Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, August 18, 2012

Bagaimana Membedakan Cahaya Bintang dan Planet Pada Malam Hari ?

Panorama galaksi Bima Sakti di malam hari.
Salah satu obyek paling menarik di langit malam bagi astronom amatir adalah planet-planet besar di tata surya. Paling tidak, ada empat planet utama yang bisa diamati dengan jelas, yakni Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

Namun, untuk mengamati planet-planet tersebut, seorang pengamat harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang di langit malam. Bagi mata orang awam, seluruh obyek tampak sama, berupa titik cahaya yang bertebaran di langit dan secara umum disamakan sebagai "bintang".

Padahal, ada perbedaan mendasar antara planet dan bintang. Salah satunya, bintang memancarkan cahaya sendiri (Matahari adalah sebuah bintang), sedangkan planet terlihat bercahaya karena memantulkan cahaya Matahari (seperti Bulan).

Ada beberapa cara membedakan planet dan bintang di langit malam dengan mata telanjang tanpa bantuan alat. Setelah mata telanjang bisa mengenali mana planet dan mana bintang, baru orang dapat meneropong planet yang ingin diamati. Beberapa caranya adalah:
  1. Cahaya planet tampak lebih terang dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bintang. Hal ini karena letak mereka lebih dekat dibandingkan dengan jarak bintang. Salah satu contoh planet yang paling mudah dikenali adalah Venus. Biasanya tampak sesaat setelah Matahari tenggelam dan menjelang Matahari terbit. Planet Venus sering disebut "Bintang Fajar" atau "Bintang Kejora" karena cahayanya sangat cemerlang. Adapun Planet Mars dapat dikenali dari cahayanya yang berwarna kemerahan.
  2. Cahaya bintang tampak berkelap-kelip, sedangkan cahaya planet cenderung tidak berkelap-kelip. Letak bintang sangat jauh dari Bumi sehingga cahaya yang tiba di permukaan Bumi sudah sangat lemah dan mudah terganggu turbulensi udara di atmosfer. Turbulensi udara ini bisa membiaskan atau membelokkan cahaya sehingga cahaya bintang tampak berkelap-kelip.
  3. Sedang cahaya dari planet cenderung lebih stabil karena planet lebih dekat sehingga cahaya yang sampai di permukaan Bumi "lebih banyak". Gangguan turbulensi udara di atmosfer juga tak terlalu berpengaruh.
  4. Apabila pengamatan dilakukan beberapa hari berturut-turut, akan terlihat posisi planet akan berpindah dari hari ke hari (waktu terbit atau tenggelam akan berbeda dari hari ke hari). Planet terlihat bergerak terhadap latar belakang bintang-bintang yang lain.
  5. Hal ini disebabkan gerakan Bumi mengelilingi Matahari sehingga posisi planet-planet itu akan terlihat bergeser pada hari yang berbeda. Karakter ini juga dapat dijadikan patokan untuk membedakan planet dan bintang.

Copenhagen Suborbitals Luncurkan Kapsul Beautiful Betty

Peluncuran kapsul Beautiful Betty dari kapal Randy oleh Copenhagen Suborbitals. Image credit: Thomas Pedersen/Copenhagen Suborbitals
Roket Launch Escape System (LES) berhasil meluncur. Image credit: Thomas Pedersen/Copenhagen Suborbitals
Sebuah organisasi nirlaba Denmark, Copenhagen Suborbitals pada hari Minggu (12/08/2012) lalu melakukan peluncuran kapsul luar angkasa buatan mereka. Kapsul yang diberi nama "Beautiful Betty" tersebut diluncurkan melalui sebuah kapal bernama Randy di lepas laut Baltik. Beautiful Betty di luncurkan dengan menggunakan roket Launch Escape System (LES).

Launch Escape System (LES) sebagai roket pembawa kapsul meluncur sedikit tak terkendali sehingga berputar dan menyebabkan kapsul Beautiful Betty jatuh pada ketinggian yang terlalu rendah. Hal itu menyebabkan parasut kapsul Beautiful Betty tidak membuka dengan sempurna sehingga kapsul tersebut jatuh dengan "keras" ke laut dan salah satu bagiannya penyok.

Diungkapkan oleh salah satu anggota tim dari Copenhagen Suborbitals yang dipimpin oleh Kristian von Bengtson dan Peter Madsen, mereka cukup senang dengan peluncuran tersebut.

"Hari ini semua sistem bekerja, sistem menempatkan Beautiful Betty pada ketinggian yang terlalu rendah sehingga parasut tidak membuka sepenuhnya. tapi kami senang," tulis anggota Copenhagen Suborbitals di facebook mereka sesaat setelah peluncuran seperti yang dikutip astronomi.us dari space.com, Sabtu (18/08/2012).

Tujuan dari Copenhagen Suborbitals adalah menciptakan sebuah sistem peluncuran luar angkasa dengan biaya murah. Copenhagen Suborbitals didanai oleh sumbangan orang perorang dan biaya dari berbagai sponsor. Copenhagen Suborbitals telah melaksanakan serangkaian riset dan uji coba sejak tahun 2008. Ini sekaligus menandai momen bahwa perusahaan antariksa swasta semakin antusias untuk ikut meramaikan dunia teknologi antariksa (Adi Saputro/ astronomi.us)

Setelah Dikritik, Kepala Perusahaan Pembuat Roket Proton-M Mengundurkan Diri

Roket Proton-M. Image credit: spacedaily.com
Setelah dikritik keras oleh Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev. Kepala dari Perusahaan pembuat roket Proton-M, Khrunichev State Research and Production Space Center, Vladimir Nesterov akhirnya mengundurkan diri. Pengunduran diri itu dilatar belakangi oleh kritik Medvedev mengenai kegagalan peluncuran 2 satelit yang dibawa oleh roket Proton-M pada 7 Agustus lalu. Salah satu satelit itu adalah Telkom-3 milik Indonesia. Dalam kasus tersebut perusahaan Khrunichev dan Briz-M dituntut untuk bertanggung jawab.

Berbicara setelah mengadakan pertemuan dengan pejabat Rusia, Medvedev mengungkapkan bahwa serangkaian kegagalan peluncuran tersebut mencoreng citra Rusia sebagai "leading space power" dan ia mengusulkan agar dilakukan kontrol ketat terhadap semua produksi fasilitas kedirgantaraan di negara tersebut. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Ilmuwan Temukan Gas Helium di Atmosfer Bulan

NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter. Image credit: space-travel.com
Ilmuwan dengan menggunakan Lyman Alpha Mapping Project (LAMP) yang terpasang pada NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter berhasil menemukan gas Helium di atmosfer Bulan. Hal ini sebagai penguat bukti percobaan Lunar Atmosphere Composition Experiment (LACE) pada tahun 1972 yang dilakukan oleh Astronot pada misi Apollo 17.

Penemuan itu didapat setelah ilmuwan melakukan penelitian terhadap emisi ultraviolet yang terlihat di atmosfer di atas permukaan Bulan.

"Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah Helium tersebut berasal dari dalam Bulan? Apakah gas tersebut dihasilkan dari peluruhan radioaktif dari dalam batu, ataukah dari sumber luar seperti angin Matahari (solar wind)?," ucap Dr Alan Stern, peneliti utama dari Southwest Research Institute seperti yang dikutip astronomi.us dari space-travel.com, Sabtu (18/08/2012).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dr Paul Feldman dari Johns Hopkins University menunjukkan bahwa jumlah Helium yang ada bisa berbeda-beda, dipengaruhi oleh angin Matahari.  Saat Bulan melintas di belakang Bumi dan terhalang oleh angin Matahari, jumlah Helium jadi menurun.

"Jika hal itu dipengaruhi oleh angin surya / angin Matahari, maka hal itu akan menjadi petunjuk bagi kita bahwa proses yang sama juga pada obyek luar angkasa yang lain," ucap Stern.

Namun jika pengamatan yang dilakukan oleh LAMP tidak menunjukkan hubungan angin Matahari dengan Helium di atmosfer Bulan, maka peluruhan radioaktif atau sebuah proses di dalam "tubuh" Bulan merupakan asal muasal dari Helium tersebut, contohnya seperti gempa di permukaan Bulan.

Selain Helium, pada tahun 1972, Lunar Atmosphere Composition Experiment (LACE) juga menemukan gas argon di permukaan Bulan. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Thursday, August 16, 2012

Ilmuwan Temukan Bukti Keberadaan Materi Gelap (Dark Matter)

Ilustrasi. Image credit: spacedaily.com
Ilmuwan berhasil mendeteksi Foton sinar Gamma yang keluar dari pusat galaksi Bima Sakti dan ini menjadi petunjuk bahwa materi gelap (dark matter) saling memusnahkan satu dengan lainnya. Hal itu diungkapkan oleh peneliti dari UC Irvine astrophysicists.

Peneliti Kevork Abazajian dan Manoj Kaplinghat menganalisa data yang dikumpulkan oleh NASA's Fermi Gamma-ray Space Telescope pada Agustus 2008 sampai Juni 2012. Mereka menemukan foton sinar Gamma datang dari pusat galaksi Bima Sakti. Radiasi elektromagnetik dari sinar Gamma memancar selama terjadinya peluruhan radioaktif atau aktifitas dari partikel berenergi tinggi lainnya.

"Ini adalah pertama kalinya asal foton sinar Gamma terdeteksi dengan data statistik yang tinggi. Selain itu bentuk dan spektrumnya sangat konsisten dengan teori-teori utama yang menjelaskan materi gelap (dark matter)," ungkap Abazajian seperti yang dikutip astronomi.us dari spacedaily.com pada hari Kamis (16/08/2012).

"Di masa depan, observasi akan difokuskan pada galaksi kerdil, sehingga kita bisa memastikan apakah ini sebenarnya materi gelap atau bukan," tambah Abazajian.

Materi gelap mengisi 85 persen dari massa alam semesta kita. Keberadaannya hanya bisa dideteksi pada efek gravitasinya terhadap obyek lain yang terlihat (kasat mata). Hipotesis yang ada saat ini mengungkapkan bahwa materi gelap (dark matter) tersusun atas partikel masif dengan interaksi yang lemah atau disebut dengan WIMPs. Saat dua WIMPs bertemu, mereka akan saling memusnahkan untuk menghasilkan partikel yang lebih akrab termasuk sinar Gamma. Namun sinar Gamma juga bisa dihasilkan dari sumber lain seperti partikel berenergi tinggi yang berinteraksi dengan gas di pusat galaksi. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Ilmuwan UCLA Temukan Lempeng Tektonik di Mars

Ilustrasi Valles Marineris di Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: novacelestia.com
Seorang ilmuwan dari UCLA (University of California, Los Angeles), An Yin, berhasil menemukan lempeng tektonik di planet Mars

Dikutip astronomi.us dari marsdaily.com, Kamis (16/08/2012), An Yin menemukan lempeng tektonik Mars dengan menganalisa gambar dari THEMIS (Thermal Emission Imaging System), sebuah instrumen yang terdapat pada wahana Odyssey, dan juga menganalisa gambar dari HIRISE (High Resolution Imaging Science Experiment) pada wahana Mars Reconnaissance Orbiter. Yin menganalisa lebih kurang 100 gambar dan 12 gambar diantaranya menunjukkan adanya lempeng tektonik.

"Mars adalah memiliki lempeng tektonik primitif. Ia memberikan gambaran seperti apa aktifitas lempeng tektonik saat usia Bumi masih muda," ucap An Yin.

Sebelumnya Yin juga telah mengadakan penelitian geologi di Himalaya dan Tibet, tempat dimana dua dari tujuh lempeng tektonik Bumi terbelah.

"Ketika saya mempelajari citra satelit dari Mars, banyak fitur yang mirip dengan apa yang saya temui di Himalaya dan Tibet, termasuk geomorfologinya," kata Yin yang juga seorang seorang ahli geologi planet. Kesamaan tersebut seperti adanya dinding ngarai yang sangat halus dan datar, tebing curam yang mirip dengan tebing di Death Valley, California yang kesemuanya hanya ada bila dihasilkan oleh suatu "kejadian" di tempat tersebut. Mars memiliki gunung berapi zona linier yang menjadi ciri khas dari hasil aktifitas lempeng tektonik.

Daerah di sekitar Valles Marineris di Mars. Image credit: marsdaily.com
"Anda tidak akan melihat fitur seperti ini di tempat lain di tata surya kita selain di Bumi dan Mars," tambah Yin.

Mars memiliki sebuah sistem / fitur daerah dimana daerah tersebut merupakan tempat terpanjang sekaligus terdalam yang ada di tata surya kita yang dikenal dengan nama Valles Marineris. Daerah tersebut ditemukan oleh wahana Mars orbiter, mariner 9 pada tahun 1971. Usia dari tempat tersebut 9 kali lebih tua dari usia Grand Canyon. Ilmuwan bertanya-tanya bagaimana tempat seperti itu bisa terbentuk?

"Awalnya saya tidak berharap adanya lempeng tektonik di sana. Akan tetapi semakin saya mempelajarinya, semakin saya menyadari bahwa Mars merupakan sebuha tempat yang sangat berbeda," ungkap Yin. Celah retakan besar yang membuka ini benar-benar berada di batas lempeng dengan gerakan horizontal, dan itu sangat mengejutkan namun sangat jelas. Celah yang membuka tersebut mirip dengan apa yang terjadi di laut mati di Bumi yang juga membuka dan bergerak horizontal," tambah Yin.

Dalam penelitiannya, Yin menemukan 2 lempeng di Mars, yaitu lempeng Valles Marineris Utara dan Valles Marineris Selatan. Hasil penelitian Yin ini diterbitkan dalam jurnal Litosfer edisi Agustus 2012. (Adi Saputro/ astronomi.us)

India Akan Kirimkan Wahana Antariksa ke Mars Pada 2013

Manmohan Singh. Image credit: canindia.com
Perdana Menteri India, Manmohan Singh dalam sebuah konferensi pers pada hari Rabu (15/08/2012) kemarin mengatakan bahwa India akan meluncurkan sebuah wahana pengorbit ke planet Mars untuk menyelidiki dan mempelajari planet tersebut. Rencananya peluncuran wahana tersebut akan dilakukan pada akhir tahun depan.

Ini merupakan sebuah langkah maju yang luar biasa bagi perkembangan dunia antariksa India setelah sebelumnya berhasil meluncurkan wahana satelit ke Bulan (3 tahun lalu) dan merencanakan misi berawak pertama pada 2016.

"Wahana luar angkasa kami akan pergi ke Mars untuk mengumpulkan data ilmiah penting," ucap Manmohan Singh pada pidato tahunan hari kemerdekaan India.

The Indian Space Research Organisation (ISRO) di harapkan dapat meluncurkan wahana pengorbit pada November 2013. Biaya untuk melaksanakan misi tersebut sekitar 70-90 juta dolar.

Pada September 2009, wahana antariksa India yang mengorbit Bulan, Chandrayaan-1, berhasil menemukan air di Bulan dan itu suatu prestasi yang luar biasa sekaligus meningkatkan prestise India dalam dunia teknologi antariksa. (MD, Adi Saputro/ astronomi.us)

Monday, August 13, 2012

NASA Tegaskan Bayangan Pada Foto Curiosity di Mars Bukan Alien

Awan / bayangan pada foto panorama Mars yang diambil Curiosity bukan alien. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Beberapa waktu lalu, saat kamera Curiosity mengambil gambar panorama di Mars, terlihat sebuah bayangan aneh di cakrawala planet tersebut yang memunculkan berbagai spekulasi. Apakah bayangan tersebut merupakan badai, debu, penampakan alien, atau bahkan bayangan sisa "bangunan" penduduk Mars ?

NASA telah menjelaskan perihal bayangan pada foto Curiosity tersebut. Dikutip astronomi.us dari space.com, Senin (13/08/2012), Bayangan pada foto itu bukanlah penampakan alien seperti yang disebutkan berbagai kalangan, akan tetapi efek dari roket Sky Crane yang menurunkan Curiosity di Mars. Roket Sky Crane menciptakan awan debu dipermukaan Mars. Foto itu sendiri diambil hanya 40 detik setelah Curiosity mendarat sehingga awan / bayangan sisa roket Sky Crane masih nampak seperti yang ada pada foto yang diambil dengan kamera Hazcam (hazard avoidance cameras) Curiosity. Sekitar 45 menit kemudian, kamera yang sama kembali mengambil foto pada posisi yang sama juga dan bayangan tersebut telah menghilang. (Adi Saputro/ astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto