Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Thursday, June 14, 2012

Ilmuwan Temukan Danau Metana Raksasa di Titan

Ilustrasi danau di Titan. Image credit: nationalgeographic.com
Sebuah danau metana berhasil ditemukan di Titan, bulan Saturnus. Danau tersebut terletak di tengah bukit pasir di daerah tropis Titan. Danau tersebut terletak di suatu daerah yang dikatakan oleh para ilmuwan sebagai daerah yang kering.

Titan memiliki awan, hujan, dan danau seperti di Bumi. Bedanya di Titan air berganti dengan metana. Namun, danau di Titan saat ini terlihat hanya di kutubnya saja.Sedangkan di daerah tropis mengering, diduga metana cair menghilang melalui saluran metana cair bawah tanah.

Gambar yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Cassini yang mengorbit Saturnus sejak tahun 2004, menunjukkan adanya sebuah danau metana besar berada di daerah tropis dan luasnya sekitar 2.400 km persegi dan dalam sekitar 1 meter.

"Danau tropis di Titan memiliki ukuran yang sebanding dengan ukuran Great Salt Lake di Utah," ungkap Caitlin Griffith, seorang ilmuwan planet dari University of Arizona seperti dikutip dari space.com, Kamis (14/06/2012). "Penelitian kami juga menunjukkan bahwa ada beberapa kolam kecil dan dangkal mirip rawa di Bumi dengan tingkat kedalaman dari lutut sampai mata kaki," tambahnya.

Danau metana di daerah tropis Titan tidak stabil. "Metana di daerah tropis menguap dengan cepat dan dibawa oleh sirkulasi Titan ke daerah kutub dimana di sana muncul danau besar," ucap Griffith.

Penemuan ini benar-benar suatu hal yang tidak terduga. "Danau di daerah kutub mudah untuk dijelaskan tapi tidak dengan danau di daerah tropis," kata Griffith. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Tingkat Keasinan Berbagai Laut dan Samudera di Dunia

Peta tingkat keasinan dari laut dan samudera di Bumi. KLIK gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, Norman Kuring, Goddard Space Flight Center.
Seberapa asin air laut di Bumi? pertanyaan tersebut dijawab oleh instrumen Satelite de Aplicaciones Cientificas (SAC) yang mengumpulkan data dan gambar persebaran garam dan tingkat keasinan dari berbagai laut dan samudera di seluruh dunia.

Satelit yang diluncurkan pada 10 Juni 2011 lalu itu mendapatkan data bahwa samudera Atlantik lebih asin dari samudera Pasifik dan samudera Hindia. Hal itu juga menunjukkan bahwa sungai terpanjang di dunia (sungai Nil) membawa lebih banyak air tawar dari darat menuju laut. Dan di daerah tropis, curah hujan tinggi membuat air laut di khatulistiwa menjadi lebih segar. (space.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Wednesday, June 13, 2012

Astronom Teliti Bulan Terkecil Planet Jupiter, S/20120 J 2

Bulan S/2010 J 1 (dilingkari hijau). Image credit: Palomar Observatory/University of British Columbia
Bulan S/20120 J 2 merupakan bulan terkecil planet Jupiter. Bulan ini ditemukan pada bulan September 2010 bersama dengan satelit lainnya yaitu S/2010 J 1. Bulan S/20120 J 2 memiliki diameter 2 km sedangkan S/20120 J 1 memiliki diameter yang lebih besar yaitu 3 km. Para ilmuwan terus mengamati dua bulan Jupiter tersebut sejak awal pendeteksian untuk mengumpulkan informasi tentang dua satelit alam itu dan orbitnya.

S/20120 J 1 memiliki jarak rata-rata dengan Jupiter sekitar 23.450.000 km dan memerlukan waktu 2,02 tahun untuk sekali memutari Jupiter. Bulan S/20120 J 2 memiliki jarak 21.010.000 km dan memerlukan waktu 1,69 tahun untuk sekali mengelilingi Jupiter.

"Sangat menyenangkan untuk mengetahui bahwa S/20120 J 2 merupakan bulan terkecil di tata surya dan ditemukan dari Bumi," kata Mark Alexandersen dari University of British Columbia, seperti yang dikutip dari space.com, Rabu (13/06/2012).

Bulan yang tidak teratur milik Jupiter dan Saturnus dilihat dari orbit dan warnanya diperkirakan terbentuk dari Bulan besar yang kemudian ditabrak oleh komet atau asteroid pada masa lampau. S/20120 J 1 sepertinya berasal dari kelompok Carme, sedangkan S/20120 J 2 kemungkinan berasal dari kelompok Ananke, kata peneliti.

Jupiter memiliki Bulan yang sangat beragam dan beberapa diantaranya memiliki bentuk yang tidak teratur seperti S/20120 J 1 dan S/20120 J 2. Kemudian Bulan lain yang berukuran besar seperti Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Ganymede menjadi Bulan terbesar di tata surya dengan diameter 5.268 km dan itu lebih besar dari planet Merkurius.

Studi tentang penemuan dan penelitian Bulan S/20120 J 1 dan S/20120 J 2 akan dilakukan musim panas ini di The Astronomical Journal. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Tuesday, June 12, 2012

Video: Teleskop Spitzer Tangkap Citra Planet Mirip Bumi, Cancri 55 E

Ilustrasi Planet Cancri 55 E. Image credit: NASA/JPL-Caltech
NASA's Spitzer Space Telescope berhasil menangkap citra Planet 55 Cancri E yaitu sebuah planet dengan ukuran dua kali Bumi dan kemungkinan mendukung kehidupan. Planet yang disebut dengan "Super Earth" ini pertama kali ditemukan pada tahun 2004 dan Spitzer berhasil mendeteksi planet tersebut melalui sinar inframerah yang berasal dari planet itu sendiri.

Planet Cancri 55 E sendiri memiliki masa 8.57 kali massa Bumi dengan radius 1.63 kali Bumi dan kepadatan 10.9 ± 3.1 g cm-3 (rata-rata kepadatan Bumi adalah 5.515 g cm-3). Termasuk kategori Rocky Super Earth.

Jarak planet ini relatif dekat dengan Bumi yaitu 41 tahun cahaya. Planet ini terkunci oleh efek pasang surut (efek tidal seperti yang terjadi pada bulan) jadi salah satu sisinya akan selalu menghadap bintangnya. Namun kondisi atmosfer yang kurang, tidak membawa cukup panas ke sisi gelapnya. Sisi yang menghadap bintang diperkirakan memiliki temperatur 1,726 derajat Celcius, cukup panas untuk melelehkan logam.

Berikut ini adalah video citra inframerah planet Cancri 55 E yang diambil oleh teleskop Spitzer

Monday, June 11, 2012

Dengan Radar, Cassini Ambil Gambar Permukaan Titan

Daerah di Titan yang disebut "Xanadu". Terlihat pola bukit pasir dan kawah. Image credit: NASA
Bulan milik Saturnus, Titan, merupakan bulan yang memiliki lapisan atmosfer 10 lebih tebal dari Bumi. Selain tebal, atmosfernya juga berkabut sehingga menyulitkan wahana antariksa untuk melihat permukaannya. Namun wahana luar angkasa Cassini yang telah lama meneliti planet Saturnus dan Titan, menggunakan radar untuk melihat permukaannya. Dan hasilnya, terlihat sebuah daerah yang diberi nama "Xanadu". Disana peneliti menemukann bukit pasir yang memiliki motif yang mirip seperti yang ada di Mesir dan Namibia. Selain itu di sebelah kanan atas (sedikit hitam), terlihat adanya kawah.

Selain itu peneliti juga menemukan sungai, bukit, dan lembah yang dipercaya terbentuk oleh es dan metana cair atau etana.

Roket Shenzou 9 Akan Bawa Astronot Wanita Pertama China

Roket Shenzou 9. Image credit: thehindu.com
Setelah menunggu lama, China akhirnya meluncurkan misi luar angkasa berawak berikutnya. Roket Shenzou 9 yang akan membawa para astronot direncanankan akan diluncurkan pada pertengahan Juni ini. Astronot tersebut untuk kemudian akan dikirim ke laboratorium luar angkasa China, Tiangong 1. Misi berawak China ke luar angkasa pertama kali yaitu pada tahun 2008. Sehinga jarak diantara misi berawak satu dengan ke dua cukup lama, hampir 4 tahun.

Lamanya jeda misi kemungkinan disebabkan karena China sedang melakukan penelitian yang lebih mendalam dan mengembangkan teknologi yang lebih canggih lagi sebab wahana kapsul Shenzou pembawa astronot akan melakukan "docking" dengan wahana luar angkasa China lainnya, Tiangong 1. Mirip seperti kapsul Soyuz atau kapsul Dragon SpaceX merapat dengan ISS. Setelah dirasa penyempurnaan yang dilakukan cukup, China akhirnya meluncurkan Tiangong 1 pada tahun 2011, dan selanjutnya meluncurkan roket tanpa awak Shenzou 8 untuk melakukan uji coba merapat dengan Tiangong 1.

Peluncuran Shenzou 9 ini dikabarkan juga akan membawa serta astronot wanita pertama China. (space-travel.com, astronomi.us)

Saturday, June 9, 2012

Foto Kawah Mars Buktikan Perubahan Iklim di Mars

Kawah Kalocsa (kiri) dan kawah Danielson (kanan) di Mars. Image credit: ESA
Foto kawah Mars yang diambil oleh ESA's Mars Express baru-baru ini menunjukkan perubahan iklim di planet tersebut.

Pada 19 Juni 2011, Mars Express meneliti daerah yang disebut dengan Arabia Terra. Di sana terdaat dua kawah yang menjadi fokus penelitian yaitu kawah Danielson dan kawah Kalocsa. Nama kawah Danielson diambil dari nama Goerge E Danielson, orang yang mengembangkan kamera pada beberapa wahana luar angkasa yang menjalankan misi ke Mars. Diameter kawah Danielson mencapai 60 km. Sedangkan kawah Kalocsa memeiliki diameter 33 km. Nama kawah tersebut diambil dari nama kota di Hungaria yang memiliki observatorium astronomi terbaik di negara tersebut.

Pada kawah danielson ditemukan adanya sedimen yang dibentuk oleh air, kemungkinan dari penampungan air bawah tanah saat planet Mars dahulu masih memiliki air dalam wujud cair. Namun nampaknya sebelum sedimen tersebut terhapus oleh angin Mars.

Dari situ peneliti menukan apa yang disebut dengan Yardang, yaitu bukit pasir yang terbentuk dari batuan dasar atau gabungan materi oleh partikel debu dan pasir yang dibawa oleh angin. Arah motif dari Yardang membuat peneliti berteori bahwa angin dari timur laut mengendapkan sedimen asli dan kemudian menyebabkan erosi pada kedua Yardang. Bukit sepanjang 30 km terlihat membagi dua Yardang.

Di dasar kawah Danielson ditemukan petunjuk bahwa adanya beberaa lapisan sedimen yang memiliki ketebalan yan hampir sama dan terpisah. beberapa peneliti ercaya bahwa ini menunjukkan fluktuasi periodik pada iklim Mars yang dipicu oleh perubahan reguler di sumbu rotasi planet.

Hal yang berbeda ditemukan di kawah Kalocsa. Tidak terlihat adanya lapisan sedimen. Kemungkinan hal ini disebabkan letaknya yang lebih tinggi dan kawah tidak menekan penampungan air di bawah tanah. Selain itu ada juga hipotesis bahwa kawah ini terbentuk setelah air di Mars menghilang. (marsdaily.com, Adi Saputro/ astronomi.us)

Nicolaus Copernicus dan Teori Heliosentris (Matahari Sebagai Pusat Tata Surya)

Nicolaus Copernicus. Image credit: wikipedia.org
Niklas Koppernigk (latin: Nicolaus Copernicus; bahasa Polandia Mikołaj Kopernik; lahir di Toruń, 19 Februari 1473 – meninggal di Frombork, 24 Mei 1543 pada umur 70 tahun) adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia, yang mengembangkan teori heliosentrisme (berpusat di matahari) Tata Surya dalam bentuk yang terperinci, sehingga teori tersebut bermanfaat bagi sains. Ia juga seorang kanon gereja, gubernur dan administrator, hakim, astrolog, dan tabib. Teorinya tentang Matahari sebagai pusat Tata Surya, yang menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta) dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan merupakan titik mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern (teori ini menimbulkan revolusi ilmiah). Teorinya memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia lainnya. Universitas Nicolaus Copernicus di Torun, didirikan tahun 1945, dinamai untuk menghormatinya.
Ada beberapa 'pembual' yang berupaya mengkritik karya saya, padahal mereka sama sekali tidak tahu matematika, dan dengan tanpa malu menyimpangkan makna beberapa ayat dari Tulisan-Tulisan Kudus agar cocok dengan tujuan mereka, mereka berani mengecam dan menyerang karya saya; saya tidak khawatir sedikit pun terhadap mereka, bahkan saya akan mencemooh kecaman mereka sebagai tindakan yang gegabah
Nikolaus Kopernikus menulis kata-kata yang dikutip di atas kepada Paus Paulus III. Kopernikus mencantumkan kata-kata itu dalam karya terobosannya yang berjudul On the Revolutions of the Heavenly Spheres (mengenai perputaran bola-bola langit), yang diterbitkan pada tahun 1543. Mengenai pandangan yang dinyatakan dalam karyanya ini, Christoph Clavius, seorang imam Yesuit pada abad ke-16, mengatakan, "Teori Kopernikus memuat banyak pernyataan yang tidak masuk akal atau salah". Teolog Jerman, Martin Luther, menyayangkan, "Si dungu itu akan mengacaukan seluruh ilmu astronomi".

Haus Pengetahuan

Lahir pada tanggal 19 Februari 1473 di Toruń, yang pada waktu itu di bawah kekuasaan suatu ordo Kristen bernama Ordo Teutonicum, nama aslinya ialah Niklas Koppernigk (Mikołaj Kopernik, dalam bahasa Polandia yang merupakan bahasa sehari-hari pada waktu itu). Baru belakangan, sewaktu ia mulai menulis karya akademinya, ia menggunakan nama Latin, Nicolaus Copernicus. Ayahnya, seorang saudagar yang berdagang di Toruń, mempunyai empat anak; Nicolaus adalah si bungsu. Sewaktu Nicolaus berusia 11 tahun, ayahnya meninggal. Seorang paman, bernama Lucas Waczenrode, mengasuh Nicolaus dan saudara-saudara kandungnya. Ia membantu Nicolaus memperoleh pendidikan yang baik, menganjurkannya untuk menjadi imam.

Pendidikan Nicolaus dimulai di kampung halamannya, tetapi belakangan dilanjutkan di Chełmno yang tidak jauh dari situ. Di sana ia belajar bahasa Latin dan mempelajari karya para penulis kuno. Pada usia 18 tahun, ia pindah ke Kraków, ibukota Polandia saat itu. Di kota ini ia kuliah di universitas dan mengajar dan mengejar hasratnya akan astronomi. Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Kraków, paman dari Nikolaus — yang pada waktu itu telah menjadi uskup di Warmia — memintanya untuk pindah ke Frombork, sebuah kota di Laut Baltik. Waczenrode ingin kemenakannya menduduki jabatan staf katedral.

Akan tetapi, Nicolaus yang berusia 23 tahun ingin memuaskan dahaganya akan pengetahuan dan berhasil membujuk pamannya untuk mengizinkan dia mempelajari hukum gereja, kedokteran, dan matematika di berbagai universitas di Bologna dan Padua, Italia. Di sana, Nicolaus bergabung dengan astronom Domenico Maria Novara dan filsuf Pietro Pomponazzi. Sejarawan Stanisław Brzostkiewicz mengatakan bahwa ajaran Pomponazzi telah "membebaskan pikiran astronom muda ini dari cengkraman ideologi abad pertengahan".

Di waktu senggangnya, Copernicus mempelajari karya para astronom zaman dahulu, menjadi begitu larut dalam karya tersebut sampai-sampai ketika ia mengetahui karya Latin itu tidak lengkap, ia mempelajari bahasa Yunani agar dapat meneliti naskah aslinya. Pada akhir pendidikannya, Nicolaus telah menjadi doktor hukum gereja, matematikawan, dan dokter. Ia juga pakar bahasa Yunani, menjadi orang pertama yang menerjemahkan sebuah dokumen dari bahasa Yunani langsung ke bahasa Polandia.

Teori Revolusioner

Sepulangnya ke Polandia, pamannya melantik dia sebagai sekretaris, penasihat, dan dokter pribadinya — suatu kedudukan yang bergengsi. Selama puluhan tahun berikutnya, Nicolaus menjabat berbagai kedudukan administratif, baik di bidang agama maupun sipil. Meski sangat sibuk, ia melanjutkan penelitiannya tentang bintang dan planet, mengumpulkan bukti untuk mendukung suatu teori yang revolusioner bahwa bumi bukan pusat yang tidak bergerak dari alam semesta tetapi, sebenarnya, bergerak mengitari matahari.

Teori ini bertentangan dengan ajaran filsuf yang terpandang, Aristoteles, dan tidak sejalan dengan kesimpulan matematikawan Yunani, Ptolemeus. Selain itu, teori Copernicus menyangkal apa yang dianggap sebagai "fakta" bahwa Matahari terbit di timur dan bergerak melintasi angkasa untuk terbenam di barat, sedangkan bumi tetap tidak bergerak.

Copernicus bukanlah orang yang pertama yang menyimpulkan bahwa bumi berputar mengitari Matahari. Astronom Yunani Aristarkhus dari Samos telah mengemukakan teori ini pada abad ketiga Sebelum Masehi. Para pengikut Pythagoras telah mengajarkan bahwa bumi serta Matahari bergerak mengitari suatu api pusat. Akan tetapi, Ptolemeus menulis bahwa jika bumi bergerak, "binatang dan benda lainnya akan bergelantungan di udara, dan bumi akan jatuh dari langit dengan sangat cepat". Ia menambahkan, "sekadar memikirkan hal-hal itu saja terlihat konyol".

Ptolemeus mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh serangkaian bola bening yang saling bertumpukan, dan bola-bola itu tertancap Matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-bola bening inilah yang menggerakan planet dan bintang. Rumus matematika Ptolemeus menjelaskan, dengan akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di langit malam.

Namun, kelemahan teori Ptolemeus itulah yang mendorong Copernicus untuk mencari penjelasan alternatif atas pergerakan yang aneh dari planet-planet. Untuk menopang teorinya, Kopernikus merekonstruksi peralatan yang digunakan oleh para astronom zaman dahulu. Walaupun sederhana dibandingkan dengan standar modern, peralatan ini memungkinkan dia menghitung jarak relatif antara planet-planet dan Matahari. Selama bertahun-tahun, ia berupaya menetukan secara persis tanggal-tanggal manakala para pendahulunya telah membuat beberapa pengamatan penting di bidang astronomi. Diperlengkapi dengan data ini, Copernicus mulai mengerjakan dokumen kontroversial yang menyatakan bahwa bumi dan manusia di dalamnya bukanlah pusat alam semesta.

Perubahan yang dibuat Osiander pada mulanya meluputkan buku itu dari kecaman. Asronom dan fisikawan Italia, Galileo, belakangan menulis, "Sewaktu dicetak, buku itu diterima oleh Gereja suci dan telah dibaca dan dipelajari oleh setiap orang tanpa sedikit pun kecurigaan bahwa gagasan ini bertentangan dengan doktrin-doktrin gereja. Namun, mengingat sekarang ada berbagai pengalaman dan bukti penting yang memperlihatkan bahwa gagasan itu memiliki bukti yang kuat, muncullah orang-orang yang hendak mendiskreditkan pengarangnya tanpa membaca bukunya sedikit pun".

Kaum Lutheran merupakan yang pertama-tama menyebut buku itu "tidak masuk akal". Gereja Katolik, meski pada mulanya tidak menyatakan kecaman, memutuskan bahwa buku itu bertentangan dengan doktrin resminya dan pada tahun 1616 mencantumkan karya Copernicus ke dalam buku-buku terlarang. Buku itu baru dicabut dari daftar ini pada tahun 1828. Dalam kata pengantarnya untuk terjemahan bahasa Inggris dari buku itu, Charles Glenn Wallis menjelaskan, "Pertikaian antara Katolik dan Protestan membuat kedua sekte itu takut pada skandal apa pun yang tampaknya dapat merongrong respek terhadap Kegerejaan Alkitab, dan akibatnya mereka menjadi terlalu harfiah dalam membaca ayat Alkitab dan cenderung mengutuki setiap pernyataan yang dapat dianggap sebagai penyangkalan atas setiap penafsiran harfiah dari setiap ayat dalam Alkitab". Sebagai contoh, kisah yang dicatat di Yosua 10:13, yang menceritakan tentang Matahari yang dibuat tidak bergerak, digunakan untuk menegaskan bahwa Matahari, bukan bumi, yang biasanya bergerak. Mengenai anggapan bahwa teori Kopernikus bertentangan dengan ajaran Alkitab, Galileo menulis, " [Copernicus] tidak mengabaikan Alkitab, tetapi ia tahu betul bahwa jika doktrinnya terbukti, hal itu tidak akan bertentangan dengan Alkitab apabila ayat-ayatnya dipahami dengan benar".

Dewasa ini, Copernicus disanjung oleh banyak orang sebagai Bapak Astronomi Modern. Memang, uraiannya tentang alam semesta telah dimurnikan dan diperbaiki oleh ilmuwan yang tekemudian, seperti Galileo, Kepler, dan Newton. Akan tetapi, astofisikawan Owen Gingerich mengomentari, "Copernicuslah yang dengan karyanya memperlihatkan kepada kita bagaimana rapuhnya konsep ilmiah yang sudah diterima untuk waktu yang lama". Melalui penelitian, pengamatan, dan matematika, Kopernikus menjungkirkbalikkan konsep ilmiah dan agama yang berurat berakar tetapi keliru. Dalam pemikiran manusia, ia juga “menghentikan Matahari dan menggerakkan bumi”.


Kontroversi Manuskrip

Copernicus menggunakan tahun-tahun terakhir kehidupannya untuk memperbaiki dan melengkapi berbagai argumen dan rumus matematika yang menopang teorinya. Lebih dari 95 persen dokumen akhir itu memuat perincian teknis yang mendukung kesimpulannya. Dokumen tulisan tangan orisinal ini masih ada dan disimpan di Universitas Jagiellonian di Kraków, Polandia. Dokumen ini tidak berjudul. Oleh karena itu, astronom Fred Hoyle menulis, "Kita benar-benar tidak tahu bagaimana Copernicus ingin menamai bukunya itu".

Bahkan sebelum karya itu diterbitkan, isinya telah membangkitkan minat. Copernicus telah menerbitkan sebuah rangkuman singkat tentang gagasannya dalam sebuah karya yang disebut Commentariolus. Alhasil, laporan tentang penelitiannya sampai ke Jerman dan Roma. Pada awal tahun 1533, Paus Klemens VII mendengar tentang teori Copernicus. Dan, pada tahun 1536, Kardinal Schönberg menyurati Copernicus, mendesak dia untuk menerbitkan catatan lengkap gagasannya. Georg Joachim Rhäticus, seorang profesor di Universitas Wittenberg di Jerman, begitu penasaran oleh karya Copernicus sampai-sampai ia mengunjungi Copernicus dan akhirnya menghabiskan waktu bersamanya selama dua tahun. Pada tahun 1542, Rhäticus membawa pulang sebuah salinan manuskrip itu ke Jerman dan menyerahkannya kepada seorang tukang cetak bernama Petraeius dan seorang juru tulis sekaligus korektor tipografi bernama Andreas Osiander.

Osiander menjuduli karya itu De revolutionibus orbium coelestium (Mengenai Perputaran Bola-Bola Langit). Dengan mencantumkan frasa “bola-bola langit”, Osiander menyiratkan bahwa karya itu dipengaruhi oleh gagasan Aristoteles. Osiander juga menulis kata pengantar anonim, yang menyatakan bahwa hipotesis dalam buku itu bukanlah artikel tentang iman dan belum tentu benar. Copernicus tidak menerima salinan dari buku yang dicetak itu, yang diubah dan dikompromikan tanpa seizinnya, sampai hanya beberapa jam sebelum kematiannya pada tahun 1543.
Dalam pemikiran manusia, ia juga “menghentikan Matahari dan menggerakkan bumi”.

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan Copernicus mulai abad ke-19 menjadi bahan perdebatan sengit. Namun sebenarnya ia bisa dikategorisasikan baik sebagai warga Jerman maupun Polandia. Dalam bahasa Jerman namanya secara umum dieja sebagai Kopernikus dan merupakan versi Latin dari nama Jerman Koppernigk. Dalam bahasa Polandia namanya dieja sebagai Mikołaj Kopernik. Ibu Kopernikus yang bernama Barbara Watzenrode merupakan seorang warga Jerman. Sedangkan kewarganegaraan ayahnya tidak diketahui. Kota kelahirannya Toruń tidak lama sebelum ia lahir dikuasai raja-raja Polandia, sehingga ia bisa dianggap sebagai warga Polandia. (wikipedia.org, astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto