Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, December 6, 2012

Penyebab Terjadinya Prominensa (Lidah Api) Matahari

Prominensa Matahari. Image credit: Google
Matahari memiliki medan magnet yang tidak merata di setiap bagiannya. Berbeda dengan Bumi yang padat sehingga medan magnetnya konstan. Meski Matahari tetap memiliki kutub utara dan selatan, namun akibat rotasi serta medan magnet yang ada dimana-mana dan tidak stabil, mengakibatkan terjadinya sunspot. Bila terdapat sunspot, berarti ada medan magnet Matahari yang masuk atau atau keluar dengan membawa plasma. Karena terbentuknya di beberapa tempat, mengakibatkan terjadinya tabrakan dan jadilah prominensa. Saat prominensa ini putus atau saling bertabrakan lagi, akan terbentuk flare.

Sunspot atau lebih dikenal dengan bintik hitam Matahari, memiliki diameter sekitar 50,000 km, yang artinya lebih besar daripada diameter Bumi. Suhu pada sunspot lebih dingin dibandingkan yang bagian lain yaitu kurang lebih 3800 K. Hal itu yang menyebabkan sunspot berwarna gelap. Jumlah sunspot pada Matahari tidak konstan setiap saat. Kenampakan sunspot pada umumnya dalam orde minggu atau bahkan kurang.

Bentuknya yang mirip loop atau pita yang dikibaskan, membuat prominensa lebih dikenal dengan nama lidah api Matahari. Meski berada di fotosfer, namun panjangnya bisa melewati korona. Prominensa terpanjang yang pernah teramati oleh SOHO pada tahun 1997 mencapai 350,000 km, atau sebanding dengan 28 kali diameter Bumi. Kala hidup prominensa ini bisa mencapai 5 bulan. Dari hasil pengamatan, sepertiga dari prominensa muncul 3 minggu setelah terbentuknya sunspot. Berbeda dengan sunspot yang bergerak menuju ekuator, prominensa bergerak menuju kutub.

Ledakan Matahari yang terjadi akibat energi yang tersimpan dalam medan magnetik dilepaskan secara tiba-tiba dalam waktu singkat, dinamakan flare. Energi yang dilepaskan ini setara dengan jutaan kali bom atom Hiroshima. Bahkan pengaruhnya sampai ke atmosfer dan medan magnetik Bumi. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Satelit NASA Ambil Foto Seluruh Belahan Bumi Pada Malam Hari

Benua Amerika pada malam hari. Image credit: NASA
Benua Asia pada malam hari. Image credit: NASA
Benua Afrika, Eropa, dan Timur tengah pada malam hari. Image credit: NASA
Kurang lebih selama dua bulan satelit Suomi NPP mengumpulkan foto Bumi pada malam hari dan hal itu dimungkinkan dengan adanya instrumen Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS). VIIRS mampu menangkap dan mendeteksi cahaya dengan menggunakan filter untuk dapat mengambil cahaya dari lampu-lampu kota, aurora, api kebakaran hutan, pantulan sinar Bulan dan sebagainya. Namun pada beberapa foto yang ditampilkan, cahaya aurora dan api kebakaran hutan telah di filter sehingga tidak tampak dan penampakan hanya difokuskan pada lampu kota saja.

Satelit Suomi NPP merupakan satelit baru yang awalnya dikembangkan untuk kegiatan meteorologi untuk melihat awan di malam hari. Satelit ini terbukti mampu menghasilkan foto Bumi di malam hari dengan sangat baik dengan resolusi yang lebih tinggi.

VIIRS mampu membedakan mana cahaya kebakaran hutan, aurora, lampu kota dan sebagainya dengan mudah. Sensor cahayanya sangatlah peka. Satelit ini mengorbit Bumi dua kali dalam sehari pada ketinggian 824 km (612 mil) di atas permukaan Bumi. Dan dari luar angkasa pada malam hari Bumi tampak terlihat seperti Black Marble (marmer/ pualam hitam) yang indah. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, December 5, 2012

12 Desember 2012 Puncak Hujan Meteor Geminid

Hujan meteor Geminid. Image credit: NASA
Pada tanggal 12-13 Desember 2012 mendatang akan menjadi puncak dari hujan meteor Geminid. Hujan meteor Geminid nanti sangat istimewa karena tidak akan ada cahaya Bulan sehingga langit cukup gelap dan memudahkan kita untuk melihat hujan meteor Geminid tersebut.

Pada saat puncak hujan meteor Geminid, maka akan muncul sekitar 50 meteor setiap jamnya dan hujan meteor ini merupakan salah satu hujan meteor paling ramai selain hujan meteor Leonid. Kita tidak perlu teleskop untuk melihatnya. Cukup berdiri di tanah lapang, dan melihat ke atas arah timur.

Hujan meteor Geminid berbeda dengan hujan meteor lainnya karena berasal dari pecahan asteroid. Nama asteroidnya adalah 3200 Phaethon. Asteroid ini mengorbit Matahari dan meninggalkan debu ketika bergerak. Ketika Bumi memasuki wilayah debu, atmosfer Bumi akan membakarnya. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, December 4, 2012

Satelit Voyager 1 dan 2, Misi NASA Terpanjang dalam Sejarah

Posisi Voyager 1 saat ini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/The Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory
Satelit Voyager 1 dan Voyager 2 NASA merupakan dua satelit kembar yang diluncurkan pada akhir tahun 1977 untuk mengeksplorasi planet di luar tata surya kita. Dua wahana satelit tersebut saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke luar dari tata surya dan hampir mencapai pintu ruang antarbintang. Voyager 2 diluncurkan pada 20 Agustus 1977 dan Voyager 1 diluncurkan pada 5 September 1977.

Saat ini kedua wahana tersebut masih dalam keadaan sehat dan beroperasi dengan baik dengan mengirimkan data ke JPL (Jet Propulsion Laboratory) NASA di Pasadena. Untuk mengoperasikan kedua satelit tersebut, JPL mengirimkan sinyal berkecepatan cahaya dan membutuhkan waktu sekitar 13 jam untuk sampai ke Voyager 2 dan 16 jam untuk mencapai Voyager 1.

Misi NASA Terpanjang

Pada Agustus 2011 lalu, Voyager 2 berhasil memecahkan rekor misi NASA terpanjang sebelumnya selama 12.758 hari yang diraih oleh wahana Pioneer 6 Probe yang diluncurkan pada 16 Desember 1965 dan memberikan sinyal terakhir pada 8 Desember 2000.

Saat ini Voyager 1 berjarak 11 miliar mil (18,4 miliar km) dari Bumi dan bergerak ke utara sedangkan Voyager 2 berjarak 9 miliar mil (15 miliar km) dan bergerak ke selatan. Dalam 5 tahun terakhir Voyager 1 dan 2 mengirimkan data dan informasi mengenai lapisan luar heliosphere. Pada 5 tahun pertama, Satelit Voyager telah meneliti dari dekat planet Jupiter, Saturnus dan cincinnya, bulan-bulan yang dimilikinya, planet Uranus, Neptunus dan lain sebagainya.

Pesan dan Rekaman

Kedua satelit baik Voyager 1 maupun 2, membawa piringan emas fonograf yang berisi berbagai macam konten seperti foto dan rekaman suara alam seperti suara petir, hewan, ucapan salam dalam 55 bahasa dan budaya dan sebagainya.

Pihak NASA mengatakan bahwa kedua satelit Voyager masih memiliki cukup tenaga untuk terus berkomunikasi dengan Bumi hingga tahun 2020 atau bahkan hingga 2025. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Peneliti NASA Temukan Mikroba Kuno di Danau Antartika

Danau Vida di Antartika. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: nationalgeographic.com
Peneliti NASA baru-baru ini menemukan sekumpulan mikroba kuno yang mendiami sebuah danau di Antartika. Danau Vida di lembah McMurdo Antartika menjadi tempat penemuan mikroba kuno pada kedalaman 65 kaki. Danau tersebut merupakan salah satu tempat tergelap di Bumi yang tidak tertembus sinar Matahari dikarenakan permukaannya yang beku dan memiliki tingkat keasinan yang sangat tinggi yaitu 6 kali lebih asin dari air laut dan juga sangat dingin sehingga danau tersebut benar-benar ekstrim untuk mampu mendukung adanya kehidupan termasuk mikroba ini. Danau Vida juga dikenal sebagai tempat yang tidak memiliki oksigen dan memiliki oksida nitrous tertinggi di Bumi.

"Studi ini memberikan gambaran kepada kita ke salah satu ekosistem paling unik di Bumi," ucap Alison Murray, ahli ekologi mikroba dari Desert Research Institute (DRI). "Pengetahuan kita tentang proses geokimia dan mikroba dalam lingkungan es dalam dunia yang gelap khususnya pada suhu di bawah nol masih banyak yang belum diketahui sampai sekarang. Studi ini dapat memperluas pemahaman kita tentang jenis kehidupan yang dapat bertahan hidup dalam cryecosystem terisolasi dan bagaimana strategi yang berbeda bisa ada dalam lingkungan yang penuh tantangan seperti itu," tambahnya.

Dari analisis geokimia didapatkan hasil bahwa reaksi kimia antara air asin dan zat besi pada sedimen di danau tersebut menghasilkan oksida nitrous dan molekul hidrogen dan molekul hidrogen tersebut dapat memberikan energi pada mikroba kuno tersebut untuk tetap bertahan hidup. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, December 2, 2012

Apa Perbedaan Planet dengan Bintang?

Pertanyaan:
Apa bedanya planet dengan bintang:

Jawaban:
  1. bintang : memiliki cukup massa untuk melakukan fusi nuklir dan menghasilkan cahaya dan energi
    planet : tidak memiliki cukup massa untuk melakukan fusi nuklir dan planet raksasa disebut bintang gagal krn memiliki cukup hidrogen sebagai bahan fusi nuklir tetapi massanya kurang
  2. Bintang = Benda langit yang dapat memancarkan cahayanya sendiri.
    Planet = Benda langit yang tak dapat memancarkan cahayanya sendiri, tapi sebagai pantulan dari cahaya bintang.


Note:
*kami mengumpulkan pertanyaan dan jawaban astronomi dari beberapa forum di internet dan kami tidak menjamin serta melakukan evaluasi terhadap kebenaran dari jawaban pertanyaan tersebut.

Saturday, December 1, 2012

Apa Saja Dampak Hujan Asam Bagi Ekosistem di Bumi?

Pertanyaan:
Apa saja dampak hujan asam bagi ekosistem dan lingkungan di Bumi?

Jawaban:
1. Dampak Hujan asam Terhadap Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.

2. Dampak Hujan Asam Terhadap Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.

Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.

3. Dampak Hujan Asam Terhadap Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.

4. Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.



Note:
*kami mengumpulkan pertanyaan dan jawaban astronomi dari beberapa forum di internet dan kami tidak menjamin serta melakukan evaluasi terhadap kebenaran dari jawaban pertanyaan tersebut.

Friday, November 30, 2012

Wahana NASA Temukan Air Berwujud Es di Merkurius

Daerah kutub utara yang memiliki kandungan es. Es ditandai dengan warna kuning. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Carnegie Institution of Washington/National Astronomy and Ionosphere Center, Arecibo Observatory
Pesawat luar angkasa NASA yang mengorbit planet Merkurius, MESSENGER berhasil menemukan kumpulan air berwujud es di kutub utara planet Merkurius.

Di Merkurius suhu permukaan bisa mencapai 427 derajat Celcius. Namun di sekitar kutub utara, terdapat daerah yang secara permanen terlindung dari panas Matahari. Di situlah wahana MESSENGER menemukan sejumlah deposit air berwujud es dan dimungkinkan bahan organik lainnya. Es tersebut terdeteksi di 85 derajat lintang utara hingga pusat kutub utara dan tersebar sejauh 65 derajat ke utara.

"Dalam beberapa bulan ke depan, wahana MESSENGER akan difokuskan untuk mengamati daerah tersebut untuk mendapatkan tampilan visual yang lebih baik," ungkap Gregory Neumann, Ilmuwan dari NASA's Goddard Space Flight Center.

Sejauh ini para ilmuwan juga meyakini bahwa di kutub selatan planet Merkurius juga terdapat es. Namun sayangnya orbit MESSENGER saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan pengamatan ke daerah tersebut secara lebih detail. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto