Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, June 9, 2012

Foto Kawah Mars Buktikan Perubahan Iklim di Mars

Kawah Kalocsa (kiri) dan kawah Danielson (kanan) di Mars. Image credit: ESA
Foto kawah Mars yang diambil oleh ESA's Mars Express baru-baru ini menunjukkan perubahan iklim di planet tersebut.

Pada 19 Juni 2011, Mars Express meneliti daerah yang disebut dengan Arabia Terra. Di sana terdaat dua kawah yang menjadi fokus penelitian yaitu kawah Danielson dan kawah Kalocsa. Nama kawah Danielson diambil dari nama Goerge E Danielson, orang yang mengembangkan kamera pada beberapa wahana luar angkasa yang menjalankan misi ke Mars. Diameter kawah Danielson mencapai 60 km. Sedangkan kawah Kalocsa memeiliki diameter 33 km. Nama kawah tersebut diambil dari nama kota di Hungaria yang memiliki observatorium astronomi terbaik di negara tersebut.

Pada kawah danielson ditemukan adanya sedimen yang dibentuk oleh air, kemungkinan dari penampungan air bawah tanah saat planet Mars dahulu masih memiliki air dalam wujud cair. Namun nampaknya sebelum sedimen tersebut terhapus oleh angin Mars.

Dari situ peneliti menukan apa yang disebut dengan Yardang, yaitu bukit pasir yang terbentuk dari batuan dasar atau gabungan materi oleh partikel debu dan pasir yang dibawa oleh angin. Arah motif dari Yardang membuat peneliti berteori bahwa angin dari timur laut mengendapkan sedimen asli dan kemudian menyebabkan erosi pada kedua Yardang. Bukit sepanjang 30 km terlihat membagi dua Yardang.

Di dasar kawah Danielson ditemukan petunjuk bahwa adanya beberaa lapisan sedimen yang memiliki ketebalan yan hampir sama dan terpisah. beberapa peneliti ercaya bahwa ini menunjukkan fluktuasi periodik pada iklim Mars yang dipicu oleh perubahan reguler di sumbu rotasi planet.

Hal yang berbeda ditemukan di kawah Kalocsa. Tidak terlihat adanya lapisan sedimen. Kemungkinan hal ini disebabkan letaknya yang lebih tinggi dan kawah tidak menekan penampungan air di bawah tanah. Selain itu ada juga hipotesis bahwa kawah ini terbentuk setelah air di Mars menghilang. (marsdaily.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Nicolaus Copernicus dan Teori Heliosentris (Matahari Sebagai Pusat Tata Surya)

Nicolaus Copernicus. Image credit: wikipedia.org
Niklas Koppernigk (latin: Nicolaus Copernicus; bahasa Polandia Mikołaj Kopernik; lahir di Toruń, 19 Februari 1473 – meninggal di Frombork, 24 Mei 1543 pada umur 70 tahun) adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia, yang mengembangkan teori heliosentrisme (berpusat di matahari) Tata Surya dalam bentuk yang terperinci, sehingga teori tersebut bermanfaat bagi sains. Ia juga seorang kanon gereja, gubernur dan administrator, hakim, astrolog, dan tabib. Teorinya tentang Matahari sebagai pusat Tata Surya, yang menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta) dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan merupakan titik mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern (teori ini menimbulkan revolusi ilmiah). Teorinya memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia lainnya. Universitas Nicolaus Copernicus di Torun, didirikan tahun 1945, dinamai untuk menghormatinya.
Ada beberapa 'pembual' yang berupaya mengkritik karya saya, padahal mereka sama sekali tidak tahu matematika, dan dengan tanpa malu menyimpangkan makna beberapa ayat dari Tulisan-Tulisan Kudus agar cocok dengan tujuan mereka, mereka berani mengecam dan menyerang karya saya; saya tidak khawatir sedikit pun terhadap mereka, bahkan saya akan mencemooh kecaman mereka sebagai tindakan yang gegabah
Nikolaus Kopernikus menulis kata-kata yang dikutip di atas kepada Paus Paulus III. Kopernikus mencantumkan kata-kata itu dalam karya terobosannya yang berjudul On the Revolutions of the Heavenly Spheres (mengenai perputaran bola-bola langit), yang diterbitkan pada tahun 1543. Mengenai pandangan yang dinyatakan dalam karyanya ini, Christoph Clavius, seorang imam Yesuit pada abad ke-16, mengatakan, "Teori Kopernikus memuat banyak pernyataan yang tidak masuk akal atau salah". Teolog Jerman, Martin Luther, menyayangkan, "Si dungu itu akan mengacaukan seluruh ilmu astronomi".

Haus Pengetahuan

Lahir pada tanggal 19 Februari 1473 di Toruń, yang pada waktu itu di bawah kekuasaan suatu ordo Kristen bernama Ordo Teutonicum, nama aslinya ialah Niklas Koppernigk (Mikołaj Kopernik, dalam bahasa Polandia yang merupakan bahasa sehari-hari pada waktu itu). Baru belakangan, sewaktu ia mulai menulis karya akademinya, ia menggunakan nama Latin, Nicolaus Copernicus. Ayahnya, seorang saudagar yang berdagang di Toruń, mempunyai empat anak; Nicolaus adalah si bungsu. Sewaktu Nicolaus berusia 11 tahun, ayahnya meninggal. Seorang paman, bernama Lucas Waczenrode, mengasuh Nicolaus dan saudara-saudara kandungnya. Ia membantu Nicolaus memperoleh pendidikan yang baik, menganjurkannya untuk menjadi imam.

Pendidikan Nicolaus dimulai di kampung halamannya, tetapi belakangan dilanjutkan di Chełmno yang tidak jauh dari situ. Di sana ia belajar bahasa Latin dan mempelajari karya para penulis kuno. Pada usia 18 tahun, ia pindah ke Kraków, ibukota Polandia saat itu. Di kota ini ia kuliah di universitas dan mengajar dan mengejar hasratnya akan astronomi. Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Kraków, paman dari Nikolaus — yang pada waktu itu telah menjadi uskup di Warmia — memintanya untuk pindah ke Frombork, sebuah kota di Laut Baltik. Waczenrode ingin kemenakannya menduduki jabatan staf katedral.

Akan tetapi, Nicolaus yang berusia 23 tahun ingin memuaskan dahaganya akan pengetahuan dan berhasil membujuk pamannya untuk mengizinkan dia mempelajari hukum gereja, kedokteran, dan matematika di berbagai universitas di Bologna dan Padua, Italia. Di sana, Nicolaus bergabung dengan astronom Domenico Maria Novara dan filsuf Pietro Pomponazzi. Sejarawan Stanisław Brzostkiewicz mengatakan bahwa ajaran Pomponazzi telah "membebaskan pikiran astronom muda ini dari cengkraman ideologi abad pertengahan".

Di waktu senggangnya, Copernicus mempelajari karya para astronom zaman dahulu, menjadi begitu larut dalam karya tersebut sampai-sampai ketika ia mengetahui karya Latin itu tidak lengkap, ia mempelajari bahasa Yunani agar dapat meneliti naskah aslinya. Pada akhir pendidikannya, Nicolaus telah menjadi doktor hukum gereja, matematikawan, dan dokter. Ia juga pakar bahasa Yunani, menjadi orang pertama yang menerjemahkan sebuah dokumen dari bahasa Yunani langsung ke bahasa Polandia.

Teori Revolusioner

Sepulangnya ke Polandia, pamannya melantik dia sebagai sekretaris, penasihat, dan dokter pribadinya — suatu kedudukan yang bergengsi. Selama puluhan tahun berikutnya, Nicolaus menjabat berbagai kedudukan administratif, baik di bidang agama maupun sipil. Meski sangat sibuk, ia melanjutkan penelitiannya tentang bintang dan planet, mengumpulkan bukti untuk mendukung suatu teori yang revolusioner bahwa bumi bukan pusat yang tidak bergerak dari alam semesta tetapi, sebenarnya, bergerak mengitari matahari.

Teori ini bertentangan dengan ajaran filsuf yang terpandang, Aristoteles, dan tidak sejalan dengan kesimpulan matematikawan Yunani, Ptolemeus. Selain itu, teori Copernicus menyangkal apa yang dianggap sebagai "fakta" bahwa Matahari terbit di timur dan bergerak melintasi angkasa untuk terbenam di barat, sedangkan bumi tetap tidak bergerak.

Copernicus bukanlah orang yang pertama yang menyimpulkan bahwa bumi berputar mengitari Matahari. Astronom Yunani Aristarkhus dari Samos telah mengemukakan teori ini pada abad ketiga Sebelum Masehi. Para pengikut Pythagoras telah mengajarkan bahwa bumi serta Matahari bergerak mengitari suatu api pusat. Akan tetapi, Ptolemeus menulis bahwa jika bumi bergerak, "binatang dan benda lainnya akan bergelantungan di udara, dan bumi akan jatuh dari langit dengan sangat cepat". Ia menambahkan, "sekadar memikirkan hal-hal itu saja terlihat konyol".

Ptolemeus mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh serangkaian bola bening yang saling bertumpukan, dan bola-bola itu tertancap Matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-bola bening inilah yang menggerakan planet dan bintang. Rumus matematika Ptolemeus menjelaskan, dengan akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di langit malam.

Namun, kelemahan teori Ptolemeus itulah yang mendorong Copernicus untuk mencari penjelasan alternatif atas pergerakan yang aneh dari planet-planet. Untuk menopang teorinya, Kopernikus merekonstruksi peralatan yang digunakan oleh para astronom zaman dahulu. Walaupun sederhana dibandingkan dengan standar modern, peralatan ini memungkinkan dia menghitung jarak relatif antara planet-planet dan Matahari. Selama bertahun-tahun, ia berupaya menetukan secara persis tanggal-tanggal manakala para pendahulunya telah membuat beberapa pengamatan penting di bidang astronomi. Diperlengkapi dengan data ini, Copernicus mulai mengerjakan dokumen kontroversial yang menyatakan bahwa bumi dan manusia di dalamnya bukanlah pusat alam semesta.

Perubahan yang dibuat Osiander pada mulanya meluputkan buku itu dari kecaman. Asronom dan fisikawan Italia, Galileo, belakangan menulis, "Sewaktu dicetak, buku itu diterima oleh Gereja suci dan telah dibaca dan dipelajari oleh setiap orang tanpa sedikit pun kecurigaan bahwa gagasan ini bertentangan dengan doktrin-doktrin gereja. Namun, mengingat sekarang ada berbagai pengalaman dan bukti penting yang memperlihatkan bahwa gagasan itu memiliki bukti yang kuat, muncullah orang-orang yang hendak mendiskreditkan pengarangnya tanpa membaca bukunya sedikit pun".

Kaum Lutheran merupakan yang pertama-tama menyebut buku itu "tidak masuk akal". Gereja Katolik, meski pada mulanya tidak menyatakan kecaman, memutuskan bahwa buku itu bertentangan dengan doktrin resminya dan pada tahun 1616 mencantumkan karya Copernicus ke dalam buku-buku terlarang. Buku itu baru dicabut dari daftar ini pada tahun 1828. Dalam kata pengantarnya untuk terjemahan bahasa Inggris dari buku itu, Charles Glenn Wallis menjelaskan, "Pertikaian antara Katolik dan Protestan membuat kedua sekte itu takut pada skandal apa pun yang tampaknya dapat merongrong respek terhadap Kegerejaan Alkitab, dan akibatnya mereka menjadi terlalu harfiah dalam membaca ayat Alkitab dan cenderung mengutuki setiap pernyataan yang dapat dianggap sebagai penyangkalan atas setiap penafsiran harfiah dari setiap ayat dalam Alkitab". Sebagai contoh, kisah yang dicatat di Yosua 10:13, yang menceritakan tentang Matahari yang dibuat tidak bergerak, digunakan untuk menegaskan bahwa Matahari, bukan bumi, yang biasanya bergerak. Mengenai anggapan bahwa teori Kopernikus bertentangan dengan ajaran Alkitab, Galileo menulis, " [Copernicus] tidak mengabaikan Alkitab, tetapi ia tahu betul bahwa jika doktrinnya terbukti, hal itu tidak akan bertentangan dengan Alkitab apabila ayat-ayatnya dipahami dengan benar".

Dewasa ini, Copernicus disanjung oleh banyak orang sebagai Bapak Astronomi Modern. Memang, uraiannya tentang alam semesta telah dimurnikan dan diperbaiki oleh ilmuwan yang tekemudian, seperti Galileo, Kepler, dan Newton. Akan tetapi, astofisikawan Owen Gingerich mengomentari, "Copernicuslah yang dengan karyanya memperlihatkan kepada kita bagaimana rapuhnya konsep ilmiah yang sudah diterima untuk waktu yang lama". Melalui penelitian, pengamatan, dan matematika, Kopernikus menjungkirkbalikkan konsep ilmiah dan agama yang berurat berakar tetapi keliru. Dalam pemikiran manusia, ia juga “menghentikan Matahari dan menggerakkan bumi”.


Kontroversi Manuskrip

Copernicus menggunakan tahun-tahun terakhir kehidupannya untuk memperbaiki dan melengkapi berbagai argumen dan rumus matematika yang menopang teorinya. Lebih dari 95 persen dokumen akhir itu memuat perincian teknis yang mendukung kesimpulannya. Dokumen tulisan tangan orisinal ini masih ada dan disimpan di Universitas Jagiellonian di Kraków, Polandia. Dokumen ini tidak berjudul. Oleh karena itu, astronom Fred Hoyle menulis, "Kita benar-benar tidak tahu bagaimana Copernicus ingin menamai bukunya itu".

Bahkan sebelum karya itu diterbitkan, isinya telah membangkitkan minat. Copernicus telah menerbitkan sebuah rangkuman singkat tentang gagasannya dalam sebuah karya yang disebut Commentariolus. Alhasil, laporan tentang penelitiannya sampai ke Jerman dan Roma. Pada awal tahun 1533, Paus Klemens VII mendengar tentang teori Copernicus. Dan, pada tahun 1536, Kardinal Schönberg menyurati Copernicus, mendesak dia untuk menerbitkan catatan lengkap gagasannya. Georg Joachim Rhäticus, seorang profesor di Universitas Wittenberg di Jerman, begitu penasaran oleh karya Copernicus sampai-sampai ia mengunjungi Copernicus dan akhirnya menghabiskan waktu bersamanya selama dua tahun. Pada tahun 1542, Rhäticus membawa pulang sebuah salinan manuskrip itu ke Jerman dan menyerahkannya kepada seorang tukang cetak bernama Petraeius dan seorang juru tulis sekaligus korektor tipografi bernama Andreas Osiander.

Osiander menjuduli karya itu De revolutionibus orbium coelestium (Mengenai Perputaran Bola-Bola Langit). Dengan mencantumkan frasa “bola-bola langit”, Osiander menyiratkan bahwa karya itu dipengaruhi oleh gagasan Aristoteles. Osiander juga menulis kata pengantar anonim, yang menyatakan bahwa hipotesis dalam buku itu bukanlah artikel tentang iman dan belum tentu benar. Copernicus tidak menerima salinan dari buku yang dicetak itu, yang diubah dan dikompromikan tanpa seizinnya, sampai hanya beberapa jam sebelum kematiannya pada tahun 1543.
Dalam pemikiran manusia, ia juga “menghentikan Matahari dan menggerakkan bumi”.

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan Copernicus mulai abad ke-19 menjadi bahan perdebatan sengit. Namun sebenarnya ia bisa dikategorisasikan baik sebagai warga Jerman maupun Polandia. Dalam bahasa Jerman namanya secara umum dieja sebagai Kopernikus dan merupakan versi Latin dari nama Jerman Koppernigk. Dalam bahasa Polandia namanya dieja sebagai Mikołaj Kopernik. Ibu Kopernikus yang bernama Barbara Watzenrode merupakan seorang warga Jerman. Sedangkan kewarganegaraan ayahnya tidak diketahui. Kota kelahirannya Toruń tidak lama sebelum ia lahir dikuasai raja-raja Polandia, sehingga ia bisa dianggap sebagai warga Polandia. (wikipedia.org, astronomi.us)

Friday, June 8, 2012

Efek Yarkovsky Arahkan Orbit Asteroid ke Bumi

Ilustrasi efek Yarkovsky pada asteroid 1999 RQ36 saat melintas dekat Bumi pada tahun 2135. Image credit: dailymail.co.uk
Dalam 12 tahun terakhir, astronom menemukan bahwa orbit beberapa asteroid telah bergeser sekitar 100 mil dari orbitnya semula akibat ditarik dengan kuat oleh sebuah efek yang disebut dengan "Yarkovsky Effect".

"Efek Yarkovsky ini dapat mendorong asteroid menuju atau keluar dari orbit Bumi," ungkap Josh Emery dari University of Tennessee. "Memahami efek ini sangat penting untuk mengetahui apakah ada asteroid yang mungkin akan dapat menghantam Bumi," tambahnya. Astronom menemukan banyak asteroid yang memiliki kemungkinan untuk menabrak Bumi pada pertengahan abad ini.

Diantara asteroid yang diprediksi akan menabrak Bumi yaitu sebuah galaksi kecil 1999 RQ36. Galaksi kecil tersebut diperkirakan akan melintas Bumi pada tahun 2135. Asteroid tersebut diketahui telah bergeser 100 mil dari orbit asalnya, disebabkan oleh efek Yarkovsky ini.

Penelitian yang dilakukan Emery dengan menggunakan NASA Spitzer Space Telescope pada tahun 2007 dapat mengukur karakteristik termal dari asteroid menemukan bahwa asteroid tersebut ditutupi oleh material halus. "Semakin lama permukaannya dapat menahan panas, efek Yarkovskynya akan semakin kuat pengaruhnya," kata Emery. "Oleh karena itu jika asteroid terdiri dari batuan padat, maka efeknya akan lebih kuat karena mampu menahan panas lebih lama, tapi jika bahannya terdiri dari material halus seperti debu atau pasir, maka pendinginan akan lebih cepat sehingga pengaruh efeknya lebih lemah," imbuhnya seperti yang dikutip dari dailymail.co.uk, Jumat (08/06/2012).

Asteroid 1999 RQ36. Image credit: dailymail.co.uk

Mengetahui pengaruh efek Yarkovsky pada asteroid 1999 RQ36 sekaligus dapat mengetahui seberapa besar potensi bahaya jika asteroid tersebut benar-benar melintas Bumi pada tahun 2135 nanti.

Asteroid dengan diameter 500 meter tersebut diperkirakan akan melewati Bumi pada 2135 pada jarak 220 ribu mil. pada jarak yang semakin dekat, lintasan asteroid semakin sult untuk diprediksi secara akurat dan hanya bisa memperkirakannya dengan menggunakan data statistik.

Efek Yarkovsky sendiri diambil dari nama Insinyur Rusia pada abad ke-19 yang pertama kali menemukan bahwa suatu batuan antariksa dala jangka waktu tertentu orbitnya akan berbelok ketika menyerap sinar Matahari kemudian akan memancarkan kembali efek sinar Matahari tadi dalam bentuk panas. Efeknya sangat sulit untuk diukur karena sangat kecil.

Efek Yarkovsky ini ditemukan pada asteroid 1999 RQ36 dalam sebuah usaha untuk menentukan massa asteroid tersebut pada jarak jutaan mil dari Bumi. Ditemukan bahwa asteroid tersebut memiliki air dan berpori. (Adi Spautro/ astronomi.us)

Thursday, June 7, 2012

Bercocok Tanam di Kebun Robotik Untuk Suplai Makanan Astronot

Prototipe kebun robotik yang dibuat oleh mahasiswa University of Colorado. Image credit: Daniel Zukowski
Mahasiswa dari University of Colorado saat ini sedang mengembangkan suatu sistem kebun robotik yang diperuntukkan sebagai penyedia bahan makanan seperti sayuran dan buah-buahan untuk para astronot dalam menjalankan misi luar angkasa yang jaraknya jauh seperti ke Mars.

Proyek yang dipimpin oleh Professor Joe Tanoe (mantan astronot yang saat ini menjadi pengajar), Nikolaus Correll (Professor ilmu komputer dan pernah bekerja di MIT), dan Dave Klaus (ahli Biologi), dijalankan dengan dana hibah senilai $ 40 ribu.

Jika proyek ini selesai, maka akan dihasilkan suatu sistem pangan biogeneratif yang mampu mendukung kehidupan secara simultan termasuk memurnikan udara, menyaring air dan menghasilkan makanan untuk dikonsumsi. Secara singkat kebun ini sendiri memiliki empat tahap pertanian yaitu pembibitan, pemantauan pertumbuhan tanaman, pemanenan, dan pengolahan sisa tanaman untuk mendaur ulang nutrisi dan kembali ke tahap awal.

Saat ini tim riset sudah menyiapkan prototipe dari kebun tersebut. Proyek ini merupakan salah satu pemenang dari kompetisi "The X-Hab Academic Innovation Challenge" yang diadakan NASA dan National Space Grant Foundation untuk beberapa universitas di Amerika dalam rangka membantu NASA menyiapkan sistem untuk penjelajahan luar angkasa. (space-travel.com, astronomi.us)

Manusia Akan Pergi ke Mars Tahun 2023?

Ilustrasi. Image credit: Mars One
Pergi ke Bulan sudah, bagaimana jika pergi ke Mars? mungkin manusia akan dapat melakukannya pada tahun 2023 nanti. Seorang pengusaha besar Belanda Bas Lansdorp, ingin mewujudkan impian dan harapan manusia yaitu pergi ke Mars. Ia mengatakan bahwa hal itu sangat mungkin dilakukan sebab teknologi saat ini yang terus berkembang begitu luar biasa pesatnya. Lansdorp mengatakan setidaknya dibutuhkan dana $ 6 miliar untuk melakukan semua itu termasuk biaya riset dan pembuatan wahana antariksa untuk menuju ke Mars.

Namun hal itu tidak mudah, diperlukan teknologi tinggi untuk melakukan semua itu termasuk menyediakan sarana pendukung kehidupan seperti oksigen, energi, makanan, air dan sebagainya.

Dikutip dari universetoday.com, Kamis (07/06/2012), Untuk mendukung semua itu, Lansdorp akan menggunakan roket Falcon 9 buatan SpaceX, kapsul transit vehicle/space habitat yang dibuat oleh Thales Alenia Space salah satu variant dari kapsul Dragon SpaceX, kendaraan penjelajah (rover vehicle) oleh MDA Space Mission, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Siapa yang akan pergi? Akhir tahun ini rencananya akan ada pemilihan 40 orang yang kemudian akan diseleksi menjadi hanya 4 saja. Semua tahapan seleksi akan disiarkan melalui televisi dan media online. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Foto dan Video Transit Venus 6 Juni 2012

Pada 6 Juni 2012 kemarin sebuah fenomena astronomi yang mungkin kita tidak akan melihatnya lagi dalam hidup yaitu fenomena transit Venus (gerhana Venus). Kenapa bisa seperti itu? iya karena fenomena ini baru akan terjadi lagi pada tahun 2117 nanti. Bagi Anda yang kebetulan tidak sempat melihatnya atau tidak memiliki instrumen pendukung seperti teleskop untuk melihat fenomena ini dengan jelas, berikut ada alh foto dan Video transit Venus yang terjadi pada 6 Juni 2012 yang diambil dari berbagai tempat.

Foto transit Venus yang diambil oleh SDO (Solar Dynamics Observatory). Image credit: NASA/SDO
Foto transit Venus yang diambil oleh Jason Melquist. Image credit: Jason Melquist
Foto transit Venus yang diambil oleh astronot Don Pettit dari ISS. Image credit: NASA/Don Pettit
Foto transit Venus yang diambil dari Matamata, New Zealand. Image credit: Alison Thomas
Foto transit Venus yang diambil doleh Fernando Corrada. Image credit: Fernando Corrada
Foto transit Venus yang terselimuti awan. Image credit: JCC_Starguy
Foto transit Venus dan tampak adanya pesawat yang kebetulan melintas. Image credit: BillDavis6959
Foto transit Venus diambil oleh SDO, terlihat corona terlihat melompat ke luar dari Matahari. Image credit: NASA/SDO
Berikut ini video transit Venus 6 Juni 2012 yang diambil oleh SDO (Solar Dynamics Observatory):


Tuesday, June 5, 2012

NASA Akan Rubah 2 Satelit Pengamat Jadi Teleskop Seperti Hubble

Satelit pengamat yang akan dirubah menjadi teleskop seperti Hubble. Image credit: NASA
NASA akan menggunakan dua satelit pengamat yang sudah tidak digunakan oleh US’s National Reconnaissance Office (NRO) untuk dirubah menjadi teleskop seperti Hubble agar dapat digunakan untuk mencari energi gelap (dark energy). Dalam artikel di Washington Post dan New York Times, NASA dan NRO mengatakan bahwa dua satelit tersebut tidak digunakan dan belum sepenuhnya selesai dibuat. Meskipun dua satelit tersebut tidak memiliki isntrumen astronomi dan masih berada dalam gudang penyimpanan, keduanya memiliki cermin berukuran 2.4 meter seperti teleskop Hubble, dengan area pandang yang cukup luas dan cermin sekunder yang dapat digerakkan, memungkinkan untuk mendapatkan gambar yang memiliki fokus lebih baik.

"Permainan ini berubah total," ujar David N. Spergel, Ketua komite astronomi dan astrofisika dari National Academy of Science.

Dikuti dari universetoday.com, Selasa (05/06/2012), Dilaporkan sebelumnya bahwa NRO menghubungi NASA pada tahun 2011 tentang dua satelit mata-mata. Sejak diambil alih oleh NASA Science Directorate pada awal tahun ini, mantan teknisi teleskop Hubble John Grunsfeld yang bekerja dengan teknisi lainnya, mempelajari kemungkinan menggunakan dua satelit tersebut sebagai teleskop.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa Grunsfeld dan kawan-kawan tidak akan merombak penuh satelit tersebut untuk dirubah menjadi teleskop, akan tetapi NASA yang akan memutuskan perihal peruntukkan dan instrumen apa yang akan ditambahkan, sampai pada proses peluncuran dan pengoperasian teleskop tersebut jika nanti benar-benar terwujud. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Monday, June 4, 2012

Astronom Kembali Temukan Galaksi Tertua dan Terjauh

Citra dari galaksi LAEJ095950.99+021219.1 (di tengah berwarna hijau). Image credit: James Rhoads/Arizona State University
Astronom dari Arizona State University berhasil mengambil citra dari sebuah galaksi Jauh. Galaksi tersebut merupakan sebuah galaksi yang terbentuk saat alam semesta ini masih berusia muda yaitu baru berumur sekitar 800 juta tahun. Galaksi ini yang diberi nama LAEJ095950.99+021219.1 menjadi salah satu dari 10 galaksi terjauh yang pernah ditemukan sebab jaraknya saat ini mencapai 13 miliar tahun cahaya. Pada gambar di atas galaksi tersebut berwarna hijau (di tengah gambar).

Dikutip dari universetoday.com, Senin (04/06/2012), Galaksi ini dideteksi oleh pancaran cahaya dari ionisasi hidrogen menggunakan Teleskop Magellan IMACS (Inamori-Magellan Areal Camera & Spectrograph) yang dibuat di Carnegie Institute di Washington. Tim astronom menggunakan sebuah pita filter sempit dari alat tersebut yang dirancang untuk membatasi panjang gelombang dari suatu cahaya tertentu.

"Galaksi muda harus diobservasi dengan panjang gelombang inframerahnya dan ini tidak mudah jika kita melakukannya dengan menggunakan teleskop yang berbasis di Bumi sebab atmosfer Bumi itu sendiri memancarkan cahaya yang menyulitkan untuk mengobservasi galaksi muda", ungkap Sangeeta Malhotra, pimpinan penelitian dari Arizona State University. (Adi Saputro/ astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto