Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, August 20, 2011

Alien Serang Bumi Karena Merasa Terancam

Semua yang kita lakukan di bumi sepertinya bisa mengancam diri kita sendiri. Ada sebuah pertanyaan mengapa kita harus menyelamatkan Bumi?

NASA membuat laporan baru, yang ditulis oleh para ilmuwan NASA di Penn State. Mereka menjelaskan bahwa laporan tersebut menunjukkan ada hubungan di mana makhluk alien yang berwarna hijau, biru dan oranye di luar sana mungkin melihat emisi sebagai sesuatu yang berbahaya buatan manusia, dianggap sebagai ancaman untuk mereka.

Mungkin alien mempertimbangkan bahwa Bumi memberikan lebih banyak ancaman daripada yang mereka perkirakan sebelumnya. Laporan itu mempertanyakan, mungkin sinyal bagi alien di atas sana menyatakan bahwa kita adalah kesatuan yang berkembang pesat dan harus dihancurkan sebelum tumbuh lebih jauh.

Dalam rangka untuk melakukan serangan, alien mungkin akan menyambar manusia dan menghancurkan tubuh kecil manusia seperti membunuh semut. Tapi mungkinkah alien hidup bersama kita?

Laporan NASA yang secara filosofis berjudul 'Apakah kontak dengan makhluk luar angkasa itu bermanfaat?' menawarkan tiga kategori kemungkinan.

Seperti yang dikutip dari Cnet, Jumat (19/8/2011), alien mungkin berubah menjadi kawan yang sangat misterius, mereka mungkin hanya ingin belajar bagaimana untuk bermain kriket, membuat Alaska terpanggang dan mengajarkan kita bagaimana untuk menyerang lawan politik atau sosial hanya dengan laser yang muncul dari kuku mereka.

Kemungkinan kedua adalah bahwa alien telah menganggap manusia sebagai gangguan, serta merasa bahwa manusia bisa membalas. Laporan ini berpendapat bahwa mereka mungkin juga akan lebih birokratis, yang akan mendorong kita untuk melakukan serangan hebat.

Atau mereka mungkin hanya ingin memanggang Alaska dan menyerang manusia. Hal ini mungkin terjadi karena alien kejam atau hanya karena mereka sedikit canggung untuk melakukannya.

Jika saja hal tersebut benar, maka Stephen Hawking sudah terlebih dahulu memperingatkan bahwa alien benar-benar bisa membenci manusia. Namun laporan ini mencoba untuk menyusun banyak alur cerita dan beragam, yang berhubungan dengan masa depan manusia dengan makhluk lainnya.

Wah, 'Pita' Muncul di Pusat Bima Sakti

London – Simpul cincin gas melebar lebih dari 600 tahun cahaya muncul di jantung galaksi Bima Sakti. Akhirnya, ‘pita’ ini berhasil diteliti untuk pertama kalinya.

Cincin gas ini yang melahirkan bintang baru ini memiliki belitan di tengahnya yang tampak seperti simbol tak terbatas kosmik. Bagian cincin memang pernah dilihat sebelumnya, namun Herschel Space Telescope milik European Space Agency baru saja melakukan penelitian pada struktur keseluruhannya.

Pesawat Herschel secara khusus dibuat untuk ‘mengintip’ pusat Bima Sakti karena mampu mendeteksi inframerah dan cahaya sub-milimeter yang mampu penetrasi melewati debu.

Menurut pernyataan Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, astronom terkejut melihat apa yang mereka temukan.

Saat mengarahkan teleskop ke cincin dalam galaksi, "Cincin yang ada tampak seperti simbol tak terbatas," ujar laboratorium itu.

Ilmuwan mengaku belum memahami mengapa simbol tak terbatas itu tersimpul dan terbelit.

Selain itu, masih sedikit informasi diketahui mengenai cara cincin gas terbentuk dalam galaksi spiral. Selain itu, muncul misteri baru, cincin baru ini nampaknya sedikit maju dari pusat galaksi tempat lubang hitam besar berada.

Menurut penulis utama Sergio Molinari dari Institute of Space Physics, hal menariknya adalah mengenai peluncuran teleskop luar angkasa baru seperti Herschel.

"Kita punya misteri baru tepat di pusat galaksi kita sendiri,” ujar penulis makalah yang diterbitkan di jurnal Astrophysical Journal Letters seperti ditulis Dailymail.

sumber

VIDEO: Badai Matahari Terjang Bumi

Untuk kali pertamanya, pesawat ruang angkasa yang jauh dari Bumi, STEREO-A, menjadi saksi saat terjadinya badai Matahari melanda planet Bumi. Sebuah video yang dirilis NASA telah membuat para fisikawan tercengang.

Posisi pesawat STEREO-A saat mengamati badai matahari (Credit: NASA/Goddard Space Flight Center/Scientific Visualization Studio )
"Video ini membuat saya merinding," kata Craig DeForest, ilmuwan dari Southwest Researcher Institute di Boulder, Colorado. "Ini menunjukkan pembengkakan CME (coronal mass ejection) menjadi dinding plasma besar kemudian menerjang sebuah titik biru. Titik tersebut adalah Bumi, tempat tinggal kita. Saya merasa kecil, tak berarti," tambah dia.

CME adalah ledakan besar yang melontarkan miliaran ton awan plasma korona. Ketika menyapu Bumi, ia dapat menyebabkan aurora, badai radiasi, dan dalam kasus yang ekstrem adalah terputusnya jaringan listrik dan mematikan sistem satelit. Melacak awan ini dan prediksi kedatangannya adalah bagian penting terkait cuaca luar angkasa.

"Kami pernah melihat CME sebelumnya, namun tak pernah seperti ini," kata Lika Guhathakurta, ilmuwan misi STEREO di kantor pusat NASA. "STEREO-A telah memberi kita pandangan baru tentang badai matahari."

STEREO-A adalah satu dari dua pesawat luar angkasa yang diluncurkan pada 2006 untuk mengobservasi aktivitas Matahari. Saat badai itu terjadi, STEREO-A berjarak lebih dari 65 juta mil dari Bumi.

CME pertama yang meninggalkan Matahari terlihat terang dan mudah dilihat. Namun, visibilitasnya secara cepat menurun saat awan plasma berekspansi ke ruang hampa udara. Saat melintasi orbit Venus, cahayanya jutaan kali lebih pucat dari bulan purnama, dan ribuan kali lebih pucar dari Bima Sakti. CME yang mencapai Bumi hampir sama tipis dengan ruang hampa, nyaris transparan.

"Membedakan CME dengan cahaya bintang atau debu angkasa selama ini menjadi tantangan besar," kata Craig DeForest.

Butuh tiga tahun, sejak 2008, bagi tim ilmuwan untuk belajar mengenali CME. Kabar baiknya, kini teknik tersebut telah disempurnakan. Ini sangat penting artinya dalam prediksi cuaca ruang angkasa. Dengan mengkalkulasi kecepatan CME, kita bisa mengestimasi kapan ia akan mencapai Bumi.

"Di masa lalu, prediksi terbaik kami soal kedatangan CME, penuh ketidakpastian, plus atau minus 4 jam," kata Alysha Reinard dari Space Weather Prediction Center NOAA. "Video ini secara signifikan akan mengurangi tingkat kesalahan. (sumber: NASA)

Matahari Punya Saudara Kembar?

Kelahiran Matahari sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu di dalam sebuah nebula, tampaknya juga melahirkan ribuan bintang lain. Lalu, apa yang terjadi dengan saudara-saudara Matahari? Pencarian terus dilakukan, akan tetapi saudara-saudara Matahari itu bisa berada di mana saja di galaksi Bima Sakti.

Jika jumlahnya hanya dalam bilangan ribuan, mungkin tidak terlalu sukar untuk menemukannya. Sayangnya, galaksi Bima Sakti merupakan tempat tinggal dari sekitar 100 sampai 400 miliar bintang. Jika saudara-saudara Matahari itu berkumpul di salah satu sudut galaksi, mereka sulit ditemukan. Apalagi faktanya, mereka tersebar di seluruh penjuru galaksi.

Tahun lalu, Simon Portegies Zwart, astronom Belanda menyebutkan bagaimana cara mencari saudara dekat Matahari. Ia membuat model bagaimana bintang-bintang berpencar saat mengorbit di titik tengah galaksi dan yakin bahwa antara 10 sampai 60 bintang saudara Matahari berada di jarak yang dekat dengan Bumi. Tidak sampai 330 tahun cahaya jauhnya.

Zwart menyebutkan, bintang-bintang ini memiliki usia, komposisi kimia, dan pergerakan yang sama dengan Matahari. Artinya, bintang-bintang itu juga dapat menggambarkan pada kita bagaimana sistem tata surya lahir.

Jika ada beberapa lusin saudara kembar Matahari di sekitar tata surya, menemukannya tentu tidak sulit. Akan tetapi, Yury Mishurov, astronom Russia tidak sependapat.

Menurut Mishurov, model yang dikembangkan Zwart tidak cukup cerdas untuk menelurkan hasil yang akurat karena tidak menghitung efek lengan-lengan spiral milik galaksi. Alasannya, tonjolan dari badan utama Bima Sakti ini sangat mempengaruhi pergerakan bintang-bintang akibat efek gravitasi yang luar biasa.

Menurut kalkulasi terbaru Mishurov, saudara-saudara Matahari jauh lebih tersebar di penjuru galaksi dibanding perkiraan Zwart. Diperkirakan, hanya ada 3 sampai 4 bintang yang tersisa di sekitar Matahari.

“Meski masih banyak yang harus dilakukan, akan tetapi saya cukup gembira dengan penemuan ini,” kata Mishurov, seperti dikutip dari Sciencemag, 24 November 2010.
“Ini merupakan langkah logis berikutnya, dan pada akhirnya, yang terpenting adalah apakah kita akan dapat menemukan saudara kandung Matahari kita. Adalah kesalahan besar jika kita menyerah untuk mencarinya,” ucap Mishurov.

Sayangnya, tidak seluruh astronom sepakat dengan Mishurov. Gerard Gilmore, astronom dari Cambridge, menyebutkan bahwa mencari bintang yang memiliki rupa seperti Matahari tidaklah sulit. Akan tetapi, melacak sampai ke tempat kelahirannya merupakan hal mustahil.
Walaupun penemuan saudara kandung Matahari akan memberikan dampak positif bagi ilmu pengetahuan, Gerard meragukan apakah Matahari tersebut dapat dicari. "Tentunya sangat menarik jika Matahari punya saudara kembar yang identik lengkap dengan sistem planet-planet yang serupa dengan tata surya kita, di mana ada planet yang serupa Bumi berotasi di Matahari tersebut."

Friday, August 19, 2011

Foto Terbaru Galaksi 'Bulu Domba'

Galaksi NGC 3521
Seperti inilah wujud galaksi NGC 3521. Galaksi yang letaknya dekat dengan bumi ini punya spiral mirip bulu-bulu domba.

European Southern Observatory (ESO) merilis foto terbaru dari galaksi NGC 3521. Galaksi yang ditemukan oleh astronom William Herschel pada 1784 ini, spiralnya tampak bergumpal-gumpal seperti bulu domba.

Diberitakan Space, galaksi NGC 3521, jaraknya 35 juta tahun cahaya dari bumi dan membentuk konstelasi Leo. Galaksi ini adalah salah satu yang berukuran besar. Ukuran diameternya 50.000 tahun cahaya.

Di dalamnya terdapat bintang-bintang terang yang jaraknya berdekatan serta debu-debu angkasa yang berserakan di antaranya. Bintang-bintang dan debu itulah yang membentuk spiralnya jadi mirip bulu-bulu domba. Bagian yang kemerahan di tengah galaksi menandakan bintang tua, sedangkan bagian biru yang terdapat di sekitarnya adalah bintang muda.

Galaksi ini terletak dekat dengan bumi, dan dapat dengan mudah diamati menggunakan teleskop kecil. Foto yang dirilis 10 Agustus 2011 ini diambil dengan menggunakan perangkat teleskop FORS1 milik ESO yang dipasang di Paranal Observatory ESO di Chili.

AS Sediakan $500.000 Untuk ke Bintang

Lembaga riset militer Amerika Serikat akan mendanai siapapun yang mau pergi ke bintang.

Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), lembaga penelitian dan pengembangan militer Amerika Serikat, siap mengeluarkan dana $500.000 atau setara dengan Rp4,2 miliar untuk diberikan kepada individu atau organisasi yang mau melakukan penelitian untuk misi pengiriman manusia ke bintang.

Proyek bernama 100-Year Starship ini sudah dimulai sejak tahun lalu. Dana sebesar itu akan diberikan kepada pelaku riset pada November 11, tapi DARPA tidak akan melakukan pendampingan pada proses risetnya.

Seperti dilansir IBtimes,David Neyland, direktur Tactical Technology Office, DARPA, mengatakan bahwa lembaganya tidak akan mengiringi atau memberi bantuan kepada individu atau organisasi yang tertarik pada program ini. Mereka hanya akan merekrut dan membayar.

Sebuah Meteorit Akan Jatuh ke Bumi

Kamera di Southern Ontario Meteor Network mendeteksi adanya bola api atau meteor pada Senin (8/8/2011) pukul 01.22 EDT atau sekitar pukul 12.00 WIB pada tanggal yang sama.

"Meteor ini tertangkap di sekitar wilayah Danau Erie dan mengarah ke selatan-tenggara Ohio, AS," kata Kepala Meteoroid Environment Office NASA, Marshall Space Center, Huntsville. Meteor ini berpotensi lolos melewati atmosfer dan menumbuk permukaan Bumi. Jadi, bersiaplah untuk menyambutnya.

Seperti diketahui, meteor yang sampai ke permukaan Bumi disebut meteorit. Saat teramati, meteor tengah bergerak lambat di ketinggian 38 km di atas permukaan Bumi. Ketinggian ini tergolong rendah sebab umumnya bergerak di ketinggian 65-80 km di atas permukaan Bumi. Menurut Cooke, semakin dalam penetrasi meteor dan semakin lambat kecepatannya, maka makin berpotensi meteor sampai ke Bumi menjadi meteorit.

Meteor ini diketahui bergerak dengan kecepatan 40.555 km per jam. Massa meteor hanya 10 kg. Jadi, jika memang nanti menjadi meteorit, ukurannya kecil dan tak akan menimbulkan dampak serius. "Besarnya hanya sebesar kuku ibu jari, mungkin lebih besar sedikit," cetus Cooke. Massa meteoritnya nanti mungkin hanya 100 gram, dan diperkirakan hanya berdiamater 2,5-5 cm.

Cooke mengatakan, jika ada yang menemukan meteorit itu, diharapkan melapor ke NASA. Namun, Cooke mengingatkan bahwa meteorit yang jatuh menjadi hak milik si empunya lahan tempat meteorit itu jatuh, jadi yang mengambil mesti meminta izin. Jangan terlalu berharap akan jatuh di Indonesia sebab, menurut Cooke, meteorit nantinya akan tetap jatuh di wilayah Amerika Serikat, tepatnya di timur Cleveland.

Dua Bintang Ini Saling Mengelilingi Satu Sama Lain dan Akhirnya Menyatu

Para astronom yang tergabung dalam program survei Ariz di Observatorium MMT di Gunung Hopkins di Tucson, Arizona, Amerika Serikat, berhasil menemukan sistem bintang katai putih kembar yang jarak antarbintangnya hanya 225.000 kilometer. Jarak ini lebih dekat dibanding jarak rata-rata Bumi dan Bulan sejauh 380.000 kilometer.

Kedua bintang saling mengitari dengan kecepatan 435 kilometer per detik dan menyelesaikan satu putaran dalam waktu 39 menit. Bintang katai putih yang pertama berukuran 17 persen dari massa Matahari. Adapun bintang kedua berukuran 43 persen massa Matahari.

Ilustrasi dua bintang katai putih yang hampir mati saling mengelilingi satu sama lain dengan periode 39 hari.

Jarak yang sangat dekat membuat tarikan gravitasi antarkeduanya akan semakin besar. Akibatnya, kedua bintang itu diperkirakan akan saling bertabrakan dan menjadi satu pada 37 juta tahun lagi.

"Bintang-bintang ini telah menikmati kehidupan pertamanya. Setelah bertabrakan dan bergabung menjadi satu bintang baru, ia akan menjalani kehidupan keduanya," kata Mukremin Kilic, astronom dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian kepada Sciencedaily, Rabu (6/4/2011)

Source: http://sains.kompas.com/read/2011/04/11/21495624/Dua.Bintang.Berdansa.Menuju.Kematian


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto