Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, March 30, 2011

Tubuh Komet Lunak dan Rapuh

Hujan komet ke Bumi disebut-sebut sebagai penyebab utama musnahnya dinosaurus pada 65 juta tahun lalu. Jejak kawah raksasa bekas hantaman benda angkasa tersebut memang terlihat di Chicxulub, Teluk Meksiko, Amerika Serikat, dan Ukraina.

Ancaman komet yang menjadi bencana mengilhami insan Hollywood membuat dua film pada 1998. Pertama, film Deep Impact, yang disutradarai Mimi Leder, dan kedua, film Armageddon, karya Michael Bay.
Pada film Armageddon, aktor Bruce Willis menjadi pahlawan karena berhasil mendarat di atas komet yang meluncur ke arah Bumi. Dia kemudian meledakkan komet tersebut dengan bom yang ditanam di dalam badan benda angkasa ini.

Langkah jagoan ala Bruce Willis itu tampaknya tidak perlu dilakukan. Tubuh komet ternyata rapuh oleh hantaman senjata buatan manusia. Hal ini ditunjukkan oleh komet Tempel 1, yang pada 2005 pernah ditembak oleh wahana antariksa Deep Impact milik NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat).

http://www.scienceinschool.org/repository/images/issue2esa1_large.jpg
Komet dan polarisasi cahaya akibat panas

Senin pekan lalu, Stardust-NExT, wahana antariksa lain milik NASA, menjemput Tempel 1 pada orbitnya. Pada jarak 178 kilometer, Stardust berhasil mengambil gambar beresolusi tinggi wajah komet Tempel 1.

Salah satu misi Stardust memang menjumpai Tempel 1 untuk mengetahui bagaimana hasil tembakan proyektil yang dilakukan Deep Impact enam tahun lalu. Termasuk meneliti komposisi komet tersebut. Ketika itu, Deep Impact tidak berhasil mengambil gambar permukaan Tempel 1.

Salah satu citra yang berhasil dipotret Stardust-NExT adalah kawah seluas 150 meter persegi yang dalam citra 2005 tidak tampak. Kawah tersebut terlihat sangat kecil pada hasil pencitraan, namun secara konsisten terlihat dari berbagai sisi. Para astronom yakin kawah itu adalah bekas hantaman pada misi Deep Impact.

Kawah bekas hantaman itu terlihat "lunak", tidak seperti kawah di permukaan batuan lain yang umumnya terbentuk dengan jelas. "Hal ini menunjukkan bahwa inti komet ini rapuh dan lemah, terlihat dari 'kelunakan' kawah yang kita lihat saat ini," kata Peter Schultz, ilmuwan dari Brown University, Providence, Rhode Island, yang terlibat dalam misi itu.

Schultz mengatakan di bagian tengah kawah itu tampak adanya gundukan. Ini menunjukkan bahwa debu komet yang terhambur ke atas saat hantaman terjadi ditarik kembali ke permukaan komet oleh gaya gravitasi. Dalam hal itu, ujarnya, kawah tersebut tampak seperti sedang mengubur dirinya sendiri.

Selain menangkap citra kawah, Stardust-NExT berhasil mengambil citra keseluruhan Tempel 1. Dalam citra tersebut, Tempel 1 tampak berbentuk bulat seperti kentang. Pada permukaan komet pertama yang berhasil diobservasi dua kali ini terdapat bercak-bercak yang menandakan bahwa permukaannya tidak rata.

Joe Veverka, peneliti utama di proyek Stardust-NExT dari Cornell University, Ithaca, menyebutkan bahwa misinya 100 persen berhasil. Banyak hal baru yang terkuak dari Tempel 1. Termasuk mengetahui partikel komet yang hancur dan berada di atmosfernya.

"Data menunjukkan bahwa Stardust mirip pesawat pengebom B-17 yang terbang melintasi senjata antipeluru dalam Perang Dunia II," kata Don Brownlee, peneliti Stardust-NExT dari University of Washington. Wahana ini, ujarnya, keluar dari potongan dan serpihan Tempel 1 yang hancur.

Dengan berhasilnya misi ini, Stardust-NExT telah menempuh jarak 5,7 miliar kilometer di angkasa. Wahana ini juga telah menyelesaikan dua misi observasi komet. Sebelumnya, wahana ini berhasil mengoleksi debu dan gas dari komet Wild.

Tags: Tubuh Komet Lunak dan Rapuh, Oh ternyata Tubuh Komet Lunak dan Rapuh, Komet, Meteor

Source: http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2011/02/21/brk,20110221-314783,id.html

Mesin Big Bang Selidiki Misteri Alam Semesta

Sejumlah ilmuwan European Organisation for Nuclear Research (CERN) menabrakkan dua sinar proton untuk kali pertama di terowongan sepanjang 27 kilometer di perbatasan Prancis-Swiss, Senin (23/11) waktu setempat. Tujuan utama eksperimen adalah mengetahui bagaimana alam semesta terbentuk setelah Big Bang terjadi pada 13,7 miliar tahun silam.

Para peneliti berharap beberapa petunjuk awal mengenai asal muasal alam semesta dapat diketahui dalam beberapa bulan mendatang. "Ini adalah hal luar biasa sehingga kami dapat melakukan penelitian sampai sejauh ini," ujar kepala CERN, General Rolf Heuer pada Reuters.

Heuer mengaku mesin penembak dua partikel subatomik, "Big Bang Machine" atau Large Hadron Collider (LHC) baru diaktifkan kembali setelah sempat terhenti akibat kecelakaan 14 bulan lalu. Kecelakaan itu terjadi hanya sepuluh hari dari hari pertama dinyalakan.

http://fisikanet.lipi.go.id/gambar/1259245852.jpg

Sebelumnya, ahli fisika Steve Myers sempat mengatakan mungkin membutuhkan waktu hingga 2011 agar dua sinar proton tersebut dapat mencapai kecepatan puncak. Hasil yang cukup menjanjikan terjadi pada penelitian CERN di pusat penelitian di Jenewa. Pada saat itu tumbukan partikel memproduksi energi hampir setara dengan Big Bang.

Para ilmuwan meyakini dapat membuat kondisi serupa dengan ledakan luar biasa yang terjadi miliaran tahun itu jika LHC beroperasi dengan kekuatan penuh. Mereka kini berencana menambah intensitas dan percepatan sinar sehingga dapat terkumpul cukup data untuk melanjutkan eksperimen.

Tags: Mesin Big Bang Selidiki Misteri Alam Semesta 

Source: matabumi.com

Bom Nuklir Digunakan untuk Hancurkan Asteroid

Jika sebuah asteroid besar tengah meluncur ke Bumi dan mengancam peradaban, cara yang dilakuan di film Armageddon tampaknya bukan isapan jempol. Penelitian terakhir membuktikan bahwa menghancurkan asteroid menggunakan bom nuklir bisa digunakan.

Menurut peneliti dari Lawrence Livermore National Laboratory di California, David Dearborn, bila diperkirakan tabrakan asteorid ke Bumi terjadi dalam jangka waktu 50 tahun, maka menggunakan bom nuklir merupakan solusi terbaik.
"Bom nuklir adalah bom terkuat sejauh yang kita ketahui. Kekuatannya yang mencapai tiga juta kali bom kimia dapat menjadi harapan. Hanya, pertanyaannya kini, bagaimana menggunakan energi tersebut?" ungkap David.

Diakuinya memang pecahan asteriod akan menghasilkan puing-puing yang tetap berpotensi menabrak Bumi. "Namun risiko itu kita khawatirkan berikutnya saja. Yang penting asteriod utama sudah berhasil dipecahkan," paparnya.

Menurutnya, risiko tetap tertabraknya bumi oleh puing-puing pecahan asteriod tidak mutlak. Pascapeledakan asteroid, ada kemungkinan arah puing asteroid berubah.

"Kemampuan bom nuklir juga sangat mungkin digunakan untuk mengubah orbit puing-puing asteroid sehingga Bumi terhindar dari bahaya tabrakan. Namun itu semua dengan catatan kita benar-benar memilki waktu yang cukup," ujarnya lagi.

Ditambahkan Direktur NASA Lunar Science Institue, David Morrison, NASA akan mengirimkan astronautnya untuk mengunjungi sebuah asteroid pada 2025. Para astronaut tersebut akan mengkaji kemungkinan dilakukannya percobaan peledakan asteroid guna melihat perubahan arah yang dapat terjadi.

"Simulasi awal yang kami lakukan adalah meledakkan sebuah asteroid berukuran 270 meter dengan energi 300 kiloton saat 15 hari sebelum diperkirakan terjadinya tabrakan akan dapat berhasil mengalihkan jalur asteroid yang semula menuju Bumi. Sekitar 97 persen material asteroid akan bisa teralihkan dari bumi," papar Morrison. *MI/Space

Tags: Bom Nuklir untuk Hancurkan Asteroid, Gunakan Bom Nuklir untuk Hancurkan Asteroid

Source: http://www.indoforum.org/showthread.php?t=119604

Belasan Asteroid Dekat Bumi?

Menggunakan teleskop canggih di Pulau Maui, Hawaii, sejumlah astronom berhasil menangkap gambar 19 asteroid yang lalu-lalang di sekitar Bumi. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak yang berhasil ditemukan para ilmuwan dalam kurun waktu satu malam.

Para ilmuwan yang menggunakan teleskop Pan-STARRS PS1 di Haleakala, Maui, mengatakan citra asteroid itu ditangkap oleh teleskop berumur tua yang software-nya sudah diimprovisasi dan teknik observasi yang diperbaiki.

Dahulu, sebelum instrumen itu diimprovisasi, teleskop seringkali  salah mendeteksi. "Sulit membedakan antara asteroid yang nyata dan asteroid 'hantu'," kata Nick Kaiser, kepala proyek Pan-STARRS, seperti dikutip dari Star-Advertiser, Sabtu 26 Februari 2011.
"Selama demonstrasi yang dilakukan pada 29 Januari silam, para astronom mengambil empat eksposur berbeda, satu per satu, untuk memastikan hasil observasi nantinya akan akurat," tandasnya.

Untuk mengerjakan proyek deteksi kegiatan asteroid di sekitar Bumi ini, Kaiser cs menerima dana hibah dari badan antariksa AS, NASA, dan US Air Force. Proyek ini juga melibatkan sejumlah studi dan penelitian.

"Kami tidak didanai khusus untuk ini, tetapi kami pikir kami melakukannya untuk sebuah demonstrasi. Kami berharap untuk menghasilkan lebih banyak dana untuk kegiatan serupa [deteksi asteroid]", kata Kaiser.

Dari studi selama ini, kemungkinanan asteroid membentur atmosfer Bumi kira-kira 1 banding seribu. Dan, menurut Kaiser, keberadaan asteroid dapat diketahui sehingga memungkinkan pemerintah untuk bertindak cepat sebelum hal tersebut menjadi sebuah ancaman yang nyata.

"Layaknya risiko penyakit berbahaya yang langka," kata Kaiser. "Kemungkinan orang terjangkit penyakit tersebut kecil sekali. Namun, risiko yang diterima saat terjangkit benar-benar tidak diinginkan. Tentu saja Anda ingin mengantisipasi hal itu supaya tidak terjadi," jelasnya.

Dengan keakuratan hasil observasi teleskop oleh Pan STARRS ini diharapkan para ilmuwan dapat mewaspadai tiap kegiatan asteroid di sekitar Bumi sebelum terjadi bencana akibat benturannya dengan atmosfer.

Tags: Asteroid dekati bumi, Wow Belasan Asteroid Dekat Bumi?, Apakah Belasan Asteroid Dekat Bumi?, Teleskop tangkap 19 asteroid dekati bumi

Source: http://teknologi.vivanews.com/news/read/206669-teleskop-tangkap-19-asteroid-dekat-bumi

Pesawat Luar Angkasa Discovery Meluncur untuk Terakhir Kalinya

Pesawat ulang-alik ruang angkasa Discovery, Kamis (24/2) waktu setempat meluncur untuk terakhir kalinya, dengan membawa enam astronot dan muatan pasokan, suku cadang, dan sebuah robot untuk Stasiun Ruang Angkasa Internasioal (ISS).

Pesawat ulang-alik itu meluncur pada pukul 16.53 waktu tolok timur (EST) atau Jumat (25/2) pukul 4.53 WIB dari Kennedy Space Center.

Peluncuran pesawat itu ditangguhkan tiga menit ketika serangkaian komputer keselamatan mati sebelum peluncuran yang telah direncanakan pada pukul 16.50 EST (21.50 GMT). Masalah itu dipecahkan dengan komputer kedua untuk suku cadang, yang membebaskan Discovery untuk meluncur.

Peluncuran itu adalah yang ke-133 bagi program ulang-alik yang telah berusia 30 tahun, dengan sebanyak dua penerbangan tersisa sebelum armada pesawat ketiga itu pensiun akhir tahun ini.

Discovery telah melakukan 39 penerbangannya, termasuk dua misi kembali-ke-penerbangan setelah kecelakaan fatal pesawat ruang angkasa Challenger dan Columbia.

"Saya pikir bahwa akan ada kesulitan sangat besar pada saat hari pendaratan ketika kami mengetahui bahwa itulah akhir dari misi-misinya, sama sekali," kata direktur peluncuran Mike Leinbach.

Pesawat ulang-alik itu membawa sebuah ruang penyimpanan, satu platform suku cadang dan satu prototip robot manusia untuk stasiun ruang angkasa tersebut, sebuah proyek senilai 100 miliar dolar dari 16 negara yang mendekati penyelesaian setelah lebih dari satu dasawarsa pembangunannya 220 mil (354 kilometer) di atas Bumi.

Pesawat ulang-alik itu akan dipensiunkan karena biaya operasi yang tinggi dan untuk membebaskan (dari beban) uang guna mengembangkan kendaraan ruang angkasa baru yang mampu melakukan perjalanan melebihi orbit stasiun ruang angkasa itu.

Tags: Discovery Meluncur untuk Terakhir Kalinya . Pesawat ulang alik Discovery

Source: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/02/25/205952/45/7/Discovery-Meluncur-untuk-Terakhir-Kalinya

Mungkinkah Kita Berketurunan di Luar Angkasa?

Konsep bercinta di luar angkasa tengah marak dibicarakan. Apalagi, jika suatu saat nanti manusia harus meninggalkan Bumi karena sudah tidak layak untuk dihuni, kita tetap perlu menghasilkan keturunan. Bahkan saat kita sedang dalam perjalanan menuju tempat tinggal yang baru itu.

Akan tetapi, sejauh mana peluang untuk mendapatkan keturunan saat manusia telah meninggalkan planet bumi ini?

Dari penelitian yang dilakukan sejumlah ahli, tampaknya hal tersebut sulit terjadi. Pasalnya, ruang angkasa sendiri sebenarnya merupakan sebuah sistem kontrasepsi yang sangat besar.

Hasil penelitian khusus seputar seks di ruang angkasa menyimpulkan bahwa radiasi kosmik akan membombardir tubuh manusia dengan kuantitas yang besar selama perjalanan di luar angkasa. Selain itu, tinggal di Mars, misalnya, dalam waktu yang lama akan menurunkan jumlah sel sperma.

Janin yang sudah terbentuk tidak akan berkembang secara sempurna di lingkungan ruang angkasa. Meski saat ini ruang di pesawat angkut telah dilengkapi dengan pelindung radiasi yang lebih baik, tetap saja itu tidak cukup untuk melindungi zigot untuk berkembang.

Jika bayi berhasil keluar dari kandungan, peluang bayi itu mengalami cacat yang diakibatkan oleh radiasi sangat besar.

Dan masalah tidak hanya sampai di situ. Dari penelitian terhadap hewan yang dikirim ke luar angkasa, imbas radiasi bisa membunuh sel telur pada janin. Bayi akan terlahir dalam kondisi mandul. Artinya, itu akan mempersulit umat manusia berkembang di planet baru itu nantinya.

Menurut Richard Jennings, pakar medis ruang angkasa asalh University of Texas, astronot memang terbukti tetap mampu membuahi pasangannya setelah ia kembali ke Bumi. Akan tetapi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap astronot yang menunaikan misi di luar angkasa dalam periode waktu lebih lama.

Dari sisi teknis, masih ada tantangan bagi manusia yang ingin menunaikan tugasnya di luar angkasa. Kostum ruang angkasa saat ini cukup berat dan tidak menyediakan banyak kemudahan untuk bercinta. Sayangnya, manusia tetap perlu menggunakan pakaian khusus.

Alasannya, dalam kondisi tanpa gravitasi, keringan atau cairan lain yang keluar dari tubuh berpotensi dapat merusak perangkat elektronik pesawat. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa manusia lebih berkeringat saat di luar angkasa.

Beberapa pakar melontarkan ide untuk membuat ‘ruang intim’ yang dipenuhi dengan titik-titik air dingin atau minyak beraroma pada pesawat luar angkasa agar turis yang melancong ke luar Bumi dapat meningkatkan hasrat bercinta mereka.

Namun demikian, tetap saja ada hambatan lain yang telah disiapkan ruang angkasa. Mekanisme tubuh manusia tidak memungkinkan itu terjadi. Sebagai informasi, gravitasi mikro atau tanpa gravitasi menurunkan tekanan darah manusia. Akibatnya, penis pria tidak akan dapat ereksi secara penuh.

Jika manusia ingin mendiami planet lain, antariksawan harus melakukan perubahan besar-besaran pada pesawat ruang angkasa agar penjelajah di masa depan bisa bertahan lebih lama di luar angkasa dan mampu menunaikan tugas alaminya.

Tags: Mungkinkah Kita Berketurunan di Luar Angkasa?, Seks di luar angkasa

Source: http://teknologi.vivanews.com/news/read/205885-mungkinkah-kita-berketurunan-di-luar-angkasa-

Tanpa Matahari, Kehidupan Bertahan Miliaran Tahun

Di luar kepercayaan umum, kehidupan bumi dapat bertahan miliaran tahun tanpa Matahari. Planet tidak membutuhkan bintang untuk menyediakan sumber panas.

Penelitian dari astrofisikawan Dorian Abbot dan Eric Switzer dari University of Chicago menemukan bahwa sumber panas dapat muncul dari proses pemecahan unsur radioaktif di dalam inti planet. Panas itu mampu menjaga lautan agar tetap cair. Meskipun, kondisi itu hanya terjadi di bawah lembaran es tebal yang menutupi permukaan planet.



Es memang membuat permukaan planet tidak dapat didiami namun di bawah lapisan tersebut, kehidupan laut dapat berkembang dalam waktu tidak tertentu. Ilmuwan menamakan teori ini sebagai steppenwolf karena kehidupan itu seperti kawanan serigala yang berkeliaran di padang galaksi.

Namun, ilmuwan ini menolak berspekulasi soal bentuk kehidupan yang ada di sana meskipun setuju soal ukuran mikroskopik. Penelitian itu berfokus pada rasio planet antara 0,1 hingga 10 kali lebih besar dari bumi dengan fitur serupa.

Mereka mengklaim planet dengan jumlah air setara dengan bumi membutuhkan bobot 3,5 kali lebih besar dari bumi untuk bertahan hidup. Di sisi lain, planet dengan 10 kali jumlah air bumi memiliki bobot sepertiga dari planet manusia ini.

Planet Steppenwolf ini memiliki gunung api yang memancarkan karbon dioksida ke atmosfer. Gas tersebut akan membeku dan jatuh ke planet sebagai salju lalu melapisi dunia dengan selimut es kering.

Fenomena planet tanpa bintang terjadi ketika planet itu keluar dari orbit saat melewati bintang atau planet lain yang menyebabkan gaya gravitasi ekstrem.

Tags: Kehidupan bumi tanpa matahari, Tanpa Matahari, Kehidupan Bertahan Miliaran Tahun

Source: http://teknologi.inilah.com/read/detail/1264172/tanpa-matahari-kehidupan-bertahan-miliaran-tahun

Ada Kehidupan di Planet Mirip Bumi?

NASA, badan antariksa milik AS NASA, baru-baru ini mengidentifikasi 'dunia' baru yang dikenal dengan KOI 326.01. Planet ini memiliki volume dan diameter lebih kecil dibandingkan Bumi dengan temperatur sedikit lebih rendah dari air mendidih. Tetapi, sejauh ini KOI 326.01 menjadi planet yang termirip dengan Bumi, setidaknya dari segi ukuran.

Planet KOI 326.01 telah ditangkap pertama kali oleh Teleskop Kepler. Teleskop tersebut bekerja untuk mendeteksi planet-planet ekstrasolar (berada di luar tata surya). Ia mampu mengamati 150.000 bintang terdekat Bumi di ruang angkasa.

Dari ratusan ribu bintang yang citranya terjangkau, teleskop Kepler mengamati segala perubahan cahaya samar menuju bintang. Jika ada bayangan atau obyek yang mengganggu pandangan ke arah bintang, bisa jadi itu adalah planet.

Sejauh pengamatan terhadap KOI 326.01, ilmuwan planet dari Ames Research Center NASA William Borucki mengatakan, "Ini obyek kecil, kandidat kecil."

"Astronom pun bahkan tidak mengetahui berapa ukuran bintang induknya. Sebab itu, sulit untuk mengetahui karakteristik planet yang mirip Bumi itu. Sampai kini, belum ada konfirmasi lebih lanjut," tandas dia, yang juga bertanggung jawab sebagai kepala tim sains Kepler, seperti dikutip dari TG Daily, Selasa 22 Februari 2011.

Sementara itu, Sara Seagar dari MIT mengatakan pengamatan melalui teleskop Kepler adalah langkah pertama tim menuju pengungkapan karakteristik planet-planet selain Bumi. Inisiatif di masa mendatang, dikatakan Sarah, adalah mengetahui adanya kehidupan atau tidak, serta memahami karakter planet beserta isinya secara umum jika mereka menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Pertanyaan-pertanyaan di atas belum bisa terjawab dengan satu teleskop ini. Ini baru langkah awal. Ke depan, kami akan menciptakan teknologi yang bisa menjawab semua pertanyaan itu," ujar Sarah yang juga tergabung menjadi anggota tim Kepler.

Memang, ada perkiraan bahwa satu dari 200 bintang di ruang angkasa pasti terdapat sebuah planet yang memiliki zona layak huni oleh makhluk hidup, atau seperti kehidupan seperti Bumi.

Planet KOI 326.01 salah satunya? Itu masih misteri. Tapi, menurut beberapa ilmuwan, planet seukuran Bumi itu merupakan salah satu planet yang cocok untuk kehidupan alternatif penghuni Bumi.

"Ada banyak sekali laut di permukaan planet-planet yang ada di luar sana. Sangat menarik untuk dieksplorasi apakah ada kehidupan atau tidak," tutur Borucki. "Tapi, untuk menuju ke sana, kita perlu waktu bertahun-tahun sejak data pertama ditemukan."

Tags: Ada Kehidupan di Planet Mirip Bumi?, Menguak misteri Ada Kehidupan di Planet Mirip Bumi?

Source: http://teknologi.vivanews.com/news/read/205911-ada-kehidupan-di-planet-mirip-bumi-


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto