Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, July 12, 2012

Pusaran Kabut Gas di Titan Tandai Perubahan Musim

Pusaran kabut di Titan (dalam warna yang sebenarnya). Diketahui pusaran gas ini memiliki kandungan aerosol dalam jumlah banyak di dalamnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Cassini kembali mengirimkan gambar menakjubkan dari satelit Saturnus, Titan. Cassini berhasil menggambil gambar penampakan kabut dengan konsentrasi yang tinggi yang membentuk pusaran di kutub selatan Titan. Kabut itu merupakan tanda bahwa di Titan akan terjadi pergantian musim. "Struktur pusaran ini menyerupai pusaran yang terjadi di atas lautan Bumi," kata Tony Del Genio, anggota tim Cassini dari NASA's Goddard Institute for Space Studies, seperti yang dikutip astronomi.us dari spacedaily.com, Kamis (12/07/2012).

"Namun tidak seperti di Bumi, pusaran ini berada di ketinggian yang sangat tinggi, dimungkinkan ini merupakan respon dari stratosfer Titan untuk memasuki musim dingin di daerah selatan. Namun kami tidak begitu yankin akan hal itu," tambah Tony.

Cassini pertama kali mengambil gambar pusaran kabut di Titan saat wahana Cassini pertama kali tiba di sistem Saturnus pada tahun 2004. Saat itu pusaran gas tersebut tampak berputar-putar di atmosfer Titan dan di bagian utara Titan sedang memasuki musim dingin. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Wednesday, July 11, 2012

Cincin Debu Bintang TYC 8241 2652 Tiba-tiba Menghilang

Ilustrasi cincin debu di sekitar bintang TYC 8241 2652. Cincin debu ini jika tidak hilang akan bersatu membentuk planet-planet. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Bayangkan jika cincin planet Saturnus tiba-tiba menghilang, tentunya itu akan mempengaruhi "keindahan" dari planet yang memang dikenal akan keindahan cincinnya itu. Para astronom baru-baru ini telah mendeteksi bahwa cincin yang berada disekitar bintang muda bernama TYC 8241 2652 tiba-tiba menghilang entah ke mana.

"Seperti trik sulap klasik, sekarang Anda melihatnya, tapi kemudian tidak. Dalam hal ini kita berbicara tentang debu yang cukup untuk memenuhi tata surya, namun sekarang debu tersebut tiba-tiba menghilang," ucap Carl Melis dari University of California yang memimpin studi ini dan diterbitkan dalam jurnal Nature pada 5 Juli lalu.

Debu yang membentuk piringan yang berada di sekitar bintang TYC 8241 2652 pertama kali diketahui oleh NASA Infrared Astronomical Satellite (IRAS) pada tahun 1983, dan debu tersebut masih terlihat selama 25 tahun. Debu yang bertabrakan akan membentuk planet. Seperti Bumi, debu yang hangat menyerap energi cahaya bintang yang terlihat dan kemudian memancarkannya kembali dalam energi dalam bentuk sinar inframerah, panas, atau radiasi.

Dikutip astronomi.us dari spacedaily.com, Rabu (11/07/2012), Hilang debu disekitar bintang TYC 8241 2652 pertama kali diketahui pada Januari 2010 melalui gambar yang diambil oleh NASA's Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE). Gambar terbaru yang diambil oleh teleskop Gemini di Chile pada 1 Mei 2012 juga tidak melihat adanya debu lagi di sana. Berarti telah 2,5 tahun debu menghilang dari sisi bintang muda tersebut.

"Hal seperti ini belum pernah dilihat oleh astronom pada ratusan bintang yang memiliki cincin debu disekitarnya," kata Ben Zuckerman dari UCLA yang penelitiannya didanai oleh NASA. "Hilangnya cincin debu pada bintang TYC 8241 2652 terjadi sangat cepat, bahkan dalam skala waktu manusia, apalagi dalam skala astronomi. Hal ini begitu aneh," tambahnya.

Para astronom memiliki beberapa teori mengenai penyebab hilangnya cincin debu tersebut, namun masih diragukan keakuratannya. Salah satu teorinya yaitu gas dihasilkan dari tabrakan antar debu, menarik debu tersebut ke dalam bintang untuk kemudian debu tersebut hancur. Teori lainnya yaitu tabrakan yang disebabkan oleh batu angkasa besar ke cincin tersebut yang menyebabkan debu yang menyusun cincin terpecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

Banyak instrumen yang digunakan untuk meneliti bintang TYC 8241 2652, diantaranya Thermal-Region Camera Spectrograph pada teleskop Gemini di Chile, IRAS; WISE; NASA's Infrared Telescope di Mauna Kea, Hawai, European Space Agency's Herschel Space Telescope, dan Japanese/European Space Agency AKARI infrared satellite. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Monday, July 9, 2012

Video Uji Coba Mars Rover di Gurun Mojave

Medan planet Mars yang bebukit-bukit dan berbatu membuat para perancang Mars Rover (kendaraan penjelajah Mars) NASA harus membuat sebuah Mars Rover yang mampu melalui itu semua. Sebab Mars rover merupakan mata, tangan, dan kaki para ilmuwan di Bumi untuk menjelajahi permukaan planet Mars.

Untuk mewujudkan hal tersebut, insinyur NASA melakukan serangkaian tes Mars Rover di gurun Mojave, California, Amerika Serikat. Ingin tahu seperti apa?? berikut ini videonya untuk Anda:




(Adi Saputro/ astronomi.us)

Astronom Temukan Dua Bintang yang Saling Mengorbit

Ilustrasi dua Bintang Katai Merah ( Red Dwarf) yang saling mengorbit satu sama lain. Image credit: J. Pinfield
Beberapa bintang di galaksi Bima Sakti tidak seperti Matahari kita. Ada sebuah sistem yang unik dimana dua bintang saling mengorbit satu dengan lainnya. Astronom berpikir berapakah batasan jarak terdekat bintang itu sehingga dua bintang tersebut tidak bergabung menjadi satu bintang besar?. Saat ini astronom telah menemukan empat pasang bintang yang saling mengorbit dimana dalam sekali mengorbit hanya membutuhkan waktu kurang dari 4 jam.

Seperti yang dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Senin (09/07/2012), Sebuah tim astronom dengan menggunakan United Kingdom Infrared Telescope (UKIRT) di Hawai membuat penelitian pertama dari sistem biner bintang kerdil merah / katai merah (red dwarf). Bintang katai merah bisa sepuluh kali lebih kecil dan seribu kali lebih terang dari Matahari kita.

Astronom dengan menggunakan teleskop tersebut memonitor tingkat kecerahan dan kecemerlangan cahaya dari ribuan bintang termasuk ribuan bintang katai merah melalui sinar inframerah menggunakan Wide-Field Camera (WFC).

"Kami menemukan beberapa sistem biner bintang katai merah dengan periode orbit yang lebih cepat dari 5 jam. Sebelumnya kita menganggap bahwa ini suatu hal yang tidak mungkin," ucap Bas Nefs dari Leiden Observatory di Belanda.

Salah satu skenario yang memungkinkan yaitu bintang dingin dalam sistem biner lebih aktif daripada perkiraan sebelumnya. Astronom mengatakan bahwa kemungkinan medan magnet memancar keluar dari bintang dingin, kemudian berputar, dan terdeformasi antara satu bintang dengan bintang pasangannya, sehingga menghasilkan aktivitas angin surya ekstra dan menimbulkan solar flare dan bintik hitam pada bintang tersebut. Aktivitas megnetik yang kuat dapat menahan perputaran bintang ini dan kemudian memperlambatnya untuk tidak berjarak terlalu dekat satu dengan lainnya.

"Sifat aktif dari bintang katai merah dan medan magnet mereka yang kuat tampaknya memiliki implikasi yang besar untuk lingkungan sekitar bintang katai merah di seluruh galaksi kita," kata anggota tim, David Pinfield dari University of Hertfordshire.

Teleskop UKIRT memiliki cermin dengan diameter 3,8 meter, dan merupakan teleskop inframerah terbesar kedua di dunia. Teleskop tersebut berada di ketinggian 4.200 m di puncak gunung Mauna Kea di pulau Hawai. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Sunday, July 8, 2012

Profil dan Biografi Haryo Sumowidagdo, Fisikawan Indonesia di CERN

Haryo Sumowidagdo. Image credit: indonesiaproud.wordpress.com
Baru-baru ini, ilmuwan CERN mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan apa yang disebut dengan "Partikel Tuhan (God Particle)" yang disebut juga dengan Higgs Bosson. CERN yang merupakan kependekan dari (Conseil Européene pour la Recherche Nucléaire) atau European Organization for Nuclear Research merupakan sebuah komplek laboratorium percepatan partikel terbesar di dunia yang terletak di perbatasan antara Perancis dan Swiss, persis di sebelah barat Jenewa, yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para peminat ilmu fisika. Di sanalah ribuan ilmuwan yang setengahnya adalah komunitas fisika partikel, melakukan eksperimen bersama.

Salah satu ilmuwan Indonesia yang terlibat langsung dalam penelitian, pencarian, dan penemuan Partikel Tuhan tersebut adalah Haryo Sumowidagdo. Lelaki yang menggondol Ph.D dari Florida State University dan S1 dan S2 di Universitas Indonesia

Aktivitas di CERN

Ada tiga kegiatan utamanya di CERN, yaitu sebagai teknisi, pembimbing, dan fisikawan. Sebagai teknisi, ia menulis program kendali dan kontrol untuk alat eksperimennya. Alat eksperimen fisika partikel tidak dijual di toko. Semua harus dibuat dan dikerjakan sendiri. Jadi tidak heran kalau fisikawan partikel eksperimen sering punya keahlian di luar fisika, itu semua karena panggilan tugas.

Sebagai pembimbing, ia membimbing dan menjadi tempat bertanya para mahasiswa program doktoral. Interaksinya dengan mahasiswa terjadi dua arah, karena ia juga kadang bertanya kepada mereka.

Sebagai fisikawan, Haryo menganalisis data untuk melakukan pengukuran besaran fisika atau mencari penemuan baru dalam bidang fisika. Kemudian tentunya menulis karangan ilmiah dan mempublikasikannya di jurnal ilmiah.

Ada kegiatan keempat yang belum banyak ia lakukan, yakni mempopulerkan iptek kepada masyarakat luas. Di CERN, kendala utama bagi Harya adalah belum fasih berbahasa Prancis. Ia memulai sebuah blog akhir-akhir ini dalam bahasa Indonesia untuk kegiatan ini, jadi jangan lupa untuk melihat blognya http://sumowidagdo.wordpress.com/ setelah membaca artikel ini.

Saat ini Haryo terlibat proyek Large Hadron Collider (LHC) secara tidak langsung. Ia menjadi anggota Compact Muon Solenois (CMS), sebuah eksperimen fisika partikel yang terletak di LHC. LHC sendiri merupakan bagian dari CERN.

LHC merupakan sebuah akselerator/pemercepat zarah. Akselerator adalah sebuah mesin yang bisa mempercepat sesuatu. Mirip dengan pedal gas di sebuah mobil yang bisa menaikkan kecepatan mobil dari diam ke kecepatan tinggi. Zarah (diadaptasi dari bahasa Arab) adalah sesuatu yang sangat kecil, tidak kasat mata, namun merupakan bahan baku yang menyusun semua benda yang kita lihat di sekitar kita. Di dalam LHC, zarah-zarah dipercepat sampai mendekati kecepatan cahaya. Zarah-zarah yang berkecepatan tinggi ini kemudian saling ditubrukkan. Dalam tubrukan tersebut bisa tercipta zarah-zarah lain yang kemudian dilihat oleh alat-alat eksperimen fisika partikel.

LHC merupakan sebuah terowongan di bawah tanah yang membentuk lintasan lingkaran dengan diameter delapan kilometer. Bandara Soekarno-Hatta bisa diletakkan di dalam lingkaran LHC. Letak LHC adalah dekat kota Jenewa di Swiss. Sebagian dari lingkaran LHC berada di wilayah negara Prancis, sebagian lagi berada di wilayah negara Swiss.
Peta udara & diagram keadaan LHC di bawah tanah
Akselerator sebenarnya bukan barang yang tidak umum.Kalau anda pernah melihat TV atau monitor komputer jaman dulu yang masih pakai layar kaca, itu sebenarnya akselerator juga. Di bagian belakang TV/layar monitor ada akselerator yang mempercepat zarah, dan zarah itu kemudian menumbuk layar kaca. Layar kacanya kemudian bersinar, dan kita bisa melihat gambar di layar. Cuma memang LHC ukurannya jauh lebih besar dari TV, dan juga lebih rumit dari TV.

Cita-cita Sewaktu Kecil

Profesinya saat ini sebenarnya tidak sesuai dengan cita-citanya sejak kecil. Sewaktu Haryo masih SD, ia sebenarnya ingin menjadi petani dan ingin masuk IPB. Alasannya karena ia terkesan dengan cerita Rumah Kecil (Little House) karangan Laura Ingalls Wilder yang menceritakan betapa petani bisa menjadi orang yang makmur, mandiri, dan hidup dari usaha dan tanahnya sendiri. Ketika di SMP kemudian berubah, ingin menjadi sarjana teknik komputer. Zaman itu komputer pribadi baru masuk di Indonesia dan ia termasuk orang yang beruntung bisa menggunakan komputer.

Terakhir ketika SMA, barulah Haryo mulai suka kepada fisika dengan serius. Di kelas III SMA, ia melamar untuk program penerimaan mahasiswa tanpa tes di Universitas Indonesia (UI). Ia memilih Fisika dan diterima. Ketika di Fisika UI, ia bertemu dengan mendiang Prof. Darmadi Kusno dan Dr. Terry Mart. Mereka berdua memberikan pengaruh besar padanya sehingga Haryo akhirnya mantap dengan cita-cita untuk menjadi fisikawan. Pak Darmadi ini adalah guru dan pembimbing Pak Terry Mart dan Pak Yohanes Surya. Pak Terry Mart kemudian menjadi pembimbing skripsinya. Haryo merasa bangga dan bersyukur diberi kesempatan menjadi murid beliau, dan hingga sekarang pun ia tetap hormat dan memiliki hubungan baik dengan beliau.

Selain Haryo, ada juga orang Indonesia lain yang tergabung di CERN, yaitu Rahmat dari University of Mississipi dan Romulus Godang dari University of South Alabama. Mereka berdua merupakan anggota CMS, sehingga mereka juga terlibat dengan CERN. Mereka saat ini masih di Amerika Serikat dan belum diberi kesempatan untuk berkunjung dan bekerja di CERN.

Awalnya Bergabung di CERN

Awal cerita Haryo bergabung di CERN dimulai dari sebuah artikel di Kompas tanggal 8 Juni 1994 yang berjudul Seorang Fisikawan Indonesia Terlibat Penemuan Top Quark. Artikel itu menceritakan tentang kisah seorang alumni Fisika UI yang tengah menempuh studi doktoral di Amerika Serikat (AS) dan bekerja di Fermilab (sebuah laboratorium fisika seperti CERN yang terletak dekat Chicago, Amerika Serikat). Alumni tersebut terlibat dalam eksperimen fisika partikel yang menemukan top quark, salah satu partikel elementer. Penemuan top quark merupakan salah satu penemuan sangat penting dalam bidang fisika, setara dengan penemuan-penemuan penting lain yang sudah dianugrahi Hadiah Nobel Fisika. Meski kemudian Haryo menyelesaikan sarjana fisika dengan topik skripsi fisika partikel teoretik, kesan yang ditinggalkan artikel itu sangat dalam.

Ketika ia diterima sebagai mahasiswa doktoral di AS, Haryo sebenarnya ingin melanjutkan kembali ke fisika nuklir/partikel teoretik. Namun, ternyata para profesor dalam bidang fisika nuklir/partikel teoretik sudah membimbing terlalu banyak mahasiswa doktoral sehingga mereka tidak lagi punya beasiswa untuk mahasiswa baru. Sebaliknya, profesor-profesor fisika partikel eksperimen memiliki beasiswa, dan mereka dengan senang hati mau menerimanya sebagai mahasiswa. Penelitian fisika partikel eksperimen mereka dilakukan di Fermilab. Disinilah ia teringat kembali kepada kisah dalam artikel tersebut dan kemudian memutuskan untuk bergabung dengan grup penelitian fisika partikel eksperimen. Jadi ia berpindah dari teori ke eksperimen, meski masih fisika partikel.

Setelah menamatkan studi, Haryo mendapat pekerjaan sebagai peneliti pascadoktoral di University of California, Riverside (UCR). Grup penelitian fisika partikel di UCR terlibat dalam eksperimen bernama CMS di CERN, dan ia akan ditempatkan di CERN. Awal tahun 2009, Haryo pindah dari Fermilab di Chicago ke CERN di Jenewa, dan semenjak itulah ia bekerja di sana.

Untuk masuk ke CERN ternyata tidak melalui seleksi khusus atau tertentu. Seseorang tidak perlu menjadi pegawai CERN untuk bekerja di CERN, melainkan bisa dengan menjadi mahasiswa doktoral atau peneliti di grup penelitian yang melakukan penelitian di CERN. Haryo bukan pegawai CERN namun ia ditempatkan di CERN. Mirip dengan pegawai Departemen Luar Negeri RI yang ditempatkan di kantor pusat PBB. Mereka bukan pegawai PBB, tetapi bekerja di kantor pusat PBB. Namun, tentunya harus menjadi mahasiswa doktoral atau peneliti terlebih dahulu.

Untuk kaum muda Indonesia yang tertarik untuk bekerja di CERN, mereka harus menyelesaikan pendidikan sarjana dahulu. Kemudian meneruskan ke pendidikan pascasarjana dan bergabung dengan universitas/grup penelitian yang memiliki kegiatan penelitian di CERN. Ada banyak perguruan tinggi/lembaga penelitian (PT/LP) yang melakukan penelitian di CERN (sekitar 500-600an) dari seluruh penjuru dunia (66 negara). Saat ini, beasiswa untuk pendidikan ke luar negeri sudah sangat banyak sehingga peluang terbuka lebar bagi siapa saja yang mau berusaha dan bekerja keras.

Menurut Haryo, penyebab sangat sedikitnya orang Indonesia yang bekerja di bidang fisika partikel eksperimen adalah karena ketidaktahuan, dan bukan karena ketidakmampuan. Ketiadaan penelitian fisika partikel eksperimen di Indonesia sama sekali bukan masalah: Pengalaman Haryo dan beberapa rekan dari Indonesia menunjukkan bahwa sarjana fisika lulusan perguruan tinggi di Indonesia bisa menyelesaikan pendidikan pascasarjana bidang fisika partikel eksperimen.

Ilmuwan di CERN berasal dari 66 negara yang memiliki institusi yang berpartisipasi dalam penelitian di CERN. Kemudian ada lagi orang dari luar 66 negara ini yang bekerja untuk salah satu PT/LP di 66 negara ini (seperti Haryo misalnya, ia berasal dari Indonesia yang tidak memiliki PT/LP yang melakukan penelitian di CERN, namun ia bekerja untuk UCR yang melakukan penelitian di CERN). Saat ini ada warga negara dari 97 negara yang berada di CERN.

CERN sendiri memiliki pegawai sekitar 2.500 orang, dan ada sekitar 10.000 orang yang berkunjung setiap tahun sebagai peneliti tamu. CERN merupakan salah satu organisasi internasional terbesar di Jenewa.

Pulang Kampung dan Rencana Masa Depan

Ketika Haryo ditanya apakah akan pulang ke Indonesia, ia menjawab bahwa pulang ke Indonesia belum menjadi prioritasnya dalam waktu dekat.Alasannya adalah karena ia belum yakin apakah di Indonesia sudah tersedia infrastruktur yang memadai untuk memulai aktivitas penelitian dalam fisika partikel eksperimen. Perlu dimengerti bahwa infrastruktur tidak berarti sebuah akselerator, seperti LHC atau laboratorium besar seperti CERN. Akselerator sama sekali tidak diperlukan di Indonesia, karena sudah ada banyak akselerator di tempat lain.

Demikian pula sudah ada banyak eksperimen fisika partikel yang sedang berjalan sehingga tidak perlu memulai sebuah eksperimen baru dari nol. Infrakstruktur yang dimaksud misalnya adalah jaringan internet kecepatan tinggi, industri elektronika dan manufaktur, dan dukungan politik untuk penelitian dalam jangka panjang (lebih dari 10 tahun). Meskipun infrastruktur yang diperlukan bukan sebuah proyek mercusuar, tetap diperlukan usaha luar biasa untuk menggabungkan berbagai infrastruktur tersebut untuk membentuk kegiatan penelitian fisika partikel eksperimen yang nyata. Bahkan di negara yang lebih maju dari Indonesia pun hal ini tidak mudah. Misalnya, baru-baru ini ia mendengar bahwa beberapa fisikawan dari National University of Singapore mengajukan proposal untuk bergabung dengan CMS. Namun kemudian mereka menarik kembali proposal ini, karena ada masalah dengan teknis dan pendanaan. Padahal di Singapore aktivitas penelitian dan infrastrukturnya lebih baik daripada Indonesia.

Adapun rencananya ke depan adalah, dalam jangka panjang, ia merencanakan untuk memiliki karier yang mapan dalam bidang fisika partikel eksperimen. Selain fisika partikel eksperimen, ia juga tertarik kepada beberapa bidang yang sangat erat kaitannya dengan fisika partikel, seperti instrumentasi, fisika medis, dan teknologi komputasi grid. Beberapa bulan terakhir Haryo juga banyak berdiskusi dengan para profesor senior tentang bagaimana meniti dan membina karir dalam bidang fisika. Jalannya ke depan masih panjang dan berat, namun Haryo optimis bahwa ia akan menemukan jalan untuk membuat rencananya menjadi kenyataan. Obsesi lain, ia juga ingin menjadi penulis.

Sumber: http://indonesiaproud.wordpress.com/2010/02/28/haryo-sumowidagdo-ilmuwan-indonesia-di-cern-jenewa-swiss/ 

(Adi Saputro/ astronomi.us)

Video: Ilustrasi Penemuan Partikel Tuhan di Particle Accelerator CERN

Particle Accelerator CERN. Image credit: dailymail.co.uk
Pada tulisan sebelumnya telah diungkapkan bahwa partikel Tuhan, Higgs Boson merupakan kunci untuk memahami proses terbentuknya alam semesta dan apa yang ada di dalamnya. Para ahli fisika di CERN, membuat Particle Accelerator untuk membenturkan proton dengan sesamanya untuk mendapatkan partikel Tuhan.

Di dalam Particle Accelerator, proton dibenturkan dalam kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan cahaya dan dalam setiap 1 triliun kali benturan, hanya akan didapat 1 kemungkinan adanya partikel Tuhan. Mau tahu seperti apa prosesnya, berikut ini video ilustrasi proses pencarian dan penemuan partikel Tuhan, Higgs Boson di Particle Accelerator CERN:


Ilmuwan CERN Sudah Temukan Partikel Tuhan, Higgs Boson

Partikel akselerator di CERN. Di tempat inilah proton dibenturkan dengan kecepatan hampir setara kecepatan cahaya dan hasilnya ilmuwan berhasil menemukan partikel Tuhan, Higgs Boson. Image credit: dailymail.co.uk
Ilmuwan di CERN akan mengumumkan apa yang disebut dengan "Partikel Tuhan (God Particle)" pada sebuah konferensi pers yang akan diselenggarakan minggu depan. Lima ahli fisika terkenal yang terlibat dalam penemuan itu akan diundang. Ilmuwan dari Large Hadron Collider yakin 99.99 persen bahwa partikel Tuhan, Higgs Boson telah ditemukan. yang mana diketahui sebagai "four sigma".

Peter Higgs dari Edinburgh University yang namanya diabadikan sebagai nama dari partikel ini diundang untuk melakukan konferensi pers di Switzerland.

Dikutip astronomi.us dari dailymail.co.uk pada hari Minggu, (08/07/2012), Partikel Tuhan adalah kunci untuk memahami alam semesta. Ahli fisika berpendapat dengan adanya partikel tersebut, maka atom akan memiliki massa. Tanpa adanya massa, partikel tersebut akan menutup dan tidak bisa bersama-sama membentuk segala hal mulai dari planet sampai manusia. Untuk melakukan eksperimen, ilmuwan membuat terowongan di bawah tanah dekat perbatasan Perancis dan Swiss yang disebut dengan Particle Accelerator untuk melakukan penelitian dan percobaan memecah proton (partikel sub atom) pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya sehingga mampu menciptakan kondisi seperti seper sekian detik setelah Big Bang.

Jika teori fisika tersebut benar, setiap partikel Higgs Boson akan diciptakan dalam setiap 1 triliun tabrakan sebelum kemudian akan meluruh. Peluruhan ini akan meninggalkan "jejak" yang meuncul sebagai benjolan dalam grafik mereka. Walaupun 1.600 triliun tabrakan yang diciptakan dalam terowongan tersebut, hanya ada 300 potensi terdapat partikel Tuhan. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Saturday, July 7, 2012

Kawah Odysseus Tethys yang Mempesona

Bulan Saturnus, Tethys. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute
Pada 28 Juni lalu, wahana antariksa Cassini melintasi Tethys, Salah satu bulan Saturnus. Cassini melintas Tethys pada jarak sekitar 1.062 km (662 mil). Hampir seluruh permukaan dari Tethys tertutup dengan es. Pada permukaan Tethys, ada salah satu kawah yang memiliki ukuran yang sangat besar yang disebut dengan kawah Odysseus yang berdiameter 450 km (280 mil) di belahan utara Tethys. Kawah ini sendiri mengambil dua perlima dari luas Tethys.

Dikutip astronomi.us dari universetoday.com, Sabtu (07/07/2012), Kemungkinan kawah Odysseus terbentuk saat sebagian permukaan Tethys masih dalam kondisi cair. Hal itu dapat meredam efek dari tumbukan asteroid. Jika asteroid tersebut menabrak Tethys saat planet tersebut telah membeku, maka bulan Saturnus tersebut akan pecah menjadi bagian-bagian kecil akibat hebatnya dampak tumbukan asteroid. Gambar di bawah adalah gambar terbaru Cassini yang mengambil gambar kawah Odysseus Tethys pada jarak 68.5 km (42.5 mil).

Terlihat pada gambar terlihat adanya jejak tumbukan. Hal itu menunjukkan bahwa beberapa bagian Bulan saat itu sudah mengeras dan tidak sepenuhnya masih cair.
Permukaan Tethys. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute

Permukaan Tethys. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute

Cassini mengambil gambar kawah Odysseus dari dekat. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute


Tethys mengorbit Saturnus pada jarak 295.660 km (183.100 mil) lebih dekat 62.000 mil daripada jarak Bulan dengan Bumi. Tethys juga terkena efek Tidal (pasang surut) seperti Bulan kita. Pertemuan panas diantara keduanya membantu melindungi Tethys dari suhu dingin dan solid daripada bulan Saturnus lainnya. Hasilnya Tethys memiliki sedikit kawah dibandingkan Bulan Saturnus lain seperti Rhea dan Dione. (Adi Saputro/ astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto