Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, September 9, 2011

Danau Purba Ditemukan di Planet Mars

Lubang besar di Mars. Credit: esa.int
LONDON - Sebuah satelit milik European Space Agency (ESA) telah mengabadikan gambar sebuah lengkungan dalam permukaan Mars yang diperkirakan merupakan bekas danau purba.

Batuan sedimen berwarna gelap yang berjejer di delta pada ujung lubang Eberswalde menunjukkan bahwa dulunya pernah ada arus yang mengalir pada permukaan planet Mars yang berbatu. Demikian seperti yang dikutip dari The Register, Rabu (7/9/2011).

Foto yang ditampilkan oleh Mars Express ESA, yang fokus pada lubang Eberswalde menunjukkan bahwa kemungkinan adanya air di Mars. Pihak NASA sendiri akan mengirimkan kendaraan Rover-nya tahun ini untuk menyelidiki salah satu dari lubang-lubang raksasa tersebut, seperti The Gale Crater.

Air saat ini memang masih ada di Mars, membeku berupa es atau berada di atmosfir supertipis planet tersebut. Akan tetapi para ilmuwan percaya kalau dulu pernah ada danau dan laut di Planet Merah tersebut.

"Saluran-saluran di lubang tersebut terlihat cukup jelas dari atas. Dulunya wilayah tersebut mungkin adalah sebuah danau," ujar pihak ESA.

"Struktur delta ini, yang pertama kali diidentifikasi oleh pesawat Mars Global Surveyor milik NASA, memiliki karakter sebuah danau. Seperti halnya saluran-saluran dengan batuan yang berwarna lebih gelap," pungkas mereka. (Sumber: okezone.com)

Jumlah Astronot NASA Terus Menurun

Ilustrasi Astronot NASA. Credit: google
FLORIDA - Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh National Research Council (NRC), merekomendasikan NASA sebagai perwakilan Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang masa misi antar jemput ke luar angkasa.

NRC mengimbau pembentukan staf khusus yang diproyeksikan memenuhi kebutuhan untuk misi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Hal ini dilakukan mengingat bahwa saat ini NASA belum menyediakan kru yang fleksibel dan handal untuk memenuhi misi tersebut.

"Setelah berhenti dari program pesawat ruang angkasa dan adanya ketidakpastian selama masa transisi ke ISS, NASA dituntut untuk tetap mempertahankan kemampuan para astronotnya," jelas Joe Rothenberg, Wakil ketua komite NRC dan mantan pejabat senior NASA.

"NASA harus memastikan pemeliharaan fasilitas pelatihan yang memadai untuk mempertahankan kemampuan dari satuan astronotnya," tambahnya, seperti dikutip TG Daily, Kamis (8/9/2011).

Jumlah astronot NASA saat ini mengalami pengurangan yang cukup signifikan. Data dari tahun 2006 menyatakan bahwa jumlah astronot NASA berjumlah 150 orang, sementara laporan terakhir di tahun 2011 tercatat hanya ada 61 orang saja. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa astronot yang pensiun.

NRC berkeinginan untuk meningkatkan jumlah staf khusus yang profesional dan terlatih agar mampu menjalankan misi ke ISS dengan aman, armada yang dimiliki NASA juga akan dipertahankan guna melancarkan misi tersebut.

Para astronot NASA juga diharapkan memiliki kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya, karena misi ke ISS saat ini lebih rumit. Selain itu para astronot juga harus akrab dengan peralatan atau modul dari Stasiun Luar Angkasa Eropa, Jepang dan Rusia. Astronot NASA diminta mahir dalam menggunakan software stasiun luar angkasa, sehingga mereka bisa melakukan kegiatan pengoperasian stasiun luar angkasa, operasi lengan robot stasiun ruang angkasa dan menjalankan berbagai tugas lainnya dengan baik.

Laporan ini menyimpulkan untuk merekomendasikan bahwa NASA harus mempertahankan fasilitas kru yang berhubungan dengan misi antar-jemput, termasuk armada satuan astronot yaitu 'T-38N Talon yang merupakan pesawat latihan.

Tanggap darurat di lingkungan pesawat juga harus dibuktikan oleh astronot dimana mereka juga harus bekerjasama dengan para kru dengan cepat dan mengurangi terjadinya kegagalan misi ke luar angkasa. Astronot di kursi belakang pesawat diminta melakukan tugas-tugas penting seperti komunikasi, navigasi dan tanggap darurat secara efektif. (Sumber: okezone.com)

NASA Siapkan Operasional ISS Tanpa Awak

Astronot Mike Fossum sedang melakukan kegiatan perawatan rutin di dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), 25 Agustus 2011. Stasiun luar angkasa ini kemungkinan akan ditinggalkan beroperasi tanpa awak mulai November mendatang. Credit: NASA
Badan Penerbangan dan Antariksa AS sedang mempersiapkan rencana untuk mengoperasikan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tanpa awak seandainya kru astronot baru belum bisa dikirim, sementara kru lama sudah harus dipulangkan.

"Kemungkinan kita akan membiarkan stasiun ini tanpa awak, mudah-mudahan hanya untuk periode yang singkat. Kami sudah mulai mengerjakan detail apa saja yang harus dilakukan untuk mulai memadamkan lampu-lampu di stasiun ini dalam beberapa minggu mendatang," tutur astronot AS Mike Fossum yang menjadi teknisi penerbangan di ISS, Selasa (6/9/2011) waktu AS.

Peluncuran awak baru ke ISS, yang dijadwalkan pada 22 September, kemungkinan besar ditunda hingga awal November, menyusul kecelakaan yang menimpa kapal luar angkasa pengangkut kargo Progress milik Rusia, 24 Agustus. Setelah AS menghentikan program pesawat ulang-aliknya, Juli lalu, hanya pesawat Soyuz milik Rusia-lah satu-satunya kendaraan yang bisa mengantar-jemput kru ke ISS.

Roket yang digunakan untuk membawa pesawat Soyuz, yang mampu membawa kru pengganti ke ISS, hampir sama persis dengan roket pembawa Progress yang meledak itu sehingga pihak Rusia memutuskan membatalkan seluruh jadwal penerbangan ke luar angkasa sampai penyebab kecelakaan tersebut diketahui pasti.

Sementara para kru yang saat ini berada di ISS sudah memiliki jadwal pasti untuk pulang ke Bumi. Saat ini terdapat enam awak di stasiun luar angkasa bernilai 100 miliar dollar AS tersebut. Tiga orang dijadwalkan pulang minggu depan, sementara tiga kru terakhir, termasuk Fossum, harus pulang pada pertengahan November.

Jika rencana pengiriman kru pengganti awal November tertunda kembali, stasiun luar angkasa itu akan dibiarkan tanpa awak selama beberapa waktu. Tim pengendali di darat di Johnson Space Center, Houston, AS, sudah mulai mempertimbangkan berbagai opsi untuk mengonfigurasi ratusan peralatan di dalam ISS dan mengoptimalkan operasi eksperimen ilmiah secara otomatis selama stasiun itu kosong tanpa awak.

"Tim di Houston baru berada pada tahap awal untuk memutuskan semuanya, mulai dari saluran ventilasi yang akan tetap kami biarkan berfungsi, lampu mana saja yang akan dibiarkan tetap menyala, bagaimana kondisi setiap eksperimen yang akan kita tinggalkan. Pokoknya semuanya, semua lampu, semua katup, semua pintu. Banyak yang harus dikerjakan," ungkap Fossum.

Sejak 2 November 2000, selalu ada kru yang mengawaki stasiun luar angkasa tersebut tanpa gangguan berarti. Dibutuhkan enam awak untuk mengoperasikan berbagai sistem di ISS, termasuk berbagai eksperimen ilmiah di dalam laboratoriumnya.

NASA sudah memiliki rencana evakuasi darurat apabila terjadi kebakaran atau tabrakan dengan benda angkasa lain di stasiun tersebut. Namun, badan itu belum memiliki rencana cadangan apabila stasiun terpaksa ditinggalkan para awaknya dalam waktu yang cukup lama. (Sumber: kompas.com)

Wednesday, September 7, 2011

VIDEO: Asteroid Apophis Menghantam Bumi 2036

Ilustrasi asteroid Apophis menghantam Bumi. Credit: google
Beberapa asteroid yang berdekatan dengan Bumi bisa saja akan menghantam Bumi dan selalu memiliki benang merah dengan Bumi. Asteroid Apophis yang berdiameter 270 meter diperkirakan ini akan mendekati Bumi pada jarak 37.000 hingga 38.000 km pada 2029. Pada 2036, Apophis kemungkinan kembali dan menabrak Bumi pada 13 April 2036. Berikut ini adalah videonya

FOTO: Badai Katia Dilihat dari Luar Angkasa

Badai Katia dipotret dari luar angkasa. Credit: Space.com
Astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bisa melihat sejumlah hurikan atau badai yang mengancam Amerika Serikat, dengan sudut pandang mata burung (bird-eye view). Sejumlah badai itu pun berhasil dipotret para astronot dari luar angkasa, salah satunya adalah Badai Katia.

Salah satu astronot, Mike Fossum, merupakan salah satu yang berhasil memotret badai besar yang masuk Kategori 3 ini (pada skala Saffir-Simpson dari kekuatan badai).

Dalam gambar yang dipotret Fossum, terlihat Badai Katia berputar-putar di atas Samudera Atlantik. Badai ini sendiri berada di Atlantik selama lebih dari seminggu. Mike Fossum kemudian bersyukur badai ini tidak mungkin menyebabkan banyak kerusakan di atas tanah.

"Badai Katia mungkin bukan ancaman bagi AS, jadi nikmati saja keindahan badai tersebut," kata Fossum dalam sebuah tweet yang di-posting dari angkasa luar, seperti dikutip dari Space.com. Fossum tinggal di laboratorium angkasa ini hingga pertengahan November.

Menurut Pusat Badai Nasional Amerika Serikat, pengukuran terbaru dari Katia menunjukkan bahwa kecepatan angin dari Katia mencapai 120 mil per jam atau 195 km per jam. Kekuatan badai diperkirakan akan berfluktuasi selama beberapa hari, sebelum akhirnya melemah di bawah kategori badai besar, pada Kamis ini.

Meskipun Katia bisa menjadi ancaman bagi pesisir timur AS (east coast), badai ini diperkirakan akan menghantam kawasan timur dan Bermuda, sebelum berputar kembali ke laut.

Badai Katia merupakan badai kedua yang terbentuk selama musim badai 2011, yang telah diprediksi menghasilkan rata-rata 14 sampai 19 badai yang bernama (termasuk badai tropis dan angin topan), 7 sampai 10 badai dan 3 sampai 5 badai besar. Biasanya, rata-rata musim badai Atlantik 'hanya' menghasilkan 11 badai bernama, 6 badai dan 2 badai besar. Bulan Agustus sampai Oktober adalah bulan-bulan puncak musim badai Atlantik. (Sumber: vivanews.com)

Bukti Baru Pendaratan Manusia di Bulan

Citra yang diambil wahana Lunar Reconnaissance Orbiter menunjukkan lokasi pendaratan wahana Apollo 17 dan jejak jalur yang ditinggalkan astronot. Credit: NASA/Goddard/ASU
Siapa bilang pendaratan misi Apollo di Bulan cuma hoax seperti digembar-gemborkan para penyebar teori konspirasi? Citra terbaru yang ditangkap wahana antariksa Lunar Reconaissance Orbiter baru-baru ini menjadi salah satu pendukung untuk menolak dugaan hoax tersebut.

Citra yang dirilis Selasa (6/9/2011) menyuguhkan gambaran 3 wilayah yang pernah menjadi lokasi pendaratan misi Apollo di Bulan. Tak cuma itu, citra pun menunjukkan jalur yang dilalui oleh astronot ketika menjelajah Bulan.

"Citra tampak spektakuler seperti yang bisa Anda lihat sendiri," kata Mark Robinson dari Arizona State University, kepala investigasi Lunar Reconaissance Orbiter, seperti dikutip Space.com.

Citra ditangkap oleh narrow angle camera pada wahana Lunar Reconaissance Orbiter. Citra ini baru merupakan yang ketiga, yang bisa menyuguhkan secara close up, tempat yang pernah menjadi lokasi pendaratan manusia di Bulan.

Salah satu gambar yang dirilis kali ini adalah jejak misi Apollo 17. Rute yang ditinggalkan astronot Eugene Cerman dan Harrison Schmitt terlihat jelas. Ada jejak kaki yang bisa dilihat serta dibedakan dengan jelas dari jejak rute. Karena mengenal kendaraan yang dipakai dalam misi ke Bulan, astronot Mark Robinson mengatakan bisa terlihat dengan jelas bahwa roda yang digunakan sedikit berbelok ke kiri.

Selain jejak misi Apollo 17, citra yang dirilis kali ini juga menyuguhkan jejak misi Apollo 12 dan Apollo 14. Bisa dilihat jejak yang ditinggalkan oleh astronot Edgar Mitchell, Alan Shepard, Pete Conrad, dan Alan Bean.

"Dari kacamata sains, citra ini penting dalam dua hal. Ini menunjukkan ciri fotometri Bulan, mengapa lebih gelap. Dalam hal yang lebih praktikal, menunjukkan tempat yang tepat di mana sampel dikoleksi," ujarnya.

Robinson menguraikan, citra juga bisa menunjukkan objek dan sisa-sisa misi yang tertinggal di Bulan, seperti sisa eksperimen, selimut suhu dan backpack yang dipakai oleh astronot dalam moonwalk. Robinson menambahkan, lokasi tempat bendera Amerika Serikan dikibarkan juga terlihat.

"Saya sudah melihat area sekeliling dan benar-benar bisa melihat tempat di mana bendera itu dikibarkan," katanya.

Namun, menurut Robinson, sulit untuk melihat jelas benderanya sendiri. Suhu ekstrim Bulan dan radiasi pasti akan merusak bendera. "Jika masih ada, pasti bendera itu sudah dalam bentuk yang kasar," cetus Robinson.


Citra yang dirilis ini diambil saat Lunar Reconaissance Orbiter mengorbit Bulan dengan ketinggian rendah, sekitar 22 km dari permukaan Bulan. Biasanya, wahana antariksa ini mengorbit pada ketinggian 31 km. Saat ini, Lunar Reconaissance Orbiter memasuki orbit sirkuler. Pertengahan Desember nanti, wahana antariksa ini akan memasuki orbit eliptikal dengan ketinggian terendah 30 km di kutub selatan dan tertinggi 124 km di kutub utara Bulan.

Misi Lunar Reconaissance Orbiter berbiaya 504 juta dollar. Menjalankan misi sejak 2009, wahana antariksa ini berhasil mengirimkan citra detail jejak misi Apollo pada tahun yang sama. Ke depan, kerjanya akan dibantu oleh GRAIL A dan B yang akan diluncurkan Kamis (8/9/2011) nanti.(Sumber: kompas.com)

FOTO: Tabrakan Galaksi Antennae

Gambar tabrakan galaksi Antennae yang terletak 62 juta tahun cahaya dari bumi [Klik gambar untuk memperbesar]. Credit: NASA, ESA, SAO, CXC, JPL-Caltech, and STScI
Gambar di atas adalah gambar komposit yang indah dari tabrakan dua galaksi yang dirilis oleh Observatorium Besar NASA. Tabrakan antara galaksi Antennae, yang terletak sekitar 62 juta tahun cahaya dari Bumi, dimulai lebih dari 100 juta tahun lalu dan saat ini masih terjadi. Tabrakan ini membentuk jutaan bintang, awan debu, dan gas di dalam galaksi.

Bintang-bintang muda yang baru terbentuk mengalami evolusi yang luar biasa cepat hanya beberapa juta tahun saja untuk kemudian mati dan meledak menjadi supernova. Titik cerah dalam gambar dihasilkan dari material dan bintang-bintang neutron yang jatuh ke lubang hitam, yang merupakan peninggalan bintang masif. Beberapa lubang hitam di galaksi Antena mungkin berisi massa yang hampir seratus kali dari matahari.

Risiko Lubang Hitam Kian Menakutkan

Lubang hitam memakan bintang. Credit: inilah.com
Lubang hitam mampu menelan berbagai benda angkasa. Semakin banyak yang ia telan, semakin besar daya hisapnya. Namun risikonya tidak hanya itu.

Lubang hitam merupakan wilayah luar angkasa yang dapat menelan gas, debu, bintang, planet, maupun benda angkasa lain yang ada dalam suatu galaksi. Gaya tarik gravitasinya sangat kuat. Sebuah planet yang melintas di sekitarnya tidak akan selamat dari hisapan lubang itu.

Banyak astronom khawatir aktivitasnya yang semakin liar akan mampu menelan planet Bumi. Lantas apa yang membuat sebuah lubang hitam mampu menyedot benda-benda angkasa di sekitarnya?

Sebenarnya ada teori yang menyebutkan, daya hisap sebuah lubang hitam bisa melemah lalu ia akan masuk ke fase tidur, berhenti memakan benda angkasa. Menurut George Helou, dari Spitzer Science Center NASA di Institut Teknologi California, lubang hitam di galaksi kita saat ini sedang dalam fase tidur itu.

Lubang hitam yang disebut Sagittarius A itu letaknya berada di tengah galaksi Bima Sakti. Scherbakov, astronom dari Pusat Astrofisika Harvard mengatakan, lubang hitam di galaksi Bima Sakti hanya memakan 0,01% bintang di sekelilingnya.

Namun selanjutnya peneliti juga menemukan fakta, lubang hitam senantiasa berevolusi, sehingga bisa jadi akan aktif lagi suatu hari nanti. Semakin banyak ia menelan bintang, semakin cepat pula proses evolusinya.

Menurut data yang didapat dari teleskop luar angkasa, selama beberapa tahun terakhir ini, semakin banyak lubang hitam menelan benda angkasa. Selain itu, dikatakan bahwa semakin banyak ia menghisap benda angkasa, semakin besar pula daya sedotnya. Ini dikarenakan peningkatan unsur ion di dalamnya.

Namun tidak hanya berevolusi, belakangan juga diketahui lubang-lubang hitam yang ada di berbagai galaksi juga saling bergabung. Berbagai benda angkasa yang masuk ke dalam lubang hitam mengandung banyak energi dalam jumlah besar.

Sehingga gabungan antarlubang hitam tentunya juga meningkatkan jumlah energi yang dimilikinya. Energi ini dapat mengendalikan alur keluar masuk gas dan debu ke luar lubang.

Tidak hanya debu dan gas, para astronom meyakini bahwa hisapan sebuah lubang hitam juga banyak melepaskan sinar-X dan gelombang radioaktif. Namun jumlah radiasi sinar X yang mereka amati belum dapat dijelaskan. Yang jelas, semuanya itu memengaruhi perkembangan galaksi yang tempat lubang hitam itu berada.

Memahami proses dan cara kerja dan evolusi lubang hitam adalah penting untuk menjelaskan formasi galaksi bima sakti dan keutuhan bumi di masa depan. Mempelajariradiasi dan interaksi antargalaksi dapat membuat kita paham akan besarnya medan gravitasi,gaya magnet, dan proses radiasi lubang hitam.

“Kami telah mempelajari data dari teleskop ruang angkasa selama beberapa tahun terakhir, dan menemukan bahwa semakin cepat lubang hitam melahap material angkasa, maka semakin tinggi daya ionisasinya,” ujar David Ballantyne, asisten profesor fisika Georgia Institute of Technology.

Ahli fisika angkasa saat ini belum memiliki penjelasan yang cukup mengenai daya sedot lubang hitam dan bagaimana pertumbuhannya atau apa yang membuat lubang hitam tertentu berhenti berkembang. Tapi yang jelas, lubang hitam dan cakram di sekitarnya akan memengaruhi benda-benda langit.

“Penghisapan lubang hitam atas benda angkasa melepaskan banyak energi. Tidak hanya radiasi, tapi juga gas yang dilepaskan sampai jauh ke luar galaksi. Gas ini dapat mengubah susunan letak bintang, dan menghentikan perkembangan galaksi,” ujar Ballantyne.

“Daya hisap lubang hitam masih terus dipelajari. Ada yang berkembang dan ada juga yang mati. Mempelajari ini penting untuk mengetahui bentuk dan perubahan susunan galaksi kita,” tambah Ballantyne.

Lubang hitam memang menyedot benda angkasa. Bumi berrisiko ditelan olehnya. Namun risikonya ternyata tidak hanya itu. Gas yang disemburkan dari dalamnya pun dapat membuat benda angkasa bergeser, dan bahkan mungkin bertabrakan.

Bagaimana kalau itu terjadi pada bumi? (Sumber: inilah.com)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto