Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Monday, September 15, 2014

Foto Selfie Wahana Rosetta dengan Komet 67P/C-G

Foto selfie wahana Rosetta dengan komet 67P/C-G. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: esa
Ternyata bukan hanya manusia saja yang bisa berfoto selfie, wahana antariksa juga bisa. Itu dibuktikan dengan foto selfie yang dilakukan oleh wahana Rosetta milik ESA yang berfoto selfie dengan komet 67P/C-G. Foto selfie ini diambil pada tanggal 7 September 2014 dengan menggunakan kamera CIVA (Comet Infrared and Visible Analyser) yang terdapat pada tubuh Rosetta. Kamera CIVA terdiri dari tujuh kamera mikro yang bisa mengambil foto panorama 360 derajat.

Pada foto selfie ini tampak badan dari wahana Rosetta beserta panel suryanya dengan komet 67P/C-G tepat berada sekira 50 km di belakangnya. Hanya satu kata untuk foto ini...AMAZING :-)

(esa, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, September 14, 2014

Siapa Saja Astronot yang Pernah Mendarat di Bulan ?

Pertanyaan:
Siapa saja astronot yang pernah mendarat dan menjejakkan kakinya di Bulan?

Jawaban:
Astronot Edwin Aldrin saat berada di Bulan. Foto diambil oleh Neil Armstrong. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Sejak tahun 1969 sampai 1972, ada 12 astronot Amerika yang pernah mendarat di Bulan. Kesemuanya terbang pada misi Apollo. Berikut ini adalah nama-nama mereka:
  1. Apollo 11 (16 Juli 1969): Neil A. Armstrong, Edwin E. Aldrin, Jr.
  2. Apollo 12 (14 November 1969): Charles Conrad, Jr., Alan L. Bean
  3. Apollo 14 (31 Januari 1971): Alan B. Shepard, Jr., Edgar D. Mitchell
  4. Apollo 15 (26 Juli 1971): David R. Scott, James B. Irwin
  5. Apollo 16 (16 April 1972): James W. Young, Charles M. Duke, Jr.
  6. Apollo 17 (7 Desember 1972): Eugene A. Cernan, Harrison H. Schmitt
(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Apa yang Paling Besar di Alam Semesta?

Pertanyaan:
Apa yang paling besar di alam semesta?

Jawab:
Peta galaksi cluster, termasuk Sculptor. Klik gambar untuk memperbear. Image credit: wikipedia
Struktur atau obyek yang paling besar di alam semesta adalah galaksi cluster super. Galaksi cluster super diameternya bisa mencapai lebih dari 100 juta tahun cahaya. Bahkan galaksi cluster super bernama Sculptor, diameternya bisa mencapai 250 juta tahun cahaya dan semakin meluas lagi. Sebagai gambaran, diameter galaksi Bima Sakti hanya 100.000 tahun cahaya. Bukan tidak mungkin masih ada obyek lain di alam semesta yang lebih besar dari itu. Semua kemungkinan bisa terjadi di alam semesta yang maha luas ini. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, September 13, 2014

Wahana MAVEN Akan Tiba di Mars 21 September Besok

Ilustrasi wahana MAVEN mengorbit Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/GSFC
Wahana terbaru NASA yang dikirimkan ke Mars, MAVEN, hanya dalam hitungan hari saja akan tiba di planet Merah tersebut. MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile Evolution) sebuah wahana yang ditugaskan untuk mencari tahu jejak atmosfer Mars, sudah menempuh perjalanan sekira 711 juta kilometer sejak diluncurkan pada 18 November 2013 lalu. Diperkirakan MAVEN akan tiba di Mars pada 21 September 2014 ini. Wahana MAVEN yang telah dikembangkan oleh NASA selama lebih kurang 11 tahun, akan meneliti dan menyelidiki atmosfer Mars dan bagaimana interaksinya dengan Matahari dan angin surya. Pengamatan ini akan membantu para ilmuwan untuk memperkirakan berapa banyak gas pada atmosfer Mars yang telah menghilang dan bagaimana hal itu bisa terjadi sehingga menyebabkan kondisi Mars yang kering-kerontang seperti saat ini.

Sebelum mencapai Mars, tim kontrol di JPL (Jet Propulsion laboratory) sudah melakukan dua kali koreksi manuver lintasan terbang MAVEN yakni pada November 2013, dan Februari 2014. Selain itu tim juga mengkalibrasi beberapa instrumen pada MAVEN untuk memastikan semua instrumen itu bisa beroperasi sebagaimana mestinya. "Setiap hari di Mars adalah emas," ungkap David Mitchell selaku Project Manager NASA. 'pemeriksaan awal pada instrumen sangat penting selama fase penerbangan untuk memastikan kita bisa pindah ke fase pengumpulan data ilmiah setelah MAVEN tiba di Mars," tambahnya.

Wahana MAVEN merupakan wahana berteknologi tinggi. Saat mulai masuk ke orbit Mars, MAVEN akan dikendalikan oleh komputer on-board yang ada padanya. Tim JPL akan meng-upload informasi tentang lokasi, kecepatan, dan orientasi wahana tersebut. Segera setelah itu, katup bahan bakar akan terbuka untuk menghangatkan bahan bakar pada suhu 25-26 derajat Celcius.

Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, maka MAVEN tidak membutuhkan instruksi tambahan dari Bumi. Namun jika ternyata ada yang tidak beres misalnya lintasan MAVEN terlalu rendah, tim JPL bisa memberikan koreksi lintasan sekira 24 hingga 6 jam sebelum masuk ke orbit Mars.

24 jam sebelum masuk ke orbit Mars, komputer on-board MAVEN akan memerintahkan wahana tersebut untuk masuk ke fase hibernasi guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama fase insertion. Saat mulai masuk ke orbit Mars, MAVEN akan menyalakan enam thruster-nya untuk memperlambat kecepatan MAVEN hingga ketinggian 380 km di atas kutub utara Mars. Tiga menit setelah thruster mati, komputer MAVEN akan mengembalikan semua sistem ke kondisi normal, termasuk sistem komunikasi. Setelah itu tim akan memeriksa semua instrumen yang ada pada MAVEN.

Nantinya MAVEN akan terbang pada ketinggian 150 km di atas permukaan Mars untuk mengamati atmosfer planet itu, kemudian MAVEN akan menjauh hingga ketinggian 6.300 km untuk mengamati Mars secara keseluruhan. MAVEN akan mengukur komposisi, struktur, dan gas yang hilang dari atmosfer Mars. (NS, Adi Saputro/ ww.astronomi.us)

Friday, September 12, 2014

Meteorit Hantam Ibu Kota Nikaragua

Tentara Nikaragua mendeteksi keberadaan meteorit dengan metal detektor. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ticotimes
Sebuah ledakan besar mengguncang ibu kota Nikaragua, Managua, pada hari Minggu malam. Ledakan keras tersebut cukup membuat warga kota tersebut panik. Diperkirakan penyebab dari ledakan itu akibat jatuhnya sebuah meteorit. Hal itu diperkuat dengan temuan kawah yang diduga adalah hasil dari tumbukan meteorit. Kawah itu berukuran lebar 12 meter dan dalam 5 meter.

"Kami yakin bahwa ini adalah akibat meteorit. Kita telah melihat kawah sebagai akibatnya," ungkap Wilfredo Strauss dari Seismic Institute.
Pemerintah Nikaragua meyakini bahwa meteorit itu adalah bagian dari asteroid 2014 RC berukuran 20 meter yang melintasi Bumi. Hal itu diungkapkan oleh Humberto Garcia dari National Autonomous University of Nicaragua.

Jarak terdekat saat asteroid itu melintasi Bumi yaitu 34.000 km. Sepersepuluh jarak Bumi dengan Bulan. Kawah akibat meteorit itu ditemukan di dekat bandar udara internasional Managua Augusto C. Sandino pada tengah malam waktu setempat. Beruntung tidak ada yang terluka akibat kejadian itu.

Sementara itu lokasi kawah tersebut saat ini ditutup untuk umum dan pemerintah Nikaragua mengerahkan tentara ke lokasi guna menemukan serpihan meteorit itu dengan menggunakan detektor logam. Seorang pejabat senior Nikaragua menyatakan bahwa meteorit itu utuh terkubur di dalam tanah. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, September 4, 2014

Galaksi Cluster Super Laniakea Lebih Besar dari yang Dibayangkan

Galaksi cluster super Laniakea (dilingkari oranye) yang merupakan tetangga galaksi Bima Sakti (titik hitam kecil). Tampak juga galaksi cluster super lainnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NatGeo
Astronom pada haru Rabu lalu dikabarkan telah berhasil memetakan sebuah galaksi cluster super bernama Laniakea. Galaksi cluster super ini terdiri dari 100 ribu galaksi dengan triliunan bintang di dalamnya. Laniakea yang dalam bahasa Hawai berarti Surga Besar ini berhasil dipetakan oleh astronom Brent Tully dan tim dari University of Hawaii. Mereka menganalisa ribuan galaksi dengan mempelajari pergerakannya kemudian menghitung lokasi galaksi dengan memperkirakan kecepatan relatif terhadap perluasan alam semesta yang diawali oleh ledakan Big Bang 14 miliar tahun lalu.

Dari hasil penelitian di dapat bahwa galaksi cluster ini lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Untuk menuju galaksi cluster super lainnya diperkirakann butuh waktu 500 juta tahun cahaya. Galaksi Bima Sakti sendiri terletak dipinggiran galaksi cluster Laniakea ini. Nama Laniakea diusulkan oleh seorang Profesor bahasa Hawai di University of Hawaii bernama Nawa'a Napoleon. Diperkirakan diameter Laniakea sekira 100 juta tahun cahaya. Bandingkan saja dengan diameter galaksi Bima Sakti yang hanya 100 ribu tahun cahaya. Sangat berbeda jauh bukan :-). (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, September 2, 2014

Seperti Apa Bau Tanah di Bulan ?

Buzz Aldrin saat turun dari modul Eagle. Image credit: NASA
Pertanyaan:
Seperti apa sih bau debu / tanah di Bulan itu?

Jawaban:
Saat Neil Armstrong dan Buzz Aldrin selesai berjalan di Bulan, mereka kembali masuk ke dalam modul Eagle. Saat mereka melepaskan spacesuite (pakaian khusus luar angkasa untuk berjalan di bulan) mereka menemui banyak debu yang melekat di pakaian dan helm. Karena di dalam modul Eagle tersedia oksigen, mereka menghirup oksigen untuk bernafas dan bersamaan dengan itu mereka merasakan adanya bau tajam yang menyengat. Ternyata bau tajam itu berasal dari debu Bulan yang melekat di baju dan helm yang tadi mereka pakai. Kedua astronot yang juga merupakan anggota militer, merasa tidak asing dengan bau seperti itu. Menurut mereka bau debu Bulan itu mirip seperti bau bubuk mesiu. Setelah dibandingkan, debu bulan dan bubuk mesiu ternyata memiliki senyawa yang sama sekali berbeda. Tapi penyebab mengapa bau keduanya sangat mirip hingga kini belum diketahui. (AMP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, August 31, 2014

Wahana New Horizon Memasuki Fase Hibernasi Tahap Akhir Menuju Pluto

Ruang kontrol wahana New Horizons di Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory. Tampak Alice Bowman (inset) selaku mission operations manager sedang mengamati telemetri komunikasi antara wahana New Horizon dengan DSN (Deep Space Network). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: jhuapl
Wahana New Horizons dalam waktu sekira 10 bulan lagi akan tiba di orbit Pluto. Saat ini tim pengontrol wahana New Horizons yang berada di Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, di Maryland sedang memprogram wahana New Horizons untuk memasuki masa hibernasi untuk menghemat daya. Penghematan daya khususnya listrik diperlukan oleh New Horizons agar nantinya cukup ketika digunakan untuk penelitian Pluto beserta bulannya sesampainya di orbit planet kerdil itu. Saat ini wahana tersebut berada pada jarak 2,75 miliar kilometer dari Bumi sehingga untuk mengirim sinyal perintah dari Bumi ke New Horizons butuh waktu 4 jam untuk diterima.

"Ini adalah masa hibernasi akhir dalam perjalanan menuju Pluto," ucap Alan Stern selaku Principal Investigator dari Southwest Research Institute. Nantinya New Horizons akan dibangunkan kembali pada bulan Desember untuk mulai mengaktifkan beberapa instrumennya untuk proses kalibrasi.

Menurut Chris Hersman, proses kalibrasi diperlukan untuk memastikan semua instrumen dan peralatan pada New Horizons berada dalam keadaan baik dan normal sehingga kelak dapat menjalankan misi dengan lancar. Sejauh ini wahana New Horizons dalam keadaan baik dan normal untuk memulai misi pertama pada awal tahun 2015.

Sebelum memasuki fase hibernasi, antena utama New Horizons di arahkan menuju posisi Bumi yang nantinya menjadi titik temu saat wahana tersebut bangun dari tidurnya. Hal ini memungkinkan tim untuk mengetahui kondisi New Horizons sesaat setelah fase hibernasi berakhir tanpa harus menyalakan roket pendorong (thruster) untuk penyesuaian posisi, sehingga bisa menghemat bahan bakar. Setelah bangun, tim akan me-refresh processor pada sistem komputer New Horizons, menguji sensor Matahari yang digunakan New Horizons untuk mengetahui posisinya di luar angkasa, meng-upload software versi terbaru yang lebih handal dan mampu melindungi data yang didapat New Horizons selama menjalankan misinya. Tim juga memeriksa kondisi sistem cadangan beserta dengan 7 (tujuh) instrumen ilmiah untuk dikalibrasi. Salah satu instrumen bernama LORRI (Long Range Reconnaissance Imager) pada bulan Juli lalu digunakan untuk mengambil foto Pluto bersama bulannya Charon. Hasil foto masih tampak buram karena jaraknya yang masih sangat jauh dari kedua obyek tersebut.

Rencananya tanggal 7 Desember nanti, fase hibernasi New Horizons akan berakhir untuk kemudian akan terus aktif selama 2 (dua) tahun untuk melakukan serangkaian misi yang sudah dijadwalkan oleh tim. Tidak sabar rasanya untuk melihat wujud Pluto dari dekat :-). (JHP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 30, 2014

Robot Curiosity Temukan Obyek Mirip Tulang Kaki Manusia di Mars

Obyek mirip tulang paha kaki manusia (dilingkari kuning) yang sebenarnya adalah batu biasa yang terkikis oleh proses erosi. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, JPL
Belum lama ini ramai diperbincangkan di dunia maya bahwa robot penjelajah Mars, Curiosity, menemukan tulang paha (femur) di salah satu lokasi di Mars. Banyak yang berspekulasi bahwa apa yang ditemukan Curiosity itu memang tulang paha asli sisa penghuni Mars dulu.

Tak berselang lama, pihak NASA mengkonfirmasi bahwa apa yang ditemukan Curiosity itu bukanlah tulang seperti yang banyak diberitakan. Obyek mirip tulang itu sebenarnya adalah sebuah batu yang berbentuk unik mirip tulang paha kaki manusia yang terbentuk sebagai hasil dari erosi. Erosi yang terjadi bisa disebabkan oleh air atau pun angin. Lebih lanjut NASA mengatakan bahwa fenomena yang terjadi saat ini adalah pareidolia yakni sebuah fenomena pada otak manusia yang seolah-olah melihat sesuatu seperti hewan, wajah, atau bentuk lain yang pada kenyataannya tidak seperti itu. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, August 13, 2014

Planet Mirip Bumi Banyak Ditemukan di Sekitar Bintang Katai Merah

Ilustrasi planet mirip Bumi mengorbit bintang katai merah. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: D. Aguilar/Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics
Bintang Red dwarf atau katai / kerdil merah merupakan bintang yang paling umum yang dijumpai di alam semesta (sekira 70 % dari jumlah bintang di alam semesta) dan hampir setiap bintang jenis ini mempunyai planet yang terletak pada zona goldilock yakni zona atau wilayah dimana suatu kehidupan dapat tercipta. Oleh sebab itu banyak sekali kemungkinan di alam semesta ini dimana kehidupan lain bisa ditemukan.

Bintang katai merah biasanya 50 kali lebih redup dari Matahari kita tapi ukurannya 10-20 persen lebih besar. Dan berdasarkan banyak penemuan yang didapat oleh teleksop pemburu planet, teleskop Kepler, diperoleh fakta bahwa setengah dari bintang katai merah memiliki planet berbatu yang massanya sampai empat kali massa Bumi dan diantaranya berada pada zona layak huni.

Simulasi komputer yang dilakukan oleh astrofisikawan Brad Hansen dari University of California di Los Angeles mengungkapkan bahwa bintang katai merah dengan massa setengah dari Matahari kita dengan piringan proto planet yang membentang dari 0,5 AU sampai 1 AU (1 AU adalah jarak Matahari dengan Bumi= 150 juta KM) dan berisi debu dan gas yang jumlahnya enam kali massa Bumi. Setelah disimulasikan 10 juta tahun, Hansen mendapati bahwa ternyata zona layak huninya berada lebih dekat dari jarak Matahari ke Merkurius yakni sekira 0,1-0,2 AU saja. Zona layak huni ini cukup hangat untuk sebuah planet mampu mempertahankan air dalam wujud cair serta mendukung kehidupan di permukaannya. Kebanyakan planet layak huni yang mengorbit bintang katai merah berada pada jarak 0,23-0,44 AU

Oleh sebab itu menurut Hansen sangat mungkin bagi kita untuk menemukan setidaknya satu planet yang benar-benar layak untuk dihuni. Bahkan lebih lanjut ia mengatakan bahwa planet layak huni yang mengorbit bintang katai merah bisa mengandung air 25 kali lebih banyak daripada Bumi. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Roda Robot Curiosity Rusak Parah di Mars

Tampak robekan besar pada roda Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, JPL
Sebaik apa pun barang buatan manusia, sulit untuk menghadapi kekuatan medan dan alam. Setidaknya itu yang dialami oleh robot penjelajah Mars NASA, Curiosity. Curiosity dikabarkan mengalami kerusakan di beberapa rodanya yang cukup parah sehingga dirasakan bisa cukup mengganggu kelancaran pergerakannya. kerusakan terjadi akibat medan berbatu Mars yang sangat ekstrem. Batu-batu di sana begitu tajam dan keras sehingga merusak kulit dari roda Curiosity.

Kulit roda Curiosity tampak robek akibat tertusuk batu yang mana robekan itu juga semakin melebar dan bukan tidak mungkin kulit roda itu akan terlepas. Ilmuwan NASA memperkirakan bahwa efek dari batu-batu tajam itu tidak seekstrem itu. Tapi ternyata dugaan itu salah dan saat ini tampaknya keadaaan roda begitu mengkhawatirkan.

Hal ini tentunya menjadi masukkan berharga bagi ilmuwan NASA untuk bagaimana mendesain roda rover yang lebih baik pada robot Mars generasi berikutnya yang direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2020.

Jika di Mars ada bengkel, mungkin Curiosity sudah harus ganti roda :-). (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 9, 2014

RTG, Baterai yang Mampu Hidupkan Wahana NASA Hingga Puluhan Tahun

Perakitan wahana New Horizon di clean room. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Tulisan ini dibuat karena banyak pembaca yang penasaran seperti apa baterai / power supply (sumber daya) yang digunakan oleh pesawat, satelit, dan wahana NASA sehingga bisa terus beroperasi di luar angkasa dalam waktu hingga puluhan tahun lamanya tanpa harus isi ulang. Apakah baterai yang digunakan oleh NASA pada wahana-wahana tersebut?

Umumnya NASA menggunakan dua sumber energi untuk mendukung misi dari wahana yang diluncurkannya. Sumber energi diperlukan untuk menghidupkan berbagai instrumen dan sistem elektronik dari wahana itu sendiri. Pertama adalah Solar Array (Panel Surya) dan RTG (Radioisotope Thermoelectric Generators). Seperti yang diketahui bersama bahwa panel surya mendapatkan sumber energi dari sinar Matahari untuk kemudian dirubah menjadi listrik dan disimpan ke dalam baterai. Dan khusus kali ini yang akan kita bahas secara lebih detail adalah RTG.

RTG dirancang, dibuat, dan dikembangkan oleh Departemen Energi Amerika untuk digunakan sebagai sumber energi jangka panjang pada wahana-wahana luar angkasa. RTG yang disebut juga sebagai baterai luar angkasa (space batteries) atau baterai Nuklir (nuclear batteries) bisa membuat instrumen dan perangkat elektronik wahana luar angkasa beroperasi selama belasan bahkan puluhan tahun tanpa harus diisi ulang.

RTG secara umum terdiri dari dua unsur utama yaitu sumber panas (bahan bakar) yang terdiri dari Plutonium-238 dioksida dan Termoelektrik / termokopel yang berfungsi untuk merubah panas yang dihasilkan oleh Plutonium-238 dioksida menjadi energi listrik. Konversi panas menjadi listrik bukanlah hal yang baru melainkan sudah ditemukan 150 tahun lalu oleh ilmuwan Jerman Thomas Johann Seebeck.

Biasanya sebuah RTG terdiri dari 72 pelet bahan seperti keramik yang terdapat Plutonium-238 dioksida di dalamnya. Berat total pelet tersebut bisa mencapai 11 kg.
Bagian-bagian RTG yang digunakan pada wahana Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Pelet Plutonium-238 dioksida. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: wikipedia
Selain karena bisa menghasilkan listrik dalam jangka waktu sangat lama, RTG juga aman untuk digunakan. Pelet dilindungi oleh beberapa lapisan luar dengan tujuan untuk meminimalkan efek dari hal-hal yang bisa membahayakan seperti kondisi lingkungan, musibah, dan sebagainya. Plutoniumnya juga dikemas dalam bahan keramik dalam bentuk dioksida sehingga aman karena tidak larut dalam air dan kimia reaktif. Jika keluar dari kemasan, Plutonium akan sangat lambat untuk masuk ke dalam rantai makanan manusia. Biasanya pelet hancur dalam bentuk bongkahan dan bukan debu sehingga lebih aman. Selain itu pelet Plutonium dlindungi oleh lapisan Iridium sehingga mampu menahan suhu yang sangat tinggi.

RTG dengan 11 kg pelet Plutonium-238 dioksida akan mampu menghasilkan listrik sebesar 250 Watt pada saat awal beroperasi. Setiap 4 tahun performanya turun sekitar 5 persen sehingga dalam waktu 10 tahun akan menghasilkan listrik sebesar 200 Watt.

Penggunaan RTG sudah sejak lama diterapkan oleh NASA beberapa diantaranya digunakan pada misi dan wahana yang fenomenal seperti Apollo, Viking, Cassini, Galileo, New Horizon, Curiosity, Voyager, dan sebagainya. Berikut ini foto beberapa RTG yang digunakan oleh NASA pada beberapa wahananya:
RTG pada wahana Pioneer 10. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
RTG pada wahana Ulysses. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
RTG pada wahana Voyager. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
RTG pada wahana Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
RTG pada wahana Viking. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
RTG pada wahana Apollo. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
RTG pada wahana New Horizon. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
RTG PAda wahana Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
(NS, WKP, OST, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, August 8, 2014

Seberapa Besar Gaya Gravitasi di Pluto ?

Ilustrasi permukaan Pluto. Image credit: gordon88
Pertanyaan:Seberapa besar gaya gravitasi yang dimiliki Pluto?

Jawaban:
Gaya gravitasi Pluto sekitar 1/12 dari gaya gravitasi Bumi. Jadi misalnya ada benda berukuran 45 kg di Bumi, maka di Pluto hanya jadi 3,6 kg saja.

(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Berapa Jam Satu Hari di Pluto ?

Ilustrasi permukaan Pluto. Image credit: sott
Pertanyaan:
Berapa jam sih lama satu hari satu malam di Pluto itu ?

Jawaban:
Pluto berotasi lebih lambat dari Bumi sehingga berpengaruh pada jumlah jam dalam satu hari. Satu hari satu malam di Pluto lebih lama 6,4 kali dari Bumi yakni sekitar 153,3 jam.
(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Bintang Apa yang Paling Terang di Galaksi Bima Sakti ?

Bintang Sirius. Image credit: wisdom-square
Pertanyaan:
Bintang apa yang paling terang di galaksi Bima Sakti?

Jawaban:
Galaksi Bima Sakti terdiri dari sekitar 200 miliar bintang. Mengingat jumlahnya yang sangat-sangat banyak, astronom dan ilmuwan masih memiliki keterbatasan untuk mengobservasinya secara keseluruhan. Tapi jika kita melihat bintang-bintang itu dari Bumi dengan mata telanjang, maka kita hanya bisa melihat sekitar 6000 bintang saja. Selain Matahari, bintang lain yang bisa kita lihat dengan cahaya yang terang adalah bintang Sirius di konstelasi Canis Major dan bintang dengan tingkat kecerahan kedua adalah bintang Canopus yang terletak di konstelasi Carina. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Astronom Temukan Aliran Gas Super Panjang Penghubung Galaksi

Bawah kiri sebuah galaksi raksasa dan di sekitarnya ada aliran gas (warna hijau) yang terhubung dengan sebuah galaksi lain (atas). Selain itu aliran gas juga tampak terhubung dengan galaksi lainnya (kiri bawah). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Rhys Taylor / Arecibo Galaxy Environment Survey / The Sloan Digital Sky Survey Collaboration
Dengan menggunakan teleskop William E. Gordon di Observatorium Arecibo, Puerto Rico, astronom berhasil mendeteksi adaya aliran gas yang terdiri dari atom hidrogen dalam jumlah sangat besar dengan panjang mencapai 2,6 juta tahun cahaya pada galaksi yang berjarak 500 juta tahun cahaya dari Bumi. Aliran gas atom hidrogen ini diketahui merupakan yang terpanjang dari yang pernah ditemukan yakni lebih panjang satu juta tahun cahaya dari aliran gas yang ditemukan pada cluster / gugus Virgo.

Dr Rhys Taylor seorang peneliti dari Czech Academy of Sciences sekaligus penulis dari penelitian ini mengatakan bahwa hal ini benar-benar tidak terduga. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa memang aliran gas seperti ini sering ditemukan pada cluster galaksi dikaranekan banyak galaksi yang berjarak relatif dekat, tapi mengingat panjangnya aliran gas yang luar biasa, maka hal itu sangat aneh dan belum pernah ada sebelumnya.

Selain karena ukurannya yang sangat panjang, jumlah gas yang ada di dalamnya juga sangat besar. Menurut Roberto Rodrigues seorang sarjana dari University of Puerto Rico mengatakan jumlah gas pada aliran itu mencapai 15 miliar kali massa Matahari kita. Dan itu lebih mirip dengan gabungan massa dari galaksi Bima Sakti dengan Andromeda.

Tim astronom saat ini sedang meneliti dari mana asal usul dari aliran gas yang lebih mirip seperti "jembatan" itu. Salah satu teori yang mengemuka adalah ada salah satu galaksi besar yang melintasi sebuah kelompok galaksi kecil di masa lalu dan kemudian gas tertarik keluar setelah keduanya tadi menjauh. Selain teori itu ada juga teori lain yakni ada sebuah galaksi besar yang "tertangkap" oleh kelompok galaksi kecil kemudian mendorong gas keluar. Kedua teori itu akan diuji pada simulasi komputer untuk mengetahui teori mana yang bisa diandalkan dan dijadikan pedoman.

Proyek penelitian ini juga melibatkan tiga mahasiswa dan peneliti pascasarjana yakni Roberto Rodriguez dari University of Puerto Rico, Clarissa Vazquez dari UPR Humacao, dan Hanna Herbst dari University of Florida. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, August 7, 2014

NASA Akan Kirimkan Alat Pembuat Oksigen ke Mars

MOXIE, alat pembuat oksigen yang akan dikirimkan NASA ke Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
NASA dikabarkan akan mengirimkan alat pembuat oksigen ke Mars bersamaan dengan dikirimnya robot penjelajah Mars yang baru pada tahun 2020 mendatang. Alat / mesin pembuat oksigen yang disebut dengan MOXIE (Mars Oxygen In-Situ Resources Utilization Experiment) dirancang oleh ilmuwan dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) yang berfungsi untuk merubah karbondioksida Mars menjadi oksigen yang dapat mendukung misi berawak ke sana.

MOXIE mampu menghasilkan 22 gram (0,78 ons) oksigen per jamnya. Dalam skala yang lebih besar, NASA berambisi untuk membuat sebuah reaktor nuklir kecil untuk membuat oksigen dalam skala besar sehingga misi berawak di sana bisa berlangsung lebih lama.

Robot penjelajah Mars yang baru akan ditugaskan untuk mencari tahu dan melakukan serangkaian tes mengenai apa saja yang akan dihadapi oleh manusia jika mereka melakukan misi di planet merah itu seperti masalah yang akan dihadapi dan tantangannya. Rencananya misi berawak NASA yang pertama akan dilakukan pada tahun 2030 dengan menggunakan roket SLS dan kapsul Orion. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, August 6, 2014

Robot Curiosity Temukan Meteorit Besi di Mars

Batu meteorit besi temuan Curiosity di Mars yang disebut Lebanon. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/LANL/CNES/IRAP/LPGNantes/CNRS/IAS/MSSS
Robot penjelajah Mars, Curiosity menemukan meteorit besi di permukaan planet tersebut. Meteorit besi itu disebut oleh ilmuwan dengan nama Lebanon (mirip nama negara). Meteorit besi berukuran 2,2 meter ini serupa dengan apa yang pernah ditemukan oleh wahana penjelajah Mars sebelumnya, Spirit dan Opportunity.

Foto di atas merupakan penggabungan dari dua gambar yakni dari foto yang diambil dengan kamera Remote Micro Imager (RMI) yang beresolusi tinggi, dengan Curiosity's Chemistry and Camera (Chemcam).

Dari foto tersebut tampak adanya banyak lubang yang diperkirakan dihasilkan oleh proses pengikisan kristal pada logam meteorit. Kemungkinan lubang tersebut berisi kristal olivin yang biasanya ada pada batu meteorit besi yang disebut pallasites yang diperkirakan meteorit jenis ini terbentuk di dekat inti mantel pada sebuah asteroid. Di Bumi meteorit jenis ini mirip dengan meteorit Xinjiang di China dan meteorit Hoba di Namibia. (NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Update Foto Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko Pada Jarak 120 KM

ESA kembali merilis foto-foto dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang dipotret oleh wahana Rosetta dengan menggunakan kamera OSIRIS yang terpasang di wahana tersebut. Foto ini lebih jelas dari foto sebelumnya karena diambil pada jarak yang lebih dekat yakni sekira 120-130 km dari komet. Berikut ini foto-fotonya:
Foto salah satu bagian besar dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Foto diambil pada jarak 120 km dengan resolusi 2,2 meter per piksel. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA/Rosetta/MPS for OSIRIS Team MPS/UPD/LAM/IAA/SSO/INTA/UPM/DASP/IDA

Foto area datar / halus dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang diperkirakan dilapisi oleh es. Tampak juga batuan, kawah, dan tebing curam pada komet. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA/Rosetta/MPS for OSIRIS Team MPS/UPD/LAM/IAA/SSO/INTA/UPM/DASP/IDA
Rencananya wahana Rosetta akan menurunkan wahana pendarat pada 6 Agustus ini. Kita tunggu saja updatenya. (ESA, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Video, Hari Ini Wahana Rosetta Bersiap Mendarat di Komet 67P/C-G

Ilustrasi wahana Rosetta menurunkan Philae Landing Craft untuk kemudian mendarat di komet 67P/C-G. Image credit: ESA
Dikabarkan oleh ESA bahwa wahana Rosetta bersiap untuk melakukan pendaratan di komet 67P/C-G (67P/Churyumov-Gerasimenko) pada 6 Agustus 2014 ini. Saat ini Rosetta Flight Control Team (FCT) dari ESA telah menyelesaikan penyelarasan orbit terakhir dengan komet tersebut untuk kemudian melakukan pendaratan. Penasaran seperti apa prosesnya? silahkan sobat simak video ilustrasinya berikut ini:


(Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Wahana Rosetta Berhasil Ambil Foto Komet 67P/C-G dari Jarak Dekat

Foto komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang diambil oleh wahana Rosetta pada jarak 234 km dengan menggunakan kamera NAVCAM. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA
Kamera navigasi (NAVCAM) yang terpasang pada wahana Rosetta milik ESA yang sedang membuntuti komet 67P/C-G sebelum akhirnya mendarat di permukaannya berhasil mengambil foto komet tersebut pada jarak yang cukup dekat yakni 234 km dari komet itu.
Foto komet 67P/Churyumov-Gerasimenko setelah dilakukan perbesaran. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA
Dalam foto terbaru yang diambil pada 4 Agustus 2014 ini, tampak detail yang cukup jelas dari permukaan komet. Walaupun bentuk komet secara keseluruhan tidak begitu nampak karena arah datangnya sinar Matahari, namun fitur permukaan nampak jelas yakni adanya daerah yang kasar berupa bukit dan ada pula yang rata / halus yang diduga adalah lapisan es. Komet yang bernama lengkap 67P/Churyumov-Gerasimenko ini rencananya akan didarati oleh wahana Rosetta pada 6 Agustus 2014 ini. Kita tunggu update dari wahana Rosetta ini. (ESA, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, August 5, 2014

Dua Minggu, Tiga Letusan Gunung Berapi Terjadi di Io

Citra inframerah dari letusan gunung berapi di Io yang terjadi pada 15-29 Agustus 2013 yang diambil dengan menggunakan teleskop Keck II. Tampak bahwa pada 15 Agustus terjadi letusan pada kaldera Rarog Patera dan Heno Patera. Jejak letusan keduanya kemudian memudar akibat letusan ketiga yang terjadi di Loki Patera. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Imke de Pater, Katherine de Kleer, UC Berkeley
Secara mengejutkan tiga letusan gunung api besar terjadi di salah satu bulan Jupiter, Io hanya dalam waktu dua minggu. Astronom mengungkapkan bahwa akibat dari letusan ini, banyak material vulkanik yang terlempar hingga ratusan kilometer dari permukaan Io. "Di sini kami melihat tiga letusan yang sangat jelas yang menunjukkan bahwa mungkin saja kita bisa melihat lebih banyak lagi di Io," ungkap Imke de Pater seorang Profesor dari University of California yang menjadi penulis dari studi ini.

Io sendiri dikenal sebagai satu-satunya tempat dimana banyak terjadi letusan gunung berapi selain Bumi. Karena gravitasi Io yang rendah, akibatnya material letusan bisa naik terlempar hingga ratusan bahkan ribuan kilometer ke atas.

Dari sinar Inframerah, diketahui bahwa letusan kali ini membuat lava memancar ke luar dengan volume yang sangat besar per detiknya hingga membuat lava cepat membanjiri sebagian permukaan Io. Diketahui ketiga letusan itu terjadi antara 15 sampai 29 Agustus 2013.

Dengan menggunakan teleskop Keck II di Hawai, diketahui bahwa ada kaldera (kawah gunung berapi) yang disebut Rarog Patera yang menghasilkan lava setebal 9 meter dengan luas hingga 80 km persegi. Sementara kaldera Heno Patera membanjiri area seluas 193 km persegi dengan lava. Kesemua kaldera tersebut berada pada belahan selatan dari Io. Ketiga letusan gunung api tersebut umumnya memang memancurkan lava sehingga membuat semacam sungai dan danau lava dengan suhu yang sangat tinggi.

Saat ini tim astronom sedang fokus meneliti komposisi dari magma dan memetakan distribusi persebaran aliran panas spasial dari waktu ke waktu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari proses pemanasan dan pendinginan yang terjadi di Io. Berdasarkan pengamatan selama 10 tahun dari 2001 sampai 2010, diketahui bahwa titik yang paling aktif di Io adalah kaldera Loki Patera dan Kanehekili Fluctus. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 2, 2014

Wahana MESSENGER Akan Dijatuhkan di Merkurius Maret 2015

Ilustrasi wahana MESSENGER mengorbit planet Merkurius. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Pada tanggal 25 Juli 2014 lalu, wahana MESSENGER NASA yang mengorbit planet Merkurius berhasil mendekati planet tersebut pada jarak paling dekat dari yang pernah dicapai sebelumnya, yakni hanya 100 km (62 mil) di atas permukaan planet Merkurius. Pemimpin operasional MESSENGER dari APL mengatakan bahwa timnya berhasil mengirimkan serangkaian perintah pada wahana tersebut untuk melakukan manuver menuju ke posisinya saat ini.

"Tujuan dari pergerakan MESSENGER ini adalah untuk mengetahu lebih dekat es di daerah kutub, fitur geologi yang tidak biasa, gravitasi serta medan magnet planet itu secara lebih jelas," ungkap MESSENGER Project Scientist dari Applied Physics Laboratory Universitas Johns Hopkins (APL), Ralph McNutt. "Jarak sedekat ini memungkinkan kita untuk melihat Merkurius dari jarak terdekat untuk pertama kalinya," tambah McNutt.

Karena perubahan orbit , ketinggian MESSENGER akan terus menurun dan pada 19 Agustus diperkirakan ketinggiannya akan mencapai 50 km. Selanjutnya ketinggiannya akan diturunkan lagi hingga mencapai 25 km pada 12 September, dan setelah itu tim akan memerintahkan MESSENGER untuk melakukan manuver untuk menambah ketinggian hingga 94 km.

Pada tanggal 24 Oktober 2014 dan 21 Januari 2015, MESSENGER akan terus menambah ketinggian hingga pada bulan Maret 2015, wahana tersebut akan mengakhiri missinya dan jatuh ke permukaan Merkurius seiring dengan habisnya bahan bakar sehingga total lama misi MESSENGER kurang lebih 10 tahun sejak diluncurkan pada 3 Agustus 2004. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, July 29, 2014

PT. Telkom Kerjasama dengan Thales Alenia Buat Satelit Telkom-3S

Satelit Telkom-2
Perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT. Telkom Tbk, telah menandatangani kontrak kerjasama pembuatan satelit baru yang diberi nama satelit Telkom -3S dengan perusahaan Thales Alenia Space.  Tidak disebutkan berapa nilai kontrak pembuatan satelit itu, namun dipastikan bernilai jutaan dollar. Satelit Telkom-3S akan digunakan sebagai satelit telekomunikasi dan kebutuhan siaran televisi high definition (HDTV).

Satelit Telkom-3S dilengkapi dengan 24 C-band transponder, 8 extened C-band transponder, dan 10 Ku-band transponder. Transponder C-band akan mengkover wilayah Indonesa dan Asia Selatan, extended C-band akan mengkover wilayah Indonesia dan sebagian Malaysia, sedangkan Ku-band akan mengkover wilayah Indonesia saja. Diperkirakan berat satelit tersebt sekitar 3,5 ton dengan daya 6,3 kW dan diperkirakan memiliki umur operasional sekitar 15 tahun. Peluncuran satelit dijadwalkan pada akhir 2016 dengan menggunakan roket Ariane. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, June 23, 2014

Astronom Temukan Pulau Aneh di Titan

Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007 oleh wahana Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Astronom menemukan sebuah pulau "aneh" dan "misterius" yang muncul di tengah laut kedua terbesar di Titan, Ligeia Mare. Oleh para astronom pulau aneh ini disebut dengan Magic Island. Kenapa pulau ini di sebut aneh? Setelah para ilmuwan membandingkan tiga foto laut Ligeia Mare, ilmuwan terkejut dengan kemunculan sebuah pulau. Pulau ini pada foto yang lain diketahui muncul kemudian menghilang lagi.

Dilaporkan dalam jurnal Nature pada 22 Juni lalu, astronom mengungkapkan bahwa pengamatan yang mereka lakukan adalah pengamatan pertama yang dilakukan untuk mengetahui adanya proses geologi yang terjadi di belahan utara Titan. Penemuan ini memberitahu pada kita bahwa cairan di belahan utara Titan tidak stagnan / tetap, tapi berubah-ubah," kata Jason Hofgartner seorang peneliti dari Cornell University selaku penulis utama dari jurnal ini. "Kami tidak tahu persis apa yang menyebabkan pulau ajaib ini muncul, tapi kami ingin mempelajarinya lebih lanjut," tambah Hofgartner.

Bulan terbesar Saturnus ini telah lama diketahui memiliki danau dan laut. Titan mempunyai atmosfer tebal yang sebagian besar terdiri dari nitrogen dan metana. Danau dan laut Titan bukan berisi air tapi berisi metana dan etana cair. Dengan menggunakan beberapa foto Titan yang diambil oleh wahana Cassini, astronom membandingkan perubahan laut dan daratan Titan dari waktu ke waktu. Pada foto yang diambil pada  26 April 2007, memperlihatkan laut Titan yang tenang tanpa fitur apapun. Pada saat itu belahan utara Titan, tepat dimana laut Ligeia Mare ini berada sedang berada dalam musim peralihan dari musin semi ke musim panas. Kemudian pada 10 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan adanya sebuah fitur mirip pulau yang muncul di tengah laut Ligeia Mare seperti yang bisa kita lihat di bawah ini. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh hembusan angin dari belahan utara Titan yang membentuk gelombang di laut Ligeia Mare.
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007. Pulau misterius belum muncul. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 10 Juli 2013. Pulau misterius muncul (dilingkari merah). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 Juli 2013. Pulau misterius hilang lagi. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Anehnya pada tanggal 26 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan bahwa pulau misterius itu sudah menghilang. Astronom begitu terkejut mengapa itu terjadi begitu cepat hanya dalam waktu 16 hari saja. Astronom menduga bahwa ada proses tertentu yang menyebabakn terjadinya hal ini seperti angin, hujan, dan efek pasang yang mempengaruhi metana dan etana di laut Titan. Astronom akan terus mengamati perubahan Titan. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, June 21, 2014

Triton, Bulan Terbesar Neptunus yang Super Dingin

Foto Triton yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/USGS
Triton merupakan bulan / satelit alam yang paling besar dari total 13 bulan yang dimiliki Neptunus. Triton sekaligus menjadi satu-satunya bulan di tata surya yang memiliki arah orbit yang berlawanan dengan arah rotasi planetnya atau yang biasa disebut retrograde. Sekilas Triton ini sangat mirip dengan Pluto sehingga astronom berpendapat bahwa Triton dan Pluto mempunyai asal usul yang sama. Hal itu diperkuat dengan pendapat bahwa bulan sebuah planet tidak mungkin terbentuk jika arah orbitnya berlawanan arah. Sama seperti bulan kita, Triton juga terkunci oleh gravitasi Neptunus sehingga berhenti berotasi. Namun karena kemiringan orbit yang tidak biasa, maka daerah kutub bergantian menghadap Matahari.
Foto permukaan Triton. Tampak fitur kerak es yang merupakan hasil kondensasi Nitrogen akibat suhu yang terlalu dingin. Bentuk es kasar sangat terlihat yang diperkirakan ini terbentuk sebagai akibat dari gumpalan es yang dialiri arus lava dingin. Tinggi dari gunung es ini bervariasi hingga beberapa ratus meter. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Universities Space Research Association/Lunar & Planetary Institute
Triton memiliki diameter sekira 2.700 km. Besarnya 22 persen lebih kecil dari bulan Bumi kita. Berdasarkan foto yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989, terlihat bahwa permukaan Triton  terdiri dari dataran halus, sedikit kawah, dan banyak kerak es dan lubang-lubang bulat yang terbentuk oleh aktivitas aliran lava dingin.

Atmosfer Triton sangat tipis yang kebanyakan terdiri dari Nitrogen dan sedikit Metana. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh aktivitas gunung berapi dan pengaruh musiman dari Matahari. Ada 3 bulan Neptunus yang memiliki aktivitas vulkanik aktif saat ini yakni Triton, Io, dan Venus. Walaupun memiliki gunung berapi, ternyata suhu di permukaan Triton sangat dingin yakni sekira -235 derajat Celcius.

Nama Triton diambil dari nama salah satu dewa laut Yunani. Triton ditemukan pada 10 Oktober 1846 oleh astronom Inggris William Lassell dan penemuan itu hanya selang 17 hari setelah penemuan planet Neptunus oleh astronom Jerman, Johann Gottfried Galle dan Heinrich Louis d'Arrest. (NS, NSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, June 20, 2014

ESA: Medan Magnet Bumi Mengalami Perubahan

Perubahan medan manet Bumi berdasarkan data Swarm. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: esa
Menggunakan data yang didapat dari wahana Swarm, ilmuwan ESA (European Space Agency) menyimpulkan bahwa medan magnet Bumi telah mengalami perubahan. Dari data yang didapat selama 6 bulan itu mereka mendapati bahwa di belahan Bumi sebelah barat terjadi penurunan kekuatan medan magnet. Sedangkan di daerah Selatan Samudera Hinda, medan magnet mengalami penguatan.
Ilustrasi tiga wahana Swarm sedang mengorbit Bumi. Image credit: esa
Data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan tiga wahana Swarm milik ESA yang diluncurkan pada November 2013 lalu yang menganalisa perubahan medan magnet Bumi. Saat ini yang baru dianalisa adalah peran inti Bumi dalam mempengaruhi perubahan medan magnet dan dalam beberapa bulan ke depan, ilmuwan ESA juga akan mengamati apakah perubahan medan magnet Bumi ini juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti mantel Bumi, kerak, lautan, ionosfer, dan magnetosfer.

Seperti yang diketahui bahwa medan magnet Bumi berperan penting bagi kelangsungan kehidupan di Bumi, sebab ia melindungi Bumi dari radiasi kosmik dan serbuan partikel bermuatan dari Matahari yang datang melalui angin surya yang jika menembus Bumi, maka kehidupan akan musnah akibat radiasi.

Informasi yang didapat ilmuwan ini akan digunakan untuk menjawab pertanyaan, apa yang menyebabkan medan magnet Bumi ini melemah. (esa, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kosmonot Rusia Sukses Lakukan Spacewalking untuk Perbaikan ISS

Kosmonot Oleg Artemyev saat melakukan spacewalking. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dua kosmonot Rusia sukses melakukan spacewalking (bekerja di luar ISS) setelah menghabiskan waktu sekitar 7 jam untuk melakukan beberapa perbaikan dan upgrade peralatan ISS. Kosmonot Alexander Skvortsov dan Oleg Artemyev menceritakan bahwa pengalaman spacewalking adalah pengalaman yang sangat menarik sekaligus mendebarkan. Sebab mereka harus melayang di luar ISS pada ketinggian sekitar 400 km di atas permukaan Bumi dan bagi mereka spacewalking kali ini adalah spacewalking mereka yang pertama kalinya.

Kedua kosmonot itu ditugaskan untuk mengganti antena komunikasi dengan antena yang baru dan memperbaiki beberapa komponen elektronik dan kelistrikan lainnya. Walaupun sekilas tampak mudah, spacewalking ternyata sangat sulit untuk dilakukan. Spacewalking lebih mirip seperti panjat tebing dan angkat besi, karena selain kita harus menahan diri dengan cara bergantung, mereka juga membawa beberapa peralatan yang rata-rata berukuran besar. Kosmonot Skvortsov dan Artemyev mengatakan bahwa mereka sempat mengalami kesulitan ketika akan melepas salah satu baut pada sebuah perangkat dan ternyata baut itu sangat sulit untuk dilepas. Itu membutuhkan tenaga ekstra dan sangat menjengkelkan.

Kedua kosmonot telah berada di ISS sejak 27 Maret 2014 dalam misi 5,5 bulan di ISS. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Foto Keindahan Planet Mars oleh Wahana Rosetta

Foto planet Mars beresolusi 5 km / piksel yang diambil oleh wahana Rosetta. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: esa
Foto di atas adalah foto planet Mars yang diambil oleh wahana Rosetta pada 24 Februari 2007 pada jarak 240.000 km dalam perjalanannya menuju komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Foto di atas merupakan foto dalam warna yang sebenarnya, sama seperti jika kita melihatnya langsung dengan mata kita sendiri. (esa, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

NASA Akan Gunakan Helikopter Tanpa Awak untuk Jelajahi Titan

Ilustrasi helikopter NASA di Titan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: gzm
NASA mempunyai ide menarik untuk mengeksplorasi salah satu bulan Saturnus, Titan. Titan dipilih karena ia merupakan satu-satunya tempat mirip Bumi di tata surya. Selain karena mempunyai atmosfer tebal dan samudera, Titan juga dianggap sebagai tempat yang kaya akan zat kimia organik. NASA berencana menggunakan helikopter tanpa awak untuk menjelajahi permukaan Titan. Nantinya helikopter itu akan perlahan dibawa turun oleh balon udara hingga ketinggian tertentu untuk kemudian terbang. Berat helikopter ini tidak lebih dari 10 kg. Nantinya helikopter ini akan memetakan permukaan, mengambil sampel materi padat dan cair, dan sebagainya.

Pada seminar yang diadakan oleh NASA, ilmuwan Larry Matthies dan timnya menulis makalah yang berjudul TAD (Titan Aerial Daughtercraft) for Surface Studies from a Lander or Ballon. Kemungkinan jika rencana ini benar-benar direalisasikan, maka NASA akan bekerjasama dengan AeroVironment yaitu sebuah perusahaan swasta produsen pesawat tanpa awak untuk bersama-sama membuat model helikopter yang cocok untuk lingkungan Titan. Konsepnya helikopter itu nantinya terdiri dari empat baling-baling dan bisa kembali menujut ke wahana yang berfungsi sebagai pangkalan di Titan untuk mengantarkan sampel yang kemudian dianalisa secara kimiawi menggunakan robot. Setelah itu helikopter akan melakukan isi ulang baterai secara otomatis untuk kemudian bisa terbang lagi untuk misi berikutnya. Matthies mengatakan bahwa misi ini tidak memerlukan biaya besar, tidak seperti Curiosity. Kapan rencanan ini diwujudkan, kita tunggu saja. (PHS, GZM, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, June 19, 2014

VIDEO: Robot Laba-laba NASA Ahli Panjat Tebing

Robot Laba-laba NASA. Image credit: ieee.org
Untuk mewujudkan misi menjelajahi asteroid dan planet Mars, Tim JPL NASA membuat robot yang sangat canggih yakni robot Spiderman. Mengapa disebut robot spiderman? karena robot ini bisa memanjat tebing batu seperti Spiderman. Robot ini sendiri sebenarnya dinamai JPL's Rock Climbing Robot yang merupakan versi upgrade dari robot LEMUR IIB yang lebih dulu dibuat. Uniknya robot ini bisa memanjat dalam posisi vertikal dan horizontal.
Bagian-bagian dari kaki robot Laba-laba NASA. Image credit: engineering.com
Posisi vertikal berarti robot ini bisa memanjat dari bawah ke atas, atau horizontal dengan merayap menggantung di bawah batuan seperti Spiderman. Robot ini bisa melawan gaya gravitasi bahkan mampu membawa beban hingga 15 kg saat memanjat. Rahasia dari robot Spiderman ini adalah ia mempunyai semacam kail / cakar kecil pada kaki-kaki kecilnya yang digunakan untuk mencengkeram permukaan batuan. Dengan beberapa kaki yang dimilikinya, robot ini benar-benar mirip Laba-laba. Robot ini akan digunakan oleh NASA untuk misi ke asteroid dan Mars. Simak video aksi robot Laba-laba NASA di bawah ini:

(Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, June 13, 2014

Astronom: Ada 100 Juta Planet di Bima Sakti yang Bisa Menopang Kehidupan

Bumi. Image credit: Tryfonov / Fotolia
Astronom memperkirakan di dalam galaksi Bima Sakti ada sekira 100 juta planet yang dapat mendukung kehidupan dalam bentuk kompleks. Bentuk kompleks yang dimaksud adalah bentuk kehidupan di atas mikroba. Kesimpulan ini didapat setelah beberapa astronom menggunakan teknik perhitungan baru untuk menganalisa planet-planet yang mengorbit bintang-bintang di galaksi Bima Sakti. "Studi ini tidak ditujukan untuk menunjukkan adanya kehidupan yang kompleks di planet-planet tersebut namun menyatakan bahwa ada banyak planet yang dapat mendukung kehidupan," ungkap Alberto Fairen dari Cornell Research Associate.

Organisme yang lebih kompleks atau lebih besar dari mikroba diperkirakan bisa ada di planet-planet tersebut.  Dengan mempelajari kepadatan, suhu, substrat (cairan, gas, material), struktur kimia dan jarak dari bintangnya, ilmuwan mendapati ada sekitar 1 sampai 2 persen planet atau sekira 100 juta planet di Bima Sakti yang sangat dimungkinkan mendukung kehidupan kompleks.

Tapi sayangnya jarak planet-planet itu sangat jauh dari Bumi. Salah satu sistem tata surya yang paling dimungkinkan adanya kehidupan yakni sistem Gliese 581 yang terdiri dari dua planet, berjarak 20 tahun cahaya. Mengingat luasnya galaksi Bima Sakti itu sendiri, belum lagi kemampuan manusia yang masih belum bisa menempuh perjalanan dengan kecepatan cahaya, pertemuan manusia dengan makhluk lain seperti alien sangat sulit untuk dilakukan, kecuali mereka yang mendatangi kita. (SCD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto