Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, August 18, 2012

Ilmuwan Temukan Gas Helium di Atmosfer Bulan

NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter. Image credit: space-travel.com
Ilmuwan dengan menggunakan Lyman Alpha Mapping Project (LAMP) yang terpasang pada NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter berhasil menemukan gas Helium di atmosfer Bulan. Hal ini sebagai penguat bukti percobaan Lunar Atmosphere Composition Experiment (LACE) pada tahun 1972 yang dilakukan oleh Astronot pada misi Apollo 17.

Penemuan itu didapat setelah ilmuwan melakukan penelitian terhadap emisi ultraviolet yang terlihat di atmosfer di atas permukaan Bulan.

"Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah Helium tersebut berasal dari dalam Bulan? Apakah gas tersebut dihasilkan dari peluruhan radioaktif dari dalam batu, ataukah dari sumber luar seperti angin Matahari (solar wind)?," ucap Dr Alan Stern, peneliti utama dari Southwest Research Institute seperti yang dikutip astronomi.us dari space-travel.com, Sabtu (18/08/2012).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dr Paul Feldman dari Johns Hopkins University menunjukkan bahwa jumlah Helium yang ada bisa berbeda-beda, dipengaruhi oleh angin Matahari.  Saat Bulan melintas di belakang Bumi dan terhalang oleh angin Matahari, jumlah Helium jadi menurun.

"Jika hal itu dipengaruhi oleh angin surya / angin Matahari, maka hal itu akan menjadi petunjuk bagi kita bahwa proses yang sama juga pada obyek luar angkasa yang lain," ucap Stern.

Namun jika pengamatan yang dilakukan oleh LAMP tidak menunjukkan hubungan angin Matahari dengan Helium di atmosfer Bulan, maka peluruhan radioaktif atau sebuah proses di dalam "tubuh" Bulan merupakan asal muasal dari Helium tersebut, contohnya seperti gempa di permukaan Bulan.

Selain Helium, pada tahun 1972, Lunar Atmosphere Composition Experiment (LACE) juga menemukan gas argon di permukaan Bulan. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Thursday, August 16, 2012

Ilmuwan Temukan Bukti Keberadaan Materi Gelap (Dark Matter)

Ilustrasi. Image credit: spacedaily.com
Ilmuwan berhasil mendeteksi Foton sinar Gamma yang keluar dari pusat galaksi Bima Sakti dan ini menjadi petunjuk bahwa materi gelap (dark matter) saling memusnahkan satu dengan lainnya. Hal itu diungkapkan oleh peneliti dari UC Irvine astrophysicists.

Peneliti Kevork Abazajian dan Manoj Kaplinghat menganalisa data yang dikumpulkan oleh NASA's Fermi Gamma-ray Space Telescope pada Agustus 2008 sampai Juni 2012. Mereka menemukan foton sinar Gamma datang dari pusat galaksi Bima Sakti. Radiasi elektromagnetik dari sinar Gamma memancar selama terjadinya peluruhan radioaktif atau aktifitas dari partikel berenergi tinggi lainnya.

"Ini adalah pertama kalinya asal foton sinar Gamma terdeteksi dengan data statistik yang tinggi. Selain itu bentuk dan spektrumnya sangat konsisten dengan teori-teori utama yang menjelaskan materi gelap (dark matter)," ungkap Abazajian seperti yang dikutip astronomi.us dari spacedaily.com pada hari Kamis (16/08/2012).

"Di masa depan, observasi akan difokuskan pada galaksi kerdil, sehingga kita bisa memastikan apakah ini sebenarnya materi gelap atau bukan," tambah Abazajian.

Materi gelap mengisi 85 persen dari massa alam semesta kita. Keberadaannya hanya bisa dideteksi pada efek gravitasinya terhadap obyek lain yang terlihat (kasat mata). Hipotesis yang ada saat ini mengungkapkan bahwa materi gelap (dark matter) tersusun atas partikel masif dengan interaksi yang lemah atau disebut dengan WIMPs. Saat dua WIMPs bertemu, mereka akan saling memusnahkan untuk menghasilkan partikel yang lebih akrab termasuk sinar Gamma. Namun sinar Gamma juga bisa dihasilkan dari sumber lain seperti partikel berenergi tinggi yang berinteraksi dengan gas di pusat galaksi. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Ilmuwan UCLA Temukan Lempeng Tektonik di Mars

Ilustrasi Valles Marineris di Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: novacelestia.com
Seorang ilmuwan dari UCLA (University of California, Los Angeles), An Yin, berhasil menemukan lempeng tektonik di planet Mars

Dikutip astronomi.us dari marsdaily.com, Kamis (16/08/2012), An Yin menemukan lempeng tektonik Mars dengan menganalisa gambar dari THEMIS (Thermal Emission Imaging System), sebuah instrumen yang terdapat pada wahana Odyssey, dan juga menganalisa gambar dari HIRISE (High Resolution Imaging Science Experiment) pada wahana Mars Reconnaissance Orbiter. Yin menganalisa lebih kurang 100 gambar dan 12 gambar diantaranya menunjukkan adanya lempeng tektonik.

"Mars adalah memiliki lempeng tektonik primitif. Ia memberikan gambaran seperti apa aktifitas lempeng tektonik saat usia Bumi masih muda," ucap An Yin.

Sebelumnya Yin juga telah mengadakan penelitian geologi di Himalaya dan Tibet, tempat dimana dua dari tujuh lempeng tektonik Bumi terbelah.

"Ketika saya mempelajari citra satelit dari Mars, banyak fitur yang mirip dengan apa yang saya temui di Himalaya dan Tibet, termasuk geomorfologinya," kata Yin yang juga seorang seorang ahli geologi planet. Kesamaan tersebut seperti adanya dinding ngarai yang sangat halus dan datar, tebing curam yang mirip dengan tebing di Death Valley, California yang kesemuanya hanya ada bila dihasilkan oleh suatu "kejadian" di tempat tersebut. Mars memiliki gunung berapi zona linier yang menjadi ciri khas dari hasil aktifitas lempeng tektonik.

Daerah di sekitar Valles Marineris di Mars. Image credit: marsdaily.com
"Anda tidak akan melihat fitur seperti ini di tempat lain di tata surya kita selain di Bumi dan Mars," tambah Yin.

Mars memiliki sebuah sistem / fitur daerah dimana daerah tersebut merupakan tempat terpanjang sekaligus terdalam yang ada di tata surya kita yang dikenal dengan nama Valles Marineris. Daerah tersebut ditemukan oleh wahana Mars orbiter, mariner 9 pada tahun 1971. Usia dari tempat tersebut 9 kali lebih tua dari usia Grand Canyon. Ilmuwan bertanya-tanya bagaimana tempat seperti itu bisa terbentuk?

"Awalnya saya tidak berharap adanya lempeng tektonik di sana. Akan tetapi semakin saya mempelajarinya, semakin saya menyadari bahwa Mars merupakan sebuha tempat yang sangat berbeda," ungkap Yin. Celah retakan besar yang membuka ini benar-benar berada di batas lempeng dengan gerakan horizontal, dan itu sangat mengejutkan namun sangat jelas. Celah yang membuka tersebut mirip dengan apa yang terjadi di laut mati di Bumi yang juga membuka dan bergerak horizontal," tambah Yin.

Dalam penelitiannya, Yin menemukan 2 lempeng di Mars, yaitu lempeng Valles Marineris Utara dan Valles Marineris Selatan. Hasil penelitian Yin ini diterbitkan dalam jurnal Litosfer edisi Agustus 2012. (Adi Saputro/ astronomi.us)

India Akan Kirimkan Wahana Antariksa ke Mars Pada 2013

Manmohan Singh. Image credit: canindia.com
Perdana Menteri India, Manmohan Singh dalam sebuah konferensi pers pada hari Rabu (15/08/2012) kemarin mengatakan bahwa India akan meluncurkan sebuah wahana pengorbit ke planet Mars untuk menyelidiki dan mempelajari planet tersebut. Rencananya peluncuran wahana tersebut akan dilakukan pada akhir tahun depan.

Ini merupakan sebuah langkah maju yang luar biasa bagi perkembangan dunia antariksa India setelah sebelumnya berhasil meluncurkan wahana satelit ke Bulan (3 tahun lalu) dan merencanakan misi berawak pertama pada 2016.

"Wahana luar angkasa kami akan pergi ke Mars untuk mengumpulkan data ilmiah penting," ucap Manmohan Singh pada pidato tahunan hari kemerdekaan India.

The Indian Space Research Organisation (ISRO) di harapkan dapat meluncurkan wahana pengorbit pada November 2013. Biaya untuk melaksanakan misi tersebut sekitar 70-90 juta dolar.

Pada September 2009, wahana antariksa India yang mengorbit Bulan, Chandrayaan-1, berhasil menemukan air di Bulan dan itu suatu prestasi yang luar biasa sekaligus meningkatkan prestise India dalam dunia teknologi antariksa. (MD, Adi Saputro/ astronomi.us)

Monday, August 13, 2012

NASA Tegaskan Bayangan Pada Foto Curiosity di Mars Bukan Alien

Awan / bayangan pada foto panorama Mars yang diambil Curiosity bukan alien. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Beberapa waktu lalu, saat kamera Curiosity mengambil gambar panorama di Mars, terlihat sebuah bayangan aneh di cakrawala planet tersebut yang memunculkan berbagai spekulasi. Apakah bayangan tersebut merupakan badai, debu, penampakan alien, atau bahkan bayangan sisa "bangunan" penduduk Mars ?

NASA telah menjelaskan perihal bayangan pada foto Curiosity tersebut. Dikutip astronomi.us dari space.com, Senin (13/08/2012), Bayangan pada foto itu bukanlah penampakan alien seperti yang disebutkan berbagai kalangan, akan tetapi efek dari roket Sky Crane yang menurunkan Curiosity di Mars. Roket Sky Crane menciptakan awan debu dipermukaan Mars. Foto itu sendiri diambil hanya 40 detik setelah Curiosity mendarat sehingga awan / bayangan sisa roket Sky Crane masih nampak seperti yang ada pada foto yang diambil dengan kamera Hazcam (hazard avoidance cameras) Curiosity. Sekitar 45 menit kemudian, kamera yang sama kembali mengambil foto pada posisi yang sama juga dan bayangan tersebut telah menghilang. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Satelit Cuaca Rusia Ambil Foto Bumi Beresolusi 121 MP

Foto terbaru Bumi beresolusi 121 MP yang diambil oleh Russia's Electro-L satellite. Image credit: Roscosmos
Satelit Cuaca Rusia Russia's Electro-L satellite, berhasil mengambil foto Bumi dengan resolusi 121 megapiksel dari jarak 22 ribu mil di atas permukaan Bumi. Biasanya untuk mengambil foto besar semacam ini diperlukan beberapa instrumen  pencitraan yang kemudian mengambil foto Bumi dan akhirnya digabungkan. Namun badan antariksa Rusia, Roscosmos ingin melakukan sesuatu yang berbeda dengan mengambil foto Bumi sendirian. Saking besarnya resolusi gambar, setiap piksel pada foto tersebut mewakili setengah mil pada keadaan sebenarnya (di permukaan Bumi).

Setiap setengah jam, Russia's Electro-L satellite mengambil foto Bumi untuk mengetahui cuaca di berbagai tempat.

Dikutip astronomi.us dari redorbit.com, Senin (13/08/2012), Foto yang diambil tersebut merupakan kombinasi dari foto Bumi yang sebenarnya (terlihat), dengan gelombang inframerah, sehingga daerah yang memiliki banyak vegetasi (hutan) terlihat berwarna merah agak kehijauan.

Russia's Electro-L satellite sendiri diluncurkan pada Januari 2011 dan berada pada orbit geo-stasioner Bumi. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Video Jatuh dan Terbakarnya Wahana Morpheus Lander

Morpheus lander jatuh dan terbakar di KSC saat menjalanai tes terbang. Image credit: universetoday.com
Wahana Lander NASA generasi berikutnya yang diberi nama Morpheus, jatuh dan terbakar saat menjalani tes terbang di KSC (Kennedy Space Center) pada 9 AGustus 2012 lalu.

Wahana pendarat yang dibuat oleh Johnson Space Center tersebut menggunakan Oksigen cair dan metana sebagai bahan bakar sebab kedua bahan bakar tersebut termasuk murah, mudah untuk disimpan, banyak tersedia di Bumi, serta ramah lingkungan

Rencananya Morpheus ini akan menjadi Lander seperti halnya wahana MSL Cruiser Lander yang menurunkan Curiosity di Mars. Bedanya Morpheus akan digunakan sebagai lander pada misi ke Bulan.

Nah berikut ini adalah video detik-detik jatuhnya Morpheus Lander dan kemudian terbakar.


 (Adi Saputro/ astronomi.us)

Friday, August 10, 2012

Kamera MARDI Curiosity Abadikan Momen Terlepasnya Pelindung MSL Cruiser

Pelindung bawah dari MSL terlepas dan diabadikan oleh kamera MARDI di Curiosity pada jarak sekitar 16 meter dari MSL. Tampak di latar belakang adalah permukaan planet Mars. Image credit: NASA/JPL/MSSS/Emily Lakdawalla
Lapisan pelindung yang terlepas tampak semakin menjauh. Image credit: NASA/JPL/MSSS/Emily Lakdawalla
Saat MSL Cruiser pembawa Mars rover Curiosity  hampir tiba di planet Mars, tutup pelindung MSL yang berbentuk seperti piring terbang yang berfungsi melindungi rover Curiosity selama dalam perjalanan dan memasuki atmosfer Mars, telah diprogram untuk terlepas. Momen terlepas dan terpisahnya tutup pelindung itu dengan MSL sempat diabadikan NASA dengan menggunakan kamera MARDI (the Mars Descent Imager) yang terpasang pada Curiosity.

Pelindung dengan diamater 4 meter tersebut akhirnya ikut mendarat di permukaan planet Mars. (UT, Adi Saputro/ astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto