Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Sunday, December 30, 2012

Penyebab Terjadinya Petir dan Halilintar?

Petir / halilintar. Image credit: google
Pertanyaan:
Bagaimana proses terjadinya petir yang disertai kilat atau halilintar itu?

Jawaban:
  1. pertama-tama, awan masih dalam kondisi netral alias jumlah proton dan nerutron sama. terus, pas hujan badai, terjadi gesekan antara awan dan udara dan jadilah awan bermuatan listrik alias neutronnya lebih banyak daripada proton. kalo awan lewat gedung yang tinggi, elektron awan akan menarik proton ke puncak gedung. karena perbedaan jenis muatan awan dengan puncak gedung menyebabkan medan listrik. apabila muatan pada awan bertambah, gaya elektrostatis akan memaksa muatan negatif meloncat secara tiba-tiba dari dasar awan ke puncak gedung yang disertai dengan bunga api listrik. nah, gitulah caranya petir nyambar gedung. dari cerita diatas, berarti pas hujan, awan yang bergesekan dengan udara dan menjadi bermuatan listrik(elektron lebih banyak dari proton) sudah menyiap-nyiaokan petirnya kalo ketemu sama benda yang tinggi-tinggi. makanya pas hujan orang juga bilang jangan teduh ketempat yang tinggi.proton : partikel yang bermuatan positif, elektron : partikel yang bermuatan negatif.
  2. Proses Terjadinya:
    Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif; di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif; sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif. Pada bagian bawah inilah petir biasa berlontaran.


    Petir dapat terjadi antara:
    Awan denqan awan
    Dalam awan itu sendiri
    Awan ke udara
    Awan denqan tanah (bumi)

    Besar medan listrik minimal yang memungkinkan terpicunya petir ini adalah sekitar 1.000.000 volt per meter.

Friday, December 28, 2012

Ilmuwan China Temukan Bukti Kecepatan Gravitasi Setara Kecepatan Cahaya

Ilustrasi gravitasi Matahari. Image credit: google
Hari Rabu 26 Desember 2012 lalu, sekelompok ilmuwan China mengumumkan bahwa mereka telah menemukan bukti yang mendukung hipotesis bahwa gravitasi bergerak pada kecepatan cahaya. Bukti tersebut ditemukan saat ilmuwan mengamati pasang surut Bumi. Sebelumnya para ilmuwan mencoba untuk mengukur kecepatan gravitasi selama bertahun-tahun melalui berbagai eksperimen dan pengamatan, namun hanya sedikit hal yang didapat.

Ilmuwan China yang dipimpin oleh Tang Keyun yang merupakan seorang peneliti di Chinese Academy of Sciences (CAS) menggunakan enam pengamatan gerhana Matahari dan Bulan serta pasang surut Bumi menemukan bahwa rumus pasang surut Newtonian behubungan dengan penyebaran gravitasi. "Pasang surut" Bumi mengacu pada perubahan kecil dipermukaan Bumi yang disebabkan oleh gravitasi Bulan dan Matahari.

Berdasarkan data yang diperoleh dari China Earthquake Administration dan Universitas CAS ditemukan bahwa gaya gravitasi dilepaskan dari Matahari dan gaya gravitasi selanjutnya direkam di stasiun pengamatan di dalam Bumi dan diketahui bahwa kecepatan gravitasi tidak berjalan pada kecepatan yang sama. Namun tidak berhenti sampai di situ, ilmuwan melakukan penelitian pada stasiun pengamatan di dekat laut dan ditemukan efek dari pasang surut yang disebabkan oleh gravitasi sangatlah besar. Untuk itu tim ilmuwan melakukan pengamatan di dua stasiun pengamatan yang berbeda yaitu di Tibet dan Xinjian.

Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa kecepatan gravitasi adalah 0.93-1,05 kali kecepatan cahaya dengan kesalahan relatif sekitar 5 persen dan itu menunjukkan bahwa perjalanan atau kecepatan gravitasi bergerak pada kecepatan cahaya.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal online berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh German science and technology publishing group Springer. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, December 27, 2012

Cassini Ambil Foto Berwarna Bulan Saturnus, Dione

Foto berwarna bulan Saturnus, Dione yang diambil oleh Wahana pengorbit NASA, Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/SSI. Composite by J. Major.
Wahana NASA pengorbit planet Saturnus, Cassini, berhasil mengambil foto berwarna dari salah satu satelit alam yang mengorbit planet tersebut, Dione. Dione yang sebagian besar tersusun dari es dan batuan, sekilas tampak mirip seperti Bulan. Namun jika kita cermati, ternyata terdapat warna agak ke merah muda (pink), hijau dan biru pada sebagian permukaannya. Foto tersebut diambil Cassini pada tanggal 23 Desember 2012 yang kemudian diolah oleh NASA menjadi foto komposit berwarna.

Cassini mengambil foto tersebut pada jarak 154.869 mil (249.238 km). Tampak kawah Creusa yang berada persis di daerah paling terang pada gambar dan melintas sebuah garis yang nyatanya adalah sebuah celah atau retakan yang disebut Tibur Chasmata. Retakan tersebut melintas dari kutub utara Dione (kiri atas, hingga ke kutub selatannya (kanan bawah). Dione sendiri memiliki diameter sekitar 700 mil (1120 km ). (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, December 24, 2012

Nautilus-X, Pesawat Luar Angkasa NASA Dilengkapi Mesin Gravitasi

Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Non-Atmospheric Universal Transport Intended for Lengthy United States Exploration atau yang disingkat dengan Nautilus-X, merupakan sebuah wahana pesawat luar angkasa NASA yang ditujukan untuk misi jangka panjang ke Bulan atau planet Mars. Pesawat ini dirancang dan diusulkan oleh Bigelow Aerospace dan mampu menampung 6 orang awak pesawat.

Menurut informasi NASA, pesawat ini merupakan pesawat yang dibuat dengan biaya yang relatif murah yaitu sekitar $3,5 miliar dan membutuhkan waktu pengerjaan selama 64 bulan.

Wahana ini juga sekaligus sebagai stasiun transit jika NASA ingin melakukan eksplorasi ke tata surya jauh. Mirip seperti ISS bedanya ISS bukanlah pesawat luar angkasa mandiri. Pesawat Nautilus-X didesain dengan desain modular dilengkapi dengan port docking untuk kapsul seperti Orion atau kapsul luar angkasa lainnya. Selain itu ada berbagai macam perlengkapan lainnya seperti solar array, tangki penampung air dan hidrogen yang dapat mengurangi bahaya radiasi kosmik bagi kru astronot, sistem komunikasi, sistem propulsi, cincin sentrifugal sebagai mesin untuk menciptakan gravitasi parsial dan sebagainya.

Untuk menguji pengaruh dan efek cincin sentrifugal terhadap manusia, maka mesin tersebut akan terlebih dahulu diuji coba di ISS.

Namun sampai saat ini Nautilus-X masih sekedar konsep dan peluncurannya pun masih belum diketahui dengan pasti. (WKP, PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, December 22, 2012

Turbulensi Mampu Menghangatkan Angin Matahari

Secara kontinyu Matahari menyemburkan partikel bermuatan listrik dan medan magnet dalam bentuk angin Matahari atau angin surya (Solar Wind). Salah satu yang menjadi pertanyaan para ilmuwan adalah mengapa angin Matahari memiliki suhu yang lebih panas dari yang seharusnya?. Dan nampaknya studi baru yang dilakukan oleh ESA dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Bumi dan planet lain di tata surya mengorbit Matahari dengan melewati hempasan badai plasma (angin Matahari) yang terdiri dari proton dan elektron. Badai plasma ini bergerak dengan kecepatan rata-rata 400 km per detik yang berarti 1,5 juta km per jam. Badai plasma keluar dari Matahari akibat tarikan dari medan magnet Matahari itu sendiri. Hebatnya Badai plasma atau angin Matahari tersebut bergerak dan menghempas seluruh daerah di tata surya bahkan hingga mencapai batas dengan ruang antar bintang. Plasma Matahari mendingin selama perjalanan ke luar dari Matahari namun proses pendinginan tersebut lebih lama dari seharusnya bahkan plasma Matahari akan memanas saat sampai di orbit Jupiter.

Pertanyaannya mengapa bisa seperti itu? padahal plasma Matahari itu melewati ruang kosong yang jauh dan jarangnya plasma tersebut bertabrakan dengan partikel lain. Salah satu kemungkinan adalah terjadinya turbulensi plasma yang terjadi akibat penyimpangan aliran partikel dan medan magnet. Akibat interaksi keduanya maka akan menghasilkan  formasi tertentu yang mengandung arus listrik yang kemudian tertarik menuju ke medan magnet.

Plasma tersebut tidak hanya mengisi ruang kosong tapi juga ke tempat di mana medan magnet terhubung dan terputus yang kemudian secara simultan mentransfer energi dan memanaskan partikel. Sampai saat ini mekanisme dan skala dari proses tersebut masih tidak menentu. Namun dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa turbulensi plasma terjadi di magnetosheat disebut juga dengan bow shock yaitu wilayah kejut berbentuk busur di mana angin Matahari memenuhi medan magnet Bumi dan megnetosfer sehingga menghasilkan gelembung magnetic (magnetic bubble). (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, December 21, 2012

MESSENGER Selidiki Cekungan di Kawah Eminescu Merkurius

Foto cekungan pada kawah Eminescu di planet Merkurius yang diambil oleh MESSENGER. Image credit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Carnegie Institution of Washington
Foto terbaru yang dikirmkan oleh wahana NASA pengorbit planet Merkurius, MESSENGER, menunjukkan adanya cekungan atau rongga pada bagian dalam kawah Eminescu yang termasuk ke dalam kawah muda berdiameter 130 km (80 mil). Kawah Eminescu berada di sebelah Utara khatulistiwa Merkurius. Hal aneh lainnya juga ditemukan di bibir kawah tersebut.

Cekungan tersebut pertama kali ditemukan pada bulan September 2011 dan ternyata cekungan seperti itu juga banyak ditemukan di banyak tempat di planet Merkurius. Sebelumnya pada beberapa foto, cekungan tersebut mulanya hanya diidentifikasi sebagai sebuah titik terang. Namun saat wahana MESSENGER merubah posisi orbitnya pada Maret 2011 dan pencitraan dengan resolusi tinggi dimulai, ditemukanlah bahwa titik terang tersebut adalah sesuatu hal yang baru dan kemudian diketahui bawahwa itu adalah cekungan. Diperkirakan cekungan tersebut terbentuk oleh angin surya yang menerpa pemukaan planet Merkurius dan menguapkan beberapa mineral kemudian terjadi beberapa ledakan yang membentuk cekungan. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, December 20, 2012

Ekspedisi 34, Roket Soyuz Terbangkan Tiga Astronot ke ISS

Ketiga astronot sesaat sebelum keberangkatan. Image credit: NASA/Carla Cioffi

Peluncuran roket Soyuz TMA-07M yang membawa ketiga astronot ke ISS. Image credit: NASA/Carla Cioffi
Soyuz kembali menerbangkan 3 astronot dalam rangka melaksanakan misi ekspedisi 34 ke ISS. Kali ini Soyuz membawa satu astronot Kanada, satu astronot Rusia, dan satu astronot Amerika. Mereka adalah Chris Hadfield, Roman Romanenko, dan Tom Marshburn. Chris Hadfield sendiri merupakan astronot berpengalaman yang pernah ke ISS dengan menggunakan pesawat ulang alik Endeavour pada tahun 2001 dan ikut serta dalam proyek pemasangan lengan robotik Canadarm2 ISS. Mereka bertiga diberangkatkan dengan roket Soyuz TMA-07M dari Baikonur Kazakhstan pada hari Rabu sekitar pukul 21:00 WIB dan direncanakan akan merapat dengan ISS pada hari Jum'at pukul 14:00 WIB.

Selanjutnya mereka akan bergabung dengan astronot Kevin Ford, Oleg Novitskiy, dan Evgeny Tarelkin yang telah berada di ISS sejak 26 Oktober lalu. (SD, UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, December 19, 2012

Teleskop Spitzer Ambil Foto Gelombang Kejut Bintang Zeta Ophiuchi

Gelombang kejut dari bintang Zeta Ophiuchi membuat debu antariksa berbentuk seperti busur. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Telekop Spitzer milik NASA berhasil mengambil foto inframerah gelombang debu yang berasal dari sebuah Bintang raksasa bernama Zeta Ophiuchi. Gelombang tersebut mendorong debu antariksa dan menyebabkan debu tersebut berbentuk menyerupai busur panah sehingga disebut dengan Bow Shock (kejutan busur).

Astronom mengatakan bahwa dahulu bintang raksasa ini pernah berada di sebelah bintang pendampingnya. Namun ketika bintang pendamping tersebut mati dan tercipta ledakan supernova, Bintang Zeta terlempar jauh. Bintang Zeta merupakan bintang yang besarnya 20 kali Matahari kita dan 80.000 kali lebih terang dari Matahari. Kecepatan lintasnya mencapai 54.000 mph (24 km per detik).

Pada gambar di atas, sinar inframerah sebenarnya tidak bisa kita lihat. Namun teleskop Spitzer mampu melihatnya. Warna hijau merupakan warna debu antariksa yang terkena angin surya, warna merah merupakan debu antariksa dan gelombang yang paling tinggi tingkat kompresi atau tekanannya, dan Bintang Zeta Ophiuchi berwarna biru terang di samping kanan gelombang debu berwarna merah.

Teleskop Spitzer sendiri dikelola oleh JPL (Jet Propulsion Laboratory) di Pasadena, California. (NASA, Adi Saputro/ nwww.astronomi.us)

Ilmuwan Berhasil Temukan Dua Mineral Baru di Antartika

Evgeny Galuskin dan Irina Galuskin. Image credit: mindat.org
Ilmuwan berhasil menemukan dua mineral baru di kaldera Chegem Kaukasus Utara dekat gunung Elbrus Rusia. Mineral baru tersebut ditemukan oleh dua ilmuwan mineralogist yakni Evgeny Galuskin dan Irina Galuskin dari University of Silesia Polandia. Kedua mineral itu diberi nama Edgrewite dan Hydroxledgrewite dan nama tersebut diambil sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasa Profesor Edward Grew dari University of Maine yang telah meneliti berbagai macam mineral langka seperti Boron dan Berilium. Edgrewite dan hydroxledgrewite ditemukan dalam bentuk kristal kecil

"Saya selalu menghargai kolaborasi internasional dalam dunia ilmu pengetahuan, , dan saya merasa sangat terhormat rekan-rekan di Eropa mengusulkan nama saya untuk mineral baru yang mereka temukan," ucap Profesor Grew.

Profesor Grew sendiri merupakan seorang mineralogist yang sangat terkenal dan terlibat dalam penemuan 13 mineral langka termasuk 6 mineral yang ditemukan di Antartika. (Phs, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, December 18, 2012

Planetary Nebula NGC 7354, Nebula yang Berbentuk Seperti Bola

Planetary Nebula NGC 7354. Image credit: ESA/Hubble & NASA
Planetary Nebula NGC 7354 adalah sebuah nebula yang bentuknya menyerupai bola bercahaya yang berasap. Nebula ini sangat sulit untuk dilihat menggunakan teleskop biasa karena jaraknya yang sangat jauh dari Bumi sekitar 4.200 tahun cahaya. Nebula ini pertama kali ditemukan oleh Sir William Herschel. Herschel memberi nama nebula ini sebagai Planetary Nebula karena pertama kali ketika ia melihatnya melalui teleskop, nebula itu menyerupai Bola yang kabur dan berasap menyerupai planet Uranus. Namun dengan teleskop canggih seperti Hubble, didapat fakta bahwa ia sama sekali bukan planet.

Lapisan luar yang bersinar pada nebula tersebut berasal dari gas panas yang terlempar dari bintang tua yang hampir mati. Angin dari bintang di pusatnya diyakini mempengaruhi morfologi dari nebula ini. Hal itu bisa dilihat dari strukturnya berupa lapisan luar yang melingkar, lapisan dalam yang berbentuk elips dan ada titik terang yang terpusat dan terkonsentrasi di tengah dengan dua jet simetris tertembak ke luar dari ke dua sisinya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal ini disebabkan oleh adanya sebuah bintang pendamping. Namun kehadiran bintang kedua ini belum bisa dikonfirmasi keberadaannya.

Planetary Nebula NGC 7354 memiliki diameter sekitar setengah tahun cahaya dan berada pada konstelasi Cepheus. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

NASA Berhasil Jatuhkan GRAIL di Bulan Sesuai Rencana

Ilustrasi jatuhnya GRAIL di permukaan Bulan. Image credit: NASA/JPL-Caltech/GSFC/ASU
Dua satelit kembar NASA pengorbit Bulan yang disebut GRAIL (Gravity Recovery and Interior Laboratory) terpaksa diakhiri hidupnya oleh teknisi NASA setelah berhasil melaksanakan misinya dengan sukses dan sekaligus kehabisan bahan bakar. Teknisi NASA mengakhiri hidup GRAIL dengan menjatuhkannya ke daerah dekat kutub utara Bulan pada hari Selasa 18 Desember 2012 pukul 02.00 WIB.

"NASA mencegah kedua satelit tersebut untuk jatuh di dekat salah satu situ penting pendaratan pertama manusia di Bulan Apollo 11 dan situs pendaratan wahana pengorbit Bulan milik Rusia, Luna," ucap David Lehman selaku manajer proyek GRAIL di JPL, Pasadena.

Ilustrasi GRAIL sedang mengorbit Bulan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA

Setelah kami menulis artikel tentang rencana NASA yang akan menjatuhkan GRAIL di Bulan 12 Desember 2012 lalu, maka kali ini NASA benar-benar melaksanakan rencana tersebut. Wahana pengorbit (probe) yang juga dikenal dengan sebutan "Ebb and Flow" (Surut dan Pasang) tersebut jatuh disekitar kawah Goldschmidt. Sebagai bentuk penghargaan, NASA memberi nama tempat jatuhnya kedua wahana tersebut dengan nama Sally Ride yang diambil dari nama astronot wanita pertama Amerika yang meningggal dunia pada 23 Juli2012 lalu. GRAIL menghantam permukaan Bulan dengan kecepatan 3.760 mph (6.050 km/jam) dan jeda waktu antara jatuhnya wahana pertama dan kedua sekitar 32 detik.

Sebelum dijatuhkan, teknisi NASA menembakkan mesin utama pada kedua wahana tersebut untuk menghabiskan bahan bakar yang masih tersisa sekaligus untuk memvalidasi dan meningkatkan kemampuan sistem komputer yang memprediksi kebutuhan bahan bakar untuk keperluan misi di masa yang akan datang.

GRAIL diluncurkan ke Bulan pada 10 September 2011 dengan menumpang roket Delta II. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, December 17, 2012

Foto dan Video Hujan Meteor Geminid 2012

Hujan meteor Geminid yang puncaknya terjadi pada tanggal 12-13 Desember 2012 kemarin sangat menarik dan dapat dilihat hampir di seluruh bagian Bumi. Ada sekitar 50 meteor yang jatuh setiap jamnya. Bagi Anda yang tidak sempat melihatnya berikut adalah beberapa foto dan video hujan meteor Geminid yang terjadi tanggal 12-13 Desember 2012 yang diambil dari beberapa tempat di dunia

Image credit: Patrick Cullis

Image credit: Peter Greig

Hujan meteor Geminid di  Death Valley. Image credit: Gavin Heffernan/SunChaser Pictures

Image credit: Sean Parker

Image credit: Patrick Cullis
Video hujan meteor Geminid 2012:



(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, December 14, 2012

Cassini Abadikan Foto Kembaran Sungai Nil di Titan

Citra foto sungai hidrokarbon di Titan
yang diambil oleh wahana Cassini.
Klik gambar untuk memperbesar.
Image credit: NASA/JPL–Caltech/ASI
Wahana luar angkasa NASA yang mengorbit planet Saturnus berhasil mengambil citra foto sungai hidrokarbon di Bulan terbesar planet Saturnus, Titan. Sungai hidrokarbon tersebut memiliki panjang 250 mil (400 km) dan berhulu pada laut besar di dekat kutub utara Titan. Foto tersebut merupakan foto resolusi tinggi pertama yang berhasil diambil dari sebuah sungai besar yang berada di luar Bumi. Ilmuwan sendiri membandingkan sungai hidrokarbon tersebut dengan sungai Nil di Bumi sebab bentuknya berliku-liku dan lembah sungai yang mengikuti arah dari patahan batuan di dalam lapisan tanah.

Patahan tersebut bukan diartikan sebagai patahan lempeng tektonik seperti di Bumi tapi masih memiliki hubungan dengan dengan proses pembentukan laut itu sendiri. Para ilmuwan yakin bahwa sungai tersebut penuh dengan cairan sebab pada foto tampak sangat gelap di dalamnya dan cairan ini bukan berupa air melainkan hidrokarbon dengan kandungan etana dan metana. Sungai hidrokarbon tersebut mengarah ke Kraken Mare yaitu laut tersbesar di titan yang memiliki luas 154.000 mil persegi (400.000 km persegi). Wahana Cassini sendiri merupakan wahana tak berawak sekaligus pengorbit milik NASA yang diluncurkan pada tahun 1997 dan sampai di Orbit Saturnus tahun 2004. Cassini masih akan terus beroperasi setidaknya sampai 2017. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Gabungkan Data Berbagai Teleskop, Astronom Rilis Foto Galaksi NGC 3627

Foto galaksi NGC 3627 hasil penggabungan foto dari beberapa teleskop berbasis Bumi dan antariksa dan menghasilkan foto dengan kualitas dan resolusi tinggi. Image credit: http://chandra.harvard.edu/photo/2012/ngc3627/
Astronom berhasil menggabungkan beberapa foto dan cahaya melalui teleskop berbasis Bumi atau Ground-based Telescope dan teleskop antariksa atau Space-Based Telescope dan berhasil menemukan 37 lubang hitam (black hole) supermasif yang berada pada galaksi yang dekat dengan Bima Sakti.

Diantara yang ditemukan yaitu lubang hitam di galaksi NGC 3627. Seperti terlihat pada gambar di atas. Astronom menggabungkan data sinar X dari Chandra X-ray Observatory, data sinar inframerah dari teleskop Spitzer, dan data optik dari Teleskop Hubble dan VLT (Very Large Telescope) dan dari penggabungan tersebut didapatkan sebuah foto yang sangat cantik dari galaksi NGC 3627.

Terlihat pada foto galaksi di atas, gas dan debu berputar perlahan di sekitar lubang hitam yang berada di pusatnya dan membentuk sebuah cakram / piringan pipih. Sebagian materi jatuh ke dalamnya , memanas dan melepaskan sejumlah besar energi yang terlihat berupa sinar terang yang memancar.
Galaksi NGC 3627 terletak sekitar 30 juta tahun cahaya dari Bumi dan galaksi tersebut memiliki lubang hitam supermasif yang aktif di pusatnya.

Wednesday, December 12, 2012

NASA Akan Jatuhkan Dua Satelit Kembar ke Permukaan Bulan

Ilustrasi dua wahana satelit GRAIL sedang mengorbit Bulan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dua wahana satelit pengorbit Bulan yang disebut dengan Gravity Recovery and Interior Laboratory (GRAIL) akan dijatuhkan oleh NASA ke permukaan Bulan dikarenakan bahan bakar pada kedua wahana tersebut hampir habis. Apabila semua berjalan sesuai dengan rencana, NASA akan menjatuhkan kedua satelit kembar tersebut pada 17 Desember 2012 mendatang.

Untuk proses tersebut, NASA tidak akan sembarangan menjatuhkan, akan tetapi NASA akan menjatuhkan pada tempat yang dapat dipantau dan dilihat oleh wahana LRO (Lunar Reconnaissance Orbiter). Maria Zuber selaku Principal Investigator pada misi ini mengatakan bahwa pihaknya harus melakukan sekitar 3 manuver setiap hari agar wahana GRAIL tidak jatuh sendiri ke permukaan Bulan. Dua wahana kembar tersebut di turunkan tingkat ketinggiannya dari yang semula 55 km di atas permukaan Bulan menjadi 23 km dan pada awal minggu ini kembali diturunkan menjadi 11 km.

Dua wahana GRAIL tersebut telah menyumbangkan banyak data bagi NASA yaitu data mengenai gravitasi Bulan dan Interior atau struktur bagian dalam Bulan. Pada awal Bulan kemarin GRAIL mengirimkan data berupa peta terlengkap gravitasi di permukaan Bulan. Awalnya misi GRAIL hanya akan berlangsung selama 90 hari, akan tetapi kemudian diperpanjang karena NASA memerlukan beberapa data tambahan.

Peluncuran GRAIL dengan roket Delta II. Image credit: NASA

Wahana GRAIL sendiri diluncurkan pada 10 September 2011 dengan menumpang roket Delta II dari Cape Canaveral Air Force Station. (UT, SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, December 11, 2012

Asteroid 2012 XE54 dan 4179 Toutatis Akan Lintasi Bumi 12 Desember 2012

Ilustrasi asteroid 4179 Toutatis atau asteroid kentang yang dibuat oleh Goldstone radar imagery. Image credit: NASA
Dua buah asteroid akan melintasi Bumi pada 12 Desember 2012 nanti. Asteroid tersebut adalah asteroid yang baru ditemukan yaitu 2012 XE54 dan asteroid kentang atau 4179 Toutatis. Melintasnya dua asteroid tersebut tidak akan berakibat buruk pada Bumi karena asteroid 2012 XE54 akan melintas pada jarak yang cukup aman yaitu 226.000 km (141.000 mil) dan asteroid 4179 Toutatis akan melintas pada jarak yang lebih jauh yakni 6,9 juta km (4,3 juta mil) dan itu 18 kali jarak Bumi ke Bulan.

Ilmuwan dari Institute Teknologi Pasquale Tricarico memperkirakan bahwa asteroid 2012 XE54 berukuran 28 meter tersebut akan melewati bayangan Bumi sehingga akan menyebabkan terjadinya gerhana asteroid dan ini mirip dengan gerhana Bulan total yang biasa kita lihat. (UT, Adi Saputro/ astronomi.us)

Thursday, December 6, 2012

Penyebab Terjadinya Prominensa (Lidah Api) Matahari

Prominensa Matahari. Image credit: Google
Matahari memiliki medan magnet yang tidak merata di setiap bagiannya. Berbeda dengan Bumi yang padat sehingga medan magnetnya konstan. Meski Matahari tetap memiliki kutub utara dan selatan, namun akibat rotasi serta medan magnet yang ada dimana-mana dan tidak stabil, mengakibatkan terjadinya sunspot. Bila terdapat sunspot, berarti ada medan magnet Matahari yang masuk atau atau keluar dengan membawa plasma. Karena terbentuknya di beberapa tempat, mengakibatkan terjadinya tabrakan dan jadilah prominensa. Saat prominensa ini putus atau saling bertabrakan lagi, akan terbentuk flare.

Sunspot atau lebih dikenal dengan bintik hitam Matahari, memiliki diameter sekitar 50,000 km, yang artinya lebih besar daripada diameter Bumi. Suhu pada sunspot lebih dingin dibandingkan yang bagian lain yaitu kurang lebih 3800 K. Hal itu yang menyebabkan sunspot berwarna gelap. Jumlah sunspot pada Matahari tidak konstan setiap saat. Kenampakan sunspot pada umumnya dalam orde minggu atau bahkan kurang.

Bentuknya yang mirip loop atau pita yang dikibaskan, membuat prominensa lebih dikenal dengan nama lidah api Matahari. Meski berada di fotosfer, namun panjangnya bisa melewati korona. Prominensa terpanjang yang pernah teramati oleh SOHO pada tahun 1997 mencapai 350,000 km, atau sebanding dengan 28 kali diameter Bumi. Kala hidup prominensa ini bisa mencapai 5 bulan. Dari hasil pengamatan, sepertiga dari prominensa muncul 3 minggu setelah terbentuknya sunspot. Berbeda dengan sunspot yang bergerak menuju ekuator, prominensa bergerak menuju kutub.

Ledakan Matahari yang terjadi akibat energi yang tersimpan dalam medan magnetik dilepaskan secara tiba-tiba dalam waktu singkat, dinamakan flare. Energi yang dilepaskan ini setara dengan jutaan kali bom atom Hiroshima. Bahkan pengaruhnya sampai ke atmosfer dan medan magnetik Bumi. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Satelit NASA Ambil Foto Seluruh Belahan Bumi Pada Malam Hari

Benua Amerika pada malam hari. Image credit: NASA
Benua Asia pada malam hari. Image credit: NASA
Benua Afrika, Eropa, dan Timur tengah pada malam hari. Image credit: NASA
Kurang lebih selama dua bulan satelit Suomi NPP mengumpulkan foto Bumi pada malam hari dan hal itu dimungkinkan dengan adanya instrumen Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS). VIIRS mampu menangkap dan mendeteksi cahaya dengan menggunakan filter untuk dapat mengambil cahaya dari lampu-lampu kota, aurora, api kebakaran hutan, pantulan sinar Bulan dan sebagainya. Namun pada beberapa foto yang ditampilkan, cahaya aurora dan api kebakaran hutan telah di filter sehingga tidak tampak dan penampakan hanya difokuskan pada lampu kota saja.

Satelit Suomi NPP merupakan satelit baru yang awalnya dikembangkan untuk kegiatan meteorologi untuk melihat awan di malam hari. Satelit ini terbukti mampu menghasilkan foto Bumi di malam hari dengan sangat baik dengan resolusi yang lebih tinggi.

VIIRS mampu membedakan mana cahaya kebakaran hutan, aurora, lampu kota dan sebagainya dengan mudah. Sensor cahayanya sangatlah peka. Satelit ini mengorbit Bumi dua kali dalam sehari pada ketinggian 824 km (612 mil) di atas permukaan Bumi. Dan dari luar angkasa pada malam hari Bumi tampak terlihat seperti Black Marble (marmer/ pualam hitam) yang indah. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, December 5, 2012

12 Desember 2012 Puncak Hujan Meteor Geminid

Hujan meteor Geminid. Image credit: NASA
Pada tanggal 12-13 Desember 2012 mendatang akan menjadi puncak dari hujan meteor Geminid. Hujan meteor Geminid nanti sangat istimewa karena tidak akan ada cahaya Bulan sehingga langit cukup gelap dan memudahkan kita untuk melihat hujan meteor Geminid tersebut.

Pada saat puncak hujan meteor Geminid, maka akan muncul sekitar 50 meteor setiap jamnya dan hujan meteor ini merupakan salah satu hujan meteor paling ramai selain hujan meteor Leonid. Kita tidak perlu teleskop untuk melihatnya. Cukup berdiri di tanah lapang, dan melihat ke atas arah timur.

Hujan meteor Geminid berbeda dengan hujan meteor lainnya karena berasal dari pecahan asteroid. Nama asteroidnya adalah 3200 Phaethon. Asteroid ini mengorbit Matahari dan meninggalkan debu ketika bergerak. Ketika Bumi memasuki wilayah debu, atmosfer Bumi akan membakarnya. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, December 4, 2012

Satelit Voyager 1 dan 2, Misi NASA Terpanjang dalam Sejarah

Posisi Voyager 1 saat ini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/The Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory
Satelit Voyager 1 dan Voyager 2 NASA merupakan dua satelit kembar yang diluncurkan pada akhir tahun 1977 untuk mengeksplorasi planet di luar tata surya kita. Dua wahana satelit tersebut saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke luar dari tata surya dan hampir mencapai pintu ruang antarbintang. Voyager 2 diluncurkan pada 20 Agustus 1977 dan Voyager 1 diluncurkan pada 5 September 1977.

Saat ini kedua wahana tersebut masih dalam keadaan sehat dan beroperasi dengan baik dengan mengirimkan data ke JPL (Jet Propulsion Laboratory) NASA di Pasadena. Untuk mengoperasikan kedua satelit tersebut, JPL mengirimkan sinyal berkecepatan cahaya dan membutuhkan waktu sekitar 13 jam untuk sampai ke Voyager 2 dan 16 jam untuk mencapai Voyager 1.

Misi NASA Terpanjang

Pada Agustus 2011 lalu, Voyager 2 berhasil memecahkan rekor misi NASA terpanjang sebelumnya selama 12.758 hari yang diraih oleh wahana Pioneer 6 Probe yang diluncurkan pada 16 Desember 1965 dan memberikan sinyal terakhir pada 8 Desember 2000.

Saat ini Voyager 1 berjarak 11 miliar mil (18,4 miliar km) dari Bumi dan bergerak ke utara sedangkan Voyager 2 berjarak 9 miliar mil (15 miliar km) dan bergerak ke selatan. Dalam 5 tahun terakhir Voyager 1 dan 2 mengirimkan data dan informasi mengenai lapisan luar heliosphere. Pada 5 tahun pertama, Satelit Voyager telah meneliti dari dekat planet Jupiter, Saturnus dan cincinnya, bulan-bulan yang dimilikinya, planet Uranus, Neptunus dan lain sebagainya.

Pesan dan Rekaman

Kedua satelit baik Voyager 1 maupun 2, membawa piringan emas fonograf yang berisi berbagai macam konten seperti foto dan rekaman suara alam seperti suara petir, hewan, ucapan salam dalam 55 bahasa dan budaya dan sebagainya.

Pihak NASA mengatakan bahwa kedua satelit Voyager masih memiliki cukup tenaga untuk terus berkomunikasi dengan Bumi hingga tahun 2020 atau bahkan hingga 2025. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Peneliti NASA Temukan Mikroba Kuno di Danau Antartika

Danau Vida di Antartika. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: nationalgeographic.com
Peneliti NASA baru-baru ini menemukan sekumpulan mikroba kuno yang mendiami sebuah danau di Antartika. Danau Vida di lembah McMurdo Antartika menjadi tempat penemuan mikroba kuno pada kedalaman 65 kaki. Danau tersebut merupakan salah satu tempat tergelap di Bumi yang tidak tertembus sinar Matahari dikarenakan permukaannya yang beku dan memiliki tingkat keasinan yang sangat tinggi yaitu 6 kali lebih asin dari air laut dan juga sangat dingin sehingga danau tersebut benar-benar ekstrim untuk mampu mendukung adanya kehidupan termasuk mikroba ini. Danau Vida juga dikenal sebagai tempat yang tidak memiliki oksigen dan memiliki oksida nitrous tertinggi di Bumi.

"Studi ini memberikan gambaran kepada kita ke salah satu ekosistem paling unik di Bumi," ucap Alison Murray, ahli ekologi mikroba dari Desert Research Institute (DRI). "Pengetahuan kita tentang proses geokimia dan mikroba dalam lingkungan es dalam dunia yang gelap khususnya pada suhu di bawah nol masih banyak yang belum diketahui sampai sekarang. Studi ini dapat memperluas pemahaman kita tentang jenis kehidupan yang dapat bertahan hidup dalam cryecosystem terisolasi dan bagaimana strategi yang berbeda bisa ada dalam lingkungan yang penuh tantangan seperti itu," tambahnya.

Dari analisis geokimia didapatkan hasil bahwa reaksi kimia antara air asin dan zat besi pada sedimen di danau tersebut menghasilkan oksida nitrous dan molekul hidrogen dan molekul hidrogen tersebut dapat memberikan energi pada mikroba kuno tersebut untuk tetap bertahan hidup. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, December 2, 2012

Apa Perbedaan Planet dengan Bintang?

Pertanyaan:
Apa bedanya planet dengan bintang:

Jawaban:
  1. bintang : memiliki cukup massa untuk melakukan fusi nuklir dan menghasilkan cahaya dan energi
    planet : tidak memiliki cukup massa untuk melakukan fusi nuklir dan planet raksasa disebut bintang gagal krn memiliki cukup hidrogen sebagai bahan fusi nuklir tetapi massanya kurang
  2. Bintang = Benda langit yang dapat memancarkan cahayanya sendiri.
    Planet = Benda langit yang tak dapat memancarkan cahayanya sendiri, tapi sebagai pantulan dari cahaya bintang.


Note:
*kami mengumpulkan pertanyaan dan jawaban astronomi dari beberapa forum di internet dan kami tidak menjamin serta melakukan evaluasi terhadap kebenaran dari jawaban pertanyaan tersebut.

Saturday, December 1, 2012

Apa Saja Dampak Hujan Asam Bagi Ekosistem di Bumi?

Pertanyaan:
Apa saja dampak hujan asam bagi ekosistem dan lingkungan di Bumi?

Jawaban:
1. Dampak Hujan asam Terhadap Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.

2. Dampak Hujan Asam Terhadap Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.

Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.

3. Dampak Hujan Asam Terhadap Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.

4. Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.



Note:
*kami mengumpulkan pertanyaan dan jawaban astronomi dari beberapa forum di internet dan kami tidak menjamin serta melakukan evaluasi terhadap kebenaran dari jawaban pertanyaan tersebut.

Friday, November 30, 2012

Wahana NASA Temukan Air Berwujud Es di Merkurius

Daerah kutub utara yang memiliki kandungan es. Es ditandai dengan warna kuning. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Carnegie Institution of Washington/National Astronomy and Ionosphere Center, Arecibo Observatory
Pesawat luar angkasa NASA yang mengorbit planet Merkurius, MESSENGER berhasil menemukan kumpulan air berwujud es di kutub utara planet Merkurius.

Di Merkurius suhu permukaan bisa mencapai 427 derajat Celcius. Namun di sekitar kutub utara, terdapat daerah yang secara permanen terlindung dari panas Matahari. Di situlah wahana MESSENGER menemukan sejumlah deposit air berwujud es dan dimungkinkan bahan organik lainnya. Es tersebut terdeteksi di 85 derajat lintang utara hingga pusat kutub utara dan tersebar sejauh 65 derajat ke utara.

"Dalam beberapa bulan ke depan, wahana MESSENGER akan difokuskan untuk mengamati daerah tersebut untuk mendapatkan tampilan visual yang lebih baik," ungkap Gregory Neumann, Ilmuwan dari NASA's Goddard Space Flight Center.

Sejauh ini para ilmuwan juga meyakini bahwa di kutub selatan planet Merkurius juga terdapat es. Namun sayangnya orbit MESSENGER saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan pengamatan ke daerah tersebut secara lebih detail. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sifat-Sifat Khusus yang Dimiliki Cahaya

Sifat-Sifat Khusus Lainnya Yang Dimiliki Cahaya Selain cahaya mengalami pembiasan dan pemantulan cahaya juga mempunyai sifat khas lainnya yaitu :
  1. Cahaya merambat membentuk garis lurus. Sinar merupakan kata lain untuk cahaya tunggal yang merambat, sedangkan berkas sinar terdiri dari beberapa sinar yang merambat dalam arah tertentu. Berkas sinar dapat berupa kumpulan sinar sejajar, divergen (menyebar), atau konvergen (mengumpul). 
  2. Cahaya dapat berinterferensi atau mengalami penguatan/pelemahan intensitas karena penggabungan dua gelombang cahaya. Penguatan atau pelemahan ditentukan oleh beda fase masing-masing gelombang cahaya. 
  3. Cahaya juga mengalami difraksi yakni dibelokkan ke arah tertentu oleh celah kecil serta polarisasi yakni pengkutupan arah getaran gelombang cahaya. 
 Dengan mengetahui sifat-sifat cahaya, kita dapat lebih memahami tentang bagaimana cahaya merambat dari sumbernya sampai ke mata kita. Bintang yang tampak berupa titik cahaya dapat kita pastikan sebagai cahaya tunggal, bukan sebagai berkas cahaya

(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Cassini Ambil Foto Pusaran Awan di Kutub Utara Planet Saturnus

Foto pusaran awan di atas kutub utara planet Saturnus yang diambil oleh wahana Cassini. Image credit: NASA/JPL/Space Science Institute. Color composites by Jason Major 
Wahana Cassini yang mengorbit planet Saturnus berhasil mengambil gambar pusaran awan berputar yang berada di kutub Utara planet tersebut. Foto pusaran awan tersebut diambil pada 27 November 2012 lalu dan saat itu Cassini berada sekitar 238,045 mil (383,097 km) dari planet Saturnus. Foto di atas adalah foto berformat RAW yang belum mengalami proses editing apa pun.

Bagi Anda yang penasaran dengan foto berwarnanya, berikut adalah hasil olah foto yang dilakukan oleh Jason Major sorang ahli desain grafis sekaligus penulis topik astronomi di website Discovery News.


Ukuran pusaran awan dari foto yang diambil Cassini tadi diperkirakan memiliki lebar 3000-4000 km dan diperkirakan itu adalah sebuah badai dahsyat.

Selain foto di atas, foto lain yang menunjukkan pusaran awan berbentuk heksagonal (segi enam) yang juga terjadi di atas kutub utara planet Saturnus bisa Anda lihat di bawah ini


Dan setelah diolah, maka foto berwarnanya seperti ini:


Diameter pusaran heksagonal tersebut diperkirakan mencapai 25.000 km (15.500 mil). Cukup besar sehingga mampu menampung 4 Bumi jika dimasukkan ke dalamnya.

Benar-benar gambar yang indah dan cantik bukan :-)

(UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, November 27, 2012

Mempelajari Bintang Semakin Mudah dengan Layanan Baru Google Chrome

Mempelajari bintang di jagat raya kini semakin mudah dengan menggunakan layanan Google Chrome 100,000 starts. Image credit: techno.okezone.com
Bagi Anda yang suka dengan dunia Astronomi dan ingin mengetahui, mempelajari, dan melihat bintang tapi tidak memiliki instrumen astronomi seperti teleskop, maka Anda tidak usah bingung. Anda tetap dapat mempelajari bintang melalui layar komputer di rumah Anda. Google melalui browser buatannya (Google Chrome) membuat sebuah layanan baru yang disebut dengan 100,000 stars. Dengan layanan terbaru tersebut, Anda bisa mengatahui letak, posisi, dan formasi Bintang di galaksi Bima Sakti yang didukung oleh data-data dan gambar dari berbagai sumber terpercaya seperti NASA dan ESA.

Saat mengunjungi halaman berikut 100,000 stars, Anda dengan menggunakan mouse komputer bisa melakukan zoom in dan zoom out saat mengeksplorasi bintang. Saat Anda melakukan zooming, Maka Anda akan disuguhkan informasi-informasi penting mengenai bintang tersebut. Selama melakukan eksplorasi, Anda juga akan disuguhi musik aransemen ciptaan SamHulick sebagai musik pengantarnya. Sebagai informasi, layanan tersebut hanya bisa digunakan jika kita menggunakan browser Google Chrome. Bagi Anda yang belum memilikinya silahkan download di sini. (OZ, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, November 26, 2012

Astrofotografer Abadikan Foto Prominensa Matahari Berbentuk Pohon

Foto prominensa atau filamen Matahari berbentuk menyerupai pohon yang diambil oleh Alan Friedman. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Alan Friedman
Alan Friedman dengan menggunakan teleskop khusus Matahari dan Grasshopper CCD camera berhasil mengambil gambar prominensa atau lidah api yang sangat besar dan terang yang mencuat keluar dari permukaan Matahari dan seringkali berbentuk loop (putaran). Uniknya Alan berhasil mengambil foto prominensa dengan bentuk menyerupai pohon raksasa yang besarnya melebihi Bumi. Alan mengabadikan foto tersebut dalam efek gambar hidrogen-alpha.

Sebagaimana yang tampak pada gambar di atas, Alan menambahkan sebuah titik lingkaran hitam di bagian kiri atas gambar sebagai pembanding ukuran Bumi dengan prominensa berbentuk pohon tadi.

Prminensa juga dikenal dengan sebutan filamen Matahari sebab walaupun terlihat cuku terang bila ilihat dari luar angkasa, namun cahayanya tidak lebih terang dari Matahari itu sendiri. (UT, WP, Adi Saputro/ www.astronomi.us

Saturday, November 24, 2012

Mengenal Planet Kerdil Pluto dan Karakteristiknya

Foto Pluto yang diambil oleh teleskop Hubble. Image credit: Hubble, NASA
Setelah diklasifikasikan ke dalam kelas Planet selama 76 tahun, Akhirnya Pluto dieliminasi pada tahun 2006 dan hanya dimasukkan ke dalam kelas planet kerdil/ planet katai (dwarf planet). Menjadi pertanyaan kenapa Pluto tidak dikategorikan ke dalam Planet? salah satu jawabannya adalah karena ukurannya yang kecil dan efek gravitasi yang juga kecil di permukaannya. Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita.

Pluto memiliki radius sekitar 715 mil (1.151 km) kurang dari 20 persen radius Bumi. Diameter Pluto sekitar 1.430 mil (2.302 km) atau sekitar 2/3 diameter Bulan. Jika kita berjalan mengelilingi ekuator Pluto, maka kita akan menempuh jarak 4.494 mil (7.232 km) dan jarak itu hanya 1.400 km lebih jauh dari panjang pulau Jawa.

Pluto sendiri ditemukan pada 18 Februari 1930 oleh Clyde W. Tombaugh. Permukaan Pluto diperkirakan terdiri dari batuan yang tertutup oleh es. Massanya sekitar 1,31 kg x 1.022 atau sekitar dua per sepuluh persen massa Bumi. Volumenya sekitar 1,5 miliar kg km kubik (6,4 miliar km kubik). Kepadatannya 2,05 gram per sentimeter kubik, sekitar 40 persen dari kepadatan Bumi. Dalam sekali mengelilingi Matahari, Pluto membuthkan sekitar 248,09 tahun (2 abad lebih). Walaupun kecil, Pluto memiliki lima satelit yaitu Charon, Hydra, Nix, P4 dan P5.

Karena jarak yang relatif jauh dari Bumi (7.375.927.931 km), pengamatan sulit untuk dilakukan. Namun hal ini akan berbeda saat wahana New Horizon yang dikirm untuk mempelajari Pluto sampai di sana pada 2015 mendatang. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, November 23, 2012

Venera 13, Wahana Pertama yang Berhasil Ambil Foto Berwarna Permukaan Venus

Foto permukaan planet Venus yang diambil Venera 13. Image credit: NASA
Wahana pesawat luar angkasa buatan manusia yang berhasil mengejutkan dengan mendarat dan sekaligus mengambil foto berwarna permukaan planet Venus adalah wahana milik Uni Soviet, Venera 13. Wahana tersebut berhasil mendarat dan mengambil foto permukaan planet Venus pada 1 Maret 1982.

Perlu diketahui bahwa planet Venus merupakan planet ke-dua terdekat dengan Matahari setelah Merkurius yang jaraknya dengan Matahari sekitar 108 juta km. Keberhasilan wahana Venera 13 waktu itu sungguh sangat mengejutkan sebab karena sangat dekat dengan Matahari, suhu permukaan planet Venus bisa mencapai 465 derajat Celcius.
Foto permukaan planet Venus yang diambil Venera 13. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Wahana pertama buatan manusia yang pertama kali terbang menuju Venus adalah Mariner 2 buatan Amerika Serikat yaitu pada 14 Desember 1962 dan didapat hasil bahwa Venus merupakan planet panas dengan tekanan yang tinggi dan awan tebal menutupi permukaan.

Uni Soviet sendiri pertama kali berhasil mengirimkan wahananya ke Venus pada 18 Oktober 1967 dengan wahana Venera 4 dan wahana tersebut berhasil mengirimkan informasi kembali ke Bumi saat memasuki atmosfer Venus. Wahana Venera 9 merupakan wahana pertama yang berhasil mengirimkan foto permukaan planet Venus ke Bumi namun dalam foto hitam putih dan Venera 9 sendiri rusak akibat tidak mampu menghadapi kerasnya tekanan dan panas di sana. 7 tahun setelah peluncuran Venera 9, pada 1 Maret 1982, wahana Venera 13 berhasil mengambil foto/ gambar berwarna pertama dari permukaan Venus. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Satelit Planck Berhasil Abadikan Foto "Jembatan" Cluster Galaksi

"Jembatan penghubung" berupa gas panas terlihat menghubungkan dua cluster galaksi. Image credit: Sunyaev–Zel’dovich effect: ESA Planck Collaboration; optical image: STScI Digitized Sky Survey 
Satelit Planck berhasil menemukan "jembatan penghubung" berupa gas panas yang menghubungkan cluster galaksi Abell 399 (bawah) dan cluster galaksi Abell 401 (atas). Kedua galaksi tersebut berada miliaran tahun cahaya dari Bumi dan jembatan gas tersebut panjangnya mencapai 10 juta tahun cahaya.

Gambar di atas menunjukkan panjang gelombang optik dua cluster galaksi yang diambil oleh teleskop berbasis darat (ground-based telescope) dan efek Sinyaev-Zel'dovich (berwarna oranye) dengan satelit Planck. (RO, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Pengertian dan Penjelasan Airglow (Nightglow) Pada Atmosfer Bumi

Foto airglow yang diambil dari ISS. Image credit: NASA
Pada banyak foto Bumi yang diambil dari luar angkasa seperti dari ISS (International Space Station), di atmosfer Bumi akan tampak sebuah lapisan bening terkadang berwarna hijau, biru tapi kadang juga transparan di atmosfer Bumi, dan itulah yang disebut dengan airglow. Airglow sering disebut juga dengan nightglow.

Jadi Apa itu Airglow? Secara ilmiah Airglow atau nightglow adalah emisi cahaya yang sangat lemah pada atmosfer sebuah planet sehingga langit malam tidak benar-benar gelap. Pada atmosfer Bumi, airglow merupakan sebuah fenomena optik dimana cahaya Matahari di bagian Bumi yang terang, menyebar di atmosfer ke sisi langit gelap Bumi.

Fenomena airglow ini pertama kali ditemukan dan diselidiki oleh ilmuwan Swedia, Anders Angstrom pada tahun 1868. Angstrom menemukan berbagai macam reaksi kimia yang menghasilkan energi elektromagnetik sebagai bagian dari proses terbentuknya airglow. 

Terbentuknya airglow antara lain disebabkan oleh proses rekombinasi antara ion-ion yang terfotoionisasi (merubah cahaya menjadi bentuk energi lain) oleh Matahari pada siang hari. Pendaran atau pijaran cahaya di udara berasal dari sinar kosmik yang menabrak bagian atas atmosfer, dan emisi cahaya dihasilkan oleh oksigen dan nitrogen yang beraksi dengan ion hidroksil pada ketinggian beberapa ratus kilometer di atas permukaan Bumi. Airglow tidak terlihat pada siang hari karena cahaya Matahari begitu terang yang tersebar di permukaan Bumi.

Salah satu mekanisme terjadinya airglow adalah ketika sebuah atom nitrogen bergabung dengan atom oksigen untuk membentuk molekul nitric oxide (NO). Dalam proses tersebut foton di pancarkan. Foton tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda dan karakterisitik molekul oksida nitrat yang berbeda pula. Atom nitrogen dan atom oksigen tadi berupa atom bebas yang dihasilkan oleh energi surya di bagian atas atmosfer. Elemen lain yang bisa menghasilkan cahaya di atmosfer antara lain hidroksil (OH) molekul oksigen (O), Sodium (Na), dan lithium (Li).

Untuk pengamat di Bumi, airglow akan cukup terlihat terang pada ketinggian 10 derajat di atas cakrawala. (WP, UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, November 22, 2012

NASA Akan Umumkan Penemuan Besar Curiosity di Mars

Instrumen SAM di Curiosity. Image credit: NASA, JPL
NASA dikabarkan akan mengumumkan sesuatu yang besar yang telah ditemukan oleh robot penjelajah Mars Curiosity. Penemuan besar tersebut dikabarkan akan menjadi salah satu bagian dari buku-buku sejarah ilmu pengetahuan umat manusia. Hal itu diungkapkan oleh salah satu peneliti utama misi Curiosity John Grotzinger. "kami mendapakan data dari SAM (Sample Analysis at Mars) dan data ini akan menjadi salah satu bagian dari buku-buku sejarah dan itu tampaknya benar-benar baik," ungkap Grotzinger. Namun NASA baru akan mengumumkan penemuan tersebut beberapa minggu ke depan.

SAM yang menjadi salah satu instrumen penting di Curiosity dikabarkan telah mengkonfirmasi penemuan metana, hidrogen, oksigen, dan nitrogen di Mars yang berarti planet tersebut dahulu memang pernah mendukung kehidupan.

Robot senilai 2,5 miliar dollar tersebut memang dikirm untuk mencari bukti-bukti adanya kehidupan di planet Mars dan tampaknya sudah membuahkan hasil. Kita tunggu saja pengumuman hasilnya beberapa minggu ke depan. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Astronom Simpulkan Planet Makemake Tidak Punya Atmosfer

Ilustrasi permukaan planet Makemake. Image credit: ESO/L. Calçada/Nick Risinger
Sebuah planet kerdil (dwarf planet) yang bernama planet Makemake, mengundang rasa penasaran para astronom untuk menyelidiki apakah di planet kerdil tersebut terdapat atmosfer atau tidak. Planet Makemake merupakan planet kerdil yang ukurannya dua pertiga dari ukuran Pluto yang juga mengorbit Matahari dan letaknya jauh dibelakang Pluto sekitar 19 AU (2.84235954 × 109 kilometer). Walau begitu planet Makemake masih lebih dekat dengan Matahari jika dibandingkan dengan Eris.

Selama ini astronom beranggapan bahwa planet Makemake mungkin mirip dengan Pluto yang memiliki atmosfer tipis di atasnya. Namun tampaknya hasil penelitian terbaru para astronom menunjukkan hasil yang berbeda.

Tim yang terdiri dari sekumpulan astronom yang dipimpin oleh Jose Luis Ortiz dari Instituto de Astrofisica de Andalucia, CSIC, Spanyol, menggabungkan beberapa hasil pengamatan dari tiga teleskop ESI di La Silla dan Paranal Observatory di Chile, Very large Telescope (VLT), New Technology Telescope (NTT), TRAPPIST (TRAnsiting Planets and PlanetesImals Small Telescope) dan teleskop kecil lainnya di Amerika Selatan untuk melihat planet makemake saat melintas di depan sebuah bintang yang jauh.

"Planet Makemake melintas di depan sebuah bintang yang jauh kemudian menutup dan menghalangi cahaya bintang tersebut. Bintang menghilang dan kemudian cahaya langsung muncul lagi dengan tiba-tiba dan bukan pudar kemudian cerah secara bertahap saat planet Makemake selesai melintas, hal itu menunjukkan bahwa planet tersebut tidak memiliki atmosfer yang signifikan," ungkap Ortiz.

Okultasi di mana sebuah planet hadir di depan sebuah bintang bagi planet Makemake sangat jarang terjadi sebab Planet tersebut bergerak di bagian langit yang hanya terdapat sedikit bintang. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto