Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Tuesday, August 23, 2011

FOTO: Rhea dan Titan, Bulan Planet Saturnus

Dua bulan milik Saturnus, Rhea (depan), Titan (belakang). Credit: NASA/JPL/Space Science Institute
Pemandangan yang indah ini menampilkan dua bulan milik Saturnus, Titan (belakang) dan Rhea. Gambar diambil pada 16 Juni oleh pengorbit Cassini milik NASA.

Rhea, yang tampak seperti batu berwarna abu-abu, memiliki kawah dan es. Bulan itu memiliki diameter 1.529 kilometer. Sementara di latar belakang dan berwarna kuning adalah Titan, satelit alami terbesar kedua, dengan diameter 5.150 kilometer.

Meskipun ukuran dan komposisinya berbeda, keduanya berpotensi mengandung bahan kimia yang rumit dan memiliki tanda-tanda kehidupan. Rhea memiliki atmosfer yang kaya oksigen yang tercipta akibat pemisahan molekul air oleh partikel yang dilontarkan medan magnet Saturnus.

Sementara itu Titan memiliki danau dan sungai yang mengandugn cairan metana dan etana. Titan juga memiliki atmosfer hidrokarbon dan diperkirakan memiliki lautan di bawah permukaannya. Titan adalah salah satu benda angkasa yang dianggap paling mungkin untuk mendukung kehidupan. (Sumber: Wired)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Suara Badai di Planet Saturnus

Badai di planet Saturnus. Credit: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Pesawat antariksa Cassini merekam badai yang terjadi di Saturnus pada 15 Maret 2011 dalam bentuk gelombang radio dan mengirimkan audio dari kejadian tersebut.

Klik di sini untuk mendengarkan suara badai di Saturnus.

Peralatan pada Cassini merekam petir dengan jumlah 10 petir per detik, terlalu banyak bagi peralatan pada pesawat untuk memisahkan sinyalnya secara individu. Tim kemudian membuat audio berdasarkan gelombang radio yang diambil pada 15 Maret--saat itu badai agak tenang.

Badai cukup besar untuk dapat disaksikan dari Bumi menggunakan teleskop. Badai ini pertama kali didapati oleh astronom pada awal Desember. Badai berkembang hingga 2.500 kilometer pada hari pertama dan melebar hingga 17.000 kilometer pada tiga minggu kemudian. Ekor badai terbesar yang pernah terekam dengan detail ini meluas menutupi seluruh planet.

Badai seperti ini muncul sekali setiap 30 tahun dan dikenal dengan nama "Great White Spots." (Sumber: Wired)

Sumber: nationalgeographic.co.id

VIDEO: Uji Pendaratan Pesawat Antariksa

NASA/Sean Smith
NASA telah selesai membuat kolam berisi jutaan galon air untuk menguji "pendaratan" generasi terbaru pesawat antariksa berawak. Pesawat generasi baru tidak mendarat di tanah, tapi akan jatuh di laut, seperti Apollo, Mercury, dan Gemini.



Pesawat bernama Orion yang memiliki berat lebih dari 10 ribu kilogram tersebut diletakkan di sebuah kerangka peluncuran dan dijatuhkan ke dalam kolam. Dalam video, pesawat masuk ke air dengan kecepatan 38,6 kilometer per jam. Uji ini bertujuan untuk memaksimalkan ketahanan kapsul Orion terhadap benturan dengan air. NASA berencana melakukan pengujian dengan kecepatan yang lebih tinggi. (Sumber: Popsci)

Sumber: nationalgeographic.co.id

Benarkah Kehidupan Hanya Ada di Bumi ?

Jakarta – Ilmuwan mulai mencari intelijensia alien (SETI), dengan asumsi adanya kehidupan di luar sana. Namun, analisa terbaru nampaknya akan membuyarkan optimisme ini.

Guna menghitung kemungkinan terjadinya kontak radio dengan makhluk luar angkasa, para ilmuwan SETI menggunakan apa yang dikenal sebagai Persamaan Drake.Teori ini diformulasikan pada 1960 oleh Frank Drake dari SETI Institute di California.

Persamaan ini memperkirakan jumlah transmisi radio peradaban di galaksi kita pada satu waktu dengan mengalikan senar faktor yang ada. Termasuk fraksi jumlah bintang, fraksi yang memiliki planet, faksi layak huni, kemungkinan munculnya kehidupan di planet itu, kemungkinan munculnya entitas cerdas dan sebagainya. Nilai-nilai dari hampir semua faktor ini sangat spekulatif.

Namun, Drake dan lainnya menghasilkan tebakan terbaik, dengan memperkirakan adanya sekitar 10 ribu peradaban canggih di galaksi yang saat ini sedang mengirim sinyal menggunakan cara manusia. Jumlah itulah yang membuat beberapa ilmuwan memprediksi manusia akan mendeteksi sinyal asing dalam dua dekade mendatang.

Optimisme mereka bergantung pada satu faktor tertentu. Dalam persamaan, kemungkinan munculnya kehidupan di planet layak huni (ada air, permukaan berbatu dan atmosfer), hampir selalu dianggap 100%. Sebagai penalaran, hukum-hukum dasar yang sama berlaku untuk seluruh alam semesta.

Karena hukum-hukum ini membahayakan asal-usul kehidupan di Bumi, kehidupan ini siap muncul di tempat lain. Ketika astrobiologis Rusia Andrei Finkelstein melakukan konferensi pers SETI baru-baru ini ia mengatakan, “Asal-usul kehidupan sama tak terelakkannya dengan pembentukan atom”.

Namun dalam makalah baru yang diterbitkan di arXiv.org, astrofisikawan David Spiegel di Princeton University dan fisikawan Edwin Turner di University of Tokyo berpendapat, pemikiran tersebut keliru. Menggunakan metode statistik yang disebut penalaran Bayesian, ilmuwan ini berpendapat, kehidupan di Bumi bisa menjadi sangat umum atau sangat jarang dan tak ada alasan memilih salah satu kesimpulan dari lainnya.

Melalui analisis baru ini, Spiegel dan Turner mengaku berhasil menghapus satu teori Persamaan Drake yang sangat diyakini ilmuwan dan menggantinya dengan tanda tanya besar. Disebutkan, meski benar kehidupan muncul dengan cepat di Bumi (dalam beberapa ratus juta tahun pertama planet), para peneliti menunjukkan, jika hal itu tak segera terjadi, tak akan ada cukup waktu bagi kehidupan cerdas (manusia) untuk berevolusi.

Pada dasarnya, teori di atas sangat bias. Butuh setidaknya 3,5 miliar tahun bagi kehidupan cerdas untuk berkembang di Bumi, dan satu-satunya alasan adanya kehidupan saat ini adalah adanya evolusi sejak awal. Keberuntungan ini sepenuhnya independen dari kemungkinan adanya kehidupan di planet layak huni lain.

“Meski kehidupan di planet ini dimulai, segera setelah Bumi bisa dihuni, fakta ini konsisten dengan kehidupan yang jarang terjadi di alam semesta,” ujar penulis. Dalam makalahnya, Spiegel dan Turner membuktikan pernyataan tersebut secara matematis. Hasilnya bukan berarti manusia sendirian. Namun, tak ada alasan sebaliknya.

“Penggila Bayesian yang terobsesi kehidupan di luar Bumi harus secara signifikan didorong pemunculan cepat kehidupan di awal Bumi, namun tak bisa sangat yakin atas dasar itu,” para penulis menyimpulkan. Keberadaan manusia sendiri menyiratkan mengenai seberapa banyak kehidupan lain muncul. Jika kehidupan muncul secara independen di Mars, maka ilmuwan akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk menyatakan, bahwa asal-usul kehidupan tak bisa dihindarkan.

Nebula Jam Pasir (MyCn18)

Nebula jam pasir (  MyCn18). Credit: Dailymail  
London – Fenomena ini jelas bukan kejadian yang bisa ditemui tiap hari. Pasir waktu mulai habis bagi bintang pusat nebula planet berbentuk jam pasir ini. Seperti apa?

Bersama sisa bahan bakar nuklir, pemandangan menakjubkan fase penutupan MyCn18 atau yang lebih dikenal sebagai Nebula Jam Pasir ini terjadi di lapisan luar yang dilepaskan. Nebula ini terletak delapan ribu tahun cahaya dari Bumi di selatan rasi bintang Musca.

Pemandangan menakjubkan ini merupakan bagian inti bintang serupa matahari yang sedang dalam proses menjadi bintang putih kerdil yang lebih dingin. Astronom menggunakan teleskop Hubble Space guna mendapat serangkaian gambar nebula planet ini pada pertengahan 1990-an, termasuk gambar mata menakjubkan ini.

Nebula jam pasir (  MyCn18). Credit: Dailymail  
Cincin menyala menakjubkan menjadi garis luar dinding jam pasir. Ketajaman gambar Hubble ini jelas mengungkap detail mengejutkan proses tersebut.

MyCn18 ditemukan Annie Jump Cannon dan Margaret W Mayall selama risetnya untuk Henry Draper Catalogue, ensiklopedia bintang astronomi yang disusun antara 1918-1924.

Berkat kemajuan teknologi seperti ditulis Dailymail, ilmuwan Raghvendra Sahai dan John Trauger dari Jet Propulsion Laboratory berhasil menangkap gambar menakjubkan ini pada Januari 1996.

Sumber: inilah.com

Monday, August 22, 2011

Antimateri Terlihat di Sabuk Van Allen

Antimateri. Credit: Kristian Birkeland
Antiproton yang merupakan barisan tipis antimateri terlihat untuk pertama kalinya di Sabuk Van Allen. Diperkirakan, magnet bumi telah menjebak antimateri tersebut, hingga dapat terlihat.

Payload for Antimatter Matter Exploration and Light-nuclei Astrophysics (PAMELA) yang diluncurkan pada tahun 2006 inilah yang menemukan antiproton tersebut. Partikel sinar kosmos yang merupakan molekul pembentuk atmosfer bumi, terperangkap di sabuk Van Allen merupakan daerah magnet Bumi.

Saat PAMELA melewati anomali Atlantik Selatan, ribuan antiproton terlihat. Jumlah antiproton ini jauh di atas perkiraan para peneliti sebelumnya. Para peneliti mengatakan, ini bukti bahwa Van Allen menahan antiproton hingga antiproton tersebut bertemu dengan benda di atmosfer, atau saat cahaya menyinari mereka.

Antimateri. Credit: Kristian Birkeland

Alessandro Bruno dari University of Bari berkata, "Barisan ini adalah sumber antiproton yang paling dekat dengan bumi. Antiproton dapat hilang dalam interaksi dengan konstituen atmosfer, khususnya saat di ketinggian rendah."

Selain menemukan teori dari terperangkapnya antimateri ini, kemungkinan lain dari fungsi antimateri pun terungkap. Para ilmuwan mengatakan, mungkin untuk masa depan, antimateri dapat menjadi bahan bakar pesawat luar angkasa. (Sumber: BBC)

sumber: nationalgeographic.co.id

Kalkulator Astronomi Tertua di Dunia

Kalkulator astronomi.
Credit: nationalgeographic.co.id
Kalkulator astronomi tertua di dunia memiliki sistem gerigi yang rumit. Penelitian baru mengungkapkan kalau alat dengan mekanisme Antikythera tersebut menggunakan geometri murni dan digunakan untuk melacak benda-benda langit.

Kalkulator berumur 2.000 tahun itu bisa melacak hari, posisi Matahari dan Bulan, serta mungkin beberapa planet lain. Mekanisme Antikythera dapat dipakai untuk memprediksi gerhana dan mengetahui jadwal Olimpiade.

Kalkulasi dilakukan dengan 37 gerigi yang saling terhubung. Di bagian depan ada penampang mirip dengan jam dinding yang menampilkan tanggal dalam 2 lingkaran--satu lingkaran menampilkan zodiak Yunani, satu lagi menampilkan bulan-bulan dalam setahun. Tiga lengan menjelaskan tanggal, posisi matahari, dan posisi bulan.

Kalkulator astronomi. Credit: nationalgeographic.co.id

"Ini mesin yang cukup lengkap," kata James Evans, ahli sejarah sains dari University of Puget Sound pada saat presentasi di University of Washington akhir bulan lalu. "Tak ada yang menyangka ada mesin serumit ini di abad ke-2," tambahnya.

Kalkulator astronomi ditemukan pada sebuah kapal karam di daerah Yunani pada tahun 1901. Ketepatannya menyamai ketepatan jam yang dibuat pada abad ke-19.

Source: http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/901/kalkulator-astronomi-tertua-di-dunia

Perkembangan Ilmu Astronomi di Afrika Selatan

South African Astronomical Observatory.
Credit: saao.ac.za
Perkembangan astronomi di Afrika Selatan sendiri dimulai di Cape saat kunjungan seorang astronom yang sedang dalam perjalanan menuju Thailand di tahun 1685. Pada saat itu perjalanan dengan kapal membutuhkan navigasi langit yang lebih baik agar bisa menuntun sang astronom tiba di tempat tujuannya.

Untuk itu pada tahun 1820 dibangunlah Royal Observatory at the Cape of Good Hope yang sekarang dikenal sebagai South African Astronomical Observatory dengan tujuan untuk memetakan langit selatan seakurat mungkin.

Pada masa-masa itu, para astronom di Cape dikenal dalam hal pengukuran jarak bintang, penentuan bentuk bumi belahan selatan, pembuatan peta fotografi langit pertama, membuat instrumen yang akurat pada saat itu untuk penentuan posisi bintang, membuat katalog posisi dan jarak bintang yang cukup akurat untuk bintang-bintang dekat serta menjadi pionir dalam pengamatan spektroskopik bintang di langit selatan.

South African Astronomical Observatory pada siang hari. Credit: findtripinfo.com

South African Astronomical Observatory pada malam hari. Credit: findtripinfo.com

Di tahun 1869, Thomas Maclear mendapatkan penghargaan Royal Medal untuk pengukuran busur meridian di Cape of Good Hope dan di tahun 1903, David Gill juga mendapat penghargaan yang sama atas penelitiannya mengenai Matahari dan paralaks Bintang. Di era 70-an, Republic Observatory di Johannesburg dan Radcliffe Observatory di Pretoria bergabung dengan Royal Observatory membentuk South African Astronomical Observatory yang saat ini berlokasi di Sutherland.

Di masa kini, astronom memang sudah tidak lagi menghabiskan waktunya untuk memetakan langit namun pekerjaan itu bergeser pada bagaimana memahami alam semesta. Mengungkap pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana sebuah planet terbentuk, apakah lubang hitam itu ada? Bagaimana sifatnya dan pengaruhnya di alam semesta? Apa itu materi gelap? Bagaimana sifat materi ketika berada dekat dengan bintang katai putih, bintang netron dan lubang hitam? Apa hubungan supernova dan ledakan sinar gamma? Pada skala yang lebih luas lagi, pertanyaan yang muncul sering kali terkait bagaimana alam semesta terbentuk dan berevolusi?

Nah untuk menjawab semua pertanyaan itulah para astronom masa kini mencari jawabannya di antara luasnya semesta. Dan perjalanan astronomi di Afrika Selatan terus berkembang dan tak kan bisa lepas dari kerjasama internasional untuk bisa mewujudkannya.

SAAO di Cape Town memiliki teleskop reflektor dan refraktor tua 0.4 dan 0.6 meter. Sementara itu di Sutherland, teleskop-teleskop yang berdiam di sana merupakan teleskop reflektor dengan diameter cermin 1.9m, 1.4m, 1.0m, 0.75m, 0.5m dan sekarang 11 meter. Semua teleskop ini ketika dilengkapi instrumen modern justru menjadi instrumen yang sangat baik dalam mempelajari langit. Dan dalam masa kerjanya, teleskop-teleskop tersebut digunakan oleh para astronom yang berkunjung dari seluruh dunia untuk melakukan penelitian. Menarik bukan?

Pada tanggal 1 September 2005, Afrika memberi kejutan pada dunia dengan cahaya pertama aka first light dari SALT (the Southern Africa Large Telescope) yang berdiameter 11 meter dan didesain khusus untuk kebutuhan spektroskopik. Pada saat cahaya pertama, SALT berhasil mengambil citra globular cluster 47 Tucanae, open cluster NGC 6152, galaksi spiral NGC 6744, dan nebula Lagoon dengan resolusi hanya 1 detik busur. SALT kemudian diresmikan pada tanggal 10 November 2005 dan mulai saat itu ia pun bertugas untuk mengungkap rahasia alam semesta sebagai teleskop otik terbesar di bumi belahan selatan.

Dan di masa depan, bersama negara-negara seperti Argentina, Australia, Canada, China, Eropa ( Inggris, Belanda, Italia), India dan New Zealand, Afrika Selatan juga ambil bagian dalam proyek pembangunan Square Kilometer Array (SKA) yang merupakan pembangunan teleskop radio terbesar di abad 21. Bersama negara-negara tersebut, Afrika Selatan berada dalam daftar untuk menjadi rumah bagi SKA. Namun saat ini sebagai bagian dari proyek teleskop radio di negara tersebut dan mengikuti kesuksesan Hartebeesthoek Radio Astronomy Observatory di dekat Johannesburg, proyek Karoo Array Telescope (MeerKAT) pun telah dibangun di dekat Carnarvon dan Williston, Cape Utara tak jauh dari lokasi yang diajukan sebagai rumah SKA.

Source: http://wihans.wordpress.com/2010/07/04/msc-afsel-pabh/


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto