Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, August 17, 2011

Pentingnya Asteroid Sebagai Media Penelitian Proses Terbentuknya Planet

Pada 27 Juni kemarin, sebuah asteroid yang diberi nama 2011MD baru saja melintas di dekat Bumi. Saat melintas, jaraknya jauh lebih dekat dibandingkan dengan jarak Bumi dengan Bulan.

Astronom dan ilmuwan dari seluruh dunia segera mengamati kehadiran asteroid tersebut. Seberapa pentingkah asteroid hingga mendapatkan demikian banyak perhatian?

Material pada asteroid merepresentasikan bahan untuk membangun sebuah planet. Ia mengandung petunjuk mengapa planet-planet di dua bagian tata surya sangat jauh berbeda.

“Material pada asteroid merepresentasikan bahan untuk membangun sebuah planet,” kata Carol Raymond, Deputy Principal Investigator NASA, seperti dikutip dari Fox News, 28 Juni 2011. “Berhubung posisi sabuk asteroid di tata surya ada di antara planet-planet dalam yang berbatu dan planet-planet luar yang terdiri dari gas, material yang ada di asteroid mengandung petunjuk mengapa planet-planet tersebut sangat jauh berbeda.”

Sebagai contoh, asteroid Vesta dan planet kerdil Ceres terbentuk pada kisaran waktu yang sama yakni 10 juta tahunan setelah tata surya terbentuk. Namun saat ini, kedua benda angkasa itu memiliki komposisi yang sangat berbeda.

Vesta, yang sempat meleleh secara total dan kemudian kembali memadat kini sangat halus permukaannya. Adapun Ceres, tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali bahwa ia pernah melalui proses pelelehan.

Kemungkinan, Raymond menyebutkan, Vesta mengalami lebih banyak tabrakan dengan benda langit lain atau ia memiliki aluminium berbentuk radioaktif tingkat tinggi yang melepaskan panas saat pelepasan radioaktif. “Dengan mempelajari setiap asteroid, ilmuwan dapat memecahkan misteri ini,” kata Raymond.

Monday, August 15, 2011

Apakah Alien Itu Benar-benar Ada?

Pertanyaan seputar apakah ada kehidupan lain di luar planet Bumi merupakan salah satu dari 3 pertanyaan yang paling sering diutarakan pada para ilmuwan dan astronom. Dua pertanyaan lain adalah apakah Tuhan benar-benar ada dan apa yang terjadi jika kita terhisap ke black hole.

Menurut Charles Liu, profesor astrofisika dari City University of New York Staten Island dan peneliti dari Hayden Planetarium at the American Museum of Natural History, ia selalu mendapatkan setidaknya salah satu dari tiga pertanyaan di atas saat berada di ruang publik.




Hukum alam berlaku konsisten di seluruh penjuru alam semesta. Jika ada kehidupan yang bisa tumbuh di satu tempat, pastinya ada pula kehidupan serupa itu di tempat lain.

Selama bertahun-tahun, ia mencari jawaban terbaik untuk ketiga pertanyaan itu berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ia temukan serta pendapat pribadinya. Adapun untuk menjawab apakah ada alien, berikut ini jawabannya:

"Ya. Alam semesta ini sangat sangat luas dan hukum alam berlaku sangat konsisten di seluruh ruang yang sangat luas tersebut," kata Liu, seperti dikutip dari Space, 28 Juni 2011. "Kemungkinan bahwa hanya ada satu kehidupan yang tumbuh berkembang di seluruh alam semesta tersebut hampir mencapai nol," ucapnya.

Liu menyebutkan, jika ada kehidupan yang bisa tumbuh di satu tempat, pastinya ada pula kehidupan serupa itu di tempat lain. Pertanyaan berikutnya, apakah makhluk luar angkasa ada?

"Ya. Tetapi apakah makhluk tersebut mendarat di Bumi? Jawabannya, tidak," ucap Liu. "Tidak ada satupun dari yang disebut-sebut sebagai bukti kemunculan makhluk luar angkasa (extraterrestrial) di Bumi mengandung air setelah diuji coba secara ilmiah," ucapnya.

Pertanyaan berikutnya, kata Liu, adalah apakah kita akan berkomunikasi dengan mereka?

Sejak pengiriman gelombang radio dilakukan dari planet Bumi, sinyal tersebut telah berjalan sekitar 50 juta tahun cahaya dari sini atau sekitar 300 triliun mil.

"Namun, galaksi Bima Sakti kita sendiri ukuran lebarnya mencapai 600 ribu triliun mil. Artinya, sinyal radio itu membutuhkan waktu berabad-abad sebelum bisa berhasil keluar dari galaksi ini," ucapnya. "Peradaban lain di galaksi ini, kalaupun ada, tidak memiliki peluang untuk menerima sinyal radio yang kita kirimkan, kecuali jika mereka benar-benar ada di dekat sini," ucapnya.

Begitu pula dengan kita, Liu menyebutkan. "Meski dengan berbagai upaya, kita nyaris tidak mungkin mendeteksi sinyal radio dari bintang terdekat. Apalagi dari bintang yang jauh jaraknya," ucap Liu.

Jika demikian, sebut Liu, apakah ada peluang bahwa kita akan mampu melakukan kontak dengan kehidupan extraterrestrial? "Kemungkinan selalu ada. Namun peluangnya sangat-sangat kecil," ucap Liu.

Bintang Zombie, Pengukur Energi Gelap

Supernova adalah ledakan bintang yang menghasilkan cahaya terang di alam semesta. Salah satu supernova yang menarik untuk diteliti adalah supernova 1a. Ledakannya menghasilkan cahaya 1 miliar kali lebih terang dari Matahari. Uniknya, mengalami "kematian", supernova ini bisa "bangkit" dengan menghisap materi dari bintang "sahabat" dan karenanya disebut Bintang Zombie.

Bintang Zombie didapati di sistem bintang ganda dan merupakan hasil ledakan bintang katai putih (bintang yang ukurannya kecil). Biasanya, bintang katai putih yang membentuk supernova 1a memiliki massa yang sama dengan "sahabatnya", namun beberapa penemuan mengindikasikan adanya bintang dengan massa lebih besar meledak.




Supernova 1994d di galaksi NGC4526

Andy Howell, astrofisikawan Las Cumbres Observatory Global Telescope Network (LCOGT), mengatakan, "Kemungkinan, ada dua bintang katai putih yang bersatu, jadi sistem bintang ganda. Ketika bersatu, mereka meledak."

Penemuan Bintang Zombie penting dalam astronomi. "Bintang-bintang Zombie ialah alat pengukur energi gelap. Mereka memiliki kecerlangan yang sama sehingga bisa dipakai untuk mengetahui jarak semesta," kata Howell seperti dikutip Universe Today, Kamis (30/6/2011).

Diketahui, energi gelap berkaitan dengan pengembangan semesta. Kecepatan semesta mengembang tidak konstan atau melambat karena pengaruh gravitasi seperti yang diperkirakan. Ada gaya yang justru menyebabkan pengembangan semakin cepat dan itulah yang disebut energi gelap.

Energi gelap diperkirakan menyusun 3/4 bagian semesta. "Itulah hasil yang sepertinya terindikasikan, bahwa energi gelap terdistribusi ke penjuru semesta. Energi gelap seperti menjadi ciri semesta padahal sebenarnya kita tidak yakin."

Karena Bintang Zombie memiliki kecerlangan yang sama, Howell mengatakan, 'Kita bisa menggunakan supernova 1a untuk mengupayakan pengukuran yang lebih baik." Langkah awalnya tentu saja adalah menemukan lebih banyak lagi supernova.

Howell mengatakan, langkah mengukur energi gelap bukanlah hal tak mungkin. "Kita sekarang memiliki kamera digital ukuran besar pada teleskop serta teleskop yang berukuran besar. Kita bisa survei langit yang luas secara reguler, menemukan supernova setiap hari," kata Howell.

Dalam publikasinya di Nature Communication, Howell menuliskan, "Dekade selanjutnya adalah waktu memahami setiap aspek supernova 1a, dari fisika ledakan hingga kegunaannya sebagai 'lilin' standard. Dengan pengetahuan ini mungkin akan datang kunci untuk mengungkap rahasia tergelap dari energi gelap."

Source: http://sains.kompas.com/read/2011/07/06/09214976/Bintang.Zombie..Pengukur.Energi.Gelap

Bintang Zombie, Pengukur Energi Gelap, Wow, Bintang Zombie, Pengukur Energi Gelap

Akhirnya Terungkap Juga, Durasi 1 Hari di Planet Neptunus

Dengan melacak beberapa fitur tertentu di atmosfir, peneliti berhasil melakukan pengukuran akurat pertama terhadap periode rotasi planet Neptunus. Ternyata, satu hari di planet itu berlangsung tepat selama 15 jam, 57 menit dan 59 detik.

http://www.cosmosmagazine.com/files/imagecache/news/files/news/20110704_Neptune-features_web.preview.jpg

Temuan ini memperkaya pengetahuan kita seputar hal yang fundamental di Neptunus dan menyediakan pula mekanisme untuk memahami bagaimana massa planet itu didistribusikan. Seperti diketahui, Neptunus merupakan planet raksasa yang terbuat dari gas.

“Neptunus memiliki dua fitur yang memungkinkan untuk dipantau oleh Hubble Space Telescope yang tampaknya mengatur rotasi interior dari planet tersebut,” kata Erich Karkoschka, ilmuwan dari Lunar and Planetary Laboratory, University of Arizona, seperti dikutip dari Cosmos Magazine.

Karkoschka menambahkan, fitur seperti ini, tidak pernah dijumpai di planet gas raksasa lainnya.

Untuk mencari tahu berapa durasi satu hari di planet itu, Karkoschka mengukur putaran Neptunus dengan mengamati dua fitur yang terlihat mata milik atmosfir planet tersebut.

Ia kemudian mengukur garis bujur di antara setiap gambar yang ditangkap lalu menentukan interval waktu antara observasi dan menyediakan informasi periode putaran.

Berhubung Neptunus telah berotasi sekitar 10 ribu kali dalam 20 tahun terakhir, Karkoschka dapat mengetahui secara akurat periode putaran dengan melacak fitur-fitur ini dalam jangka waktu tersebut.

Hasil penelitian ini merupakan peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap rotasional planet gas sejak pertamakali Giovanni Cassini berhasil mendapati bintik merah planet Jupiter, pada 350 tahun lalu.

Saat ini di kalangan ilmuwan sendiri tampak muncul konsensus bahwa temuan Karkoschka memang akurat. Menurut Craig O’Neill, ilmuwan antariksa dari Macquarie University, Australia, temuan Markoschka seputar periode fitur milik atmosfir Neptunus tepat.

“Selain itu, Karkoschka juga menunjukkan bahwa di kawasan kutub, kecepatan angin lebih rendah dibanding di khatulistiwa,” ucap O’Neill. “Pertanyaan besar berikutnya adalah, bagaimana caranya itu bisa terjadi,” ucapnya.

Sumber :
vivanews.com

Gas Sulfur, Salah Satu Tanda Keberadaan Alien

Molekul gas sulfur atau belerang bisa menjadi penanda adanya alien atau setidaknya kehidupan mikro. Demikian diungkapkan Renyu Hu, pelajar doktoral Ilmu Keplanetan di MIT, dalam American Astronomy Society Meeting di Boston. Pendapat tersebut didasari fakta adanya kehidupan berbasis sulfur di Bumi.

http://assets.kompas.com/data/photo/2011/05/23/1321392620X310.jpg

Diketahui, banyak mikroba memakai senyawa sulfur untuk menghasilkan energi, persis seperti cara manusia menghasilkan energi dengan bantuan oksigen.

Hu membuat simulasi guna meyakinkan orang terhadap pendapatnya. Ia membuat sebuah model planet yang berada di zona layak huni di sistem bintang mirip Matahari. Planet itu kaya nitrogen seperti Bumi, tetapi memiliki kandungan sulfur 1.000 kali lebih besar dari Bumi.

Menurut Hu, kehidupan berbasis sulfur di permukaan planet mengeluarkan sisa gas hidrogen sulfida (H2S). "Hidrogen sulfida dari permukaan punya dampak besar pada komposisi atmosfer suatu planet," kata Hu seperti dikutip Physorg.

Jika atmosfer suatu planet memiliki kadar H2S yang tinggi, maka bisa jadi planet tersebut memiliki kehidupan. H2S memang sulit dideteksi oleh astronom. Namun, H2S berlebih menyebabkan banyaknya sulfur aerosol yang bisa dideteksi dengan inframerah atau cahaya tampak.

Meski pendapat Hu masuk akal, fakta membuktikan bahwa hingga saat ini belum ditemukan planet ekstra surya (di luar tata surya) yang berpenghuni di sistem bintang yang mirip dengan Matahari. Dengan demikian, pendapat Hu masih perlu dikaji.

Hu sendiri memperingatkan bahwa sulfur belum tentu menjadi tanda kehidupan. Bisa saja sulfur tersebut adalah hasil dari aktivitas vulkanik di planet tertentu. "Kami masih harus mengkaji asumsi ini secara menyeluruh," kata Hu.

Menurut Hu, H2S juga bukan satu-satunya gas yang bisa menjadi tanda kehidupan. "Kami ingin melihat sebanyak mungkin gas yang ada di atmosfer Bumi dan mengkaji apakah gas itu bisa menjadi penanda kehidupan," urai Hu. Hu melakukan eksperimennya kali ini bersama rekannya, Sara Seager dan William Baines.

Sumber :
kompas.com

Inilah Rahasia Terbesar Planet Mars

Planet Mars dinamakan seperti dewa perang Romawi karena warnanya yang merah. Tapi, tahukah Anda, di sistem tata surya, planet keempat ini memiliki gunung berapi terbesar?

Dari sudut pandang penjelajahan, julukan tersebut untuk planet merah ini sangat cocok. Pasalnya, Mars selalu mementahkan semua kemajuan ilmiah manusia. Lebih dari 40 pesawat terbang yang dikirim mempelajari planet ini mengalami kegagalan.




Bumi (kiri), planet Mars (kanan)

Bahkan, beberapa diantaranya hilang di luar angkasa dan sisanya menabrak permukaan planet ini. Meski begitu, para ilmuwan tak pernah putus asa mencari tahu rahasia planet merah ini. Beruntungnya, beberapa misi berhasil menjawab beberapa misteri yang menyelimuti planet ini, termasuk.

Memiliki kehidupan?

Planet merah selalu diliputin pertanyaan seputar kehidupan. Pasalnya, ilmuwan menganggap planet ini memiliki kesempatan besar untuk kehidupan bisa berkembang. “Hal yang ingin diketahui banyak orang, apakah planet ini pernah menyimpan kehidupan?,” ujar profesor astronomi Steve Squyres di Cornell University.

Squyres merupakan pemimpin penyidik misi Mars Exploration Rover yang menempatkan robot Spirit dan Opportunity di planet merah itu pada awal 2004. Hingga kini, Mars menjadi dunia yang ‘dingin, kering, sepi,’ ujar Squyres.

Namun, terdapat beberapa titik bukti menyatakan Mars merupakan planet yang hangat, basah dan jauh lebih mirip Bumi sekitar empat miliar tahun silam. Agar kehidupan bisa muncul, air sangat dibutuhkan. Menariknya, terdapat tanda menunjukkan, Mars dulunya menjadi planet yang benar-benar basah.

Planet ini banyak memiliki mineral di permukaannya, termasuk sulfat dan tanah liat yang bisa terbentuk hanya saat air ada. Banyak fitur geologi menunjukkan, hal-hal tersebut mengalir di permukaan planet ini. Sejumlah besar air masih ada di Mars namun membeku di ujung kutub es, seperti lapisan es yang baru saja ditemukan, gletser raksasa bawah tanah.

Petunjuk kehidupan mikroba Mars muncul dalam banyak samaran, misalnya pada meteorit Mars yang ditemukan di Antartika. Meteorit ini memiliki struktur aneh dan beberapa peneliti menafsirkannya sebagai fosil kecil yang diawetkan sebelum meteorit itu meluncur dari Mars. Meteorit ini mengandung metan yang bisa menjadi asal muasal biologis.

Hangat, basah, dingin dan kering

Misteri terbesar selanjutnya mengenai Mars adalah, “Apa yang terjadi?,” tanya Squyres. Mars merupakan tempat yang hangat dan basah 500 juta hingga satu miliar tahun silam, lanjutnya.

Misi eksplorasi Mars di masa depan akan dilengkapi peralatan yang lebih sensitif guna membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait kehidupan dan perubahan kondisi yang mencolok di planet merah itu.

Mars Science Laboratory NASA dan robot seukuran mobil bernama Curiosity beroda enam akan mendarat musim panas depan untuk mulai menganalisa batuan di planet itu dan mengirim gambar planet itu kembali ke Bumi untuk dipelajari.

Selain itu, European Space Agency mulai menyiapkan robot pertamanya, ExoMars, untuk diluncurkan di 2018. Squyres mengaku, misi membawa kembali tanah dan batuan Mars telah lama dipertimbangkan namun belum dijadwalkan.

Sedikit demi sedikit, para ilmuwan ingin memecahkan misteri apakah Mars memiliki atmosfer yang lebih tebal, serta bagaimana aktivitas geologi dan vulkanik mempengaruhi dunia selama ribuan tahun. Bagaimanpunjuga, Mars merupakan rumah Valles Marineris, salah satu sistem ngarai terpanjang yang pernah diketahui, dan Olympus Mons, gunung berapi terbesar di tata surya.

Kisah dua belahan

Mars sangat berbeda dari utara ke selatan. Kawah muda halus dataran rendah mendominasi bagian utara. Sementara bagian kawah kuno dataran tinggi sangat mencirikan belahan bagian selatan. Rata-rata tinggi belahan bagian utara lima kilometer lebih rendah dari selatan. Apa penyebabnya?

Penjelasan terbaik menjelaskan hal yang disebut hemisfer dikotomi ini adalah, hantaman benda raksasa seukuran Pluto ke bagian utara Mars empat miliar tahun silam. Jika teori yang diusulkan Squyres pada 1984 benar, artinya 40% bagian utara Mars sebenarnya kawah.

Hal ini akan memberi planet merah tersebut superlatif geologi lain akibat pengaruh kawah di di tata surya.

Inilah Rahasia Terbesar Planet Mars, Inilah Rahasia Terbesar Mars

Astronom Temukan 10 Planet Jauh Baru

Memanfaatkan teleskop Prancis, astronom berhasil temukan 10 planet jauh baru. Temuan ini termasuk dunia kembar seukuran Neptunus dan planet langka serupa Saturnus.

Tim internasional, termasuk ilmuwan Oxford University, menemukan planet ini menggunakan teleskop CoRoT (Convention, Rotation, and Transits) milik badan luar angkasa Prancis CNES.

Teleskop ini berhasil mendeteksi exoplanet di luar tata surya saat planet ini melintas atau ‘transit’ di depan bintangnya. Seperti dilaporkan sciencedaily, salah satu dari 10 planet baru ini berada di sekitar bintang yang masih muda.



Ilustrasi

“CoRoT-18b merupakan bintang khusus karena usianya cukup muda,” ujar Suzanne Aigrain dari Fakultas Fisika Oxford University yang memimpin ilmuwan Inggris.

Temuan planet di sekitar bintang muda ini cukup menarik karena planet berevolusi sangat cepat pada awalnya, sebelum menetap dalam pola evolusi yang jauh lebih stabil, lanjutnya.

“Jika ingin memahami kondisi terbentuknya planet, kita harus mengetahui kondisi planet beberapa ratus juta tahun pertama planet,” ujarnya.

Hasil pengukuran menunjukkan, bintang tempat planet ini mengorbit kemungkinan baru berusia puluhan juta tahun.

"Jika benar, kita bisa belajar banyak mengenai formasi dan awal evolusi planet gas panas raksasa dengan membandingkan ukuran CoRoT-18b dengan prediksi model teoritis," ujarnya. Astronom Temukan 10 Planet Jauh Baru, Wow, Astronom Temukan 10 Planet Jauh Baru

Benarkah Planet Nibiru Akan Menghantam Bumi Pada 2012?

Planet Nibiru sempat menghebohkan dunia, karena banyaknya pihak yang percaya bahwa planet ini akan menghantam Bumi dan memusnahkan manusia pada 2012.

Sebuah tayangan di YouTube pada 2011, cukup meresahkan banyak orang yang menontonnya. Namun, ternyata hal ini juga menjadi pembicaraan hangat di situs-situs lain. Menurut astronom planet David Morrison di NASA Ames Research Center dan ilmuwan senior di NASA Astrobiology Institute, saat ini terdapat dua juta situs yang membahas perihal tabrakan Planet Nibiru tersebut.




Ilustrasi

Ilmuwan ini mengaku menerima lima email perihal Nibiru tiap hari. “Setidaknya, sekali sepekan saya mendapat pesan dari remaja yang menjadi sakit atau berupaya bunuh diri karrena kiamat akan dating ini,” ujar Morrison. Berikut asal muasal Planet Nibiru yang tak diyakini ilmuwan itu.

Asal muasal

Gagasan asal mula kiamat ini berasal dari proposal tabrakan planet pertama, yang diajukan Nancy Lieder pada 1995 dan digambarkan sebagai ‘contactee’. Lieder mengklaim memiliki kemampuan menerima pesan melalui implan di otaknya, yang diperoleh dari alien di sistem bintang Zeta Reticuli.

Di situsnya, ZetaTalk, ia menyatakan terpilih untuk memperingatkan umat manusia mengenai tabrakan planet yang akan memusnahkan manusia pada Mei 2003. Awalnya, Lieder menamai pembawa kiamat itu ‘Planet X’ dan mengaitkannya dengan planet hasil hipotesa penulis Zecharia Sitchin dalam buku ‘The 12th Planet’ (Harper, 1976).

Menurut Sitchin (1920-2010), bangsa Sumeria kuno menulis mengenai planet raksasa Nibiru yang menjadi ‘planet ke-12’ di tata surya dengan orbit persegi panjang dan melintas mendekati Bumi tiap 3.600 tahun. Menurutnya, manusia berevolusi di Nibiru dan mengkolonisasi Bumi saat terbang mendekat.

Ahli sejarah dan bahasa mengatakan, Sitchin salah mengartikan teks kuno tersebut. Bangsa Sumeria memang memiliki keyakinan mengenai kosmologi terkait planet. Namun, menurut bangsa ini, planet di tata surya hanya berjumlah lima, bukan 12.

Selain itu, bangsa ini tak meyakini, manusia berasal dari planet bernama Nibiru. Lebih lanjut, astronom menyatakan orbit seperti digambarkan Sitchin merupakan hal mustahil. Pasalnya, tak pernah ada benda langit yang bisa menjaga agar orbitnya stabil ketika mengayun melalui sistem tata surya bagian dalam tiap 3.600 tahun dan terus menjauhi Pluto.

Menurut para astronom, benda langit ini seharusnya sudah tersedot atau terdorong. Anehnya, buku Sitchin telah diterjemahkan dalam 25 bahasa dan terjual jutaan salinan di seluruh dunia. Teori tabrakan planet Lieder pun mengadopsi Nibiru sebagai pembawa kiamat Bumi. Banyak orang yakin kiamat terjadi saat kalender bangsa Maya habis di 2012.

Planet yang hilang

Rantai hilang terbesar dalam ramalan kiamat ini adalah Nibiru itu sendiri. Karena tak ada planet nakal raksasa yang ditemukan di luar tata surya yang bisa memainkan peran Nibiru. Beberapa ahli teori konspirasi akhirnya memutuskan komet kecil bernama Elenin yang akan melewati Bumi pada Oktober 2011 ini sebagai Nibiru.

Meski begitu, ilmuwan mengatakan, Elenin tak akan lebih dekat dari 100 kali jauh jarak Bumi ke bulan. “Faktanya, orang-orang ini terus mengubah cerita mereka,” ujar Morrison. Bagi beberapa pihak, Nibiru bukan lagi dewa Sumeria atau planet yang akan kembali ke Bumi pada akhir 2012, lanjutnya.

“Hal inilah yang menjadi semboyan hampir semua bencana kosmik,” lanjutnya lagi. Rumor mengenai Elenin sendiri menyebar di internet di awal tahun. Pendekatan Elenin ke Bumi disalahkan atas pergeseran tiga derajat sumbu Bumi di Februari, gempa Chili, bergesernya kutub bahkan pemicu gempa Jepang Maret lalu.

“Mengabaikan lempeng tektonik sebagai penyebab gempa, mereka menyatakan komet ini memberi efek gravitasi atau elektromagnetik yang kuat pada Bumi,” tulis Morrison. Saat para ilmuwan menunjukkan, komet itu hanya seukuran gumpalan es selebar lima km tanpa medan magnet dan tak akan mencapai posisi telalu dengan Bumi.

“Ironisnya, sifat mencolok komet menjadi inspirasi beberapa teori konspirasi,” tandas Morrison. Ahli teori konspirasi pun mulai berspekulasi, komet Elenin adalah Nibiru yang menyamar. Bahkan nyatanya, Elenin hanyalah komet dalam buku teks.

“Jika cerita ini nyata, sederhananya, cerita ini akan masuk media berita biasa, bukan sekadar muncul di situs,” pungkas Morrison. Menurut Morrison, konspirasi Nibiru sangat tak masuk akal. “Karena banyak situs menjual buku Nibiru, kaset dan ‘perlengkapan bertahan hidup,’ saya mengira orang-orang ini hanya mengambil keuntungan dari orang yang tak mampu membedakan sumber kredibel, terutama anak-anak,” tutupnya.


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto