Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, August 24, 2011

Ilmuwan Temukan Cara Baru Prediksi Bintik Matahari


Bintik Matahari. Credit: Wikimedia.org

Kita semua mengetahui tentang bintik matahari dan dampaknya. Dapat mengganggu jaringan listrik, memutus komunikasi satelit dan menimbulkan bahaya bagi para astronot dan hal itu tentunya sangat merugikan. Namun saat ini dengan satelit SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) milik NASA, peneliti mampu mengambil 15 tahun "suara" data dari bintang terdekat kita dan hal itu dapat digunakan untuk mengembangkan teknik baru untuk mendeteksi bintik matahari sebelum muncul.

Seperti dikutip Astronomi.us dari Universetoday.com (24/08/2011), dengan menggabungkan informasi yang diperoleh dengan NASA’s Solar Dynamics Observatory satellite, yang membawa Helioseismic dan Magnetic Imager, para ilmuwan telah menemukan metode baru untuk mendeteksi bintik matahari sedalam 65.000 kilometer di bawah permukaan matahari. Pada area tersebut medan magnet menghasilkan gelombang dari turbulensi plasma dan gas. Di dekat permukaan gelombang bergerak kembali menuju inti matahari hanya untuk dipantulkan lagi. Dengan membandingkan hal tersebut, gelombang seismik dipelajari di bumi untuk dianalisa. Dari situ para peneliti dapat mengukur gelombang antara titik untuk memprediksi bintik matahari. Hal ini bermanfaat untuk kegiatan peramalan cuaca yang sudah bisa diprediksi 3 hari sebelumnya.

Planet Kerdil 2007 OR10 Bukan Putih, Tapi Merah

Planet kerdil 2007 OR10 disebut juga Snow White. Credit: NASA
Ditemukan pada tahun 2007 oleh mantan mahasiswa pascasarjana Meg Schwamb, planet kerdil "snow white" mengorbit di tepi Tata Surya. Kira-kira setengah dari ukuran Pluto. Awalnya planet tersebut diidentifikasi berwarna putih, namun ternyata keliru. Justru sebagian besar dari planet tersebut berwarna merah

Dikutip Astronomi.us dari universetoday.com (21/08/2011), para astronom di Institut Teknologi California (Caltech) telah meneliti lebih dekat planet kerdil 2007 OR10 tersebut. Obyek Sabuk Kuiper ini adalah sebuah "dunia" yang beku, tertutup es. Sementara permukaannya tertutup dan menjadi putih oleh es, namun perlahan air es itu menghilang. Mengapa? Menurut penelitian baru, snow white mungkin memiliki atmosfer tipis metana yang metodis menghilang.

"Anda bisa melihat gambar dari apa yang dulu merupakan dunia kecil yang aktif dengan gunung berapi dan itu sekarang keadaannya beku, mati, dengan suasana yang perlahan menjauh," kata Mike Brown, Richard dan Barbara Rosenberg Profesor dan profesor planet astronomi, yang merupakan penulis utama pada makalah yang akan diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters menggambarkan temuan. "Dengan semua planet kerdil yang sebesar ini, ada sesuatu yang menarik tentangnya dan selalu memberitahu kita sesuatu," kata Brown. "Yang satu ini kita selama bertahun-tahun frustrasi karena kita tidak sebenarnya bagaimana planet kerdil itu."

Ketika planet kerdil 2007 OR10 pertama kali ditemukan, instrumen terbaik untuk studi yaitu Kamera Near Infrared (NIRC) di Observatorium Keck. Tapi tidak akan lama sampai Adam Burgasser, seorang mantan mahasiswa pascasarjana dari Brown dan sekarang menjadi profesor di UC San Diego, membantu merancang sebuah instrumen baru yang disebut Dilipat-port inframerah Echellette (API) untuk mempelajari obyek di Sabuk Kuiper. Pada musim gugur yang lalu, Brown, Burgasser, dan sarjana postdoctoral Wesley Fraser menempatkan API untuk diuji dengan Telescope Magellan di Chile untuk melihat lebih dekat planet kerdil "Salju puith". Mereka telah menduga, planet kecil itu berwarna merah - tetapi yang mengejutkan adalah keberadaan air es. "Itu kejutan besar," kata Brown. "Es tidak berwarna merah."

Apakah planet itu sendirian?. Beberapa tahun sebelumnya Brown juga menemukan planet kerdil lain - Quaoar - dengan spektrum merah dan air es. Karena ukurannya yang kecil, atmosfer Quaoar hilang. Selama periode evolusinya, senyawa yang mudah menguap hilang ke angkasa, hanya meninggalkan metana yang muncul berwarna merah. Karena spektrum dari kedua planet kecil yang sama, kesimpulannya adalah mereka berdua memiliki sifat yang mirip. "Itu kombinasi merah dan air, 'metana,'" Brown menjelaskan. "Kami pada dasarnya melihat hal unik dari Snow White. Selama empat setengah miliar tahun, Salju Putih telah ada di sana, perlahan-lahan kehilangan atmosfer, dan sekarang hanya ada tersisa sedikit. "

Namun, tim sedang berhati-hati untuk saat ini. Sementara hal pasti adalah adanya keberadaan air es, keberadaan metana belum didokumentasikan dan perlu penelitian lebih lanjut dengan teleskop yang lebih besar seperti Keck. Selanjutnya tugas tim adalah mencari pengganti istilah snow white 2007 OR10 karena yang dulunya putih, berubah menjadi merah. Sebelum penemuan air es dan mungkin metana, "2007 OR10" mungkin sudah cukup bagi komunitas astronomi, karena tampaknya tidak cukup penting untuk menjamin nama resmi. "Kami tidak menduga bahwa Snow White begitu menarik," kata Brown. "Sekarang kita tahu dan hal itu layak dipelajari."

VIDEO: Keindahan Galaksi Bima Sakti dari Bumi Oleh Randy Halverson

Galaksi Bima Sakti. Credit: howstuffworks.com
Musim panas yang melanda Amerika saat ini tidak menghalangi fotografer paruh waktu Randy Halverson untuk mengambil gambar keindahan galaksi Bima Sakti yang kemudian ia abadikan dalam sebuah video. Selain gambar yang menakjubkan, video ini juga diiringi dengan musik yang menarik. Tertarik ingin melihat, nah berikut ini video buatannya



Robonaut2: Robot Manusia Pertama di Luar Angkasa

Robonaut2. Credit: NASA
Robonaut2 telah menjadi robot manusia pertama yang terbang ke luar angkasa. Diangkut dari International Space Station melalui Space Shuttle Discovery Februari lalu.

Robonaut adalah robot manusia didesain oleh General Motors dan insinyur NASA yang sedang dalam perjalanan melakukan misi pertamanya.

Pada akun Twitter robot ini, ia men-tweet, “Saya sedang di luar angkasa! HALO ALAM SEMESTA!!!”

Robonaut atau R2 tidak mempunyai tugas spesifik di stasiun dan akan melakukan “tugas rutin dan layanan,” kata GM. Sebagian tugasnya adalah melakukan pekerjaan yang terlalu berbahaya untuk dikerjakan manusia.

Dengan berat lebih dari 136 kilo, robot terbuat dari aluminium dan besi itu dapat mengangkat beban hingga 9 kilo dengan masing-masing tangannya. Untuk membuatnya menghabiskan biaya 2.5 juta dollar AS.

Menurut Computer World, robot tersebut mempunyai 38 prosesor komputer.

“Para astronot dan kontroler misi perlu terbiasa dengan alat ini,” kata Kris Verdeyen, Insinyur elektrik proyek Robonaut NASA kepada Computer World.

Ini adalah robot manusia pertama di luar angkasa. Saya bayangkan awalnya hal ini cukup menakutkan. Jika Anda pernah melihat film dengan robot, ini bisa menakutkan.

Sumber: epochtimes.co.id

Rusia Menang Lawan AS dalam Persaingan Luar Angkasa?

Pesawat luar angkasa Atlantis
NASA berencana untuk melakukan perjalanan ruang angkasa terakhir dengan pesawat antariksa Atlantis miliknya, dan selanjutnya Rusia akan berkuasa penuh atas stasiun luar angkasa internasional.

Menurut AFP, setelah keputusan AS untuk menghentikan pesawat antariksa NASA, maka AS harus membayar kepada Rusia apabila AS hendak mengirimkan astronotnya ke stasiun ruang angkasa internasional (ISS) dengan menumpang pesawat antariksa Rusia, Soyuz. Untuk melaksanakan misi antariksanya, setidaknya AS harus bergantung pada media aviasi Rusia hingga 2015 mendatang hingga perusahaan swasta AS mampu mengembangkan pesawat antariksa untuk melakukan perjalanan luar angkasa.

Dihentikannya penerbangan Atlantis pada 8 Juli mendatang adalah pertanda putusnya hubungan kerjasama antara AS dan Rusia selama 30 tahun dalam misi pengiriman astronot dan bahan kebutuhan ke ISS secara bergiliran.

Jika astronot AS hendak memasuki ISS, setiap orang harus membayar biaya transportasi sebesar 51 juta dolar AS kepada Soyuz. NASA kini menggantungkan harapan besar terhadap perusahaan antariksa swasta Blue Origin, yang sedang membangun pesawat antariksa komersial “New Shepard”, berharap agar secepatnya rampung guna mengakhiri krisis misi luar angkasa.

Meskipun situasi ini menandakan bahwa Rusia memimpin persaingan luar angkasa, namun Vitaly Davydov selaku wakil kepala Badan Antariksa Rusia mengatakan dalam sebuah wawancara, “Kami tidak dapat mengatakan bahwa kami telah memenangkan persaingan luar angkasa ini, kami hanya bisa mengatakan bahwa kini kami telah sampai di penghujung fase tertentu.” Rusia jelas tidak bermaksud menunjukkan sikap puasnya.

Davydov menolak untuk memberikan komentar apapun sehubungan dengan kemenangan Rusia dalam persaingan luar angkasa, sebaliknya ia menekankan makna penting dari stasiun ruang angkasa ISS ini adalah contoh keberhasilan kerja sama internasional.

“New Shepard” diperkirakan akan rampung antara 2015-2020 mendatang, dibuat oleh Blue Origin, perusahaan milik pendiri situs Amazon.com, Jeff Bezos. Blue Origin telah memperoleh subsidi sebesar 22 juta dolar AS dari NASA yang seluruhnya akan digunakan untuk mengembangkan industri luar angkasa milik swasta.

Sumber: epochtimes.co.id

Tuesday, August 23, 2011

Galaksi Andromeda Terbentuk dari Tabrakan Dua Galaksi Kecil

Galaksi Andromeda. Credit: wordpress.com
Sekelompok ilmuwan berhasil melakukan simulasi yang menunjukkan bahwa galaksi Andromeda terbentuk dari benturan antara dua galaksi kecil.

Menggunakan komputer dengan kemampuan tinggi di Observatorium Astronomi Nasional China dan Observatorium Paris, tim peneliti internasional melakukan simulasi tentang bagaimana Andromeda berkembang dari waktu ke waktu. Dengan simulasi ini, peneliti menggunakan delapan juta partikel sehingga mampu memproduksi sebagian besar properti Andromeda, seperi bintang, cincin gas, dan debu. Hasilnya, dua galaksi kecil diperkirakan bertabrakan sekitar sembilan miliar tahun lalu dan kemudian membentuk Andromeda seperti saat ini.

Selama ini, banyak ilmuwan yakin Andromeda terbentuk karena sebuah benturan antara dua galaksi kecil. Sayangnya, mereka belum bisa memastikan teori ini. “Banyak astronom berpikir galaksi Andromeda merupakan hasi dari gabungan. Namun, pemikiran ini tidak pernah diuji coba dan ditentukan waktunya,” kata Francois Hammer, ketua penulis jurnal, Astrophysical Journal, yang mempublikasi simulasi tersebut.

Hammer mengatakan penelitian ini juga bisa memberi pemahaman terhadap formasi galaksi kita sendiri. “Tidak berarti Bimasakti tidak dapat terbentuk dengan cara yang sama. Mungkin saja. Tapi, mungkin terjadi jauh lebih awal,” tutur Hammer.

Andromeda adalah galaksi berbentuk spiral yang paling dekat dengan Bimasakti. Galaksi Andromeda terletak di langit utara. Namanya diambil dari rasi bintang Andromeda yang terletak di tempat galaksi ini terlihat dari bumi.

Galaksi Andromeda bisa dilihat dari bumi dengan mata telanjang dan akan tampak seperti kabut tipis di langit utara. Jika diamati dengan teropong, akan tampak bintang-bintang redup di tepiannya. Galaksi Andromeda dan Bimasakti bersama Galaksi Triangulum, dan 30 galaksi kecil lainnya tergabung dalam sekumpulan galaksi yang dikenal dengan Local Group Galaxies.

Berjarak 2,5 tahun cahaya dari rasi bintangnya, Galaksi Andromeda mendekati Bimasakti dengan kecepatan sekitar 100 km per detik. Sehingga, ilmuwan memperkirakan Galaksi Andromeda dan Bimasakti akan bertabrakan sekitar 4,5 miliar tahun lagi.

Dampak benturan ini kemungkinan akan membentuk galaksi eliptik raksasa. Namun belum diketahui bagaimana nasib bumi dan sistem tata surya kita jika terjadi benturan ini. Ada kemungkinan sistem tata surya dikeluarkan dari Bimasakti atau bergabung dengan Andromeda.

Sumber: nationalgeographic.co.id

Cincin Saturnus Terbentuk Dari Satelit Raksasa?

Cincin planet Saturnus. Credit: NASA
Sebuah penelitian yang ditulis dalam Jurnal Nature menyatakan cincin Saturnus adalah sisa-sisa bulan, yang terkoyak jutaan tahun lalu, kemudian mengelilingi planet. Meskipun masih memerlukan pembuktian, teori sisa-sisa bulan (atau satelit) ini cukup kuat.

Sejak lama, ilmuwan berbeda pendapat tentang asal-usul cincin yang mengelilingi Saturnus. Ada juga yang mengatakan cincin ini adalah tinggalan material nebula yang membentuk Saturnus. Tak ketinggalan, ada yang beranggapan cincin itu terbentuk dari sisa-sisa komet yang menabrak atau saat gravitasi planet ini mencerai-beraikan komet yang melintas terlalu dekat.

Namun, menurut penelitan dalam Jurnal Nature, kemungkinan terakhir itu akan membuat cincin Saturnus kaya batu-batuan dan es. Padahal cincin Saturnus saat ini 90 hingga 95 persennya terdiri dari air es. Meskipun memang cincin ini telah tercemari debu dan puing-puing luar angkasa. Kemungkinan kedua diabaikan karena jika cincin itu bentukan dari nebula maka akan tidak stabil dan tidak mampu bertahan hingga saat ini.

Seperti dipublikasi Jurnal Nature, kemungkinan pertama adalah yang paling mungkin terjadi. Menurut Robin Canup dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado, AS yang merupakan penulis dalam laporan di jurnal iru, Saturnus dulu memiliki banyak bulan raksasa sebesar satelit terbesarnya saat ini, Titan.

Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, saat bulan seukuran Titan mendekat, gravitasi Saturnus menariknya dan membuat lapisan es satelit ini terlepas. Lapisan es inilah yang membentuk cincin Saturnus. Sementara itu, inti satelit yang berbatu-batu tetap utuh dan akhirnya menabrak Saturnus.

Proses ini terjadi beberapa kali dengan bulan-bulan seukuran Titan yang berbeda. Tiap peristiwa kemungkinan mengganggu dan merusak sistem cincin sebelumnya. Jadi, yang kita lihat saat adalah serpihan bulan terbesar terakhir yang tertelan Saturnus.

“Model ini menunjukkan cincin tersebut adalah hal yang pokok. Mereka terbentuk dari proses yang sama yang membuat Titan satu-satunya satelit terbesar Saturnus. Dan ini adalah satu-satunya penjelasan konsisten untuk satelit yang kaya es,” kata Canup.

Es yang terlepas dari satelit-satelit itu bisa membentuk sistem cincin 10 hingga 100 kali lebih besar dari yang kita lihat saat ini. Tapi, cincin ini menyusut seiring waktu.

Dalam beberapa tahun ke depan, ilmuwan akan mendapat kesempatan menguji teori cincin Canup. Pada akhir misinya yang dijadwalkan pada 2017, pesawat luar angkasa NASA Cassini yang kini tengah mengorbit di sekitar Saturnus, akan meluncur langsung ke cincin Saturnus.

Cassini akan melakukan observasi mendetail yang dapat membuat ilmuwan mendapat kepastian tentang massa cincin Saturnus dan usianya, serta seberapa jauh meteroid mencemarinya dengan puing-puing.

“Saya pikir cukup cermat untuk menyadari bahwa sistem cincin yang sangat terkenal ini kemungkinan adalah sisa-sisa yang masih ada dari satelit yang hilang,” tegas Canup.

Cincin Saturnus terbentang dari 6.630 km hingga 120.700 km di atas khatulistiwa planet ini. Tebalnya sekitar 20 meter. Saturnus memiliki setidaknya 62 satelit. Titan adalah bulan terbesar, diikuti bulan terbesar kedua bernama Rhea. Kebanyakan bulan lainnya sangat kecil, 34 bulan berdiameter kurang dari 10 km, 14 lainnya kurang dari 50 km. Titan sendiri memiliki massa 0,0225 massa bumi yang mencapai 5,9736 × 1024 kg. Sedangkan Saturnus memiliki massa 95,152 kali massa bumi atau sekitar 5.6846 × 1026 kg. (SUmber: space.com)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Kenapa Suhu Atmosfer Matahari Lebih Panas Daripada Permukaannya?

Matahari. Credit: NASA
Akhirnya, para ilmuwan bisa menjawab misteri seputar atmosfer matahari yang memiliki temperatur lebih tinggi daripada permukaan matahari. Jawabannya ada di pancaran plasma yang berasal dari permukaan matahari.

"Selalu jadi teka-teki ketika kita mencari tahu alasannya," kata Scott McIntosh, ahli fisika bidang cahaya matahari dari High Altitude Observatory, High Altitude Observatory of the National Center for Atmospheric Research (NCAR), Boulder. McIntosh melakukan penelitian bersama ilmuwan dari Lockheed Martin's Solar and Astrophysics Laboratory (LMSAL), NCAR, and the University of Oslo. Penelitian ini didukung NASA dan National Science Foundation (NSF), sponsor NCAR.

Selama beberapa dekade, ilmuwan selalu mencari jawaban misteri tersebut. Selama itu pula, ilmuwan percaya kalau spikula, pancaran plasma dari permukaan matahari ke atmosfer, dapat membawa panas ke korono. Akana tetapi, sebuah temuan pada tahun 1980-an membantah hal itu. Ilmuwan kala itu mendapati kalau spikula tidak mampu mencapai temperatur korona.

"Pemanasan spikula hingga jutaan derajat belum pernah dilakukan secara langsung, jadi peran mereka dalam memanaskan di korona diabaikan," kata Bart De Pontieu, pemimpin penelitian dan ahli fisika bidang cahaya matahari dari LMSAL.

Tahun 2007, McIntosh dan Pontieu berhasil menemukan spikula jenis baru yang bergerak lebih cepat dan berumur lebih pendek daripada spikula biasa. Spikula yang baru ditemukan ini memancar ke atas dengan kecepatan tinggi, bisa mencapai 100 kilometer per detik, sebelum menghilang. Karena karakteristiknya itu, ilmuwan menerka spikula "tipe 2" ini sangat panas. Tapi, kala itu mereka belum dapat membuktikannya.

Para peneliti kemudian menggunakan pengamatan baru yang diperoleh dari Atmospheric Imaging Assembly yang ada di Solar Dynamics Observatory milik NASA serta Solar Optical Telescope pada satelit Jepang Hinode. Tujuan mereka adalah menguji hipotesis kalau spikula "tipe 2" itu benar-benar panas.

"Penelitian kami mengungkapkan, untuk pertama kali, hubungan antara plasma yang dipanaskan hingga jutaan derajat dan spikula yang menempatkan plasma ini ke korona," kata McIntosh. Temuan baru ini mengubah teori pemanasan yang terjadi pada korona.

Misi NASA bernama Interface Region Imaging Spectograph, yang akan diluncurkan 2012 nanti, akan menyediakan data mengenai temperatur dan medan magnet antara fotosfer dan korona. Para peneliti berharap bisa mengungkap lebih banyak mengenai pemanasan spikula dan mekanisme kemunculannya. (Sumber: ScienceDaily)

Sumber: nationalgeographic.co.id


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto