Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, October 19, 2013

Asteroid 2013 TV135 Berpotensi "Menghantam" Bumi Pada 2032

Asteroid. Image credit: NASA/Caltech
Dilaporkan oleh media berita Rusia, RIA Novosti bahwa astronom Ukraina dari Crimean Astrophysical Observatory baru-baru ini menemukan asteroid dengan diamater 400 meter yang diberi nama 2013 TV135 yang saat ini sedang berada pada lintasan yang berbahaya dan berpotensi menghantam Bumi pada tahun 2032. Diperkirakan kekuatan hantaman asteroid ini sebesar 2,5 mega ton TNT. Hal itu diperkuat juga dengan pernyataan dari Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin melalui akun Twitternya yang membenarkan bahwa ditemukan sebuah asteroid berukuran 400 meter yang dapat mengancam Bumi.
Perkiraan sementara lintasan orbit asteroid 2013 TV135 yang diperkirakan menabrak Bumi pada tahun 2032. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Caltech
Astronom hanya memiliki waktu sekitar satu minggu untuk meneliti asteroid ini sebelum bergerak lebih jauh untuk kemudian datang dengan jarak yang lebih dekat pada empat tahun ke depan. Oleh sebab itu astronom dari Minor Planet Center di Inggris akan meneliti lebih lanjut dengan meningkatkan keakuratan perhitungan dan prediksi lintasan asteroid 2013 TV135. NASA melalui JPL juga akan ikut mengamati asteroid ini dan mereka tentu juga akan melakukan perhitungan dengan instrumen canggih yang dimiliki, terlebih mereka juga memiliki program Near-Earth Object yang bertujuan untuk mencaritahu adanya obyek yang berpotensi membahayakan Bumi. (NS, PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Dalam Satu Jam, Data Center NASA Menyimpan Ratusan Terabyte Data

Super computer NASA, Pleiades yang ada di NAS (NASA Advanced Supercomputing). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Sebagai lembaga antariksa terbesar di dunia dengan puluhan bahkan ratusan misi serta wahana, NASA membutuhkan suatu media yang mampu menyimpan data dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap harinya wahana NASA yang berada di luar angkasa mengirimkan ratusan bahkan ribuan paket data per wahana. NASA membutuhkan data center raksasa sebagai pusat penyimpanan datanya sehingga data yang dikirim wahana dapat disimpan untuk kemudian diteliti dan dipelajari serta digunakan sebagai arsip NASA. Eric De Jong selaku peneliti visualisasi sistem NASA mengungkapkan bahwa ratusan terabyte data diterima NASA dalam setiap jamnya. Sebagai gambaran bahwa data sebanyak satu terabyte jika dicetak pada kertas akan membutuhkan bahan baku kertas sebanyak 50.000 pohon. Super computer / komputer super cepat yang ada pada data center raksasa sangat mutlak diperlukan untuk dapat mengakomodir kebutuhan data yang terus bertambah tersebut. Dalam satu data center, NASA bisa memiliki beberapa super computer. Salah satunya super computer Pleiades yang ada di NAS (NASA Advanced Supercomputing), Mauntain View, California. Super computer Pleiades memiliki processor Intel Xeon 162,496 (32,768 additional GPU cores), RAM total 417 TB, total data yang bisa disimpan 9,3 petabyte (1 Petabyte = 1024 Terabyte, 1 Terabyte = 1024 Gigabyte).

Menurut Eric De Jong, ada tiga aspek penting dalam pengelolaan data yakni penyimpanan, pengolahan, dan akses. Ibarat perpustakaan raksasa, para librarian harus membuat suatu sistem dimana ketika pembaca ingin mencari suatu buku atau dokumen tertentu, mereka akan dapat dengan mudah mendapatkannya dan itulah salah satu tugas dari Eric. Ia menambahkan bahwa saat ini mereka sedang membangun sebuah software yang mampu menghandle data secara massal. meningkatnya trend cloud computing juga mendorong ilmuwan NASA untuk semakin berfikir kreatif. Menurut mereka daripada membuat hardware yang berbiaya mahal, mereka lebih memilih untuk membuat softwarenya sehingga dapat menekan pengeluaran anggaran yang saat ini dirasa sangat besar.
John Kusterer, kepala Atmospheric Science Data Center (ASDC) sedang berada di dalam data center. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
NASA memiliki data center yang salah satunya berada di Langley Virginia. Ruang data center yang disebut Atmospheric Science Data Center (ASDC) mengumpulkan data dari wahana Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observations (CALIPSO) yang mengumpulkan segala informasi tentang atmosfer Bumi. Data center ini menyimpan data sebesar 16 petabyte dan memiliki kebih dari 1000 processor komputer untuk mengumpulkan dan mengolah data yang masuk. Satu petabyte setara dengan kita menonton video HD (High Definition) selama 13,3 tahun. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa NASA adalah pemilik data astronomi terbesar di dunia. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, October 15, 2013

Sepuluh Tahun Mengarungi Tata Surya, Wahana Rosetta Akan Dibangkitkan dari "Tidur" Panjangnya

Ilustrasi wahana Rosetta dan Philae landing craft mendekati untuk kemudian mendarat di komet 67P/Churyumov-Gerasimenko
Setelah 10 tahun lamanya menempuh perjalanan di luar angkasa, akhirnya wahana tanpa awak miliki ESA (European Space Agency) yang bertugas untuk meneliti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko akan memasuki fase start dalam waktu 100 hari ke depan setelah melalui masa hibernasi. Sejak 11 Oktober 2013 lalu, ESA telah melakukan hitung mundur selama 100 hari ke depan wahana itu akan dibangkitkan dari tidur panjangnya selama 2,7 tahun. Wahana bernama Rosetta tersebut diluncurkan pada Maret 2004 dengan menggunakan roket Ariane 5 untuk mengungkap sejarah, komposisi, dan evolusi dari komet kuno 67P/Churyumov-Gerasimenko yang merupakan sisa-sisa dari terbentuknya sistem tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu. Nama "Rosetta" sendiri diambil dari nama batu Mesir kuno yang ditemukan di kota Rashid, dekat sungai Roseta yang berisi tentang petunjuk membaca huruf hiroglif Mesir dalam bahasa Yunani kuno.
Peluncuran wahana Rosetta dengan roket Ariane 5 pada Maret 2004. Image credit: ESA
Tidak seperti wahana tanpa awak lainnya, wahana Rosetta ini dilengkapi dengan robot pendarat yang disebut Philae landing craft yang bisa mendarat dan menempel di permukaan komet.
Rute perjalanan wahana Rosetta. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA
Seperti wahana Voyager NASA yang sudah lebih dari 36 tahun mengarungi kejamnya samudera luar angkasa, wahana Rosetta juga sudah mengalami ekstrimnya kondisi samudera tersebut. Selama 10 tahun, wahana Rosetta sudah melewati Bumi sebanyak tiga kali takni pada Maret 2005, November 2007, dan November 2009. Melewati Mars pada Februari 2007, melewati asteroid Steins pada September 2008, melewati asteroid Lutetia pada Juli 2010 dan sejak Juni 2011, wahana Rosetta memulai kembali tidur panjangnya dan semakin jauh menjelajah tata surya. Saat ini status wahana tersebut berada dalam fase hibernasi untuk menghemat dan menyimpan tenaga. Panel surya mengarah pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat dengan maksimal mendapatkan energi Matahari untuk disimpan dan digunakan seminimal mungkin. Hanya komputer dan penghangat instrumen yang tetap aktif agar wahana tidak membeku. Dan setelah 31 bulan sejak Juni 2011, wahana Rosetta akan dibangkitkan oleh ESA dari tidurnya pada 20 Januari 2014.

Setelah bangun dari tidurnya, wahana Rosetta akan menghangatkan sistem navigasi yang ada pada dirinya untuk kemudian berhenti berputar dan mengarahkan antena utamanya ke Bumi untuk bisa berkomunikasi dengan Bumi dan mencari tahu apakah wahana itu masih berfungsi normal atau tidak. saat itu diperkirakan wahana Rosetta berada pada jarak 9 juta km dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko dan akan terus mendekat dengan manuver utama pada Mei 2014. Setelah melakukan pemetaan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, robot pendarat Philae akan diturunkan pada lokasi yang tepat pada November 2014. Philae akan meneliti nukleus komet dan menganalisa komposisi ilmiahnya.

Awalnya wahana Rosetta tidak dibuat untuk meneliti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Wahana tersebut ditujukan untuk meneliti komet Comet 46P/Wirtanen. Tapi karena terjadi insiden gagalnya roket Ariane pada Desember 2002 menyebabkan jadwal peluncuran wahana Rosetta diundur selama 14 bulan. AKibatnya sasaran obyek penelitianpun dirubah dan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko terpilih menjadi gantinya. Misi wahana Rosetta ini diadwalkan berakhir pada Desember 2015.

Alasan kuat mengapa ESA sangat tertarik mempelajari komet adalah karena komet begitu berjasa sebagai "pembawa" air di Bumi dan membuat Bumi menjadi layak untuk terciptanya kehidupan. (AS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, October 14, 2013

Foto Matahari Terbenam di Planet Mars

Foto Matahari terbenam di planet Mars yang diabadikan oleh wahana Spirit pada 19 mei 2005 di dekat kawah Gusev Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Melihat sunset (matahari terbenam) di Bumi itu sudah biasa. Nah, bagaimana jika kita melihat Matahari terbenam di planet Mars???...itu baru luar biasa. Itulah yang dilakukan oleh robot penjelajah Mars NASA, Spirit. Robot kecil itu berhasil mengamati dan mengabadikan momen sunset di planet Mars. Uniknya walaupun langit planet Mars berwarna merah, tapi mengapa ketika Matahari akan terbenam, langit berubah menjadi berwarna biru dan itu justru kebalikan dari Bumi ??
Saat Matahari terbenam di Mars, Matahari dan langit di sekitarnya tampak berwarna biru. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Saat Matahari terbenam, langit Mars juga berwarna sedikit pink. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Caltech
Matahari terbenam di Mars tidak sama dengan di Bumi. Di Bumi saat Matahari terbenam langit akan berwarna oranye atau kuning. Sedangkan di Mars saat Matahari terbenam langit akan berwarna biru. Mengapa bisa terjadi demikian??. Seperti yang pernah kita pelajari di bangku sekolah, cahaya Matahari memiliki beberapa panjang gelombang cahaya yang berbeda. Jika kita menggunakan sebuah prisma, maka cahaya Matahari yang melalui prisma itu akan berwarna seperti warna pelangi. Saat siang hari di Mars, partikel debu yang ada di udara dan atmosfer Mars akan menyerap gelombang cahaya biru dan menyebarkan gelombang cahaya merah di seluruh langit Mars.

Sunset di Bumi. Image credit: Neilsphotography
Saat Matahari terbenam, cahaya Matahari yang datang melintasi cakrawala akan berwarna biru sebab gelombang cahaya merahnya telah disebar oleh partikel debu yang ada di udara dan atmosfer Mars sehingga yang tersisa hanyalah gelombang cahaya biru. Jadi ketika kita melihat ke arah matahari saat sunset di Mars, maka Matahari dan langit di sekitarnya akan tampak berwarna biru, sedangkan langit yang letaknya agak jauh dari sunset tetap berwarna merah dan cenderung pink. Kondisi yang terbalik terjadi di planet kita di mana partikel yang lebih besar di atas atmosfer Bumi menyerap gelombang cahaya biru sehingga gelombang cahaya yang bisa lewat adalah gelombang cahaya merah. (NP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, October 13, 2013

Warna-warna Asli Planet di Tata Surya

Planet-planet di tata surya kita. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Jika kita melihat foto beberapa planet di tata surya, tidak jarang kita temukan adanya perbedaan warna antara foto satu dengan foto lainnya padahal obyek yang dilihat masih sama. Terkadang wahana antariksa yang mengambil foto dari planet atau obyek antariksa mengambilnya dalam bentuk false color. Hal itu biasanya dilakukan untuk mempermudah proses pengamatan dan penelitian. Astronom akan mengubahnya ke dalam format true color dengan menggunakan komputer agar obyek yang ada di foto akan sama persis jika kita melihatnya langsung dengan mata kepala kita sendiri. Berikut adalah warna-warna asli (true color) planet-planet yang sama ketika kita melihatnya dengan mata sendiri.

1. Merkurius
Warna planet ini abu-abu. Planet ini merupakan planet berbatu yang tidak memiliki atmosfer.

2. Venus
Warna planet ini putih kekuningan. Itu diakibatkan oleh adanya lapisan asam sulfat berupa awan tebal yang menyelimuti planet tersebut.

3. Bumi
Warna planet kita jika dilihat dari luar angkasa adalah biru muda dan putih (awan). Lautan dan cahaya yang menyebar di atmosfer Bumi menyebabkan Bumi terlihat biru. Daratan benua tampak coklat, kuning, dan hijau tergantung dari mana kita melihatnya.

4. Mars
Planet ini berwarna merah dan lebih mengarah ke oranye. Maka tidaklah salah kalau planet ini juga disebut juga planet merah. Warna tersebut berasal dari warna batuan dan tanah di sana serta persebaran cahaya di atmosfernya yang tipis.

5. Jupiter
Planet ini adalah planet gas dan tidak memiliki permukaan padat sehingga yang kita lihat hanyalah awan di atmosfernya. Warna planet ini cenderung menarah ke oranye dan putih. Warna putih berasal dari awan amonia, sedangkan warna oranye berasal dari awan amonium hidrosulfida.

6. Saturnus
Planet ini juga merupakan planet gas. Warnanya kuning pucat. Kabut amonia berwarna putih menyelimuti planet ini.

7. Uranus
Warna planet gas ini adalah biru muda yang berasal dari warna awan metana yang ada di atmosfernya.

8. Neptunus
Warna Neptunus adalah biru muda. Mirip seperti Uranus hanya saja Neptunus lebih gelap. Hal itu disebabkan jaraknya yang lebih jauh dari Matahari daripada Uranus.

Tambahan: Planet kerdil Pluto diperkirakan berwarna coklat muda. Walaupun belum pernah dikunjungi oleh wahana antariksa, namun warna itu didapat dari es metana yang bercampur dengan debu di permukaan planet. Harapannya wahana NASA New Horizon yang diperkirakan akan tiba pada 2015 bisa mengungkap warna asli planet kerdil ini. (CL, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, October 12, 2013

Bukti Komet Tertua Ditemukan di Perhiasan Raja Tutankhamun Mesir

Bros milik raja Tutankhamun Mesir yang pada bagian batu kuningnya merupakan batu yang dihasilkan oleh dampak komet 28 juta tahun lalu. Klik gambar untuk memperbesar Image credit: University of the Witswatersrand
Sekelompok tim ilmuwan dari Afrika Selatan menemukan bukti komet pertama dan tertua yang masuk ke atmosfer Bumi dan meledak. Hal itu diungkapkan oleh Jan Kremer dari University of Johannesburg di Afrika Selatan yang menyatakan bahwa sebuah batu hitam yang ditemukan beberapa tahun lalu di Mesir ternyata merupakan inti komet tertua yang ditemukan di Bumi dan setelah diteliti ternyata batu itu berhubungan dengan perhiasan raja Firaun Tutankhamun. Silika sebagai dampak dari komet itu ternyata dijadikan bros oleh raja Mesir Tutankhamun. 28 Juta tahun lalu komet memasuki atmosfer Bumi di atas daratan yang saat ini adalah Mesir. Komet itu memanaskan pasir di bawahnya hingga mencapai suhu 2000 derajat Celcius sehingga membentuk kaca silika kuning yang sangat banyak dan mencakup area seluas 6000 kilometer persegi di gurun Sahara.
Raja Tutankhamun. Image credit: google
Silika kuning yang tercipta itu ternyata ditemukan di bros milik Tutankhamun, raja Firaun Mesir yang terkenal yang memerintah dari tahun 1333-1323 SM. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Teleskop Hubble Berhasil Temukan Bulan Neptunus yang "Hilang"

Bulan Naiad (dalam lingkaran kecil). Image credit: SETI
Bulan / satelit alam planet Neptunus yang "hilang" akhirnya berhasil ditemukan oleh para ilmuwan di SETI institute dengan menggunakan teleskop Hubble. Bulan bernama Naiad itu sempat menghilang setelah terakhir ditemukan oleh Voyager 2 pada tahun 1989. Naiad sangat sulit untuk diamati sebab ukurannya yang kecil yakni 100 km dan terhalang oleh kilauan pantulan sinar Neptunus yang lebih cerah 2 juta kali daripada Naiad.
Bulan Naiad bersama dengan bulan-bulan Neptunus lainnya. Image credit: SETI
Ilmuwan SETI mempelajari arsip foto yan diambil teleskop Hubble pada Desember 2004 dan dengan menggunakan teknik khusus untuk menghilangkan efek pantulan sinar Neptunus yang menyilaukan akhirnya Naiad berhasil ditemukan kembali. "Naiad menjadi target yang sulit untuk diamati sejak Voyager 2 melalui sistem Neptunus," ucap ilmuwan SETI Mark Showalter dalam sebuah pernyataan. Dengan menggunakan data yang sama ilmuwan juga menemukan bulan baru Neptunus yang diberi nama S/2004 N 1 yang ukurannya lebih kecil dari Naiad yankni hanya 20 km, tapi lebih mudah untuk diamati sebab jarak orbitnya lebih jauh dari Neptunus sehingga tidak terganggu oleh silaunya Neptunus.

Dengan menggunakan wahana Voyager, ilmuwan menemukan enam bulan baru Neptunus sehingga total bulan Neptunus yang sejauh ini berhasil ditemukan totalnya menjadi 14 bulan. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, October 11, 2013

Dengan Roket Berpendorong Fusi Nuklir, Perjalanan ke Mars Menjadi Lebih Cepat

Ilustrasi wahana antariksa berpendorong roket fusi nuklir. Image credit: University of Washington, MSNW
Jika sebelumnya untuk menuju planet Mars sebuah wahana antariksa membutuhkan waktu 500 hari untuk sampai di sana, maka dengan alternatif baru yang ditawarkan ini tampaknya perjalanan akan menjadi jauh lebih singkat. Anthony Pancotti selaku ilmuwan dari perusahaan pembuat roket MSNW beberapa waktu lalu telah mempresentasikan mesin roket bertenaga fusi nuklir untuk digunakan pada wahana atau pesawat antariksa yang akan dikirim ke Mars. Menurutnya dengan teknologi mesin pendorong baru itu, perjalanan ke Mars hanya akan ditempuh dalam waktu 90 hari saja.

Anthony Pancotti mengungkapkan bahwa jika astronot menggunakan mesin roket tradisional yang ada saat ini untuk pergi ke Mars, maka itu akan sangat membahayakan kesehatan para astronot itu sendiri Sebab mereka akan terlalu lama berada dalam wahana dan akan membahayakan jiwa sebab mereka menjadi kurang gerak, tidak dapat berolah raga, tulang mereka akan mengecil, dan massa otot akan menyusut. Dengan menggunakan sistem propulsi yang modern maka itu bisa diminimalisir.

Saat ini NASA sedang intensif mengembangkan teknologi roket berbahan fusi nuklir seperti yang diusulkan oleh Anthony Pancotti untuk mendukung misi itu. NASA menunjuk John Slough dari University of Washington sebagai pemimpin riset. Jika semuanya berjalan dengan baik maka waktu total yang diperlukan untuk misi ke Mars hingga kembali lagi ke Bumi hanya 210 hari yang terdiri dari 83 hari untuk perjalanan ke Mars, 30 hari untuk menjelajahi planet Mars, dan 97 hari untuk pulang ke Bumi. "kami merasa kami telah mendefinisikan hal ini dengan baik, misi yang sangat baik, dan kami sedang fokus untuk membuat perangkat yang sesuai untuk misi ini," ungkap Anthony. NASA dikabarkan akan mulai mengirimkan misi berawak pertamanya ke Mars pada tahun 2030.

Fusi nuklir merupakan energi yang sangat powerful dan efisien. Reaksi fusi terjadi ketika inti dari dua atau lebih atom bergabung dan kemudian menghasilkan energi. Matahari dan bintang lainnya merubah fusi ini menjadi cahaya dan kekuatan fusi juga mampu membuat bom atom memiliki daya ledak yang sangat dahsyat. Untuk itu diperlukan adanya plasma dengan menggunakan deuterium dan tritium, isotop berat dari hidrogen (normalnya hidrogen tidak mengandung neutron, tapi deuterium memiliki satu dan tritium memiliki dua). Gelembung dari plasma itu nantinya akan dimasukkan ke dalam sebuah ruang dimana medan magnet akan meruntuhkan cincin logam yang ada di sekelilingnya yang kemudian menekan gelembung menjadi tahapan fusi. Energi yang dihasilkan oleh reaksi fusi akan menguap dan mengionisasi logam yang kemudian akan diakselerasikan ke luar melalui nozzle dan akan menghasilkan daya dorong. Panel surya akan memberikan energi yang cukup untuk menghidupkan perangkat lainnya dan juga sebagai "starter" dari roket fusi pada wahana / pesawat antariksa. Menurut Anthony tidak ada alasan untuk dapat menolak kelayakan dari proyek ini.

Lebih lanjut Anthony Pancotti beranggapan bahwa teknologi roket pendorong fusi nuklir ini akan sangat murah dalam pembuatannya. Tidak diperlukan sebuah teknologi yang terlalu canggih untuk dapat membuatnya sebab menurutnya dengan teknologi yang ada saat ini semua itu bisa dilakukan. Pada 2014 nanti diharapkan tim pembuat mesin roket fusi nuklir akan bisa menyelesaikan cetak biru dari proyek masa depan ini. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us) 


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto