Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Tuesday, September 17, 2013

Foto Menakjubkan Galaksi Bima Sakti dari Gunung Bromo Jawa Timur

Foto pemandangan indah galaksi Bima Sakti yang diabadikan oleh Justin Ng dari gunung Bromo, Jawa Timur. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Justin Ng
Astrofotografer senior asal Singapura Justin Ng berhasil mengambil foto menakjubkan pemandangan galaksi Bima Sakti dari Gunung Bromo, Jawa Timur. Terlihat dalam foto adalah pemandangan galaksi Bima Sakti, awan Magellan kecil, awan Magellan besar, Bintang terang Canopus, dan galaksi Andromeda yang tampak samar-samar.

Pemandangan di sekitar gunung Bromo dengan kabut yang menyelimuti tubuh gunung menambah suasana syahdu. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Orbital Sciences dengan Roket Antares dan Kapsul Cygnus Siap Meluncur ke ISS

Roket Antares dibawa menuju ke Launch Pad. Image credit: NASA/Brea Reeves
Beberapa waktu lalu roket SpaceX, Falcon 9 dengan kapsul Dragonnya berhasil meluncur dan merapat dengan stasiun luar angkasa internasional, ISS. Nah tanggal 19 September 2013 besok, perusahaan rekanan lainnya dari NASA, Orbital Sciences Corp, juga akan melakukan peluncuran perdananya ke ISS dengan roket Antares dan kapsul Cygnusnya.

Penerbangan Orbital Sciences Corp ini merupakan penerbangan perdana yang dimaksudkan untuk melakukan uji coba dan test seberapa jauh kehandalan roket Antares dan kapsul Cygnus buatan mereka. Sebelumnya peluncuran akan dilakukan pada tanggal 18 September, tapi karena ada kesalahan teknis, mereka memundurkan jadwalnya satu hari menjadi 19 September 2013.

Orbital Sciences Corp sendiri merupakan perusahaan yang sudah berdiri cukup lama yakni tahun 1982 dan berfokus pada pengembangan teknologi pertahanan Amerika seperti pengembangan roket misil satelit dan sebagainya. Mereka terpilih menjadi salah satu perusahaan rekanan NASA selain SpaceX membawa perbekalan (suplay) ke ISS dan dalam penerbangan perdananya kali ini, Orbital Sciences Corp hanya akan membawa muatan barang seberat 589 kg. Setelah meluncur, kapsul Cygnus akan memerlukan waktu empat hari untuk tiba di ISS dan akan sampai pada tanggal 23 September 2013.

Ada beberapa kelemahan yang ada pada teknologi yang diterapkan oleh Orbital Sciences Corp ini. Orbital Sciences Corp dengan roket Antares dan kapsul Cygnus nya ini hanya untuk sekali pakai. Roket Antares akan menjadi sampah (debris) luar angkasa sedangkan kapsul Cygnus akan menghancurkan dirinya dengan cara masuk ke atmosfer Bumi kemudian terbakar dan hancur. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Asteroid Kecil 2013 RZ53 Akan Lewat Diantara Bumi dan Bulan

Lintasan orbit asteroid 2013 RZ53. Image credit: NASA
Astronom mengumumkan bahwa sebuah asteroid kecil berukuran 1-3 meter yang bernama 2013 RZ53 akan melintas ditengah-tengah antara Bumi dan Bulan pada hari Rabu 18 September 2013. Asteroid itu akan melintas pada jarak yang aman yakni lebih dari 230.800 km dari Bumi (jarak Bumi Bulan sektar 239.000 km).

Kita tidak perlu khawatir pada asteroid itu dan kalau pun mengarah ke Bumi asteroid tersebut akan habis karena hangus dan terbakar di atmosfer. Asteroid 2013 RZ53 ditemukan oleh tim dari University of Arizona dengan proyek Catalina Sky Survey yang bertujuan untuk mencari dan melacak asteroid potensial yang bisa membahayakan Bumi. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, September 15, 2013

Atmospheric Biomarkers, Teknik Baru Deteksi Adanya Kehidupan di Planet Lain

Planet dan Bintang Katai Merah. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESO/L. Calçada
Kita harus bersyukur tinggal di sebuah planet yang sangat ideal dan sangat mendukung untuk terciptanya kehidupan. Mengapa kita harus bersukur?? ya karena hingga saat ini astronom belum menemukan dengan pasti planet mana selain Bumi yang dapat ditinggali oleh manusia. Atau kalau pun ada jaraknya sangat jauh beberapa tahun cahaya. Masih mustahil untuk dijangkau oleh teknologi manusia saat ini.

Mendeteksi apakah suatu planet bisa mendukung kehidupan atau tidak adalah hal yang sangat sulit. Hal dikarenakan jarak planet yang diteliti sangat jauh sehingga pengamatan tidak begitu jelas. Salah satu pertanda suatu planet memiliki tanda-tanda kehidupan bisa dilihat dari atmosfernya. Adanya proses fotosintesis membuat Bumi kaya akan oksigen dan hal ini juga menyebabkan Bumi memiliki atmosfer yang tebal. Mikroba mengeluarkan metana dan nitrogen oksida  ke atmosfer. Rumput laut menghasilkan gas klorometana. Bahan-bahan kimia ini jika ada dalam jumlah yang cukup maka termasuk dalam indikator / tanda-tanda kehidupan yang dikenal sebagai atmospheric biomarkers (biomarker atmosfer). Hal ini bisa menjadi salah satu kunci untuk mengetahui kondisi setiap planet apakah mendukung kehidupan atau tidak.

Penelitian yang telah dilakukan ilmuwan sampai saat ini belum berhasil menemukan tanda-tanda biomarker dalam atmosfer sebuah planet ekstrasurya. Karena jaraknya yang jauh maka penelitian pun menjadi samar, olehkarenanya diperlukan teleskop yang sangat sensitif. berdasarkan hal itu, maka ilmuwan berencana membuat teleskop baru yang super canggih dan sensitif yang bernama European Extremely Large Telescope. nantinya teleskop itu mampu mendeteksi biomarker dalam atmosfer sebuah planet ekstrasolar jauh.

"Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk mendeteksi adanya tanda-tanda biomarker oleh teleskop masa depan," ucap Lee Grenfell selaku pemimpin proyek. Materi kimia pada atmosfer sebuah planet bisa mempengaruhi cahaya yang melewatinya, Cahaya tersebut akan menjadi petunjuk dari spektrum bintang. Dengan teknik ini astronom akan mampu mengumpulkan informasi tendang kondisim planet tersebut. Saat ini peneliti fikus untuk meneliti planet-planet ekstrasurya yang mengorbit bintang kerdil (katai) merah. Sebab planet yang mengorbit bintang katai merah sinyal biomarkernya bisa lebih mudah dideteksi. Dengan radiasi sinar ultravioler (UV) yang lemah maka ozon yang lemah akan diproduksi oleh atmosfer dan bisa dideteksi biomarkernya. Meneliti sebuah planet dengan tingkat UV yang tingi akan kesulitan karena panas akan menyamarkan keadaan biomarker.
Teknik ini memiliki sedikit kelemahan yakni ilmuwan tidak bisa dengan mudah membedakan darimana biomarker tersebut berasal apakah dari organisme biologi atau dari proses yang lain (non biologi). Namun dengan kelemahan itu, teknik ini salah satu yang bisa diandalkan untuk mendeteksi adanya kehidupan di planet lain.

"Untuk pertama kalinya kita mencapai sebuah titik dimana diskusi ilmiah dapat diterapkan untuk mengatasi pertanyaan yang dari dulu belum terjawab, yakni Apakah Kita Sendirian?," ucap Grenfell.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal  Planetary & Space Science 2013. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, September 14, 2013

Setelah Sempat Ditunda, Jepang Akhirnya Sukses Luncurkan Roket Epsilon

Roket Jepang berbahan bakar padat, Epsilon yang membawa teleskop SPRINT-A akhirnya sukses diluncurkan oleh Japan Aero Space Exploration Agency (JAXA) dari Uchinoura Space Centre di Kagoshima, Jepang 14 September 2013 pukul 14:00 waktu setempat. Roket berukuran 24 meter dengan berat 91 ton itu membawa serta teleskop SPRINT-A untuk ditempatkan pada ketinggian 1000 km (620 mil) di atas permukaan Bumi yang kemudian digunakan untuk mengamati planet Venus, Mars, dan Jupiter.

Sedianya roket Epsilon akan diluncurkan pada 27 Agustus 2013, namun hanya beberapa detik sebelum peluncuran, teknisi menemukan ada kesalahan teknis dan akhirnya peluncuran pun ditunda. Roket Epsilon dibuat untuk menggantikan roket M-5 yang menurut JAXA biaya operasionalnya terlalu tinggi. Uniknya roket ini dilengkapi dengen "kecerdasan" buatan sehingga dimungkinkan sistem roket itu mampu memeriksa keadaaannya sendiri.

Saking canggihnya, hanya diperlukan 8 orang saja di ruang kontrol untuk mengontrol roket tersebut dari yang biasanya perlu hingga 150 orang. (ST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

RS-25, Mesin Roket Terbaru, Terkuat, dan Terbesar yang Dibuat NASA (Plus Foto)

SLS dengan mesin pendorong RS-25.
Setelah NASA mempensiunkan seluruh pesawat ulang aliknya, maka praktis tidak ada lagi wahana atau pesawat NASA yang mampu membawa manusia ke luar angkasa selain dengan menggunakan roket dan modul Soyuz milik Rusia. Keputusan itu diambil NASA mengingat besarnya biaya operasional yang dikeluarkan untuk pesawat-pesawat tadi. Selain itu pesawat ulang alik dinilai sudah tidak mampu digunakan untuk mendukung misi-misi NASA berikutnya yang akan jauh lebih kompleks.

Apakah NASA akan benar-benar tidak memiliki pesawat untuk membawa astronot lagi?? NASA tentu ingin tetap menjaga kredibilitasnya di dunia penerbangan antariksa dan tidak akan diam saja. Saat ini mereka sedang membuat wahana baru yang lebih powerfull yakni SLS (Space Launch System). SLS adalah serangkaian sistem roket NASA yang dibuat untuk mengangkut kapsul, satelit, teleskop maupun instrumen lain keluar angkasa yang mampu menjangkau daerah lebih jauh di tata surya. Dengan menggunakan roket ini NASA bisa melakukan misi ke Bulan, Mars, asteroid dan sebagainya secara lebih fleksibel. Dikabarkan SLS mampu membawa muatan kargo seberat 70 sampai 143 ton, sangat banyak untuk mengirim perbekalan ke ISS.
Roket SLS NASA. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: aerospaceprojectsreview
Dengan muatan seberat itu diperlukan mesin roket yang mumpuni agar roket dapat melaju dengan kencang. Untuk itu NASA membuat mesin roket RS-25. Mesin roket berbahan bakar hidrogen kriogenik dan oksigen cair ini diklaim NASA menjadi mesin roket paling besar, paling kuat, dan paling canggih di Amerika.

Mesin RS-25 sebenarnya mesin yang juga digunakan oleh pesawat ulang alik. Tapi tentu mesin ini sekarang sudah banyak mengalami pengembangan seiring dengan kemajuan teknologi. "Selama 30 tahun menjalankan program space shuttle, RS-25 mencapai reliabilitas yang sangat tinggi," kata Garry Lyles, Chief Engineer NASA. Kekuatan mesin ini setara dengan 11 lokomotif dan 1315 mobil Toyota Prius.

Berbeda dengan pesawat ulang alik yang hanya dibekali tiga mesin RS-25, SLS akan diberi empat mesin RS-25 karena muatannya yang lebih berat. Empat mesin RS-25 itu bisa melahap 1.500 galon bahan bakar per detik. Sangat boros kan :-D tapi sebanding dengan kekuatannya.

Mesin RS-25 generasi baru ini akan diuji coba pada instrumen A-1 test stand pada 2014 dan akan diuji terbang pada 2017 dengan membawa serta kapsul Orion tanpa awak ke orbit rendah (low orbit) Bumi untuk menguji keseluruhan sistem yang terintegrasi dan dijadwalkan akan mulai digunakan sebagai kendaraan misi pada tahun 2021. Berikut adalah foto-foto dari mesin RS-25 dan uji cobanya di Stennis Space Center.
Klik gambar untuk memperbesar.
Klik gambar untuk memperbesar.
Klik gambar untuk memperbesar.
Klik gambar untuk memperbesar.
Klik gambar untuk memperbesar.
Klik gambar untuk memperbesar.

(NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, September 13, 2013

NASA, Voyager 1 Sudah Keluar dari Tata Surya dan Masuk Ruang Antar Bintang

Ilustrasi Voyager 1 keluar dari tata surya dan masuk ke ruang antar bintang ditandai dengan adanya plasma yang berupa gas yang terionisasi (digambarkan dengan kabut berwarna coklat) yang berasal dari bintang-bintang. Image credit: NASA
Dr Ed Stone selaku perwakilan dari NASA yang juga menjabat sebagai Voyager's Project Scientist mengungkapkan bahwa Voyager 1 sudah berhasil ke luar dari tata surya dan saat ini memasuki ruang antar bintang. "Kami berada di ruang antar bintang untuk pertama kalinya," ucap Dr Ed Stone. "Kami tiba di sana. Ini adalah sesuatu yang kita harapkan ketika misi ini dimulai 36 tahun lalu," tambahnya. Wahana satelit yang diluncurkan pada tahun 1977 itu telah menempuh perjalanan sejauh 19 miliar kilometer dari Matahari. 

Awalnya Voyager 1 dan 2 dikirim untuk mempelajari planet Jupiter dan Saturnus. Akhirnya dari situlah astronom dengan menggunakan Voyager 1 berhasil menemukan gunung berapi aktif di salah satu bulan Jupiter, Io. Sementara itu Voyager 2 melanjutkan misi ke planet Uranus dan Neptunus. Akhirnya misi kedua satelit Voyager itu diperpanjang lagi untuk mengeksplorasi sejauh mana pengaruh Matahari dalam tata surya.

Sebenarnya posisi dari wahana Voyager ini sempat menjadi perdebatan sengit dalam satu tahun terakhir sebab para ilmuwan belum mengetahui secara pasti bagaimana tanda jika suatu wahana ke luar dari tata surya. Wahana Voyager sendiri pada sarnya telah dibekali instrumen untuk mengidentifikasi lokasinya namun instrumen itu sudah lama rusak dan tidak berfungsi.
Ilustrasi posisi Voyager 1 seperti yang diamati oleh Very Long Baseline Array (VLBA) yang menurut JPL Voyager sudah di luar tata surya. Gambar sebenarnya dari data ini tampak pada bagian snipet yang diperbesar. Image credit: Alexandra Angelich, NRAO/AUI/NSF
Belakangan para ilmuwan sepakat bahwa Voyager 1 telah ke luar dari tata surya dan masuk ke ruang antar bintang. Saat ini Voyager berada daam zona yang disebut dengan Heliosphere. Kabarnya pada Agustus 2012 itu Voyager sebenarnya sudah ke luar dari tata surya namun saat itu nampaknya mereka masih ragu-ragu. Yang menjadi alasan keragu-raguan itu adalah seharusnya jika benar Voyager keluar dari tata surya dan masuk ke ruang antar bintang seharusnya arah dari medan magnet dapat berubah tapi ternyata itu tidak terjadi. Maka sebagai gantinya mereka mendeteksi sifat-sifat plasma yang ada. Ilmuwan menggunakan antena panjang Voyager untuk mendeteksi plasma dari Matahari. Semakin jauh dari Matahari maka kepadatan plasma Matahri juga semakin berkurang. Setelah plasma Matahari berkurang maka begitu masuk ke ruang antar bintang plasma yang terionisasi dari bintang-bintang lain akan terdeteksi dan lebih padat.

Selain dengan menggunakan kepadatan plasma sebagai indikator, ilmuwan juga menggunakan data yang diterima dari Voyager pada 9 April dan 22 Mei 2013 didapatkan data bahwa Voyager berada pada lokasi dimana tingkat kerapatan elektron sekitar 0.08 per sentimeter kubik. Menurut astrofisikawan kepadatan atau kerapatan elektron di ruang antar bintang mencapai 0.05 sampai 0.22 per sentimeter kubik dan ini berarti Voyager tepat berada pada ruang antar bintang. "langakh bersejarah ini menandai awal dari sebuah era baru eksplorasi Voyager, eksplorasi ruang antar bintang," ucap Dr Ed Stone.

Voyager 1 dan 2 mengirimkan data ke Bumi setiap hari dan sinyal yang diterima dari keduanya semakin melemah yakni hanya 23 watt saja dan itu setara dengan bola lampu kulkas kita. Data dari Voyager tadi diterima oleh NASA Deep Space Network stations dalam waktu 17 jam. Setelah data diterima, data itu kemudian dikirim ke JPL (Jet Propulsion Laboratory) dan dianalisis oleh ilmuwan untuk kemudian dipublikasikan untuk umum.

Tahun 2025 nanti seluruh instrumen pada voyager 1 akan dimatikan disebabkan karena sumber daya dalam satelit itu sudah habis. Secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk Voyager 1 dan 2 hingga saat ini telah mencapai $ 980 juta dan ini sebanding dengan apa yang diperoleh, bahkan lebih. Saat ini Voyager sedang bergerak menuju konstelasi Ophiuchus dan diperkirakan pada tahun 40272, Voyager 1 akan berjarak 1,7 tahun cahaya dari Bumi dan menuju  bintang di konstelasi Ursa Minor yang disebut bintang AC 79 3888 untuk kemudian mengorbit di dekat pusat galaksi Bima Sakti. (SD, UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, September 12, 2013

Robot ExoMars Akan Gunakan Spektrometer untuk Deteksi Karotenoid di Mars

Robot ExoMars yang akan dikirim ESA ke planet Mars pada tahun 2018. Rencananya spektrometer Raman akan dipasang pada robot ini. Image credit: ESA
Ilmuwan ESA (European Space Agency) dikabarkan akan memasang sebuah spektrometer Raman pada robot penjelajah Mars (Mars rover) yang akan dikirim oleh ESA ke planet merah tersebut pada tahun 2018 mendatang. Menurut mereka spektrometer Raman itu akan mampu mendeteksi sisa-sisa bekas kehidupan di Mars dan sangat sensitif untuk mendeteksi sisa-sisa mikroorganisme bahkan jika itu sudah rusak sekalipun.

Seperti yang diketahui bahwa atmosfer planet Mars sangat tipis dan minus medan magnet global sehingga permukaan Mars tidak terlindungi dari paparan radiasi dari luar angkasa. Radiasi kosmik yang terjadi ini sangat berbahaya bagi manusia begitu juga dengan sisa-sisa petunjuk kehidupan di sana.

Spektrometer Raman dapat mengungkap dengan rinci komposisi mineral dalam batuan, molekul organik, dan tanda-tanda kehidupan itu sendiri. Spektrometer Raman memiliki kemampuan untuk mendeteksi molekul karotenoid yang ada dalam bakteri sebagai perlindungan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem sehingga menurut astrobiologis karotenoid ini bisa digunakan sebagai petunjuk valid adanya kehidupan di Mars.

Karotenoid dapat bertahan dalam paparan radiasi dengan tingkat 15000 kali lipat dari radiasi yang bisa membunuh manusia. Namun itu karotenoid bisa benar-benar lenyap jika terkena radiasi 10 kali lipat dari tingkat radiasi tadi.

Mengapa sangat sulit mencari bukti kehidupan di planet Mars?? Jawabannya karena permukaan Mars sudah terlalu lama terpapar oleh radiasi kosmik selama ratusan bahkan ribuan juta tahun. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto