Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, May 19, 2012

VIDEO: Simulasi Kapsul SpaceX Merapat dengan ISS

Hari ini, Sabtu (19/05/2012) pukul 4:55 am waktu Amerika, SpaceX akan mencatatkan sejarahnya sebagai perusahaan swasta pertama yang akan meluncur ke ruang angkasa dan merapat ke ISS (International Space Station). Dan untuk mengetahui apa dan bagaimana prosesnya nanti, Anda bsa melihat video yang dibuat oleh NASA sebagai simulasinya. Perlu diketahui bahwa roket Falcon 9 yang akan membawa kapsul Dragon ke ISS memiliki berat 305 kg dan membawa makanan serta perbekalan lainnya untuk 31 kru yang ada di sana. Silahkan menyaksikan videonya berikut ini:

10 Negara yang Paling Berisiko Dihantam Asteroid

Ilustrasi asteroid menabrak Bumi.
Image credit: starryskies.com
Baru-baru ini, observasi  Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) NASA mengungkap populasi asteroid berpotensi bahaya di tata surya. Sekaligus menguak informasi terbaru soal jumlah, asal-usul, dan potensi bahayanya.

Asteroid berpotensi bahaya (potentially hazardous asteroid), disebut juga PHA adalah kelompok batu angkasa dekat Bumi. Mereka memiliki orbit terdekat dengan bumi, sekitar delapan juta kilometer. Dan, ukuran mereka diperkirakan cukup besar untuk bertahan dari pembakaran di atmosfer Bumi sehingga bisa menyebabkan kerusakan dalam skala regional, atau yang lebih besar.

Proyek NEO WISE, yang merupakan bagian dari misi WISE mengambil 107 PHA untuk membuat prediksi populasi secara keseluruhan. Hasilnya, ada sekitar 4.700 asteroid berbahaya, plus-minus 1.500, dengan diameter lebih besar dari 100 meter. Sejauh ini, baru sekitar 20-30 persen obyek yang ditemukan.

Analisis NEOWISE lebih baik dari perkiraan kasar sebelumnya, dan lebih kredible dalam memperkirakan jumlah total dan ukuran asteroid.

"Analisis NEOWISE menunjukkan bahwa kita telah membuat awal yang baik menemukan obyek yang bisa berpotensi bahaya bagi Bumi," kata  Lindley Johnson, program eksekutif untuk Program Observasi Dekat Bumi, seperti dimuat situs NASA.

Terkait asal-usul, asteroid berpotensi berbahaya mungkin berasal dari tabrakan antara dua asteroid di sabuk utama terletak di antara Mars dan Jupiter. Fragmen pecahan itu yang melayang orbit lebih dekat ke Bumi dan akhirnya menjadi PHA.

"Proyek NEOWISE NASA, yang awalnya tidak direncanakan sebagai bagian dari WISE, ternyata menjadi bonus besar," kata Amy Mainzer, peneliti utama NEOWISE, di Laboratorium et Propulsion Laboratory di Pasadena, California

Temuan itu membantu manusia memahami asal-usul asteroid dan memberi peluang untuk menghindari potensi bahaya. Juga mengetahui komposisi batu angkasa: granit, batu, atau logam. Jenis informasi ini penting dalam menilai potensi bahaya asteroid. Komposisi akan mempengaruhi seberapa cepat mereka mungkin terbakar di atmosfer.

Temuan NASA kemudian menjadi dasar studi sejumlah ilmuwan. Salah satunya, para peneliti dari University of Southhampton. Untuk kali pertama, para ahli di sana mengidentifikasi 10 negara paling berpotensi mengalami kerusakan terparah akibat asteroid.

Menggunakan perangkat lunak, NEOimpactor, singkatan dari "NEO" atau Near Earth Object programme NASA.

Dari simulasi tersebut, diperoleh 10 negara yang paling berisiko yakni: China, Indonesia, India, Jepang, Amerika Serikat, Filipina, Italia, Inggris, Brazil, dan Nigeria.

Lima negara menghadapi risiko hilangnya nyawa manusia yakni China, Indonesia, India, Jepang dan Amerika Serikat. Sementara, Amerika Serikat, China, Swedia, Kanada dan Jepang menghadapi dampak ekonomi yang paling parah karena hancurnya infrastruktur.

"Konsekuensi bagi populasi manusia dan infrastruktur sebagai akibat dari dampak asteroid sangat besar," kata Nick Bailey dari University of Southampton.

"Hampir seratus tahun yang lalu sebuah kawasan terpencil dekat Sungai Tunguska menjadi saksi hidup ledakan asteroid yang relatif kecil (diameter sekitar 50 meter). Meskipun saat itu hanya membuat rata hutan, seandainya meledak di London itu bisa menghancurkan segalanya," kata Bailey seperti dimuat Daily Galaksi. (vivanews.com, astronomi.us)

Perbandingan Ukuran Bintik Matahari dengan Bumi dan Jupiter

Perbandingan besar bintik Matahari (Sun spot) dengan Bumi dan Jupiter. Image credit: universetoday.com
Foto diatas merupakan 2 foto bintik matahari terbesar yang pernah terekam. Foto sebelah kiri diambil oleh NASA’s Solar Dynamics Observatory pada 11 Mei 2012, yang menunjukkan daerah aktif 11476, sedangkan sebelah kanan merupakan foto dari Carnegie Institution di Washington yang menunjukkan daerah aktif 14886. Terlihat perbandingan Bumi dan Matahari kita jika dibandingkan dengan sun spot Matahari yang sangat besar.

Bintik Matahari berhubungan dengan lidah api matahari atau solar flare yang kemudian mengirim badai Matahari. Dampaknya bisa mempengaruhi pengoperasian satelit dan sistem komunikasi di Bumi. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Jepang Sukses Luncurkan Satelit Komersial Pertama

Peluncuran roket H-IIA yang membawa
satelit Korea Selatan.
Image credit: spacedaily.com
Jepang sukses meluncurkan satelit Korea Selatan ke orbitnya pada Jum'at (19/05/2012) dan ini sekaligus menjadi peluncuran satelit komersial pertama yang dilakukan Jepang.

Satelit yang diberi nama KOMPSAT-3 itu melakukan pemisahan diri dengan roket pembawanya 16 menit setelah peluncuran yang kemudian juga diikuti oleh 3 satelit lain yang dibawa bersamaan. Peluncuran roket H-IIA ini merupakan peluncuran yang ke 21 kalinya setelah roket ini dikembangkan oleh JAXA pada tahun 2001, yang kemudian pada tahun 2007 dioperasikan oleh Mitsubishi Heavy Industries (MHI)," ucap juru bicara JAXA, Masashi Okada. (spacedaily.com, astronomi.us)

Friday, May 18, 2012

Ilmuwan Temukan Bukti Air Pernah Mengalir di Mars

Lembah di Mars. Image credit: dailymail.co.uk
Ketika kehidupan baru dimulai di Bumi, Mars kemungkinan juga berisi kandungan air diselimuti atmosfir tebal yang memungkinkan mendukung kehidupan.

Salah satu alasan air tidak lagi mengalir di permukaan Mars karena densitas atmosfernya kurang dari 1% kepadatan di bumi.

Namun Profesor Josef Dufek, dari Universitas Tekhnologi Georgia, melihat sebuah kawah yang ditinggalkan oleh lapisan bebatuan sekitar 3,5 miliar tahun lalu.

Temuan ini menambah semakin banyaknya bukti bahwa air pernah mengalir di Mars.

Dia memulai studinya dengan meneliti sebuah lapisan bebatuan yang didorong ke atmosfer Mars selama letusan gunung berapi sekitar 3,5 miliar tahun lalu, menurut laporan jurnal Geophysical Research Letters.

Penjelajah Mars, Spirit mendarat di lokasi tersebut pada 2007 lalu dan mengambil sejumlah lapisan yang tersisa, sehingga memungkinkan Prof Dufek dan rekan dapat menghitung ukuran, kedalaman dan bentuk lubang bekas tanah yang terjerembab.

Tim kemudian menciptakan kawah mereka sendiri sebagai perbandingan, menembakkan partikel menjadi butiran dengan ukuran yang sama dengan temuan Spirit Mars.

Mereka menghitung bahwa kecepatan partikel telah bergerak untuk menciptakan bekas lubang yang akan diperlukan sebuah tekanan atmosfer 20 kali lebih besar daripada yang ditemukan saat ini.

Hal ini menunjukkan Mars pernah memiliki atmosfir yang lebih tebal, kata Prof. Dufek.

Dia mengatakan, "Tekanan atmosfer memungkinkan memainkan peran dalam mengembangkan hampir seluruh fitur permukaan Mars.”

"Iklim, keadaan fisik air di permukaan dan potensi kehidupan di planet ini semuanya dipengaruhi oleh kondisi atmosfer.”

"Penelitian kami adalah konsisten dengan penelitian yang berkembang bahwa Mars awal setidaknya merupakan dunia berair dengan atmosfir lebih tebal dari yang kita lihat saat ini.”

'Kami hanya dapat meneliti satu celah di salah satu lokasi di Planet Merah. Kami berharap untuk melakukan tes masa depan pada sampel lain berdasarkan pengamatan oleh penjelajah berikutnya. "

Sebuah studi sebelumnya telah menemukan kandungan gipsum di Mars yang menunjukkan bahwa di Mars pernah ada air, bahkan kemungkinan adanya kehidupan.

Journal Science melaporkan bahwa gipsum hanya bisa terbentuk di dalam air di bawah 60 c : "Itu berarti bahwa kondisi yang kondusif bagi kehidupan pernah ada di tepi kawah tersebut.”(erabaru.net, astronomi.us)

Gerhana Matahari Total Pertama di Tahun 2012

Gerhana Matahari total. Image credit: inilah.com
Gerhana matahari total akan kembali sambangi Bumi. Namun hanya beberapa wilayah saja yang beruntung dapat menyaksikannya. Mana saja?

Seperti dikutip dari TheEconomicTimes, gerhana matahari total yang akan terjadi pada 20-21 Mei tersebut bakal bisa dilihat dari China, Jepang, dan AS.

Namun untuk ketiga negara itu hanya beberapa wilayah saja yang bisa melihatnya secara utuh, yang mungkin hanya beberapa menit saja.

"Gurun Nevada, Utah dan Arizona mungkin adalah wilayah-wilayah di AS yang tepat untuk menyaksikan peristiwa tersebut; dengan syarat langit harus jernih dan cerah," ujar Alan MacRobert, Editor dari majalah Sky and Telescope. (inilah.com, astronomi.us)

Ilmuwan AS: Belerang Kunci Kehidupan di Bumi

Bumi adalah organisme hidup?. Image credit: NASA
Hipotesis Gaia pertama kali disampaikan oleh James Lovelock dan Lynn Margulis pada 1970. Hipotesis ini menyatakan bahwa fisik bumi dan proses biologi sangat berhubungan untuk membentuk suatu sistem yang hidup dan memiliki aturan sendiri. Hipotesis ini menganggap bumi sebagai suatu organisme tunggal.

Sebuah penemuan baru dari Universitas Maryland, Amerika Serikat dapat memberikan kunci untuk menjawab misteri bumi sebagai organisme hidup raksasa sesuai prediksi hipotesis Gaia.

Kuncinya, belerang yang dapat memungkinkan para ilmuwan untuk membuka interaksi tersembunyi antara organisme laut, atmosfer, maupun daratan. Interaksi tersebut mungkin menyediakan bukti yang mendukung teori terkenal ini.

Salah satu prediksi awal hipotesis ini bahwa harus ada suatu senyawa belerang yang dibuat oleh organisme di lautan yang cukup stabil terhadap oksidasi dalam air. Kondisi ini memungkinkan komponen belerang berpindah ke udara.

Entah senyawa belerang itu sendiri, atau produk oksidasi atmosfer, harus dapat mengembalikan belerang dari laut ke permukaan tanah. Kandidat yang paling mungkin untuk peran ini yakni dimethylsulfide (DMS), yakni cairan yang mudah terbakar dan tidak mudah larut dalam air. Cairan ini mendidih pada suhu 37 derajat celcius.

Publikasi temuan terbaru ini diterbitkan di Universitas Maryland, AS oleh penulis utama, Harry Oduro, bersama dengan ahli geokimia UMD, James Farquhar, dan ahli bilogi kelautan, Kathryn Van Alstyne dari Universitas Western Washington, AS.

Mereka menggunakan alat untuk melacak dan mengukur pergerakan belerang melalui organisme laut, atmosfer, dan daratan. Beberapa cara berguna untuk membuktikan atau menyangkal teori kontroversial Gaia. Studi mereka muncul di jurnal Edisi Online Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Menurut Oduro dan rekan-rekannya, karya ini menyajikan pengukuran langsung pertama dari komposisi isotop dimethylsulfide dan pendahulu dimethylsulfoniopropionate. Pengukuran ini mengungkapkan perbedaan rasio isotop dari kedua senyawa belerang yang diproduksi oleh ganggang laut dan fitoplankton. Isotop merupakan unsur yang atomnya mempunyai jumlah proton yang sama, tetapi berbeda jumlah neutron dalam intinya.

Pengukuran ini terkait dengan metabolisme senyawa oleh organisme laut dan membawa implikasi untuk pelacakan emisi dimethylsulfide dari laut ke atmosfer.

Belerang Sebagai Kunci

Belerang, elemen yang paling berlimpah kesepuluh dalam alam semesta, adalah bagian dari banyak senyawa anorganik dan organik. Siklus belerang melalui tanah, atmosfer dan kehidupan, memainkan peran penting dalam iklim dan dalam kesehatan organisme dan ekosistem.

"Emisi Dimethylsulfide memainkan peran dalam pengaturan iklim melalui transformasi untuk aerosol yang dianggap mempengaruhi keseimbangan radiasi bumi," kata Oduro, yang melakukan penelitian sambil menyelesaikan gelar Ph.D. di bidang geologi & sistem bumi ilmu di Maryland dan sekarang menerima beasiswa postdoctoral di Institut Teknologi Massachusetts.

Aerosol merupakan partikel padat dalam udara maupun tetesan air.

"Kami menunjukkan bahwa perbedaan dalam komposisi isotop dimethylsulfide mungkin berbeda dalam cara yang akan membantu kita untuk memperbaiki perkiraan emisi dalam atmosfer dan siklus di lautan," kata Oduro .

Seperti banyak unsur kimia lainnya, belerang terdiri dari isotop yang berbeda. Semua isotop dari elemen ditandai dengan memiliki jumlah elektron dan proton yang sama, tetapi jumlah neutron yang berbeda.

Isotop dari elemen ditandai dengan sifat kimia yang identik, tetapi berbeda sifat massal dan nuklir. Akibatnya, para ilmuwan dapat menggunakan kombinasi unik dari unsur isotop radioaktif agar melampaui tanda isotop dengan senyawa yang unsurnya dapat ditelusuri.

"Apa yang Harry lakukan dalam penelitian ini menemukan cara untuk mengisolasi dan mengukur komposisi isotop belerang dari dua senyawa belerang," kata Farquhar, seorang profesor di Universitas Maryland departemen geologi.

"Saya pikir ini sangat penting untuk menggunakan isotop dalam melacak siklus senyawa ini di permukaan lautan seperti perubahan terus menerus dimethylsulfide ke atmosfer. Kemampuan untuk melakukan hal ini dapat membantu kami menjawab pertanyaan iklim yang penting. Akhirnya, akan lebih baik dalam memprediksi perubahan iklim. Bahkan, dapat membantu kami untuk melacak koneksi-koneksi yang lebih baik antara emisi dimethylsulfide dan aerosol sulfat yang akhirnya menguji penghubung dalam hipotesis Gaia, " kata Farquhar. (vivanews.com, astronomi.us)

Thursday, May 17, 2012

Wallpaper Astronomi Gratis (17/05/2012)

Wallpaper gratis untuk Anda (17/05/2012). Silahkan klik gambar untuk mendownload.



Koleksi wallpaper astronomi.us bisa di lihat di sini.


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto