Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, October 24, 2013

Cassini Abadikan Foto Paling Nyata dari Daratan, Danau, dan Laut di Titan

Foto false color Titan yang diambil wahana Cassini. Terungkap perbedaan yang mencolok antara daratan dengan danau dan lautnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/University of Arizona/University of Idaho
Wahana pengorbit Saturnus, Cassini sukses mengabadikan foto daratan, danau, dan laut yang ada di bulan milik Saturnus, Titan. Pada foto tersebut tampak laut dan danau yang terdiri dari metana dan etana yang memberikan petunjuk kepada kita bahwa apa yang terjadi di sana mirip dengan siklus hidrologi yang terjadi di Bumi.

Foto tersebut diambil tanggal 10 Juli-12 September 2013, saat daerah di dekat kutub utara Titan sedang berada pada musim panas dan sinar Matahari bisa masuk menembus atmosfernya yang tebal sehingga bisa sampai menyinari permukaannya. Dari situ Cassini bisa mengintip bentuk formasi daratan dan danau yang ada di permukaan Titan untuk kemudian mengabadikannya dalam sebuah foto inframerah. "Kutub Utara Titan ternyata lebih menarik daripada yang kita duga sebelumnya," ucap Jason Barnes selaku ilmuwan dari University of Idaho, Moskow.

Menurut para ilmuwan, danau Titan terbentuk sebagai akibat dari menurunnya level ketinggian tanah akibat dari letusan gunung berapi. "Sejak laut dan danau ditemukan di titan, kami selalu bertanya mengapa kebanyakan dari mereka ada di daerah dengan lintang tinggi seperti dekat kutub Utara," ungkap juru bicara tim pencitraan Cassini, Elizabeth Turtle.

Wahana Cassini diluncurkan pada tahun 1997 dan sejak tahun 2004 mulai menjelejahi sistem planet Saturnus. Dan selama sembilan tahun ini Cassini telah banyak mengamati perubahan musim baik dari planet Saturnus itu sendiri maupun beberapa bulannya. "Wilayah danau Utara Titan adalah salah satu bagian yang paling mirip dengan Bumi dan yang paling menarik di tata surya," ungkap Linda Spilker ilmuwan Cassini dari JPL. "Danau Titan berubah seiring dengan perubahan musim, dan misi panjang Cassini memberikan kita kesempatan untuk melihat perubahan musim di Titan. Saat ini Matahari bersinar terang di bagian Utara dan kita mendapatkan pemandangan yang indah, kita bisa mulai membandingan beberapa data yang sudah ada tentang apa yang terjadi dengan danau di dekat kutub Utara itu," tambah Linda.

Sebagai tambahan informasi, wahana Cassini merupakan wahana yang dibuat atas kerjasama NASA, ESA, dan Italian Space Agency. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

NASA, Wahana LADEE Sudah Sampai di Bulan

Ilustrasi wahana LADEE mengorbit Bulan. Image credit: NASA
NASA secara resmi mengabarkan bahwa wahana LADEE yang diluncurkan pada 8 September 2013 lalu, saat ini sudah tiba di Bulan. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh wahana tersebut agar mampu menempatkan diri pada koordinat orbit yang ditentukan. Pada 1 Oktober 2013, NASA melakukan sedikit manuver koreksi untuk mengatur wahana LADEE agar berada pada jalur yang tepat dan selaras dengan Bulan. Tanggal 6 Oktober 2013, wahana LADEE melakukan manuver pertamanya yang disebut dengan LOI-1 (Lunar Orbit Insertion 1). Manuver pertama ini sangat penting dan riskan sebab jika sedikit saja salah maka akan sangat sulit bagi NASA untuk mengembalikan LADEE untuk mencapai orbit Bulan dan untungnya manuver itu berjalan sukses. Tanggal 9 Oktober wahana LADEE melakukan LOI-2 dan juga berjalan sukses, dan manuver terakhir LOI-3 berhasil membawa wahana LADEE pada jarak 235-250 km di atas permukaan Bulan.

Setibanya di Bulan, NASA langsung melakukan pengecekan dan memastikan wahana itu dapat beroperasi penuh. Pertengahan November nanti wahana LADEE akan turun ke orbit lebih rendah lagi untuk memulai misi penelitian pertamanya. Welcome to the moon LADEE !!! (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Foto Pilihan, Insinyur NASA Melipat Panel Surya Wahana MAVEN

Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Jim Grossmann
Di dalam ruang Payload Hazardous Servicing Facility di Kennedy Space Center tempat dimana wahana MAVEN di rakit, insinyur NASA bersiap untuk melipat panel surya yang ada di kanan dan kiri MAVEN untuk bersiap menjalani spin test.(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, October 23, 2013

Selain Saturnus, Planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus Juga Punya Cincin

Selain Saturnus, ternyata ada beberapa planet di tata surya kita yang juga memiliki cincin. Planet Jupiter memiliki cincin yang sangat tipis dan gelap yang sering disebut dengan cincin Jovian. Cincin Jovian pertama kali diamati oleh wahana Voyager 1 pada tahun 1979. Cincin Jupiter terdiri dari empat lapisan utama dan kebanyakan terdiri dari debu.
Cincin Jupiter (Cincin Jovian). Image credit: wikipedia
Uranus bahkan memiliki sembilan cincin di sekitarnya yang juga sangat gelap. Cincin Uranus ditemukan pada 10 Maret 1977 oleh astronom James L. Elliot, Edward W. Dunham, dan Douglas J. Mink. Cincin Uranus berumur relatif muda yakni 600 juta tahun dan sebagian besar terdiri dari debu yang berasal dari tumbukan  beberapa satelit alam yang pernah dimiliki planet tersebut.
Cincin Uranus. Image credit: wikipedia
Planet Neptunus juga memiliki cincin. Cincin Neptunus pertama kali ditemukan oleh astronom Patrice Bouchet, Reinhold Hafner dan Jean Manfroid pada tahun 1984 di Chili. Neptunus memiliki lima cincin yang mayoritas terdiri dari senyawa organik yang sangat gelap yang kemungkinan dihasilkan oleh proses radiasi tetapi ada juga beberapa bagian yang terang
Cincin Neptunus. Image credit: wikipedia
Untuk lebih jelas tentang cincin planet, akan dibuat artikel tersendiri. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Robot Curiosity Buktikan Beberapa Meteorit Bumi Benar Berasal dari Mars

Meteorit Tissint yang dikonfirmasi oleh ilmuwan berasal dari planet Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Natural History Museum
Berdasarkan data-data terbaru yang didapat oleh robot penjelajah Mars Curiosity, didapat petunjuk bahwa beberapa mateorit yang jatuh di Bumi memang benar-benar berasal dari Mars. Ilmuwan mengukur banyaknya isotop argon-36 yang ada di atmosfer Mars yang kemudian dibandingkan dengan jumlah isotop argon-38 yang lebih berat, ilmuwan menyatakan bahwa kedua komposisi itu ada pada meteorit Mars yang ditemukan di Bumi. Menurut mereka perbandingan isotop diantara kedua argon itu adalah 4.2. Seperti yang terdapat pada batu meteorit Mars yang dijuluki "Black Beauty" ini.
Meteorit Black Beauty. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Jika Mars tidak kehilangan atmosfernya, maka rasio perbandingan argon adalah 5.5 mirip dengan Matahari dan Jupiter. Tapi karena atmosfer Mars menghilang, argon dengan isotop yang ringan menjadi hilang dan yang tersisa hanya isotop argon yang lebih berat. Sebelum wahana Curiosity dikirim ke Mars, dengan meneliti sampel dari meteorit Mars, ilmuwan telah sejak lama menempatkan rasio argon diantara 3.6 dan 4.5. namun kini dengan menggunakan instrumen Sample Analysis at Mars (SAM) yang melekat pada Curiosity, mereka bisa mendapatkan proporsi yang lebih tepat. Dengan mengetahui komposisi argon dan proporsinya, secara tidak langsung ilmuwan juga bisa mengetahui sejarah atmosfer di planet itu sebab argon merupakan suatu penanda yang sangat jelas hilangnya atmosfer di Mars karena komposisi kimianya tidak dapat bereaksi atau bertukar dengan apapun yang ada baik di permukaan maupun di dalam interior planet Mars itu sendiri.

Curiosity sejatinya tidak bisa mengukur atau menyelidiki sejauh mana Mars kehilangan atmosfernya, tapi pada misi NASA berikutnya yang akan diluncurkan pada 18 November 2013 dengan menggunakan wahana MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile Evolution Mission) semua hal tentang atmosfer Mars akan terungkap. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Cukup Bayar Rp.842 Juta, Anda Bisa ke Luar Angkasa dengan Balon Udara (Plus Foto)

Dengan membayar Rp.842,6 juta, kita bisa ke luar angkasa dengan balon udara. Image credit: World View Enterprises, Inc
Saat ini kita tidak perlu menjalani pelatihan seperti astronot untuk bisa pergi ke luar angkasa. Cukup dengan membayar $ 75.000 atau setara dengan Rp.842,6 juta, perusahaan Amerika World View Enterprises yang berbasis di Tucson, Arizona, Amerika Serikat akan membawa Anda ke luar angkasa dengan menggunakan balon udara. Anda akan diajak untuk terbang di atas atmosfer Bumi pada ketinggian 30 km selama 2 jam dan melihat betapa indahnya planet Bumi tempat kita tinggal ini.

Nantinya penumpang akan berada dalam sebuah kapsul khusus yang dirancang oleh Paragon Space Development Corp untuk kemudian diangkat dengan balon udara. Jika waktu sudah berakhir, maka Anda akan dibawa turun perlahan dengan balon udara itu juga. Berwisata dengan balon udara lebih menyenangkan daripada dengan pesawat sebab penumpang akan bisa merasakan suasana yang lebih dekat dibandingkan dengan roket atau pesawat. Apa yang ditawarkan oleh World View Enterprises lebih murah dari kompetitornya yang lain. Sebagai perbendingan, perusahaan Virgin Galactic juga menawarkan paket wisata ke luar angkasa dengan biaya $ 250.000 (Rp.2,8 miliar) per orang untuk dibawa berwisata ke ketinggian 100 km di atas atmosfer Bumi dengan menggunakan pesawat. Sedangkan perusahaan XCOR mematok harga $ 95.000 (Rp.1 miliar) per orang untuk dibawa ke ketinggian yang sama. Bagaimana apakah Anda tertarik ??

Berikut ini foto-fotonya:






Note: image credit: World View Enterprises, Inc

(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saking Besarnya Gaya Gravitasi, Galaksi ini Bisa Berfungsi Sebagai Kaca Pembesar

Obyek yang disebut J1000+0221 yang sebenarnya merupakan sebuah galaksi dengan gravitasi super besar. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/ESA/A. van der Wel
Secara kebetulan teleskop Hubble berhasil menangkap sebuah obyek yang disebut J1000+0221 yang merupakan sebuah lensa gravitasi dari sebuah galaksi yang terletak 9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Foto yang diambil oleh teleskop Hubble tersebut sebenarnya foto dari dua buah galaksi. Galaksi pertama adalah galaksi yang menciptakan efek lensa (seperti kaca pembesar) yang memperjelah tampilan dari galaksi yang berada sejalan dengannya namun lebih jauh lagi jaraknya. Ilmuwan NASA menyebut fenomena ini sebagai lensa gravitasi dan pertama kalinya fenomena ini diteorikan oleh fisikawan terkenal dunia, Albert Einstein. "Penemuan ini benar-benar secara kebetulan," ungkap Arjen van der Wel dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Tingkat keselarasan obyek J1000+0221 dengan galaksi dibelakangnya sangat sempurna sehingga bisa terbentuk "cincin" di sekitar obyek. Ilmuwan mengatakan bahwa hal ini sangatlah jarang dan mereka merasa begitu beruntung melihat fenomena ini. Lebih jauh ilmuwan mengungkapkan bahwa galaksi yang ada di belakang obyek J1000+0221 diperbesar 22 kali lipat oleh lensa gravitasi tersebut. Berikut adalah prinsip kerja bagaimana fenomena itu ada dan diamati oleh teleskop Hubble.
Prinsip kerja dari pengamatan obyek J1000+0221. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ALMA (ESO/NRAO/NAOJ), L. Calçada (ESO), Y. Hezaveh
Diperkirakan galaksi lensa memiliki tingkat pembentukkan bintang yang sangat banyak sehingga mampu menciptakan gravitasi yang mampu berfungsi seperti kaca pembesar. "Ini adalah penemuan yang aneh dan menarik, dan itu benar-benar kebetulan. Ini akan menjadi bab baru dalam pengertian kita tentang evolusi galaksi di alam semesta pada masa lalu," tambah Arjen van der Wel. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kapsul Cygnus Mulai Meninggalkan ISS dan Akan "Bunuh Diri" di Atmosfer Bumi

Kapsul Cygnus undocking dengan ISS. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Kapsul / modul Cygnus buatan Orbital Sciences Corp yang telah merapat dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama hampir satu bulan akhirnya pada hari Selasa 22 Oktober 2013 kemarin mulai meninggalkan ISS. Kapsul Cygnus akan memasuki atmosfer Bumi untuk kemudian "menghancurkan" dirinya.

Tidak seperti kapsul Dragon milik SpaceX yang reusable dan memiliki kemampuan untuk kembali ke Bumi, kapsul Cygnus Orbital Sciences tidak memiliki kemampuan untuk itu. Kapsul tersebut hanya untuk sekali pakai. Rencananya kapsul itu akan masuk ke atmosfer Bumi di atas Samudera Pasifik sebelah Timur dari Selandia Baru. Kapsul Cygnus akan "bunuh diri" bersama dengan sampah yang diangkut dari ISS. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto