/7/2011), mengatakan, "Resveratrol mungkin tak bisa menggantikan fungsi latihan (yang harus dijalani astronot), tetapi bisa memperlambat kerusakan."

Tim peneliti dari Perancis terdiri dari 18 orang yang salah satunya adalah Imam Momken dari Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS) Institut Pluridisciplinaire Hubert Curien (IPHC), Université de Strasbourg, Perancis.

Temuan ini boleh jadi membantu misi perjalanan astronot di masa depan yang ditargetkan bisa mencapai asteroid dan Mars. Selain itu, bila wisata antariksa kian marak nantinya, maka minuman ini pun akan meminimalkan risiko.

sumber 

Inilah Asal Muasal Panas Bumi

Panas sebesar 44 triliun watt terus mengalir dari interior Bumi ke ruang angkasa. Namun, tahukah Anda asal muasal panas ini?

Para geolog mengandalkan pengukuran suhu di lebih dari 20 ribu sumur bor di seluruh dunia. Jurnal Nature Geoscience melaporkan, peluruhan radioaktif uranium, torium, dan kalium dalam kerak bumi dan mantel merupakan sumber utama panas ini.

Pada 2005, kolaborasi pertama ilmuwan di KamLAND (Kamioka Liquid-scintillator Antineutrino Detector) yang berbasis di Jepang ini menunjukkan seperti dikutip thaindian, ada cara mengukur kontribusi itu secara langsung.

Sebuah neutrino, mirip elektron, merupakan partikel dasar yang bergerak mendekati kecepatan cahaya. Namun menurut Berkeley Lab, penyumbang utama KamLAND, berbeda dengan elektron, partikel ini tak membawa muatan listrik.

Kuncinya terletak pada penangkapan apa yang dijuluki KamLAND geoneutrino (geo-antineutrinos) yang dipancarkan saat isotop radioaktif (unsur kimia yang sama dengan massa berbeda) membusuk.

"Sebagai detektor, KamLAND punya kelebihan berbeda," ujar anggota Kementerian Energi Amerika Serikat (AS) di Berkeley Lab Stuart Freedman.

Freedman yang juga merupakan profesor fisika di University of California, Berkeley, mengatakan, “KamLAND secara khusus dirancang guna mempelajari antineutrinos. Kami mampu membedakannya dari gangguan di latar dan mendeteksinya menggunakan sensitivitas sangat tinggi."

Satu hal yang setidaknya 97% pasti adalah peluruhan pasokan radioaktif hanya menyumbang setengah panas bumi. Sumber-sumber lain juga harus diperhitungkan. Antineutrinos dihasilkan tak hanya dalam peluruhan uranium, torium, dan isotop kalium juga dalam variasi lain, termasuk produk fisi dalam reaktor nuklir.

sumber

Objek Misterius Bercahaya di Danau Erie, Diduga UFO (+VIDEO)

Obyek bercahaya terang ini nampak diam tak bergerak di atas danau. (Fox8)
Beberapa video UFO telah menjadi perhatian dunia, namun gambar ini nampak luar biasa jelas.

Pemerhati UFO, Michael Lee Hill, dari Eastlake, telah banyak merekam gambar misterius diatas Danau Erie, Ohio.

Ia baru saja merilis rekaman baru hasil rekamannya di sepanjang danau, yang ia katakan terbaik sejauh ini.

Mr Hill mengatakan, “Ini mungkin merupakan malam paling gila bagi aktivitas yang telah saya alami.”

Gambar ini menunjukkan beberapa set cahaya berwarna yang berkedap-kedip di atas danau Erie, dan sesekali muncul tidak bergerak.

Dilansir Daily Mail (1/5), Mr. Hill mengatakan, “Saya telah memfilmkan peristiwa ini dalam durasi waktu yang cukup lama di mana mereka seolah membiarkan saya mengetahuinya, mereka tahu saya memfilmkan mereka.”

“Anda tahu, mereka datang setiap tahun, semakin dekat dan semakin dekat.”

Jelas dan bergerak: Obyek cerah ini direkam di atas Danau Erie, Ohio. (Fox 8)
Beberapa orang di wilayah tersebut percaya bahwa danau itu adalah sarang bagi aktivitas makhluk asing.

Ed Husa yang tinggal di Euclid, seringkali berjalan dengan anjing kesayangannya di taman setempat.

“Saat saya keluar, saya mengamati atas langit dan saya menyaksikan mereka semua pada saat itu di sana.”

“Seringkali juga terlihat cahaya aneh berkedap-kedip dan lenyap.”

Fox 8 News juga telah merilis gambar cahaya aneh serupa dari Danau Erie tahun lalu.

Sebuah tim yang dipimpin dari Cleveland Ufology Project telah dibentuk untuk menelusuri cahaya-cahaya misterius itu.

Organisasi ini didirikan pada tahun 1952. Para anggotanya menganggap diri mereka sebagai ahli dan memutuskan gambar itu adalah pesawat.

Hill tidak setuju dengan pendapat mereka tahun lalu dan kini ia mengatakan bahwa ia bahkan lebih yakin alien ada diantara kita.

“Fakta dalam layar menunjukkan bahwa benda ini tak bergerak dan saya membantah dugaan yang mengatakan bahwa itu adalah pesawat terbang.”

NASA, yang memiliki fasilitas penelitian di Cleveland, belum mengomentari penampakan di atas Danau Erie tersebut. Pihak berwenang pada Hopkins International Airport mengatakan, pesawat-pesawat dari AS dan Kanada seringkali take-off di atas air.

Laut Pluto Tercipta di Bawah Permukaan Es

Permukaan Pluto dikenal beku, namun di dalamnya, peluruhan radioaktif kalium kemungkinan telah melelehkannya dan membentuk lautan.
Planet kerdil ini kemungkinan menyimpan kandungan air 120 mil, di bawah permukaannya.

Dari jauh Pluto nampak seperti tempat yang aneh, namun menurut petunjuk pola komputer terbaru, planet kerdil ini menyimpan kolam raksasa di bawah tempurung esnya yang tebal.

Para ilmuwan memperkirakan Pluto memiliki inti batu karang dengan sejumlah material radioaktif yang hancur secara perlahan-lahan, sehinga melepas panas yang cukup dalam proses pelelehan es dan menjaga agar tetap cair. Suhu permukaan Pluto diperkirakan sekitar -375 derajat Fahrenheit.

Mengingat ukruan dan komposisi Pluto hanya 100 bagian per miliar kalium radioaktif, hal tersebut hanya akan cukup untuk membentuk dan memperthankan samudera antara 60 hingga 105 mil dengan kedalaman 120 mil di bawah permukaan planet, ujar Guillaume Robuchon, ilmuwan planet dari Universitas California di Santa Cruz.

“Beberapa simulasi menunjukkan bahwa kemungkinan Pluto kini telah memiliki sebuah samudera,” tulis Robuchon dalam sebuah sinopsis penelitian yang dipresentasikan 14 Desember lalu pada Konferensi Aliansi Geofisika di San Fransisco.

Dugaan adanya samudera di Pluto tidak hanya berdasarkan teori jangka panjang. New Horizons, NASA, telah melakukan setengah perjalanan dengan waktu lebih dari 10 tahun di Pluto. Setelah melalui perjalanan lebih dari 3 milyar mil, misi ini akan dijadwalkan terbang melintasi Pluto pada Juli 2015.

Para ilmuwan belum mengetahui apa yang akan mereka temukan—belum ada penjelajah antariksa yang pernah mengunjungi Pluto yang berjarak 39 kali lebih jauh dengan matahari dibandingkan Bumi.

“Kami akan melakukan sesuatu yang sangat baru. Seperti misi pertama kali ke Mars. Sangat menarik,” ujar pemimpin New Horizons, ilmuwan Alan Stern, bersama Lembaga Riset Southwest di Bouler, Colo kepada Discovery News.

“Tentu saja, jika kami melihat geyser, seperti Enceladus (bulan Saturnus), hal tersebut tentu akan dengan mudah untuk menentukan bahwa di sana terdapat ventilasi di bawah permukaan air,” ujar Stern. “Ini tentu akan menjadi penemuam besar.”

Selain fitur permukaan, seperti retakan es atau aliran lava halus, para ilmuwan akan mengamati kutub Pluto untuk menandai bentuk interiornya. Selama ada lautan, Pluto kemungkinan akan membutuhkan pelapis-pelapis berbeda dari batu karang dan es.

“Bentuk Pluto semestinya merefleksikan konstruksinya,” ujar ilmuwan Bil Mckinnon, bersama Univeritas Washington di St Louis kepada Discovery News.

Petunjuk-petunjuk lain kemungkinan berasal dari sejumlah indikator bahan kimia yang terlepas dari atmosfir Pluto, akibat letusan geyser.

sumber

Mengamati Letusan Gunung Berapi Planet Lain


Gunung berapi menunjukkan kekuatan alam yang luar biasa sama seperti beberapa kejadian alam lainnya.

Pada awal tahun ini, abu dari letusan sebuah gunung berapi di Eslandia mampu mengganggu kegiatan penerbangan di atas langit Eropa Utara. Namun letusan ini belum bisa dibandingkan dengan apa yang terjadi di atas permukaan Io, satelit alami Jupiter, yang merupakan planet teraktif secara geologis di Tata Surya kita.

Sekarang, setelah para astronom menemukan planet-planet berbatu yang mengorbit bintang nun-jauh disana, maka pertanyaan baru timbul: Apakah dunia-dunia yang jauh di sana itu memiliki gunung berapi? Jika iya, bisakah kita mendeteksinya? Penelitian yang dikerjakan oleh ahli teori dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menjawab dengan yakin “Bisa”.

“Anda membutuhkan sesuatu yang sangat dahsyat, sebuah letusan yang membuang gas dengan jumlah yang sangat banyak ke atmosfir,” kata Lisa Kaltenegger, astronom dari Smithsonian. “Dengan memakai James Webb Telescope, kita mampu melihat sebuah letusan seukuran 10 sampai 100 kali letusan Pinatubo (gunung berapi di Filipina yang meletus dahsyat di bulan Juni, 1991) di bintang terdekat,” Lisa menambahkan.

Para astronom masih jauh dari menyanggupi untuk mendapatkan gambar permukaan planet lain yang jauh atau exoplanet. Meski demikian, dalam beberapa kasus mereka telah mampu mendeteksi atmosfir dari sebuah exoplanet yang dikenal sebagia “hot Jupiter”. Sebuah erupsi akan mengirimkan asap dan bermacam-macam gas, sehingga aktivitas vulkanis di sebuah exoplanet berbatu mungkin akan meninggalkan jejak-jejak atmosfir tertentu.

Untuk mengetahui gas-gas apa saja yang mungkin bisa terdeteksi, maka Kaltenegger dan rekan-rekannya, Wade Henning dan Dimitar Sasselov, mengembangkan sebuah model erupsi pada sebuah exoplanet seukuran Bumi yang didasarkan pada keadaan Bumi masa kini. Mereka menemukan gas sulfur dioksida-lah yang paling banyak terdeteksi. Letusan vulkanis yang dahsyat berpotensi terdeteksi karena memproduksi dan melepaskan banyak gas sulfur dioksida yang membutuhkan waktu lama untuk larut dalam udara.

“Dengan melihat erupsi vulkanis di suatu exoplanet akan memberikan kita tambahan data mengenai perbedaan dan persamaan antara planet-planet berbatu di luar sana.”

Erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada Juni 1991, melepaskan sekitar 17 juta ton sulfur dioksida ke stratosfir – suatu lapisan udara yang terletak di ketinggian antara 9 hingga 48 km di atas permukaan Bumi. Erupsi terdahsyat yang pernah terekam dalam sejarah, letusan Tambora pada 1815, setidaknya berkekuatan 10 kali letusan Pinatubo.

Letusan dengan skala sebesar itu tentu saja jarang muncul, hal ini membuat para astronom harus terus menerus memonitor banyak planet seukuran Bumi selama beberapa tahun untuk menemukannya. Tetapi, jika planet asing lain lebih aktif secara vulkanik dari-pada Bumi, maka tingkat kesuksesan akan makin meningkat.

“Letusan sekelas Tambora jarang terjadi di sini, tapi bisa jadi lebih sering terjadi di planet yang lebih muda, atau planet yang mengalami tidal lock seperti Io,” kata Henning. “Sekali anda menemukan sebuah erupsi, maka kita akan terus melihat untuk menemukan letusan berikutnya sekaligus mempelajari apakah letusan yang sering muncul juga merupakan hal yang biasa terjadi di planet lain.”

Untuk melihat gas vulkanis sulfur dioksida, para astronom harus mengandalkan satu-satunya instrumen pengamatan yang dikenal sebagai secondary eclipse (gerhana kedua), yang terjadi apabila sebuah planet bersilangan di belakang bintangnya ketika terlihat dari Bumi. Dengan mengumpulkan sinar dari bintang dan planet, kemudian mengurangi tingkat kecemerlangan cahaya bintangnya, sehingga para astronom akan mendapat sinyal dari planet itu sendiri. Sinyal itu kemudian dianalisa untuk menemukan tanda-tanda molekul kimiawi tertentu.

Sebuah planet Super-Bumi yang relatif dekat dengan Tata Surya kita akan menjadi ladang pembuktian terbaik untuk penemuan ini. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi planet mirip Bumi yang terletak di kejauhan 30 tahun cahaya lebih.

sumber


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto