Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, November 9, 2013

Roket Masa Depan NASA Diuji di Terowongan Angin

Roket SLS NASA diuji di terowongan angin. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dalam membuat suatu model kendaraan seperti roket, ilmuwan tidak harus melakukan pengujian dengan menerbangkan roket sungguhan ke langit tapi cukup dengan mensimulasikan penerbangannya di dalam terowongan angin. Hal itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh angin terhadap model roket yang dibuat. Itulah yang dilakukan oleh NASA di NASA's Ames Research Center di Moffett Field, California dengan menguji desain roket masa depan mereka, SLS (Space Launch System).

Roket SLS sangatlah penting bagi NASA sebab roket itu adalah generasi penerus dari pesawat ulang alik yang mereka pensiunkan beberapa waktu lalu. Roket SLS diklaim memiliki kemampuan tinggi dengan biaya yang sangat murah dan hemat. Biaya yang hemat ini selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai misi-misi NASA yang lain. Kemampuan SLS dengan kapsul Orion sebagai modulnya, dinilai mampu untuk membawa astronot menuju asteroid dan planet Mars dan misi-misi jauh lainnya.

tes diterowongan angin akan membuat para insiyur NASA mengetahui bagaimana pengaruh angin terhadap roket, seberapa besar model tersebut memiliki aerodinamika yang baik, seberapa besar getaran yang diterima roket dan batas toleransi yang bisa diterima dan sebagainya. Sebab bila roket mengalami getaran hebat maka akan sangat membahayakan. "Tes aeroakustik akan diselesaikan di NASA's Ames Research Center untuk meneliti ketidakstabilan aerodinamika," ungkap John Blevins selaku pemimpin departemen Aerodinamika dan akustik di NASA's Marshall Space Flight Center, Alabama.

Setidaknya ada empat variasi model kargo dan misi berawak dicoba dalam terowongan angin termasuk dengan mensimulasikan roket membawa kargo seberat 77 ton. Getaran yang muncul dari uji coba akan dianalisa. "karena getaran sangat terlokalisasi, maka ia dapat mempengaruhi bagaimana hardware pada roket dapat bekerja, ucap Andy Herron analis aeroakustik NASA. "Tugas kami adalah merancang sesuatu seperti kotak avionik. Kita akan menentukan bagimana perangkat keras atau hardware ditempatkan pada kendaraan agar tetap berfungsi dengan baik," tambah Andy.

Tes yang dilakukan daam terowongan angin sangat ekstrem. Roket SLS diuji dengan angin berkecepatan hingga 850 meter per detik. Harapannya calon roket terbesar di dunia itu bisa terbang dengan baik pada 2021 nanti. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, November 6, 2013

India Sukses Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars (Video)

Tanggal 5 September 2013 kemarin India sukses meluncurkan wahana Mars Orbiter ke planet Mars. Wahana India's Mars Orbiter itu diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, India. Berikut ini Videonya
Info lebih lengkap silahkan klik di sini (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, November 1, 2013

5 November Nanti India Akan Luncurkan Wahana Pengorbit ke Mars

Insinyur ISRO sedang mempersiapkan wahana India's Mars Orbiter. Image credit: ISRO
India, salah satu negara di benua Asia yang memiliki program luar angkasa terbaik, kini tengah bersiap untuk meluncurkan sebuah wahana pengorbit ke planet Mars. Misi yang disebut dengan Mars Orbiter Mission (MOM) itu semakin membuat persaingan teknologi luar angkasa semakin berlangsung sengit diantara negara-negara di benua Amerika, Eropa, dan Asia. Tujuan India mengirim wahana ke planet merah adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan mereka dibidang teknologi luar angkasa selain untuk melakukan beberapa penelitian ilmiah.

Wahana India's Mars Orbiter seberat 1,3 ton dengan dilengkapi dengan berbagai instrumen penelitian akan digunakan untuk mempelajari permukaan, topografi, dan atmosfer planet Mars. Wahana itu nantinya juga ditugaskan untuk mencari bukti keberadaan metana yang saat ini juga sedang dicari oleh robot penjelajah NASA, Curiosity.
Berbagai instrumen penelitian disematkan pada IMO. Image credit: ISRO
Selain menuai pujian dari banyak pihak, tak jarang juga yang mengkritik pemerintah India yang dinilai telah melakukan pemborosan sebab masih banyak hal yang sebanrnya harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat India yang mayoritas masih hidup dalam kemiskinan. Namun menurut mantan ilmuwan senior ISRO (Indian Space Research Organisation) K.R. Sridhara Murthy, beranggapan bahwa misi ini akan menjadi batu loncatan untuk banyak kemajuan India dimasa depan. Tapi ia menambahkan bahwa pemerintah juga tidak boleh mengesampingkan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakatnya sendiri.
Roket PSLV-C25 yang digunakan untuk meluncurkan IMO. Image credit: ISRO
Untuk misi ke Mars, pemerintah India menganggarkan sekitar $70 juta dan ini relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan misi NASA yang satu wahananya saja bisa menghabiskan dana ratusan juta dollar. Kita lihat saja pada 5 November 2013 nanti. Jika misi ini berhasil, maka India akan menjadi yang keempat yang berhasil menjalankan misi di Mars selain Rusia, Amerika Serikat, dan ESA (European Space Agency). (MD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, October 31, 2013

Mengenal Cincin Jupiter / Cincin Jovian

Sistem cincin Jupiter (cincin Jovian). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL
Selama ini kebanyakan orang hanya mengenal planet Saturnus sebagai satu-satunya planet di tata surya yang memiliki cincin, padahal pada kenyataannya planet-planet lain juga memilikinya seperti planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Cincin Jupiter atau yang sering disebut juga dengan cincin Jovian, pertama kali diamati oleh wahana Voyager 1 pada tahun 1979 yang kemudian pada tahun 1990 cincin Jupiter mulai diteliti secara intensif. Selama 23 tahun terakhir, teleskop Hubble juga terus mengamati cincin planet Jupiter.

Cincin Jupiter tidak sepopuler cincin Saturnus yang kemungkinan disebabkan oleh penampakannya yang samar dan gelap. Cincin Jupiter sebagian besar terdiri dari debu dan memiliki empat bagian/ lapisan utama. Bagian utama dan bagian lain yang dikenal sebagai cincin halo, berasal dari satelit alam/ bulan Jupiter yakni Metis dan Adrastea serta obyek kecil lainnya. Berdasarkan data dari wahana New Horizon yang melintasi planet Jupiter pada tahun 2006 didapat informasi bahwa struktur utama dari cincin Jupiter merupakan struktur halus. Dengan menggunakan filter inframerah, bagian utama dari cincin (kecuali cincin halo) memiliki warna kemerahan. Cincin halo sendiri cenderung berwarna biru. Ukuran dari partikel debu yang ada pada cincin utama berariasi dan yang terbesar berukuran sekitar 15 meter. Sedangkan pada cincin halo, terdiri dari partikel debu yang sangat kecil yakni hanya berukuran beberapa mikro. Cincin lain dimungkinkan untuk ada di sekitar orbit bulan Himalia. Kemungkinan ada bulan kecil yang menabrak Himalia yang menyebabkan beberapa serpihan Himalia terhempas ke luar dan membentuk cincin Jupiter. Dua laipsan paling lebar dari cincin saturnus berada pada orbit bulan Amalthea dan Thebe.

Cincin Amalthea merupakan bagian dari cincin Jupiter yang sangat lebar namun juga sangat tipis. Lebar lapisan cincin ini sekitar 53 ribu km dengan tebal cincin 2300 km. rata-rata partikel debu yang ada pada bagian cincin ini berkisar antara 0,2-5 meter. Cincin Thebe adalah bagian terluar sekaligus menjadi bagian terlebar dari cincin Jupiter. Bagian cincin ini memiliki lebar 97 ribu km dengan ketebalan 8400 km. Berdasarkan laporan dari wahana luar angkasa Galileo pada tahun 2002-2003, ukuran partikel debu dari bagian lapisan ini tidak jauh beda dengan lapisan Thebe.
Cincin Himalia yang ditemukan wahana New Horizon. Image credit: NASA
Selain keempat bagian atau lapisan cincin tadi, ternyata wahana New Horizon berhasil menemukan satu bagian lagi dari cincin Jupiter yang lebih kecil yang disebut cincin Himalia. Lapisan cincin ini adalah yang paling kecil yakni berdiameter 170 km. (WKP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Planet Kepler-78b, Planet Pertama yang Dikonfirmasi Memiliki Struktur Batuan Mirip Bumi

Ilustrasi planet kepler-78b mengorbit bintangnya hanya 8,5 jam saja. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Astronom berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki struktur batuan mirip seperti Bumi. Planet tersebut adalah Kepler-78b. Planet Kepler-78b juga mempunyai ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi yakni sekitar 1,7 kali massa Bumi dan 1,2 kali radius Bumi. Planet Kepler-78b mengorbit bintangnya dengan sangat cepat yaitu sekitar 8,5 jam saja. Itu membuat planet ini sangat tidak layak untuk mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya terlalu panas. Namun banyak hal baru yang bisa diambil dari planet ini. Kepler-78b menjadi planet pertama yang dikonfirmasi memiliki ukuran dan massa yang hampir mirip dengan Bumi, dari situ ilmuwan bisa mengetahui tingkat kepadatan dan material penyusun planet tersebut. Diperkirakan mayoritas material penyusun Kepler-78b terdiri dari batu dan besi. Bintang dari planet ini sedikit lebih kecil dari Matahari kita dan berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus.
Perbandingan ukuran planet Kepler-78b dengan Bumi. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler-78b pertama kali diamati oleh teleskop pemburu planet, Kepler. Kemudian dengan menggunakan teleskop berbasis Bumi, astronom mempelajari periode kecepatan orbitnya. Tim astronom yang dipimpin oleh Andew Howard dari University of Hawaii melakukan pengamatan lebih intensif lagi dengan teleskop di Keck Observatory dan tim lainnya yang dipimpin oleh Francesco Pepe dari University of Geneva mengamatinya menggunakan teleskop di Observatorium La Palma di kepulauan Canary.

Direncanakan penelitian Kepler-78b akan dipresentasikan pada pertemuan Kepler Science Conference tanggal 4-8 November di Ames, Iowa, Amerika Serikat. Lebih dari 400 astrofisikawan dari Australia, China, Amerika, dan negara Amerika latin akan mengikuti konfrensi tersebut. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 29, 2013

Mau Kirim Robot Penjelajah ke Europa, NASA Dihadang Tajamnya Tombak Es

Satelit alam Jupiter, Europa. Image credit: NASA
Tahun 2021 nanti NASA akan mengirimkan wahana pengorbit ke bulan Jupiter, Europa, untuk mencari tahu lebih detil seperti apa kondisi dipermukaannya sebelum mengirimkan robot pendarat ke sana. Europa dirasa sangat penting untuk diteliti sebab ilmuwan memperkirakan bahwa bulan Jupiter ini memiliki kemungkinan untuk mendukung terciptanya bentuk kehidupan. Salah satunya karena Europa memiliki samudera air berwujud cair di bawah permukaannya. Permukaan Europa sendiri sebagian besar ditutupi oleh es dan sebagian kecil tidak.

Untuk mengirimkan robot penjelajah ke sana tampaknya bukan pekerjaan yang mudah sebab ilmuwan menduga bahwa Europa memiliki permukaan yang sangat ekstrem. Pada permukaannya terdapat duri-duri es raksasa yang menyerupai tombak yang sangat tajam dan menghadap ke atas. Duri-duri es tersebut sangat membahayakan bagi wahana pendarat. Konon duri-duri es yang ada di Europa sedikit mirip dengan Penitentes yang ada di Chile. Penitentes adalah fitur es yang sangat tajam menyerupai duri atau tombak yang sangat tajam dan runcing. Diperkirakan penitentes yang ada di Europa dan berukuran sekitar lima meter tingginya yang tersebar di sekitar khatulistiwa Europa.
Penitentes di Chile yang menurut para ilmuwan juga terdapat di Europa namun dengan ukuran yang lebih besar. Image credit: huffpost
Penitentes memiliki ujung yang tajam dan runcing seperti yang ada di Chile. Image credit: huffpost
Sebagai misi awal, NASA akan mengirimkan wahana yang disebut Europa Clipper Cruise untuk mempelajari lebih detil permukaan dari Europa untuk memudahkan mengirimkan robot pendarat pada misi berikutnya. "Ini seperti tantangan game," ungkap ilmuwan planet Don Blankenship dari University of Texas yang terlibat dalam perencanaan NASA untuk mengirimkan wahana peneliti ke Europa. (DSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, October 28, 2013

Dahsyatnya Sungai Api di Matahari, Suhunya 1 Juta Derajat Celcius

Sungai api di Matahari. Suhunya mencapai 1.000.000 derajat Celcius. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA SDO
Pada bulan September lalu, wahana SDO (Solar Dynamics Observatory) NASA berhasil mengabadikan foto dahsyatnya lidah Matahari atau korona yang ke luar dari permukaan bintang tata surya kita itu. Saking dahsyatnya sampai-sampai di tepi korona itu tercipta sesuatu yang bisa disebut sebagai jurang atau sungai api walaupun sebenarnya Matahari bukan terbuat dari api tapi lebih seperti plasma yakni partikel elektron yang terpanaskan dengan suhu ekstrem yang menghasilkan gas yang berinteraksi dengan medan magnet. Bagian yang tampak seperti sungai api itu, panasnya sekitar 1 juta derajat Celcius. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Jepang Akan Luncurkan Wahana Pengebom Asteroid

Ilustrasi wahana Hayabusa2. Image credit: JAXA
Tidak puas dengan misi wahana Hayabusa I yang hanya mengumpulkan debu asteroid, Lembaga Antariksa Jepang, JAXA, ignin meluncurkan sebuah wahana yang mampu mengebom permukaan asteroid. Tujuannya bukan untuk menghancurkan asteroid tersebut tapi untuk mengambil sampel batuan dari interior asteroid. Itu semua akan diwujudkan oleh wahana Hayabusa2 yang dilengkapi dengan meriam asteroid.

Uji coba meriam itu dikabarkan berjalan sukses dan rencananya Hayabusa2 akan diluncurkan pada tahun 2014 mendatang menuju ke asteroid 1999 JU3 dalam empat tahun perjalanan. Sesampainya di dekat asteroid, wahana tersebut akan menembakkan peluru logam ke permukaan asteroid untuk kemudian menyedot serpihannya dan ditempatkan dalam sebuah kapsul. Hayabusa2 kemudian menembakkan kapsul tersebut untuk dikirim ke Bumi dan dianalisa. Diperkirakan misi itu akan berlangsung hingga tahun 2020. Berikut ini ilustrasinya:





(SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto