Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Tuesday, August 2, 2011

Hujan Komet Dahsyat Ancam Bumi

Cambridge ? Saat matahari sekarat dan mati, bintang ini akan meledak. Saat itu ledakan bintang ini akan membakar dan menghujani tata surya dengan komet, tak terkecuali Bumi.

Sekitar lima miliar tahun ke depan, matahari akan kehabisan hydrogen untuk membakar intinya. Saat itu, bintang ini akan berubah menjadi bintang merah raksasa yang akhirnya meledakkan atmosfernya untuk menyisakan inti serupa bara yang disebut ?white dwarf.

Peneliti University of Cambridge mengatakan, melalui simulasi komputer, tampak pergolakan kematian matahari akan terasa sejauh dan seluas awan komet pada Ort Cloud yang berada di luar orbit Pluto.

Akibatnya, planet dalam termasuk Bumi akan terbakar selama fase ini. Namun, kini para ilmuwan yakin dampaknya jauh lebih parah. Seiring hilangnya massa matahari, gravitasi akan berkurang dan perubahan itu bisa melempar obyek yang sedang mengorbit.

Peneliti Dimitri Veras dan rekannya mengatakan, simulasi komputer ini mengindikasikan seperti ditulis UPI, sebanyak 20% komet Ort Cloud akan menghujani planet-planet dalam tata surya.inilah.com

Baca Juga :

Bola Gas Raksasa di Luar Angkasa

Nebula raksasa berbentuk bola.
Sebuah bintang mengeluarkan gas yang membentuk bola raksasa berwarna biru. Temuan bentuk yang unik ini memberi petunjuk baru dalam pembentukan nebula.

Nebula berbentuk bola tersebut diberi nama "Kronberger 61", sesuai dengan nama penemunya, Matthias Kronberger, seorang astronom amatir. Kronberger mendapati keberadaan nebula tersebut pada Januari 2011 ketika meneliti foto-foto digital hasil survei sejak tahun 1980-an. Kronberger menginformasikan temuannya kepada astronom profesional dari Gemini Observatory di Hawaii yang kemudian meneliti lebih lanjut dan menghasilkan gambar versi berwarna.

Kronberger 61 terletak sekitar 13.000 tahun cahaya di daerah rasi bintang Cygnus. Bentuknya nyaris bulat sempurna�bentuk yang aneh dibandingkan sekitar 3.000 nebula yang pernah ditemukan. "Sedikit sekali nebula yang sangat bulat. Biasanya mereka memanjang atau berbentuk seperti kupu-kupu atau obyek lain," kata astronom George Jacoby dari Giant Magellan Telescope Organization di Pasadena, California, Amerika Serikat, yang membantu pembuatan gambar Kronberger 61 menggunakan Gemini.

Nebula terjadi ketika sebuah bintang melebur hidrogennya menjadi helium, dilanjutkan dengan perubahan helium menjadi karbon. Saat itu bintang menjadi tidak stabil dan membengkak. Inti planet yang panas mulai kembang kempis membuat lapisan gas terluar meluruh. Saat itulah menjadi tahap awal munculnya nebula. Ketika inti planet terekspos, radiasi panasnya melontarkan gas, membuatnya tampak berpendar.

Proses pembentukan struktur nebula yang rumit saat ini masih jadi perdebatan. Sebuah pendapat mengatakan bahwa bentuk nebula dipengaruhi oleh gaya gravitasi benda langit di sekitar bintang, seperti planet besar. Pendapat lain menyebutkan bahwa bentuk tidak perlu dibantu oleh benda langit lain.

"Dalam kasus Kronberger 61, kita akan ketahui satu tahun dari sekarang, setelah teleskop Kepler berhasil meneliti bintang di pusat nebula," kata Jacoby. Jika bintang terlihat redup dan terang secara periodik, kemungkinan pembentukan nebula dibantu oleh benda langit lain. Saat redup, kemungkinan ada obyek yang lewat di antara Bumi dan bintang. Obyek itulah yang membantu pembentukan nebula.

Pesawat Antariksa Juno Segera ke Jupiter

Ilustrasi saat Juno mendekati Planet Jupiter.
Juno, pesawat ruang angkasa milik NASA, akan memulai perjalanan untuk misi kunjungan ke Planet Jupiter. Perjalanan ke sana diperkirakan membutuhkan waktu selama lima tahun.

Robot penjelajah seharga 1,1 miliar dollar AS tersebut akan diluncurkan pada 5 Agustus 2011 dari Launch Complex 41 di Cape Canaveral, Florida. Juno akan menjadi salah satu dari tiga misi yang akan diluncurkan NASA. Juno yang dibuat di Astrotech Space Operations di Titusville akan diterbangkan dengan roket United Launch Alliance Atlas V, pada pukul 11.34 hingga 12.33 siang waktu setempat.

Misi kali ini bertujuan untuk mempelajari pembentukan, evolusi dan struktur planet Jupiter yang merupakan planet terbesar dalam sistem tata surya. Penelitian ini diharapkan menghasilkan petunjuk tentang asal dan evolusi sistem tata surya selama 4,5 miliar tahun silam.

Juno diperkirakan sampai di Yupiter pada 2016, memasuki orbit yang melingkari kutub planet, dan mendekat sejarak 5.000 kilometer dari puncak awannya. Sejumlah peralatan dibawa serta, bertujuan untuk mengukur kadar air dan oksigen dalam atmosfer Yupiter, dan mencari tahu apakah planet tersebut memiliki inti padat.

Selain misi ke Yupiter, September nanti, NASA juga merencanakan peluncuran pesawat ke bulan, dan menjelajahi planet Mars dalam misi Mars Science Laboratory pada November.

Lubang Hitam Sedot Gas Panas

'Radius Bondi', di mana gas akan dominan karena dipengaruhi oleh gravitasi lubang hitam
ORLANDO - Untuk pertama kalinya observatorium sinar-X Chandra melihat gas panas ditarik ke pusat galaksi lubang hitam.

"Ini menarik untuk menemukan bukti yang jelas mengenai gas dalam cengkeraman lubang hitam raksasa," kata Ka-Wah Wong dari University of Alabama.

Menurut penelitian sebelumnya oleh Hermann Bondi dan Raymond Lyttleton, lubang hitam memiliki titik kritis di sekelilingnya, yang dikenal sebagai 'Radius Bondi', di mana gas akan dominan karena dipengaruhi oleh gravitasi lubang hitam. Gas yang melewati ambang ini ditekan, sehingga terukur lebih panas dan terang.

Data dari Chandra saat ini telah mengkonfirmasi kenaikan suhu gas yang dimulai 700 tahun cahaya dari lubang hitam. hal ini membuat astronot berpikir bahwa lubang hitam berukuran sekitar dua miliar lebih besar dari ukuran Matahari. Terletak di pusat galaksi, NGC 3115 yang juga dikenal sebagai Spindle Galaxy sekitar 32 juta tahun cahaya dari Bumi. Dan lubang hitam ini memiliki ukuran yang menyerupai Bumi.

Data baru ini akan membantu astronom memahami sepasang masalah astrofisika tentang bagaimana lubang hitam tumbuh, dan bagaimana sebuah materi berperilaku di bawah gravitasi ekstrim mereka.

"Kekuatan daya Chandra memberikan kesempatan unik untuk memahami lebih lanjut tentang bagaimana lubang hitam menangkap materi dengan mempelajari obyek di dekatnya," tambah Wong, seperti dikutip Astronomy Now Online, Selasa (2/8/2011).

Berdasarkan pengamatan Chandra terlihat kepadatan gas membuat beberapa asumsi teoritis, dengan memperkirakan jumlah gas setara dengan dua persen dari Matahari yang tersedot oleh lubang hitam.

Namun Spindle Galaxy bukanlah sebuah lubang hitam biasa, ini juga membahayakan Bumi.

"Sebuah misteri terkemuka di astrofisika adalah bagaimana area sekitar lubang hitam raksasa bisa begitu redup, ketika ada begitu banyak bahan bakar yang tersedia untuk menyala," kata Jimmy Irwin, juga dari Universitas Alabama, dan co-penulis penelitian ini.

Sekali lagi, baik teori efisiensi perubahan energi benar atau tidak, tapi semua bahan yang masuk ke 'Radius Bondi' pasti jatuh ke lubang hitam. Ini memecahkan misteri masa depan.

Matahari Sekarat, Hujan Komet Dahsyat Ancam Bumi

Matahari
Saat matahari sekarat dan mati, bintang ini akan meledak. Saat itu ledakan bintang ini akan membakar dan menghujani tata surya dengan komet, tak terkecuali Bumi.

Sekitar lima miliar tahun ke depan, matahari akan kehabisan hydrogen untuk membakar intinya. Saat itu, bintang ini akan berubah menjadi bintang merah raksasa yang akhirnya meledakkan atmosfernya untuk menyisakan inti serupa bara yang disebut �white dwarf.

Peneliti University of Cambridge mengatakan, melalui simulasi komputer, tampak pergolakan kematian matahari akan terasa sejauh dan seluas awan komet pada Ort Cloud yang berada di luar orbit Pluto.

Akibatnya, planet dalam termasuk Bumi akan terbakar selama fase ini. Namun, kini para ilmuwan yakin dampaknya jauh lebih parah. Seiring hilangnya massa matahari, gravitasi akan berkurang dan perubahan itu bisa melempar obyek yang sedang mengorbit.

Peneliti Dimitri Veras dan rekannya mengatakan, simulasi komputer ini mengindikasikan seperti ditulis UPI, sebanyak 20% komet Ort Cloud akan menghujani planet-planet dalam tata surya.

Thursday, July 28, 2011

Ditemukan, Asteroid Trojan Pengikut Bumi

Sebelum ini, ilmuwan memprediksi bahwa Bumi juga pasti punya trojan. Sayangnya, mereka sulit ditemukan karena ukurannya relatif kecil dan tampak berada di dekat Matahari jika dilihat dari Bumi.
Astronom menemukan asteroid �trojan� pertama yang diketahui mengorbiti Matahari bersama-sama dengan Bumi. Asteroid berukuran 300 meter itu berada dalam jarak 80 juta kilometer dari Bumi, ditemukan pertamakali oleh Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) milik NASA.

Orbit asteroid itu sendiri sudah berhasil diidentifikasikan. Dan setidaknya, dikutip dari Universe Today, 28 Juli 2011, untuk 100 tahun ke depan, ia tidak akan mendekati Bumi dalam jarak kurang dari 24 juta kilometer. Adapun temuan terbaru ini dipublikasikan dalam jurnal Nature.

Trojan merupakan asteroid yang menggunakan orbit yang sama dengan planet yang ia tumpangi baik di depan atau di belakang orbit planet itu. Berhubung mereka mengikuti atau berada di depan planet secara konstan, asteroid trojan tidak akan bertabrakan dengan planet yang bersangkutan.

Dalam sistem tata surya kita, sejauh ini sudah diketahui adanya asteroid trojan yang menumpang di orbit planet Neptunus, Mars, dan Jupiter. Selain itu, dua bulan milik Saturnus juga diikuti oleh asteroid trojan.

Sebelum ini, ilmuwan memprediksi bahwa Bumi juga pasti punya trojan. Sayangnya, mereka sulit ditemukan karena ukurannya relatif kecil dan tampak berada di dekat Matahari jika dilihat dari Bumi.

�Asteroid ini sebagian besar waktunya dihabiskan untuk tinggal di siang hari, membuatnya sulit untuk dilihat. Namun akhirnya kita berhasil mendeteksi karena ia memiliki orbit yang tidak lazim yang membuatnya kadang bergerak menjauh dari Matahari, tidak seperti trojan biasanya,� kata Martin Connors, peneliti dari Athabasca University, Kanada.

Connors menyebutkan, WISE merupakan teleskop yang hebat. �Ia mampu memberikan kita sudut pandang sulit kita dapatkan jika kita memandangnya dari permukaan Bumi,� ucapnya.

Teleskop WISE mulai memindai seluruh langit menggunakan sinar inframerah, mulai Januari 2010 sampai Februari 2011. Pada periode itu, Connors dan timnya melakukan pencarian terhadap trojan milik Bumi menggunakan data dari NEOWISE, yang merupakan pelengkap misi WISE yang fokus ke pencarian Near Earth Object seperti asteroid dan komet.

Sebagai informasi, NEO merupakan benda yang melintas dalam jarak 45 juta kilometer dari Bumi. Selama periode pemindaian, proyek NEOWISE telah memantau 155 ribu asteroid di antara Mars dan Jupiter dan lebih dari 500 NEO yang 132 di antaranya belum pernah diketahui sebelumnya.

Meteorit 25 Ton Ditemukan di China

Meteorit berukuran besar ditemukan di daerah pegunungan sebelah barat laut China. Batu dengan berat sekitar 25 ton itu diperkirakan salah satu dari meteorit terbesar yang pernah ada.

http://p5.img.cctvpic.com/20110719/images/1311044411525_1311044411525_r.jpg

Batu yang ditemukan di Pegunungan Altai, Provinsi Xinjiang, itu merupakan meteorit yang memiliki kandungan nikel yang banyak (dikenal dengan istilah meteorit besi).

"Barangkali meteorit ini adalah meteorit besi terbesar kedua," kata Baolin Zang, spesialis meteorit dari Beijing Planetarium.

http://p5.img.cctvpic.com/20110719/images/1311043950117_1311043950117_r.jpg


Meteorit yang terbesar saat ini ditemukan di Namibia, seberat lebih kurang 60 ton. Zhang mengestimasi, massa meteorit Xinjiang berada pada kisaran antara 25-30 ton.

Meteorit raksasa menonjol keluar dari lempengan granit yang lebih besar. Bagian yang terletak di atas tanah memiliki panjang 2,3 meter dengan lebar separuh panjangnya.

Zhang dalam wawancaranya dengan China Central Television menyebutkan bahwa meteorit berasal dari luar tata surya.

Pada awal bulan ini, Baolin Zhang, seorang peneliti ahli bidang meteorit di Planetarium Beijing, telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki laporan meteor tersebut.

Tim naik ke ketinggian puncak 9.500 kaki (2.900 meter), dan mulai mengidentifikasi batu bintang besar dengan warna kecoklatan ini.

http://www.whatsondalian.com/news_images/9558720.jpg

http://www.chinadaily.com.cn/photo/images/attachement/jpg/site1/20110719/0023ae9885da0f8f317704.jpg


Menurut Meenakshi Wadhwa dari Center for Meteorite Studies Arizona State University, sebagian besar meteorit terbentuk 4 miliar tahun lalu, ketika tata surya terbentuk, "Temuan ini potensial untuk memberikan data terkait sejarah pembentukan tata surya."

Sumber :
kompas.com

Kisah Ilmuwan Nekat Demi 'Seks di Bulan'

Batuan bulan
Mimpi ilmuwan muda itu setinggi langit,  jadi orang pertama menginjakkan kaki di Planet Mars. Atau setidaknya jadi astronot. Namun, reputasinya yang buruk membuat kesempatan untuk mewujudkan itu nyaris nol. Kendati demikian, Thad Roberts --nama pria itu, 'berhasil' merealisasikan imajinasi liarnya: bercinta di Bulan.

Kala itu, tahun 2002, Roberts yang baru berusia 22 tahun bekerja magang di Johnson Space Centre milik Badan Antariksa AS (NASA) di Houston, Texas. Sebuah pencapaian yang luar biasa di masa mudanya.
Seperti pria muda lain yang dimabuk cinta, ia menjanjikan Bulan pada kekasihnya, Tiffany Brooke Fowler -- kala itu 20 tahun, juga magang di NASA. Bedanya, mereka memutuskan untuk mewujudkannya.

Caranya, Roberts, kekasihnya, dan dua rekannya mencuri batuan Bulan yang dibawa pulang enam misi pesawat ulang alik Apollo dari Gedung 31. Yang gila, Roberts dan pasangannya meletakkan batu bulan itu di bawah kasur, lalu bercinta di atasnya. Tak hanya itu, mereka bahkan berencana melego batuan berharga itu di internet. Padahal, nilainya saat itu mencapai US$2.5 juta dan US$7 juta.

Aksinya itu harus dibayar mahal. Ia ditangkap biro infestigasi federal (FBI) pada tahun 2002 dan diganjar hukuman penjara selama delapan tahun, meski dibebaskan lebih awal tahun 2008 lalu.

Sex on the MoonSetelah bebas dari bui, Roberts menghubungi penulis terkemuka, Ben Mezrich. Menceritakan kisahnya yang  lantas dibukukan dengan judul 'Sex on the Moon'. Sebuah karya non fiksi meski Mezrich mengubah setting dan sejumlah deskripsi. Sejak diluncurkan ke toko-toko buku 12 Juli 2011 lalu, buku itu meledak laris dan bahkan segera difilmkan dalam waktu dekat ini.

Bukan hanya itu saja yang bisa dilakukan Thad Roberts. Seperti dimuat Life Little Mysteries, 26 Juli 2011, ia tak begitu saja menyia-nyiakan pengalamannya selama di NASA dan gelar sarjana astrofisikanya. Di balik penjara, ia merenungkan misteri terbesar alam semesta dan menyusun tesis setebal 700 halaman tentang teorinya sendiri -- quantum space theory (QST). Ia mengklaim, teori itu menyatukan teori relativitas Einstein dengan mekanika kuantum.

Roberts mengaku menyesali perbuatannya mencuri batu Bulan. "Dari pengalaman, saya bisa mengatakan ada banyak cara yang lebih tepat dan produktif untuk merasakah kemegahan alam ketimbang mencuri batu Bulan. Anda bisa merenungkannya alam semesta dan kedahsyatan waktu, atau mengintip Nebula Orion melalui teleskop, atau dengan cara sederhana, menghayati perasaan cinta. Jangan ulangi kesalahan yang pernah saya lakukan," kata Roberts kepada Life Little Mysteries.
Sementara, seperti dimuat Deseret News, Roberts mengaku sempat membenci dirinya selama dua tahun, sebelum ia akhirnya memaafkan dan tak lagi berusaha mengakhiri hidupnya. Mencicipi pengalaman dibui tak membuat nyali berpetualangnya menciut. Ia masih tertarik dengan petualangan -- dalam arti sehat tentunya. Roberts bergabung dalam Team Death Punch, kelompok yang aktif melakukan olahraga menantang. Ia juga masih punya mimpi. Menjadi dosen. "Aku sangat suka mengajar."


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto