Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, April 27, 2012

Video: Seberapa Kecilkah Atom Itu?

Saat kita masih duduk di sekolah SMP, kita sudah mulai dikenalkan oleh guru kita tentang keberadaan, struktur, serta skala atom dan sub-atom. Faktanya, alam semesta kita yang sangat-sangat besar ini terdiri atom-atom dengan skala yang super kecil dan kita pun juga sudah tahu tentang hal itu. Namun yang menjadi pertanyaan, seberapa kecilkan atom itu. Nah untuk menjawabnya silahkan Anda lihat video berikut ini.

Bintang di Galaksi Bimasakti Bisa "Adopsi" Planet Pengembara

Ilustrasi : Planet hasil adopsi mengorbit di tepian sebuah sistem bintang. Image credit: Christine Pulliam
Studi terbaru menyatakan bahwa miliaran bintang yang ada di Galaksi Bimasakti mampu 'mengadopsi' planet yatim piatu yang merana di angkasa.

Dengan cara itu, planet yatim piatu yang terbentuk di sebuah tata surya dan akhirnya terlempar keluar bisa menemukan 'orang tua' baru di sistem bintang lain.

"Bintang bertukar planet seperti tim baseball bertukar pemain," kata Hagai Perets, peneliti dari Harvard Simthsonian Center for Astrophysics.

Studi dilakukan Perets bersama rekannya, Thijs Kouwenhoven dari Peking University, Cina. Hasil studi dipublikasikan di Astrophysical Journal, Jumat (20/4/2012).

Untuk sampai pada hasil penelitian, Perets dan Kouwenhoven melakukan simulasi kluster bintang muda yang memiliki planet yang melayang bebas atau yatim piatu.

Peneliti menemukan, jika jumlah planet sama dengan jumlah bintang, maka 3-6 persen bintang akan mengadopsi planet yatim piatu. Makin masif bintang, makin besar kemungkinan bintang mengadopsi.

Studi fokus pada kluster bintang muda karena adopsi planet lebih mungkin terjadi jika bintang dan planet yatim piatu terkumpul di wilayah yang relatif dekat.

Pada awal sejarahnya, bintang dalam kluster bintang terletak berdekatan. Seiring waktu, kluster semakin menjauh. Jadi, adopsi planet harus terjadin pada awal sejarah kluster bintang.

Planet yatim piatu terbentuk secara alami dalam proses pembentukan bintang. Sistem bintang memiliki beberapa planet. Satu planet bisa saja terlempar keluar oleh sebab tertentu.

Planet yang terlempar bisa tertarik oleh gravitasi bintang lain dan diadopsi.

Planet hasil adopsi biasanya berjarak ratusan atau ribuan kali lebih jauh dari jarak Bumi-Matahari. Selain itu, ortbit planet ini juga berbeda dengan planet asli, bahkan bisa bergerak mundur dalam mengelilingi Matahari.

Sejauh ini, astronom belum menemukan bukti nyata adanya adopsi planet. Namun, studi bisa dilakukan dengan melihat planet di bintang bermassa rendah dan berjarak jauh dengan bintangnya.

Bukti terbaik adanya adopsi planet yang dimiliki saat ini adalah temuan dari European Southern Observatory, dimana ada dua planet bermassa 7 dan 14 kali Jupiter yang mengorbit satu sama lain tanpa bintang.

Jika bintang bisa mengadopsi planet, apakah Matahari sebagai bintang di tata Surya juga bisa melakukannya?

"Tak ada bukti bahwa Matahari menangkap planet," kata Perets seperti dikutip Physorg, Selasa (17/4/2012).

"Tapi tetap ada kemungkinan adanya dunia kecil yang mungkin berada di tepian Tata Surya kita," tutur Perets.

Ilmuwan Akan Buat Satelit Khusus Untuk Dekati Matahari

Solar Orbiter (SolO). Image credit: skymania.com
Perusahaan asal Inggris akan memimpin pembuatan Solar Orbiter (SolO). SolO sebuah pesawat luar angkasa yang akan melakukan perjalanan lebih dekat ke matahari daripada satelit yang ada saat ini.

SolO akan mengambil gambar dan melakukan pengukuran dari dalam orbit Merkurius, untuk mendapatkan wawasan baru tentang apa yang mendorong pergerakan dinamis bintang.

Badan Antariksa Eropa telah menandatangani kontrak dengan perusahaan asal Inggris, Astrium, untuk membangun SolO senilai 300 juta euro, untuk peluncuran pada 2017. Kesepakatan ini merupakan kontrak yang terbesar di Inggris.

Kontrak ini juga menandai 50 tahun aktivitas Inggris dalam bidang orbit. Pada 26 April 1962 silam merupakan hari di mana Inggris mampu mengarungi ruang angkasa dengan peluncuran satelit Ariel-1.

Direktur Badan Antariksa Eropa, Alvaro Gimenez dan eksekutif Astrium, Miranda Mills, mencapai kesepakatan SoIO di Science Museum, London, tempat model Ariel-1 dipamerkan.

Setelah peluncuran, Solar Orbiter akan 'melayang' sendiri ke dalam tata surya dan mendekati matahari dengan jarak 42 juta km. Untuk melakukan ini, dibutuhkan pesawat ruang angkasa yang membawa sebuah perisai kuat.

"Panas akan menjadi masalah besar," kata Ralph Cordey, kepala sains Astrium. "Jika tidak dilindungi, wajah pesawat ruang angkasa akan terkena panas 500 derajat, yang akan menjadi bencana," lanjutnya.

"Kami akan menggunakan pelindung panas yang tebal untuk mengurangi suhu dalam pesawat ruang angkasa dan sistem menurunkan suhu ruangan. Sehingga semua elektronik dapat beroperasi secara nyaman," ucapnya.

Instrumen penginderaan terluar dari satelit tersebut, yakni pencitra dan teleskop, akan dapat melihat meskipun celah yang memiliki alat pengatur cahaya dapat ditutup saat tidak ada pengamatan yang dilakukan.

Misi ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana matahari mempengaruhi lingkungan. Khususnya mengenai bagaimana matahari menghasilkan dan mengakselerasi aliran partikel bermuatan yang berada di sekeliling planet.

Angin matahari bisa sangat bergolak, dan letusan besar di permukaan matahari akan membuat gangguan besar dalam angin. Ketika aliran partikel ini menyentuh atmosfer bumi dan planet-planet lain, itu menimbulkan cahaya aurora spektakuler.

"Misi Solar Orbiter akan memberitahu kita bagaimana matahari menciptakan heliosphere, gelembung bermuatan partikel di sekeliling tata surya, yang Anda anggap sebagai atmosfernya," jelas Lucie Green, fisikawan matahari dari University College London. "Heliosphere adalah panas dan mengembang keluar ke angkasa sekitar 17 miliar km," tambahnya.

"Kami tidak tahu bagaimana hal itu terbentuk dan bagaimana itu bermuatan dengan waktu. Tetapi Solar Orbiter akan benar-benar jauh ke dalam atmosfer untuk melihat di mana di permukaan emisi muncul, untuk akhirnya memahami bagaimana gelembung besar dibuat," katanya.

Untuk mencontohkan angin matahari tersebut seperti saat terjadi di permukaan, Solar Orbiter telah memiliki lima instrumen pengujian di tempat. Ini untuk mengkonfirmasi semua fungsi suatu sistem secara benar.

Orbit satelit juga akan mengambil satelit di atas pesawat dari planet-planet sehingga satelit dapat melihat beberapa proses pada perangsangan di kutub matahari. Dan kecepatan SolO di sekitar bintang berarti kecepatan ini akan dapat mengikuti kejadian dan ciri-ciri yang biasanya. memutar dari pandangan observatorium Bumi.

Misi Lain

Inti dari usaha ini yakni keinginan untuk memahami lebih baik penyebab dari apa fisika surya yang disebut "cuaca luar angkasa".

Badai besar pada matahari yang melemparkan milyaran ton partikel bermuatan keluar ke angkasa dapat mengganggu medan elektromagnetik di Bumi. Ini mengakibatkan gangguan komunikasi dan dalam kasus yang ekstrim, merusak jaringan listrik dan elektronik satelit.

Para ilmuwan ingin dapat meramalkan kejadian seperti sebelumnya dengan lebih jelas.

Solar Oribter merupakan perusahaan patungan antara Badan Antariksa Eropa (ESA)dan badan antariksa AS (NASA). NASA akan memasok satu instrumen, sensor dan roket untuk mengirim satelit dalam proyek perjalanan ini.

Proyek ini muncul dari sebuah kompetisi di antara para ilmuwan ruang angkasa Eropa untuk menemukan misi kelas menengah yang paling menarik untuk mengambil celah peluncuran yang tersedia pada akhir dekade ini.

Badan Antariksa Eropa akan segera menandatangani sebuah misi yang selanjutnya, yang disebut Euclid. Misi ini akan menyelidiki fenomena misterius, materi gelap dan energi gelap, yang mendominasi dan membentuk alam semesta yang terlihat melalui teleskop.

Pertama kalinya dalam sebuah kelas baru misi besar, yang membutuhkan biaya milyaran euro, akan dipilih minggu depan. Ini diharapkan dapat menjadi misi untuk mempelajari es bulan Jupiter. (vivanews.com, astronomi.us)

Inilah yang Terjadi Jika Kita Masuk ke Lubang Hitam

Lubang hitam sedang memakan bintang. Image credit: inilah.com
Masih banyak misteri tentang alam semesta. Tentang bagaimana ia diciptakan, berapa persis umur, dan tentang begitu banyak planet yang belum diketahui apa isinya. Salah satu misteri yang juga membuat para ahli penasaran adalah black hole (lubang hitam). Lubang hitam itu dianggap sebagai tempat paling aneh di alam semesta ini.

Lubang hitam itu sangat besar. Lubang utamanya disebut "titik tidak terbatas". Lantaran begitu gelap, bahkan tidak ada cahaya dengan kekuatan berapapun yang sanggup menyusup. Jadi silahkan membayangkan seberapa gelap lubang rakasasa itu.

Para pakar astrofisika menjelaskan keadaan lubang hitam itu dengan memberi pengandaian. Charles Liu, misalnya, menjelaskan bahwa jika masuk ke sana, badan Anda akan menjadi seperti pasta gigi yang keluar dari dalam kemasan. Jadi, katanya, lubang itu tentu bukan tempat tujuan wisata.

Ilmuwan yang bekerja untuk Planetarium Hayden Amerika Serikat ini mengatakan ketika obyek melintasi lubang hitam itu, maka dia akan mengalami dampak gaya pasang surut seperti di bumi. Kekuatan gravitasi menurun sesuai jarak. Bulan akan ditarik lebih dekat ke sisi bumi dengan keras.

Hasilnya, bumi condong ke arah bulan. Bumi bergerak. Karena tanah begitu kokoh maka kita yang berpijak di atasnya tidak merasakan gerakan itu. Tapi air yang ada dipermukaan laut akan mengalir. "Itulah interaksi pasang surut air laut," ujar Liu.

Nah pasang surut air laut itu menjadi peristiwa biasa saja. Tapi, manusia masuk ke lubang hitam? Berbeda. Di sekitar lubang hitam yang seukuran bumi ini, skala gaya pasang surut akan berkali lipat. Bagian atas kepala Anda akan ditarik paksa hingga terus memanjang.

"Sir Martin Rees (ahli astrofisika Inggris) menyebutnya fenomena ini 'spaghettification'. Anda akan menjadi aliran partikel subatomik yang
berputar-putar ke dalam lubang hitam," urai Liu seperti dikutip dari laman Lifeslittlemysteries.com.

Otak Anda akan terpisah dari atom penyusunnya seketika. Tapi, Anda punya sedikit waktu untuk melihat isi lubang hitam raksasa itu.

Kematian di bagian lubang hitam yang terbesar justru tidak terlalu menyiksa karena permukaannya kurang ekstrim. Lubang seukuran tata surya ini memiliki gaya pasang surut yang tidak terlalu kuat.

"Pertama-tama, Anda mendekati kecepatan cahaya saat jatuh ke lubang hitam. Semakin cepat Anda bergerak di luar angkasa, semakin lambat Anda bergerak melalui ruang, semakin lambat Anda bergerak melalui waktu," terang Liu.

Ketika Anda jatuh, banyak benda yang jatuh di depan Anda yang mengalami "penundaan waktu". Apabila Anda menengok ke depan lubang hitam, obyek yang Anda lihat telah jatuh sebelumnya. Menengok ke depan, Anda menatap obyek yang akan jatuh di belakang Anda.

"Jadi, Anda akan melihat seluruh sejarah alam semesta secara bersamaan. Dari masa Big Bang hingga masa depan," ujar Liu. (vivanews.com, astronomi.us)

Thursday, April 26, 2012

Video: Jupiter dan Saturnus Oleh Sander van den Berg

Video berikut merupakan video yang diambil oleh wahana luar angkasa milik NASA, Voyager dan Cassini tentang planet Jupiter dan Saturnus. Video ini dibuat oleh Sander van den Berg dan berdurasi sekitar 2 menit dengan diiringi oleh musik dari The Cinematic Orchestra yang berjudul That Home (instrumentalia). Silahkan dinikmati.

Wednesday, April 25, 2012

Tidak Cukup Bumi, Manusia Juga Akan Tambang Asteroid

Ilustrasi penambangan asteroid. Image credit: NASA/Denise Watt
Ini setting Film Avatar yang dirilis 2009 lalu: sebuah dunia lain nan subur bernama Pandora. Ceritanya soal konflik penduduk dari Bumi dengan suku asli Na'vi, tentang penjelajahan luar angkasa, juga usaha mengeruk mineral yang tak akan pernah cukup memuaskan nafsu manusia.

Memang tak ada kaitan langsung dengan Avatar. Namun, kabar terbaru ini memberi gambaran bahwa menambang mineral di luar Bumi dimungkinkan. Juga koloni manusia di luar angkasa.

Seperti dimuat situs sains, Space.com, Selasa 24 April 2012, sebuah perusahaan yang baru diresmikan, yang disokong para pesohor, termasuk sutradara Avatar, James Cameron dan salah satu pendiri Google, Larry Page akan mengumumkan rencana untuk menambang asteroid yang berada dekat Bumi.

Planetary Resources, Inc, nama perusahaan itu, selain mencari keuntungan dengan penjualan material berharga, juga bertujuan meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi angkasa luar, dengan sumber dayanya, memposisikan diri sebagai 'industri jangkar' untuk membantu menyebarkan spesies manusia ke seantero tata surya.

"Jika Anda mengincar sumber daya di luar angkasa, langkah yang paling logis adalah menuju ke asteroid dekat Bumi," kata pendiri dan salah satu petinggi Planetary Resources, Eric Anderson. "Mereka sangat berharga, dan mudah dijangkau. Asteroid-asteroid dekat Bumi seumpama buah yang bergelantungan di tata surya."

Perusahaan ini secara resmi mengumumkan rencana penambangan asteroid di Museum Penerbangan Seattle, AS, Selasa pukul 12.30 waktu setempat.

Logam mulia dan air

Ada dua hal yang diincar Planetary Resources: platinum dan air.

Platinum adalah kelompok logam yang terdiri dari ruthenium, rhodium, palladium, osmium, iridium, dan platinum, yang hanya ditemukan dalam konsentrasi rendah di Bumi. Sulit untuk mendapatkannya, itu mengapa harganya luar biasa mahal. Logam-logam itu tak terbentuk secara kebetulan di kerak Bumi, melainkan ada akibat dampak tubrukan asteroid.

"Untuk itulah, kami akan menuju langsung ke sumbernya, asteroid," kata Anderson. "Lebih mudah mendapatkan akses ke konsentrasi tinggi logam-logam platinum di asteroid, ketimbang di kerak Bumi."

Cadangannya pun luar biasa. Satu batu angkasa kaya platinum dengan lebar 500 meter misalnya, mengandung logam-logam platinum setara dengan yang pernah ditambang dalam sejarah manusia.

"Jika ketersediaan logam ini melimpah, niscaya ongkos untuk memproduksi hampir semua barang termasuk piranti elektronik defibrillator, perangkat selular, TV, komputer, monitor, dan katalis akan berkurang," kata petinggi yang lain, Peter Diamandis. "Kita juga bisa menggunakannya dalam produksi massal, seperti sel bahan bakar kendaraan bermotor."

Sejumlah asteroid, juga diketahui kaya air, yang juga jadi incaran perusahaan. Setelah diekstraksi, air dari asteroid itu tak dijual di Bumi, namun diperdagangkan di luar angkasa. Memangkas ongkos mendatangkan air dari Bumi.

Air dari asteroid, jelas Anderson, akan membantu para astronot tetap terhidrasi, juga membantu untuk bercocok tanam di luar angkasa. Lebih jauh lagi, air akan digunakan sebagai perisai radiasi pada pesawat luar angkasa. Juga bisa dipecah menjadi unsurnya, oksigen dan hidrogen -- komponen bahan bakar utama roket.

Planetary Resources berharap tambang air di asteroid menjadi tonggak dari cita-cita mewujudkan 'pompa bensin' yang menyediakan bahan bakar bagi roket. Untuk kendaraan luar angkasa rute Bumi-Mars, misalnya. "Kita sedang bicara soal eksplorasi belantara ruang angkasa," kata Anderson. "Topik yang membuat saya sangat bersemangat."

Jadi, kapan mulai menambang asteroid?

Belum ada tanggal yang ditentukan. Sebelum itu bisa terwujud, masih banyak pekerjaan rumah yang wajib dirampungkan.

Langkah pertama adalah pemetaan asteroid, dari 8.900 asteroid dekat Bumi, sekitar 100-150 di antaranya kaya air dan bisa dijangkau lebih mudah daripada ke Bulan. Planetary Resources akan menentukan asteroid yang jadi target dan mempelajari detilnya.

Untuk itu, telah dirancang sebuah teleskop canggih dengan biaya murah yang akan mengorbit rendah di atas Bumi dalam waktu 18 hingga 24 bulan mendatang. Setelah target didapat, eksplorasi akan dilakukan menggunakan pesawat luar angkasa tak berawak.

Anderson menolak menyebut kapan pastinya mineral dan air mulai akan ditambang. Alasannya, banyak variable yang menentukan. Namun, sebuah studi yang disponsori Caltech's Keck Institute for Space Studies mengestimasi, ada asteroid sebesar 500 ton yang akan terseret ke orbit Bulan pada tahun 2025.

Kapanpun jadwalnya, Anderson mengaku pihaknya membuka diri, membuka peluang negosiasi dengan calon konsumen. "Kami siap bicara dengan perusahaan penerbangan, pertambangan, sumber daya. Kami siap membuka tata surya untuk bisnis." (vivanews.com, astronomi.us)

Astronot Amerika Tempatkan Foto Keluarga di Bulan

Foto Charlie dan keluarga yang diletakkan di Bulan. Image credit: NASA
Pada 23 April 1972, astronot Apollo 16, Charlie Duke dan John Young memulai misi EVA yang terakhir dengan menggunakan kendaraan robot Lunar Roving Vehicle. Sebelum ia menyiapkan Solar Wind Collector, Charlie menempatkan foto keluarganya di permukaan Bulan. Dan foto di atas merupakan foto yang diambil dengan menggunakan kamera Hasselblad.

Foto keluarga Charlie (diperbesar). Image credit: NASA
Dikutip dari universetoday.com, Rabu (25/04/2012), Dalam foto tersebut terdapat gambar Charlie, istrinya Dorothy, dan kedua anaknya yaitu Charles dan Thomas. Foto tersebut dibungkus dengan plastik kecil dan terlihat sedikit kusut karena sebelumnya ditempatkan di saku baju luar angkasa Charlie. Mungkin saat ini foto tersebut masih berada di Bulan. (Adi Saputro/astronomi.us)

Tuesday, April 24, 2012

Kosmolog Rusia: Lubang Hitam Mungkin Miliki Kehidupan

Citra hasil simulasi yang bakal terlihat di sekitar lubang hitam saat cahaya dibelokkan akibat tersedot gravitasi sangat kuat. Image credit: Alain Riazuelo/IAP/UPMC/CNRS
Kosmolog asal Rusia, Vyacheslav Dokuchaev, berpendapat bahwa kehidupan bisa saja terdapat di lubang hitam supermasif. Menurutnya, dalam lubang hitam supermasif sebenarnya terdapat kondisi yang mendukung kehidupan. Makhluk yang hidup dalam lubang hitam akan berevolusi menjadi makhluk yang paling maju di semesta.

Tentu saja pendapat Dokuchaev ini mencengangkan. Pasalnya, hingga sejauh ini, ilmuwan hanya memprediksikan bahwa kehidupan terdapat di Mars dan planet ekstrasurya, dan itu pun belum terbukti. Di samping itu, diyakini bahwa lubang hitam memiliki gravitasi kuat yang mampu menyedot apa pun ke dalamnya. Rasanya tidak mungkin ada kehidupan di sana.

Namun, Dokuchaev menjelaskan bahwa ada bukti kemungkinan kehidupan di lubang hitam dalam jurnal arXiv Cornell University, AS. Ia mengatakan bahwa di dalam lubang hitam ada sebuah wilayah di mana foton bisa tetap ada dalam orbit periodik yang stabil. Menurutnya, jika ada foton yang bisa 'selamat', maka sangat mungkin ada planet yang juga eksis.

Orbit stabil itu hanya terdapat setelah melewati horizon peristiwa, mulut dari lubang hitam, di mana tak ada keteraturan ruang dan waktu. Melampaui horizon peristiwa, terdapat horizon Cauchy di mana ruang dan waktu kembali stabil. Di horizon itulah, menurut Dokuchaev, kehidupan terdapat.

Seperti dikutip Daily Mail, Jumat (7/10.2011), Dokuchaev mengatakan, "Ruang dalam lubang hitam supermasif dihuni oleh peradaban yang sangat maju, tak terlihat dari luar." Ia mengatakan bahwa kehidupan yang ada sudah tergolong Type III dalam skala Kardashev, jauh dari manusia yang ada pada Type I.

Skala Kardashev adalah sebuah skala yang dikembangkan oleh astronom Rusia, Nikolai Kardashev, untuk mengukur kemajuan sebuah peradaban secara astronomi. Type I ialah peradaban yang mampu memanfaatkan potensi planet yang dihuni, Type II adalah peradaban yang mampu memanfaatkan potensi tata suryanya, dan Type III bisa memanfaatkan potensi galaksinya.

Betapapun hebatnya argumen Dokuchaev, hal itu sulit untuk dibuktikan. Kita mungkin tak akan tahu apakah pendapat Dokuchaev benar atau salah sebab mengobservasi lubang hitam dan interiornya masih merupakan tantangan besar saat ini. Mungkin, pendapat Dokuchaev hanya akan bertahan sebagai teori. (kompas.com, astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto