Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Tuesday, October 4, 2011

Karakteristik Planet Eris (2003 UB313)

Eris (Tengah) and Dysnomia (kiri dari tengah). Teleskop luar angkasa Hubble. Credit: NASA
Eris (nama resmi: 136199 Eris; sebelumnya dikenal sebagai 2003 UB313 dan juga Xena) adalah sebuah planet katai yang ditemukan pada hari Jumat, 29 Juli 2005 oleh tiga astronom dari Amerika Serikat, Profesor Mike Brown dan koleganya dari Institut Teknologi California (Caltech), yang juga menemukan beberapa objek-objek serupa planet pada area Sabuk Kuiper. Nama Eris sendiri berasal dari nama dewi keraguan dalam mitologi Yunani.

Awalnya Eris diklaim oleh penemunya sebagai sebuah planet (namun status "planet katai" kemudian diterima), Eris sangat dingin, berbatu-batu dan lebih besar daripada Pluto. Eris diketahui mempunyai sebuah bulan, Dysnomia, yang ditemukan pada 10 September 2005.

Lebih Besar dari Pluto

Eris dilihat dengan teropong bintang. Credit: wikipedia.org
Eris memiliki diameter sekitar 3.000 kilometer, sehingga merupakan objek terbesar yang ditemukan di tata surya setelah Neptunus dideteksi tahun 1846. Eris juga lebih besar dari Pluto, bekas planet terkecil yang ditemukan pada 1930. Eris berjarak hampir 15 miliar kilometer (sembilan miliar mil) atau sekitar tiga kali jarak Pluto dari matahari. Dibanding Bumi, jaraknya 97 kali dibanding jarak Bumi-Matahari.

Eris adalah benda paling jauh yang pernah diketahui untuk mengitari di seluruh Matahari. Ukurannya mungkin satu setengah kali lebih besar dari Pluto. Objek angkasa ini terlihat pertama kali tahun 2003. Ia terlihat lewat teleskop Samuel Oschin di Observatorium Palomar dan teleskop 8m Gemini di Mauna Kea, Hawaii. Pertama kali terlihat 21 Oktober 2003, namun para astronom tidak melihatnya lagi hingga 15 bulan kemudian. Baru pada 8 Januari 2005 ia terlihat lagi. Selain Brown, penemu lainnya adalah Chad Trujillo dari Observatorium Gemini di Hawaii, dan David Rabinowitz dari Universitas Yale.

Eris terlihat lebih redup dari Pluto, tapi itu karena jaraknya tiga kali lebih jauh. Bila ia berada di tempat Pluto, ia akan terlihat lebih terang. Sejak ditemukan, penyebutan objek ini sebagai planet menjadi perdebatan.

Termasuk Planet Katai (kerdil)

Pada 24 Agustus 2006, para ilmuwan Persatuan Astronomi Internasional akhirnya memutuskan statusnya sebagai "planet katai" (dwarf planet). Sebelumnya kelompok astronom lain juga telah mengumumkan penemuan objek 2003 EL61, yang ukurannya kurang lebih sebesar Pluto. Planet baru ini memutari bumi sekali dalam setiap 560 tahun dan saat ini merupakan objek terjauh dari Bumi.

Dalam waktu 280 tahun, jaraknya ke Bumi akan sedekat Neptunus. Seperti Pluto, permukaan Eris diduga didominasi oleh metana. Eris juga dipercaya merupakan bagian dari Sabuk Kuiper (Kuiper Belt), kawasan dalam sistem solar menjulur dari orbit Neptunus.

Diperkirakan ada sekitar 100.000 objek yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper, salah satunya adalah Pluto, sehingga sebagian ilmuwan pun lebih menganggap status Eris sebagai objek Sabuk Kuiper dibandingkan sebuah planet. Tapi karena ukurannya yang besar, diameternya mencapai 3.000 kilometer, saat ditemukan Brown berani mengkualifikasi objek angkasa temuannya sebagai planet. "Kami mengharapkan ini tidak terlalu kontroversial, seperti orang mempercayai Pluto sebagai planet," katanya.

Karakteristik Planet Katai Eris

Peta astronomi memperlihatkan peta lokasi Eris. Credit: space.com

Penemuan
Penemu M. E. Brown,
C. A. Trujillo,
D. L. Rabinowitz
Tanggal ditemukan 21 Oktober 2003
Penamaan
Penamaan MPC 136199 Eris
Nama alternatif 2003 UB313
Kategori
planet minor
planet katai,
TNO,
plutoid,
dan SDO
Adjektif Eridian
Ciri-ciri orbit
Epos 6 Maret, 2006
(JD 2453800.5)
Aphelion 97,56 SA
14.60×109km
Perihelion 37,77 SA
5.65×109 km
Sumbu semi-mayor 67,6681 SA
10.12×109 km
Eksentrisitas 0,44177
Periode orbit 203.600 days
557 tahun
Kecepatan orbit rata-rata 3,436 km/s
Anomali rata-rata 197,63427°
Inklinasi 44,187°
Bujur node menaik 35,8696°
Argumen perihelion 151,4305°
Satelit 1
Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-rata 1.300 +200 -100 km
Massa (1,67 ± 0,02)×1022 kg
Gravitasi permukaan di khatulistiwa ~0,8 m/s²
Hari sideris > 8 h?
Albedo 0,86 ± 0,07
Suhu permukaan
   (sekitar)
min rata-rata maks
30 K 42,5 K 55 K
Magnitudo tampak 18,7
Magnitudo mutlak (H) −1,12 ± 0,01
Diameter sudut 40 milli-arcsec


(Sumber: wikipedia.org) (Adi Saputro/Astronomi.us)

Peneliti: Dahulu Planet Mars Hangat dan Basah

Meteorit kuno Mars berusia 4.1 miliar tahun, ALH84001. Credit: NASA
Planet Mars di masa lalu dibeberapa permukaannya cukup hangat untuk mendukung air berwujud cair seperti di Bumi, berdasarkan petunjuk yang ditemukan oleh ilmuwan pada meteorit Mars ALH84001 yang berusia 4.1 miliar tahun. Namun berapa lama kehangatan itu ada masih belum pasti dan apakah dahulu Mars juga pernah mendukung kehidupan juga masih menjadi misteri, kata peneliti baru-baru ini.

Banyak misi yang telah dilakukan ke planet tersebut mengungkapkan bahwa di permukaan Mars terdapat bukti bahwa dahulu memang ada air di permukaannya seperti ditemukannya delta, alur lembah, dan mineral yang mengandung air. Namun, iklim planet Mars saat itu masih tidak dapat dijelaskan. Bagaimana temperatur hangat tersebut bisa ada sedangkan Matahari pada waktu itu belum cukup kuat untuk menghangatkan planet tersebut, atau mungin ada suatu mekanisme tersendiri sehingga planet Mars bisa cukup hangat?

Meteroit kuno planet Mars yang ditemukan telah mengungkapkan beberapa hal "bukti langsung pertama bahwa awalnya suhu planet Mars memang hangat", ungkap Itay Halevy, seorang ahli geokimia dari California Institute of Technology.

Meteorit Mars Paling Terkenal

Dikutip dari space.com, Selasa (04/10/2011), batu meteor Mars bernama ALH84001 ditemukan di Antartika pada 1984. Meteor tersebut keluar dari planet Mars kemungkinan disebabkan karena pengaruh tabrakan kosmik. Meteor ALH84001 telah lama menjadi sumber perdebatan apakah temuan pada meteor tersebut hasil dari fosil mikroba atau hanya geokimia biasa.

Dengan mengambil sample dari meteor 2 kg ini, Halavy dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa terbentuknya batu tersebut berada pada suatu tempat yang hangat di planet Mars.

Peneliti secara khusus menganalisa isotopkarbon dan oksigen pada karbonat di meteorit. Semua isotop memiliki nomor proton yang sama pada atomnya, tetapi setiap nomor neutronnya berbeda. Misalnya, atom pada karbon-12 masing-masing memiliki 6 neutron, sedangkan atom karbon-13 masing-masing memiliki 7 neutron.

Bagaimana Eksperimen Bekerja

Isotop yang relatif berat seperti karbon-13 dan oksigen-18 akan mengikat satu sama lain hal itu berbeda jika dibandingkan dengan isotop yang lebih ringan. Kecendrungan ini tergantung pada suhu. Semakin dingin maka akan semakin mengikat. Dengan demikian, dengan mengukur dua isotop dalam karbonat, peneliti bisa menentukan berapa suhu saat terbentuknya batu tersebut.

Peneliti melarutkan 3 gram karbonat dengan asam, maka akan menghasilkan karbon dioksida yang terdiri dari karbon dan oksigen. Dengan membandingkan karbon-13 dan oksigen-18, dalam hal ini CO2, peneliti dapat memperkirakan bahwa karbonat terbentuk pada suhu sekira 64 derajat Fahrenheit (18 derajat Celcius).

Karbonat tersebut rupanya juga terbentuk pada lingkungan yang berair, yang secara perlahan berubah kering, kata Halevy. Para ilmuwan sampai pada hal ini setelah menganalisa dimana meteri meteor ini muncul yang kemudian kehilangan karbon ringan dan isotop oksigen dari waktu ke waktu.

Isotop karbon dan oksigen yang lebih ringan akan berubah menjadi gas seperti uap air, sementara isotop yang lebih berat akan menjadi air cair. Hilangnya isotop yang lebih ringan ini sesuai dengan hilangnya uap air dan gas CO2 dari tempat terdapatnya air di planet Mars.

"Namun meskipun dahulunya beberapa bagian Mars hangat dan basah, bukan berarti di sana ada kehidupan", kata Halevy.

"Kami menemukan satu lingkungan yang memiliki air dan bersuhu hangat, namun kita tidak tahu berapa lama hangatnya dan apakah kondisi tersebut juga ada di bagian Mars yang lain, jadi masih belum diketahui apakah waktu itu Mars juga mendukung kehidupan", tambah Halevy. Ia akan menambahkan beberapa data dari misi Mars Science Laboratory yang akan mengungkap lebih jauh tentang sejarah planet Mars.

Halevy dan rekan-rekannya megungkapkan temuan mereka ini secara online pada 3 Oktober 2011 melalui National Academy of Sciences. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Monday, October 3, 2011

Tim Astronom Eropa Temukan Quasar Terjauh

Quasar ULAS J1120+0641. Credit: narasomanotebook.blogspot.com
Tim astronom Eropa menggunakan teleskop raksasa milik ESO (European Southern Observatory) dan sejumlah teleskop lain untuk mengamati serta mempelajari quasar terjauh yang saat ini telah ditemukan. "Lampu terang" ini berasal dari lubang hitam dengan massa dua milyar kali dari matahari kita, sampai sekarang quasar ini adalah obyek paling terang yang pernah diamati.

"Quasar ini merupakan unsur penting pada masa awal alam semesta. Ini adalah obyek langka yang akan membantu kita untuk memahami bagaimana lubang hitam supermasif tumbuh beberapa ratus juta tahun setelah Big bang," kata Stephen Warren, pemimpin tim penyelidikan.

Quasar, atau galaksi jauh yang dipercaya bersumber (energi) pada lubang supermasif di tengahnya, memancarkan cahaya yang sangat terang. Kecerahan mereka membuat mereka menjadi seperti lampu (beacon) yang dapat membantu manusia untuk mempelajari zaman ketika bintang dan galaksi pertama terbentuk. Obyek yang terakhir kali diamati itu merupakan quasar terjauh dan diduga cahayanya adalah bagian terakhir era reonisasi. Yakni zaman awal alam semesta, ketika hidrogen netral telah terbentuk lantas membelah kembali menjadi proton dan elektron akibat radiasi sinar ultraviolet.

Selanjutnya, Quasar itu diberi nama ULAS J1120+0641. Nama itu diambil dari posisinya di langit menurut koordinat yang ditetapkan para astronom. Nilai pergeseran merah (redshift) quasar itu adalah 7,1, yang artinya ia muncul sekitar 770 juta tahun setelah Big Bang. Namun, butuh 12,9 milyar tahun bagi cahayanya untuk mencapai kita. Dan karena cahaya itu sama dengan informasi pada saat ia dipancarkan, maka apa yang terlihat dari bumi saat ini adalah kejadian 12,9 milyar tahun yang lalu. Selain itu, cahaya yang terpancar dari benda langit tersebut mengalami peregangan akibat ekspansi alam semesta.

 Meskipun obyek - obyek yang lebih jauh telah dikonfirmasi (seperti semburan sinar gamma pada pergeseran merah 8,2; eso0917), quasar yang baru saja ditemukan itu seratus kali lebih terang daripadanya. Dan, di antara obyek - obyek yang cahayanya cukup terang untuk dikaji secara detail, inilah yang paling jauh dengan garis tepi (margin) terbesar.

Quasar terjauh berikutnya terbentuk 870 milyar tahun setelah Big Bang (redshift 6.4). Obyek serupa yang lebih jauh tidak dapat ditemukan pada survey cahaya tampak karena cahaya mereka, yang meregang akibat ekspansi alam semesta, sebagian besar jatuh ke spektrum inframerah saat mencapai bumi. Dan teleskop khsusus inframerah masih berada dalam tahap pembangunan.

"Kami membutuhkan waktu lima tahun untuk menemukan obyek ini," terang Bram Venemans, salah seorang penulis laporan penelitian. "Kami tengah mencari quasar dengan pergeseran merah yang labih tinggi dari 6,5. Menemukan yang satu ini sangat jauh, pada pergeseran merah yang lebih tinggi dari 7, merupakan kejutan yang menarik. Dengan mengintip dalam - dalam ke era reonisasi, quasar ini menyediakan kesempatan unik untuk menjelajahi jendela seratus juta tahun dalam sejarah kosmos yang sebelumnya berada di luar jangkauan."

Observasi itu menunjukkan bahwa massa lubang hitam di tengah ULAS J1120+0641 adalah sekitar dua milyar kali massa matahari kita. Massa yang sangat besar ini sulit untuk dijelaskan (karena terjadi) pada awal Big Bang. Teori tentang pertumbuhan lubang hitam supermasif saat ini memprediksikan pembangunan lamban (slow build-up) massa sebagai obyek padat yang menarik materi di sekitarnya sehingga massanya bertambah.

"Kami pikir hanya ada sekitar seratus quasar terang dengan pergeseran merah yang lebih tinggi dari 7 di langit," simpul Daniel Mortlock, pemimpin penulisan laporan. "Untuk menemukan obyek ini butuh pencarian yang melelahkan, namun itu sepadan dengan upaya kami untuk dapat mengungkapkan beberapa misteri awal alam semesta." (Sumber: narasomanotebook.blogspot.com)

Fakta dan Penjelasan Ilmiah Tentang Crop Circle

Bermacam-macam bentuk Crop Circle. Credit: narutomourahclub.blogspot.com
Fenomena crop circle bisa dijelaskan secara Fisika. Pola yang muncul bisa jadi dihasilkan dari gelombang mikro dari Bumi, laser, dan GPS. Demikian dijelaskan oleh Richard Taylor, peneliti dari University of Oregon, AS, yang sekaligus mengungkap bahwa jejak pola simetris di areal pertanian tersebut tidak ada kaitannya dengan makhluk luar angkasa.

Crop circle diperkirakan muncul lebih dari 10.000 kali di sepanjang abad 20. Setiap kemunculannya selalu dikaitkan dengan keberadaan makhluk luar angkasa, bahkan hal-hal yang berhubungan dengan supranatural.

Baru pada 1991, muncul pengakuan pertama dari pembuat crop circle. Ia mengaku membuat crop circle untuk menebar gosip tentang UFO. Meski begitu, penjelasan tersebut masih meninggalkan pertanyaan di kalangan para ilmuwan: bagaimana bisa karya seni seperti itu dibuat tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan biasanya dapat rampung dalam satu malam.

Dalam penjelasannya, Richard Taylor menampik penggunaan sejumlah alat tradisional yang mungkin digunakan untuk membuat crop circle. "Di zaman modern, penggunaan papan dan tali untuk merebahkan tanaman dan bangku untuk melompat dari satu area ke area lain agar tak meninggalkan jejak, rasanya terlalu merepotkan untuk mendapatkan hasil dalam waktu singkat," kata Taylor.

Menurut Taylor, pembuat crop circle dapat menggunakan perangkat berteknologi tinggi, seperti perangkat GPS untuk menempatkan bentuk dan magnetron, tabung yang menggunakan tenaga listrik dan magnet untuk menghasilkan panas tinggi, untuk merebahkan tanaman dengan kecepatan tinggi.

Meski terkesan sahih dan masuk akal, penjelasan Taylor tidak serta-merta bisa diterima, sampai ada pembuat crop circle yang mau menjelaskan trik-trik pembuatannya. Meski begitu, pernyataan Taylor yang dimuat di Physics World ini bisa dijadikan referensi.

"Taylor sudah bertindak sebagai ilmuwan yang baik, menguji fakta terkait desain dan konstruksi crop circle tanpa terbawa arus UFO, gosip, dan alien," kata Matin Durrani, editor Physics World. (Sumber: nationalgeographic.co.id)

Keberadaan Lautan di Planet Pluto Masih Menjadi Misteri

Planet Pluto. Credit: erabaru.net
Para ilmuwan sampai saat ini masih bertanya-tanya apakah Pluto memiliki lautan. Pasalnya, temperatur permukaan planet terjauh dari bumi itu berada di kisaran -230 °C.

Guillaume Robuchon dan Francis Nimmo, keduanya ilmuwan dari University of California, Santa Cruz, mengungkapkan teori bahwa keberadaan lautan bergantung pada dua faktor; jumlah potasium radioaktif dalam inti Pluto dan temperatur es yang menyelubunginya.

Pengukuran kepadatan planet itu menunjukkan, inti planet yang berupa batuan mengisi 40 persen volume Pluto. Apabila inti planet itu juga mengandung konsentrasi potasium sebanyak 75 part per milyar, peluruhannya dapat menghasilkan panas yang dapat mencairkan lapisan es yang menutupi serta menghasilkan campuran nitrogen dan air.

Panas dari inti Pluto akan memicu konveksi es di sekitarnya. Namun apabila es bergolak terlalu cepat, panas tersebut akan terlepas ke ruang angkasa sebelum dapat melelehkan lebih banyak lapisan es. Sedangkan jika lapisan es yang mulai mencair itu bergerak lebih lambat dibandingkan gletser Antartika di bumi, maka lapisan es setebal 165 kilometer di permukaan Pluto dapat melindungi lautan dengan kedalaman yang sama di bawahnya. Demikian kesimpulan yang disampaikan para ilmuwan.

Tingkat viskositas es sangat bergantung pada partikel-partikel es yang ada, dimana partikel yang berukuran kecil akan lebih mudah mengapung di permukaan yang cair. Meskipun begitu, sulit untuk mengukur kondisi ini dari Bumi. Namun bentuk Pluto dapat memberi petunjuk mengenai keberadaan lautan di planet itu.

"Sangat menarik untuk mengungkap adanya potensi astrobiologis di planet muda ini," kata Alan Stern, ilmuwan senior New Horizons. (Sumber: Nationalgeographic.co.id, Daily Galaxy)

VIDEO: Gambar dan Suara Solar Flare (Lidah Matahari) Raksasa

Pada artikel sebelumnya, Jean-Pierre Brahic seorang fotografer astronomi berhasil mengabadikan foto solar flare (lidah matahari) raksasa. Nah saat mengamati matahari, ia melihat area yang dinamakan Active Region 1302 atau AR 1302, dimana merupakan titik matahari yang paling aktif pada saat itu.

Seperti yang dikutip dari space.com, Senin (01/10/2011), Brahic terkejut dan menggunakan beberapa teleskop yang berbeda untuk mengambil foto lidah matahari tersebut. "Gambar yang saya lihat di komputer sangat luar biasa, lidah api ekstrim keluar dari matahari, dan kita merasa sangat-sangat kecil jika dibandingkan dengan ini", ungkap Brahic.

AR 1302 mengeluarkan dua lidah matahari X1.4 pada 22 September dan X1.9 pada 24 September, dan itu begitu besar sehingga dapat dilihat tanpa menggunakan teleskop.

Titik api di matahri bisa mencapai diameter 50.000 mil (80.467 km). Bahkan diameter AR 1302 yang pernah diukur memiliki diameter 62.000 mil (99.780 km) dan itu lebih besar dari bumi.

"Mengamati matahari sangat menarik. Matahri kita berkembang dari jam ke jam dari menit ke menit dan kita tidak pernah melihat hal yang sama", tambah Brahic.

FOTO: Solar Flare (Lidah Matahari) Raksasa

Gambar lidah Matahari (solar flare) yang diambil oleh Jean-Pierre Brahic. Credit: Jean-Pierre Brahic
Fotografer astronomi Jean-Pierre Brahic menangkap foto lidah matahari/lidah api (solar flare) raksasa dari titik matahari 1302 yang merupakan salah satu kelompok titik api paling aktif di tahun ini. Titik api disebabkan oleh aktivitas magnetik matahari yang kuat. Foto baru yang diambil pada 22 September 2011 tersebut menunjukkan plasma magnetis matahari menggantung dipermukaan matahari setelah titik matahari 1302 mengeluarkan lidah api berkategori X-class dengan disisipkan gambar Bumi sebagai perbandingan ukuran. Perlu diketahui bahwa kategori X-class merupakan kategori lidah api terbesar. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Sunday, October 2, 2011

Teori Wormhole (Lubang Cacing)

Credit: wikipedia.org
Dalam fisika dan fiksi, wormhole (lubang cacing) adalah jalan pintas melalui ruang dan waktu. Hingga sekarang masih belum diketahui apakah lubang cacing terbentuk secara alami. Jika lubang cacing benar ada, untuk membuat lubang cacing tetap terbuka, sejenis materi akan dibutuhkan. Jika tidak, lubang cacing akan hilang dengan sangat cepat setelah terbentuk. Jika digambarkan melalui bidang datar, seperti kertas yang dilipat, lubang cacing membengkokan bidang tersebut, sehingga kedua ujung akan saling bertemu (seperti pada gambar).

Istilah lubang cacing pertama kali digunakan oleh John Archibald Wheeler tahun 1957. Namun, pada tahun 1921, matematikawan Jerman Hermann Weyl telah mengusulkan teori lubang cacing.

Wormhole posisinya bisa dikatakan berada didalam lubang hitam. Diteorikan wormhole memiliki momentum angular (berotasi). Utamanya wormhole hanyalah sekedar teori dan hipotesa penyelesaian persamaan medan Einstein. Tidak ada fakta wormhole ada. Bahkan secara teori pun wormhole tidak mungkin ada.

Gambaran Wormhole (lubang cacing). Credit: geoffreylandis.com
Penyelesaian geometri Schwarzschild mengandung unsur, sebuah lubang hitam, sebuah lubang putih(lubang hitam di semesta lain), dan dua buah semesta yang (horizon-nya) dihubungkan oleh wormhole (lubang cacing). Semisal penggambaran berikut,

Diteorikan wormhole ini adalah terowongan ruang dan waktu. Tidak seperti black hole yang hanya memiliki satu bukaan, maka wormhole memiliki 2 bukaan. Karena itu memungkinkan dari teori ini bahwa kita dapat mundur ke waktu yang lalu. walaupun mekanismenya terkait erat dengan keberadaan materi eksotic, yang bermassa negatif, dengan efek gravitasi negatif, untuk memanipulasi geometri ruang-waktu. Hanya saja hal ini memerlukan energi yang teramat sangat tinggi, hampir tidak masuk akal dalam kapasitas manusia. (Sumber: wikipedia.org, answers.yahoo.com)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto