Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, August 22, 2013

Planet HD 189733b, Berwarna Biru Mirip Bumi dan Punya Hujan Kaca

Ilustrasi planet HD 189733b. Image credit: NASA, ESA
Para Astronom dengan menggunakan teleskop Hubble berhasil mengidentifikasi planet HD 189733b dan ternyata planet tersebut berwarna biru mirip seperti Bumi.

Planet ini merupakan salah satu eksoplanet (planet di luar tata surya) yang paling dekat dengan Bumi yakni sekitar 63 tahun cahaya. Jika kita melihat warnanya yang biru, maka kita akan langsung terbayang dengan planet kita sendiri.

Warna memang boleh sama birunya, tapi kondisinya sangat jauh berbeda. Planet HD 189733b sangat tidak layak untuk dihuni manusia sebab berjarak sangat dekat sekali dengan bintangnya yakni 4.667.097 kilometer sehingga suhu dipermukaan sangat panas mencapai 1093 derajat Celcius. Kecepatan angin di permukaan juga sangat mengerikan, sekitar 4500 mph atau 7242 kph.

Warna biru dari planet ini bukan berasal dari adanya samudera di planet tersebut tapi karena atmosfer yang mengandung awan tinggi bercampur dengan partikel silikat. Partikel silikat yang berkondensasi dengan panas maka akan membentuk butiran kaca kecil yang menghamburkan warna biru dari penyerapan sinar bintang yang diterimanya. Akibat butiran kaca yang terbentuk dan didorong dengan angin yang super cepat tadi maka di sana bisa terjadi hujan kaca. Benar-benar sangat tidak layak untuk ditinggali.

Planet ini terkena efek tidal dari bintangnya sehingga posisinya terkunci dimana salah satu bagian selalu terang (menghadap bintang) dan yang lain berada dalam gelap (malam). Perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 260 deraat Celcius, sehingga angin sangat kencang bertiup dari sisi terang ke sisi gelap planet tersebut. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Planet Kepler 78b, Satu Tahunnya Sama Dengan 8 Jam Saja

Ilustrasi planet Kepler 78b mengorbit bintangnya, Kepler 78. Image credit: NASA
Ilmuwan dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) Amerika menemukan fakta bahwa eksoplanet (planet di luar tata surya kita) bernama Kepler 78b (KIC 8435766 b) memiliki periode revolusi (waktu sekali mengelilingi / mengorbit bintangnya) tercepat dari planet lain yang pernah diteliti. Planet tersebut hanya membutuhkan waktu 8 jam saja dalam sekali waktu mengelilingi bintangnya (Kepler-78). Hal itu sangat cepat jika dibandingkan dengan Bumi yang memiliki periode revolusi 365 hari.

Planet Kepler 78b memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi dan terletak 700 tahun cahaya. Periode revolusi yang ekstrem disebabkan karena dekatnya planet tersebut dengan bintangnya yang 40 kali lebih dekat dari pada jarak Matahari ke Merkurius. Suhu permukaan planet Kepler 78b mencapai 5000 derajat Fahrenheit atau sama dengan 2760 derajat Celcius dan diperkirakan permukaan planet ini meleleh dan berupa lautan lava.

Hanya planet yang memiliki struktur padat yang bisa bertahan dengan orbit sedekat itu. Kemungkinan planet Kepler 78b hampir seluruhnya tersusun dari besi, dan menurut para ilmuwan jika tidak demikian maka gaya pasang surut yang sangat besar dari bintangnya akan menghancurkannya.

"Kenyataan bahwa planet tersebut dapat bertahan menandakan bahwa planet Kepler 78b sangat padat," ucap professor Josh Winn dari MIT. "Apakah ada planet yang bisa lebih dekat lagi dari itu? maka itu sebuah pertanyaan terbuka dan akan lebih menakjubkan," tambahnya.

Professor Winn dan tim telah beberapa lama mencari planet seukuran Bumi dengan periode orbit yang singkat dan penemuan ini membuat kita semua takjub. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, August 21, 2013

Video Beginilah Cara Astronot Keramas di Luar Angkasa

Kira-kira seperti apa ya kalau kita keramas di luar angkasa?? Nah beberapa waktu yang lalu, astronot wanita Karen Nyberg yang memiliki rambut panjang menunjukkan cara bagaimana ia mencuci rambutnya / keramas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Penasaran dan mau tahu seperti apa?? berikut ini videonya..

Bulan November Nanti, NASA Akan Kirim Wahana MAVEN ke Mars

Ilustrasi MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile EvolutioN) sedang mengorbit planet Mars. Image credit:  NASA/Goddard Space Flight Center
Dalam beberapa bulan ke depan, NASA akan kembali mengirimkan wahana pengorbit menuju planet Mars. MAVEN yang merupakan kepanjangan dari Mars Atmosphere and Volatile EvolutioN merupakan sebuah wahana tanpa awak NASA yang akan dikirim ke planet Mars dengan tujuan untuk meneliti seluk beluk dari atmosfer planet Mars.

Wahana yang dibuat oleh Lockheed Martin dan menghabiskan dana $ 500 juta tersebut dilengkapi dengan berbagai instrumen penelitian terbaru dan tercanggih seperti Ion Mass Spectrometer, alat dan sistem penginderaan jarak jauh, beberapa paket analisis data dan sebagainya. Nantinya MAVEN akan meneliti perubahan atmosfer Mars dari waktu ke waktu hingga hampir hilangnya atmosfer planet tersebut, apa dampak angin matahari terhadap atmosfer Mars dan juga untuk mengkonfirmasi sumber dari anomali metana yang ditemukan oleh wahana Mars Global Surveyor pada tahun 1999-2004.

Teknisi dan enginer Lockheed Martin sedang menyelesaikan pembuatan MAVEN tahap akhir. Image credit: Lockheed Martin

Pembuatan MAVEN didasarkan terilhami dari desain wahana Mars Odyssey dan Mars Reconnaissance Orbiter. Nantinya MAVEn akan dikirim ke Kennedy Space Center pada awal bulan September untuk persiapan peluncuran di Cape Canaveral Air Force Station pada 18 November 2013 mendatang dan menurut perkiraan MAVEN akan tiba di orbit Mars pada 22 September 2014.

Nantinya MAVEN akan bergabung dengan wahana lain yang sudah lebih dulu "bertugas" di Mars seperti Mars Reconnaissance Orbiter, Mars Express, dan Mars Odyssey. MAVEN akan mengorbit planet Mars pada ketinggian 6.200 km di atas permukaan Mars. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Astronom Swedia, Planet Bisa Terbentuk Tanpa Bintang

Ilustrasi planet pengembara CFBDSIR J214947.2-040.308,9 atau CFBDSIR2149. Image credit: ESO/L. Calçada/P. Delorme/Nick Risinger/R. Saito/VVV Consortium
Astronom dari Chalmers University of Technology dan Universitas Stockholm, Swedia, baru-baru ini mengungkapkan bahwa planet bisa terbentuk tanpa bintang induknya. Kesimpulan itu didapat setelah mereka berhasil menemukan awan / nebula gelap dingin yang memungkinkan hal seperti itu bisa terjadi. Berdasarkan hasil survey terbaru yang dilakukan astronom, setidaknya ada 200 miliar planet di galaksi Bima Sakti yang merupakan planet pengembara / planet bebas yang tidak memiliki bintang. Selain karena dibentuk oleh awan / nebula gelap tadi, diantara planet pengembara tersebut juga ada yang terlempar ke luar dari sistem tata surya asli mereka.

Astronom Swedia dengan menggunakan beberapa teleskop canggih mengamati nebula Rosette yang merupakan nebula berbentuk mirip seperti mawar dan berjarak 4600 tahun cahaya dari Bumi. Beberapa awan hitam gelap nampak di skeitar nebula Rosette. "Nebula Rosette adalah rumah bagi lebih dari 100 nebula kecil yang disebut globulettes," ungkap pemimpin penelitian Gosta Gahm dari Universitas Stockholm. "Mereka sangat kecil dan masing-masing diameternya kurang dari 50 kali jarak Matahari - Neptunus," tambahnya.

Para astronom akan melakukan penelitian mengenai massa dan kepadatan dari globulettes tersebut. "kami menemukan bahwa globulettes sangat padat dan menyatu, dan banyak dari globulettes itu yang mempunyai inti padat," ucap Carina Persson astronom dari Chalmers University of Technology. "Hal itu menyebabkan bahwa sangat dimungkinkan globulettes tersebut akan runtuh karena gravitasi mereka dan membentuk planet mengambang bebas yang disebut panet nakal / planet pengembara," tambahnya lagi.

Dalam sejarahnya, galaksi Bima Sakti memiliki jutaan nebula seperti nebula Rosette yang telah berkembang dan memudar dan banyak globulettes yang terbentuk dan dari situlah didapatkan petunjuk dari mana planet-planet pengembara itu berasal. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, August 19, 2013

NASA Gagal Perbaiki Teleskop Kepler

Teleskop Kepler. Image credit: usyd.edu.au
NASA akhirnya menyerah untuk mencoba memperbaiki teleskop Kepler yang rusak secara remote dari Bumi. Hal itu diungkapkan melalui juru bicara NASA, Paul Hertz. Teleskop yang digunakan untuk mencari keberadaan planet mirip Bumi tersebut tidak dapat berfungsi secara normal diakibatkan oleh rusaknya dua dari empat roda reaksi yang berfungsi untuk membidik target dengan presisi tinggi dan memfokuskan teleskop.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh NASA untuk memperbaiki namun tidak membuahkan hasil. Saat ini NASA sedang mencoba apakah dengan hanya dengan dua roda reaksi normal yang tersisa, teleskop Kepler masih dapat digunakan atau tidak. Hal itu akan diketahui dalam beberapa bulan ke depan. Teleskop Kepler tidak mungkin untuk diperbaiki secara langsung seperti teleskop Hubble, sebab jarak teleskop Kepler saat ini yang sangat jauh dari Bumi yakni 64 juta km. Sejauh ini teleskop Kepler berhasil menemukan 3.500 kandidat planet mirip dan 135 diantaranya yang telah dikonfirmasi.

NASA telah menganggarkan $ 18 juta di tahun 2013 ini untuk misi teleskop Kepler sehingga total biaya yang dikeluarkan NASA untuk teleskop tersebut sekitar $ 600 juta. Semoga kedepannya NASA bisa membuat teleskop yang lebih bisa diandalkan untuk misi-misi penting selanjutnya. (SD, Adi Saputro/www.astronomi.us)

Sunday, August 18, 2013

Ilmuwan Gunakan Pulsar Bintang Mati untuk Navigasi Pesawat Luar Angkasa Masa Depan

Penggunaan pulsar bintang mati sangat cocok untuk mengendalikan wahana atau pesawat luar angkasa yang jaraknya sangat jauh dari Bumi seperti Voyager 1 yang berjarak lebih dari 18 miliar kilometer dari Bumi. Image credit: NASA
Ilmuwan dari National Physical Laboratory (NPL) dan University of Leicester telah ditugaskan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk mempelajari kemungkinan penggunaan radiasi sinar X bintang mati untuk menjadi bagian dari sistem navigasi pesawat luar angkasa di masa depan. Jika hal ini terwujud maka ini akan merubah sejarah dan membawa teknologi antariksa menjadi lebih canggih khususnya bagi kegiatan eksplorasi luar angkasa.

Navigasi pesawat luar angkasa yang ada saat ini masih bergantung pada transmisi radio antara pesawat dengan stasiun kontrol misi di Bumi. Oleh sebab itu untuk memberikan perintah atau instruksi dari Bumi akan ada jeda waktu yang agak lama agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh pesawat luar angkasa disebabkan oleh jauhnya jarak yang ditempuh oleh gelombang radio tersebut. Sinyal radio yang dipancarkan baru bisa diterima selama beberapa jam, hari atau bahkan lebih lama lagi. Hal itu cukup menyulitkan dan tidak efektif terlebih jika pesawat sangat membutuhkan panduan yang bersifat darurat. Penggunaan transmisi radio sebagai pengendali navigasi diterapkan pada dua satelit terkenal Amerika, Voyager 1 dan 2.

Ilmuwan mempelajari penggunaan pancaran sinar X dari bintang mati (dead stars) yang disebut pulsar untuk digunakan oleh pesawat luar luar angkasa agar dapat bernavigasi secara mandiri dan otomatis. Pulsar sangat cepat memancarkan radiasi elektromagnetik secara intens dan teratur. Dengan begitu ia dapat dijadikan sumber navigasi layaknya teknologi GPS di Bumi.

"Dengan menggunakan detektor sinar X yang terpasang pada pesawat luar angkasa, maka kita bisa mengetahui posisi dan gerakan pesawat itu. Ilmuwan University of Leicester dan NPL bekerja sama membuat sistem baik hardware maupun software untuk menggunakan teknik baru ini. "Dana riset dari ESA akan digunakan untuk membiayai proyek tersebut sehingga layak untuk diterapkan dalam pesawat luar angkasa terbaru," ungkap Setnam Shemar selaku pemimpin proyek dari NPL.

Keuntungan dari penggunaan pulsar dari bintang mati tadi selain cepat adalah dalam satu waktu, tim pengendali misi di Bumi dapat dengan cepet dan akurat mengontrol beberapa pesawat luar angkasa sekaligus. Hal ini berbeda dengan sistem navigasi konvensional melalui transmisi radio dimana transmisi hanya bisa dilakukan satu persatu.

Jika teknologi navigasi baru ini dapat segera diterapkan maka akan mampu mengurangi biaya operasional. Metode ini menggunakan "GPS alam" dan dapat digunakan di daerah lain di luar tata surya kita. (PHS, Adi Saputro, www.astronomi.us)

Monday, July 29, 2013

Boeing Perkenalkan Kapsul CST-100 untuk Bawa Astronot NASA ke ISS

Kapsul CST-100 rancangan Boeing. Image credit: Robert Z. Pearlman
Boeing secara yakin telah memperkenalkan kepada publik prototipe dari kapsul luar angkasa yang nantinya mampu memenuhi kebutuhan NASA untuk mengirim astronotnya ke orbit. Kapsul atau modul itu diberi nama CST-100 yang diklaim mampu menampung hingga 7 orang.

Astronot senior Randy Bresnik dan Serena Aunon mengatakan bahkwa mereka cukup puas dengan prototipe kapsul buatan Boeing ini. Menurut mereka Boeing sebelumnya telah berpengalaman merancang modul perintah untuk program Apollo NASA sehingga prototipe kapsul Boeing ini tidak perlu diragukan lagi.
Bagian interior dari kapsul CST-100. Image credit: Robert Z. Pearlman
Boeing adalah salah satu dari tiga perusahaan lain yang berpartisipasi dalam program NASA selain Space Exploration Technologies (SpaceX), dan Sierra Nevada. Ketiga perusahaan tersebut bersaing untuk dapat membawa astronot Amerika menuju ke orbit rendah Bumi termasuk ke ISS sembari menunggu NASA menyelesaikan desain roket dan modul SLS (Space Launch System) selesai dibuat.

Sampai saat ini NASA telah memberikan dana sebesar $ 570 juta kepada Boeing untuk membuat dan mengembangkan CST-100. Kapsul berukuran 4,5 meter itu akan menjalani penerbangan pertamanya pada tahun 2016 mendatang. Roket Atlas V digunakan untuk membawa CST-100 menuju ke orbit rendah Bumi untuk merapat dengan ISS (International Space Station). (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto