Artikel Terbaru:
Voyager 1
Jarak dari Bumi
18,881,526,574 KM
126.21520939 AU
Jarak dari Matahari
18,809,049,197 KM
125.73072805 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
34:59:23
hh:mm:ss
Voyager 2
Jarak dari Bumi
15,412,039,899 KM
103.02312344 AU
Jarak dari Matahari
15,407,770,377 KM
102.99458345 AU
Total waktu tempuh dalam kecepatan cahaya dari Matahari
28:33:38
hh:mm:ss

Posisi International Space Station (ISS)
Posisi ISS di atas adalah posisi ISS secara realtime (langsung).

web survey

Diskusi Terkini

Powered by Disqus

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, November 25, 2011

Hembusan Angin di Planet Mars Mampu Membentuk Bukit Pasir

perubahan bukit pasir di planet Mars akibat hembusan angin
Tidak hanya Bumi saja yg memiliki hembusan angin, tetapi di planet Mars juga ada. Wahana NASA baru-baru ini telah menemukan bukti hembusan angin di Mars dengan mengumpulkan foto perubahan bentuk bukit pasir di daerah kutub utara planet tersebut seperti yang dilansir dari space.com (24/11/2011).

Perubahan bentuk bukit pasir tersebut diperkirakan diakibatkan oleh hembusan angin yg sangat kencang yg menunjukkan bahwa pwrmukaan planet tersebut memang aktif.
"Mars memiliki hembusan angin lebih dari yang kita ketahui sebelumnya dimana ia mampu merubah bentuk bukit pasir" ungkap Nathan dari Johns Hopkins University yang memimpin studi ini.

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa debu pasir di mars dapat berputar-putar dan membentuk badai pasir membentuk angin puyuh kecil. Namun ilmuwan belum menemukan bukti nyata perihal efek angin tersebut.

Perlu diketahui bahwa butur-butir pasir di mars lebih sulit untuk bergerak jika dibandingkan dengan pasir di bumi. Hal itu disebabkan oleh ukuran pasir mars yang lebih besar dan keadaan atmosfer yang lebih tipis. Pengujian melalui terowongan angin telah membuktikan bahwa 80 mph (130 kph) hembusan angin diperlukan di mars untuk memindahkan pasir. Sedangkan di bumi hanya perlu 10 mph (16 kph) saja. Tetapi angin dengan kecepatan tinggi di mars sangat jarang terjadi, begitu menurut pengamatan NASA pada tahun 70-80an. (space.com, astronomi.us)

Wednesday, October 5, 2011

Mengungkap Misteri Supernova Tertua dan Terjauh di Alam Semesta

Supernova Tipe Ia di atas inset, salah satu dari 150 dalam sampel penuh, meledak sekitar 10 milyar tahun lalu dan merupakan salah satu jenis supernova Ia tertua dan terjauh yang diamati sampai saat ini. Kecuali untuk segelintir bintang, semua benda pada gambar di atas adalah galaksi. Credit: spacedaily.com
Tim astronomi dari Jepang, Israel, dan Amerika Serikat berkumpul untuk menggunakan teleskop Subaru guna meneliti salah satu contoh dari Supernova termuda (saat alam semesta baru terbentuk) dan sekaligus terjauh yang pernah ditemukan. Supernova tersebut terjadi akibat ledakan sebuah bintang pada 10 miliar tahun yang lalu, jauh sebelum Bumi terbentuk. Peneliti menggunakan contoh supernova kuno ini untuk menentukan berapa frekuensi dari ledakan bintang ini pada saat alam semesta masih berusia muda.

Supernova merupakan hal yang penting dalam astrofisika. Supernova ibarat sebuah pabrik alam, karena pada dasarnya semua elemen dalam tabel periodik yang lebih berat dari oksigen terbentuk melalui reaksi nuklir yang terjeadi segera sebelum dan selama ledakan besar. Ledakan besar ini melemparkan elemen-elemen yang kemudian menjadi ruang antar bintang, di mana mereka berfungsi sebagai bahan baku untuk bintang dan planet baru.

Dengan demikian, atom-atom dalam tubuh kita, seperti atom kalsium dalam tulang kita atau atom besi dalam darah kita, diciptakan dalam supernova. Dengan pelacakan frekuensi dan jenis ledakan supernova kembali melalui waktu kosmik, para astronom dapat merekonstruksi sejarah  penciptaan elemen alam semesta, dari campuran sederhana dari hidrogen dan helium yang ada selama satu miliar tahun pertama setelah Big Bang, sampai dengan unsur yang kaya seperti yang kita lihat sekarang.

Seperti dikutip dari spacedaily.com, Rabu (05-10-2011), disebabkan karena letaknya yang sangat jauh dan terjadi pada masa lalu, maka supernova ini sulit untuk diteliti. Untuk mengatasi kendala ini, tim mengambil keuntungan dari kecanggihan Teleskop Subaru: kekuatan dari pengumpulan cahaya oleh cermin utama yang berukuran 8,2 meter, ketajaman gambar yang baik, dan bidang pandang lebar dari kamera fokus utamanya (Suprime-Cam).

Dengan "menatap" melalui teleskop Subaru Deep Field ini, mereka membiarkan cahaya redup dari galaksi dan supernova yang paling jauh terakumulasi selama beberapa malam pada suatu waktu, sehingga membentuk suatu paparan yang sangat panjang dan mendalam.

Masing-masing dari hasil empat pengamatan tersebut didapat sekitar 40 supernova yang meledak di antara 150.000 galaksi. Secara keseluruhan, tim menemukan 150 ledakan, termasuk 12 supernova yang merupakan supernova yang paling jauh dan kuno yang pernah dilihat.

Analisis tim dari data menunjukkan bahwa supernova dari apa yang disebut dengan tipe "termonuklir" meledak sekitar lima kali lebih sering di alam semesta muda, sekitar sepuluh milyar tahun yang lalu, daripada yang terjadi pasa saat ini. Supernova termonuklir, sering disebut supernova Tipe-Ia, adalah salah satu sumber utama dari elemen besi di alam semesta.

Sama pentingnya, ledakan ini telah menjadi penanda jarak kosmik bagi para astronom. Selama dekade terakhir, mereka telah mengungkapkan bahwa palam semesta mengembang, di mana semua galaksi menjauh dari satu sama lain, sebenarnya percepatan perkembangannya dibawah pengaruh energi gelap (dark energy) misterius.

Namun, sifat dari supernova termonuklir sendiri masih belum sepenuhnya dipahami, dan ada perdebatan sengit tentang identitas pra-ledakan bintang atau sistem bintang. Dengan mengungkapkan kisaran usia bintang-bintang yang meledak dengan cara ini, temuan baru tim memberikan beberapa petunjuk penting untuk memecahkan misteri ini.

Hasilnya berhubungan erat dengan skenario di mana supernova termonuklir adalah hasil dari penggabungan dari sepasang sisa-sisa bintang yang disebut bintang katai putih (white dwarfs). Pengamatan masa depan dengan pencitraan kamera Subaru generasi berikutnya, Hyper Suprime-Cam, akan memungkinkan menemukan supernova yang bahkan lebih besar dan lebih jauh, dan memungkinkan untuk pengujian lebih lanjut dari kesimpulan ini.

Hasilnya dijelaskan dalam catatan yang ditulis oleh  Graur dan kawan-kawan dalam edisi Oktober 2011 dengan judul "Supernovae in the Subaru Deep Field: the rate and delay-time distribution of type Ia supernovae out to redshift 2".

7 Hal Mengejutkan Tentang Alam Semesta

Credit: NASA/WMAP
Alam semesta selalu mengejutkan kita tentang hal-hal yang luar biasa yang terkadang di luar nalar manusia. Mulai dari asal usul alam semesta, luasnya, objek di dalamnya, lubang hitam, penemuan bintang dan planet-planet aneh dan masih banyak lagi. Nah berikut adalah beberapa hal mengejutkan di alam semesta tempat kita tinggal, seperti yang dikutip dari space.com, Rabu (05/10/2011).

1. Usia Alam Semesta Sangat Tua

Credit: NASA, ESA, E. Jullo (JPL/LAM), P. Natarajan (Yale) and J-P. Kneib (LAM)
Alam semesta dimulai dengan Big Bang dan diperkirakan terjadi sekira 13.7 miliar tahun yang lalu (plus atau minus 130 juta tahun)

Astronom mengkalkulasi hal ini dengan melakukan pengukuran pada komposisi materi dan kepadatan energi di alam semesta yang memberi petunjuk bagi mereka untuk memperkirakan sberapa cepat ekspansi alam semesta di masa lalu. Peneliti akan dibawa kembali ke masa lalu dan memperkirakan kapan Big Bang terjadi. Waktu diantara ledakan itu sampai waktu saat ini merupakan usia alam semesta kita.

2. Alam Semesta Semakin Membesar

Credit: ESA/Hubble
Pada tahun 1920, astronom Edwin Hubble membuat penemuan revolusioner yang mengungkapkan bahwa alam semesta tidak statik (tetap), tapi terus membesar / mengembang. Tapi apakah gravitasi dari materi akan memperlambatnya atau akan ada hal baru lainnya?

Pada 1998 teleskop Hubble mengamati keberadaan supernova yang letaknya sangat jauh dan ditemukan bahwa pada masa lalu alam semesta meluas lebih lambat daripada hari ini. Dari teka-teki ini, maka muncullah apa yang disebut dengan dark energy (energi gelap) yang mendorong percepatan ekspansi alam semesta.

3. Percepatan Alam Semesta Terus Meningkat

Credit: NASA, ESA, the Hubble Heritage (STScI/AURA)-ESA/Hubble Collaboration, and A. Evans (University of Virginia, Charlottesville/NRAO/Stony Brook University)
Energi gelap bukan hanya menyebabkan alam semesta mengembang, tapi menyebabkan obyek lainnya seperti galaksi bergerak menjauh semakin cepat. Percepatan alam semesta menegegaskan teori relativitas umum Einstein dan konstanta kosmologi Einstein untuk menjelaskan energi gelap yang tampaknya mampu menangkal gravitasi dan menyebabkan alam semesta meluas dalam tempo yang cepat.

4. Alam Semesta Bisa Berbentuk "Datar"

Credit: NASA, ESA, P. Simon (University of Bonn) and T. Schrabback (Leiden Observatory)
Bentuk alam semesta merupakan hasil interaksi antara tarikan gravitasi (berdasarkan kepadatan materi di alam semesta) dan percepatan. Jika kerapatan alam semesta melebihi nilai kritis tertentu, maka alam semesta adalah "tertutup," seperti permukaan sebuah bola. Ini menyiratkan bahwa alam semesta tidak terbatas tetapi juga tidak memiliki akhir. Dalam hal ini, alam semesta akhirnya akan berhenti berkembang dan mulai runtuh dengan sendirinya, dalam peristiwa yang dikenal sebagai "Big Crunch."

Jika kerapatan alam semesta kurang dari nilai kerapatan kritis, maka bentuk alam semesta adalah "terbuka," seperti permukaan sebuah pelana. Dalam hal ini, alam semesta tidak memiliki batas dan akan terus berkembang selamanya.

Namun, jika kerapatan alam semesta sama persis dengan kerapatan kritis, maka geometri alam semesta adalah "datar," seperti selembar kertas. Di sini, alam semesta tidak memiliki batas-batas dan akan berkembang selamanya, tetapi tingkat ekspansi secara bertahap akan mendekati nol setelah jumlah tak terbatas waktu. Pengukuran terakhir menunjukkan bahwa alam semesta adalah datar dengan margin kesalahan sekitar 2 persen.

5. Alam Semesta Dipenuhi Oleh Hal yang Tidak Terlihat

Credit: ESA/Hubble
Alam semest memiliki banyak hal yang tidak dapat dilihat. Bahkan bintang-bintang, planet dan galaksi yang saat ini dapat dideteksi, itu hanya 4 persen bagian dari alam semesta, menurut para astronom. 96 persen lainnya merupkaan hal-hal yang tidak terlihat.

Hal-hal tidak terlihat yang aneh ini disebut dengan dark energy (energi gelap) dan dark matter (materi gelap). Memang keberadaannya tidak dapat dilihat, tapi bisa dideteksi dengan mengamati pengaruh energi gravitasinya terhadap objeyek-obyek normal alam semesta yang bisa terlihat.

6. Alam Semesta Memiliki Gema Kelahirannya

Credit: ESA/ LFI & HFI Consortia
Gelombang mikro kosmik yang terdiri dari gema cahaya merupakan sisa energi dari ledakan Big Bang 13.7 miliar tahun lalu.

Misi Plank oleh ESA (European Space Agency) memetakan seluruh langit dalam gelombang mikro cahaya untuk mengungkapkan petunjuk baru tentang bagaimana alam semesta bermula. Pengamatan alam semesta melalui gelombang mikro cahaya merupakan pengamatan paling tepat yang pernah diperoleh. Hal ini kemudian digunakan sebagai petunjuk oleh ilmuwan untuk menjawab pertanyaan apa yang terjadi setelah alam semesta terbentuk.

7. Alam Semesta Lain (Paralel)

Credit: Stephen Feeney/UCL
Gagasan bahwa kita hidup di multiuniverse, di mana alam semesta kita adalah salah satu dari banyak, berasal dari teori disebut inflasi kekal (eternal inflation), yang menunjukkan bahwa segera setelah Big Bang, ruang-waktu diperluas pada tingkat yang berbeda di tempat yang berbeda. Menurut teori ini, hal ini menimbulkan gelembung alam semesta yang dapat berfungsi dengan hukum mereka sendiri terpisah dari fisika.

Konsep ini kontroversial dan murni hipotetis sampai studi terbaru mencari tanda-tanda fisik dari teori multiverse di latar belakang gelombang mikro kosmis, yang merupakan peninggalan dari Big Bang yang meliputi alam semesta kita.

Para peneliti mencari pengamatan terbaik yang tersedia dari gelombang mikro kosmik tanda-tanda tabrakan gelembung alam semesta, tapi tidak menemukan hal yang konklusif. Jika dua alam semesta telah bertabrakan, para peneliti mengatakan, itu akan meninggalkan pola melingkar di belakang dalam latar belakang gelombang mikro kosmik. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Tuesday, October 4, 2011

Karakteristik Planet Eris (2003 UB313)

Eris (Tengah) and Dysnomia (kiri dari tengah). Teleskop luar angkasa Hubble. Credit: NASA
Eris (nama resmi: 136199 Eris; sebelumnya dikenal sebagai 2003 UB313 dan juga Xena) adalah sebuah planet katai yang ditemukan pada hari Jumat, 29 Juli 2005 oleh tiga astronom dari Amerika Serikat, Profesor Mike Brown dan koleganya dari Institut Teknologi California (Caltech), yang juga menemukan beberapa objek-objek serupa planet pada area Sabuk Kuiper. Nama Eris sendiri berasal dari nama dewi keraguan dalam mitologi Yunani.

Awalnya Eris diklaim oleh penemunya sebagai sebuah planet (namun status "planet katai" kemudian diterima), Eris sangat dingin, berbatu-batu dan lebih besar daripada Pluto. Eris diketahui mempunyai sebuah bulan, Dysnomia, yang ditemukan pada 10 September 2005.

Lebih Besar dari Pluto

Eris dilihat dengan teropong bintang. Credit: wikipedia.org
Eris memiliki diameter sekitar 3.000 kilometer, sehingga merupakan objek terbesar yang ditemukan di tata surya setelah Neptunus dideteksi tahun 1846. Eris juga lebih besar dari Pluto, bekas planet terkecil yang ditemukan pada 1930. Eris berjarak hampir 15 miliar kilometer (sembilan miliar mil) atau sekitar tiga kali jarak Pluto dari matahari. Dibanding Bumi, jaraknya 97 kali dibanding jarak Bumi-Matahari.

Eris adalah benda paling jauh yang pernah diketahui untuk mengitari di seluruh Matahari. Ukurannya mungkin satu setengah kali lebih besar dari Pluto. Objek angkasa ini terlihat pertama kali tahun 2003. Ia terlihat lewat teleskop Samuel Oschin di Observatorium Palomar dan teleskop 8m Gemini di Mauna Kea, Hawaii. Pertama kali terlihat 21 Oktober 2003, namun para astronom tidak melihatnya lagi hingga 15 bulan kemudian. Baru pada 8 Januari 2005 ia terlihat lagi. Selain Brown, penemu lainnya adalah Chad Trujillo dari Observatorium Gemini di Hawaii, dan David Rabinowitz dari Universitas Yale.

Eris terlihat lebih redup dari Pluto, tapi itu karena jaraknya tiga kali lebih jauh. Bila ia berada di tempat Pluto, ia akan terlihat lebih terang. Sejak ditemukan, penyebutan objek ini sebagai planet menjadi perdebatan.

Termasuk Planet Katai (kerdil)

Pada 24 Agustus 2006, para ilmuwan Persatuan Astronomi Internasional akhirnya memutuskan statusnya sebagai "planet katai" (dwarf planet). Sebelumnya kelompok astronom lain juga telah mengumumkan penemuan objek 2003 EL61, yang ukurannya kurang lebih sebesar Pluto. Planet baru ini memutari bumi sekali dalam setiap 560 tahun dan saat ini merupakan objek terjauh dari Bumi.

Dalam waktu 280 tahun, jaraknya ke Bumi akan sedekat Neptunus. Seperti Pluto, permukaan Eris diduga didominasi oleh metana. Eris juga dipercaya merupakan bagian dari Sabuk Kuiper (Kuiper Belt), kawasan dalam sistem solar menjulur dari orbit Neptunus.

Diperkirakan ada sekitar 100.000 objek yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper, salah satunya adalah Pluto, sehingga sebagian ilmuwan pun lebih menganggap status Eris sebagai objek Sabuk Kuiper dibandingkan sebuah planet. Tapi karena ukurannya yang besar, diameternya mencapai 3.000 kilometer, saat ditemukan Brown berani mengkualifikasi objek angkasa temuannya sebagai planet. "Kami mengharapkan ini tidak terlalu kontroversial, seperti orang mempercayai Pluto sebagai planet," katanya.

Karakteristik Planet Katai Eris

Peta astronomi memperlihatkan peta lokasi Eris. Credit: space.com

Penemuan
Penemu M. E. Brown,
C. A. Trujillo,
D. L. Rabinowitz
Tanggal ditemukan 21 Oktober 2003
Penamaan
Penamaan MPC 136199 Eris
Nama alternatif 2003 UB313
Kategori
planet minor
planet katai,
TNO,
plutoid,
dan SDO
Adjektif Eridian
Ciri-ciri orbit
Epos 6 Maret, 2006
(JD 2453800.5)
Aphelion 97,56 SA
14.60×109km
Perihelion 37,77 SA
5.65×109 km
Sumbu semi-mayor 67,6681 SA
10.12×109 km
Eksentrisitas 0,44177
Periode orbit 203.600 days
557 tahun
Kecepatan orbit rata-rata 3,436 km/s
Anomali rata-rata 197,63427°
Inklinasi 44,187°
Bujur node menaik 35,8696°
Argumen perihelion 151,4305°
Satelit 1
Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-rata 1.300 +200 -100 km
Massa (1,67 ± 0,02)×1022 kg
Gravitasi permukaan di khatulistiwa ~0,8 m/s²
Hari sideris > 8 h?
Albedo 0,86 ± 0,07
Suhu permukaan
   (sekitar)
min rata-rata maks
30 K 42,5 K 55 K
Magnitudo tampak 18,7
Magnitudo mutlak (H) −1,12 ± 0,01
Diameter sudut 40 milli-arcsec


(Sumber: wikipedia.org) (Adi Saputro/Astronomi.us)

Peneliti: Dahulu Planet Mars Hangat dan Basah

Meteorit kuno Mars berusia 4.1 miliar tahun, ALH84001. Credit: NASA
Planet Mars di masa lalu dibeberapa permukaannya cukup hangat untuk mendukung air berwujud cair seperti di Bumi, berdasarkan petunjuk yang ditemukan oleh ilmuwan pada meteorit Mars ALH84001 yang berusia 4.1 miliar tahun. Namun berapa lama kehangatan itu ada masih belum pasti dan apakah dahulu Mars juga pernah mendukung kehidupan juga masih menjadi misteri, kata peneliti baru-baru ini.

Banyak misi yang telah dilakukan ke planet tersebut mengungkapkan bahwa di permukaan Mars terdapat bukti bahwa dahulu memang ada air di permukaannya seperti ditemukannya delta, alur lembah, dan mineral yang mengandung air. Namun, iklim planet Mars saat itu masih tidak dapat dijelaskan. Bagaimana temperatur hangat tersebut bisa ada sedangkan Matahari pada waktu itu belum cukup kuat untuk menghangatkan planet tersebut, atau mungin ada suatu mekanisme tersendiri sehingga planet Mars bisa cukup hangat?

Meteroit kuno planet Mars yang ditemukan telah mengungkapkan beberapa hal "bukti langsung pertama bahwa awalnya suhu planet Mars memang hangat", ungkap Itay Halevy, seorang ahli geokimia dari California Institute of Technology.

Meteorit Mars Paling Terkenal

Dikutip dari space.com, Selasa (04/10/2011), batu meteor Mars bernama ALH84001 ditemukan di Antartika pada 1984. Meteor tersebut keluar dari planet Mars kemungkinan disebabkan karena pengaruh tabrakan kosmik. Meteor ALH84001 telah lama menjadi sumber perdebatan apakah temuan pada meteor tersebut hasil dari fosil mikroba atau hanya geokimia biasa.

Dengan mengambil sample dari meteor 2 kg ini, Halavy dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa terbentuknya batu tersebut berada pada suatu tempat yang hangat di planet Mars.

Peneliti secara khusus menganalisa isotopkarbon dan oksigen pada karbonat di meteorit. Semua isotop memiliki nomor proton yang sama pada atomnya, tetapi setiap nomor neutronnya berbeda. Misalnya, atom pada karbon-12 masing-masing memiliki 6 neutron, sedangkan atom karbon-13 masing-masing memiliki 7 neutron.

Bagaimana Eksperimen Bekerja

Isotop yang relatif berat seperti karbon-13 dan oksigen-18 akan mengikat satu sama lain hal itu berbeda jika dibandingkan dengan isotop yang lebih ringan. Kecendrungan ini tergantung pada suhu. Semakin dingin maka akan semakin mengikat. Dengan demikian, dengan mengukur dua isotop dalam karbonat, peneliti bisa menentukan berapa suhu saat terbentuknya batu tersebut.

Peneliti melarutkan 3 gram karbonat dengan asam, maka akan menghasilkan karbon dioksida yang terdiri dari karbon dan oksigen. Dengan membandingkan karbon-13 dan oksigen-18, dalam hal ini CO2, peneliti dapat memperkirakan bahwa karbonat terbentuk pada suhu sekira 64 derajat Fahrenheit (18 derajat Celcius).

Karbonat tersebut rupanya juga terbentuk pada lingkungan yang berair, yang secara perlahan berubah kering, kata Halevy. Para ilmuwan sampai pada hal ini setelah menganalisa dimana meteri meteor ini muncul yang kemudian kehilangan karbon ringan dan isotop oksigen dari waktu ke waktu.

Isotop karbon dan oksigen yang lebih ringan akan berubah menjadi gas seperti uap air, sementara isotop yang lebih berat akan menjadi air cair. Hilangnya isotop yang lebih ringan ini sesuai dengan hilangnya uap air dan gas CO2 dari tempat terdapatnya air di planet Mars.

"Namun meskipun dahulunya beberapa bagian Mars hangat dan basah, bukan berarti di sana ada kehidupan", kata Halevy.

"Kami menemukan satu lingkungan yang memiliki air dan bersuhu hangat, namun kita tidak tahu berapa lama hangatnya dan apakah kondisi tersebut juga ada di bagian Mars yang lain, jadi masih belum diketahui apakah waktu itu Mars juga mendukung kehidupan", tambah Halevy. Ia akan menambahkan beberapa data dari misi Mars Science Laboratory yang akan mengungkap lebih jauh tentang sejarah planet Mars.

Halevy dan rekan-rekannya megungkapkan temuan mereka ini secara online pada 3 Oktober 2011 melalui National Academy of Sciences. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Monday, October 3, 2011

Tim Astronom Eropa Temukan Quasar Terjauh

Quasar ULAS J1120+0641. Credit: narasomanotebook.blogspot.com
Tim astronom Eropa menggunakan teleskop raksasa milik ESO (European Southern Observatory) dan sejumlah teleskop lain untuk mengamati serta mempelajari quasar terjauh yang saat ini telah ditemukan. "Lampu terang" ini berasal dari lubang hitam dengan massa dua milyar kali dari matahari kita, sampai sekarang quasar ini adalah obyek paling terang yang pernah diamati.

"Quasar ini merupakan unsur penting pada masa awal alam semesta. Ini adalah obyek langka yang akan membantu kita untuk memahami bagaimana lubang hitam supermasif tumbuh beberapa ratus juta tahun setelah Big bang," kata Stephen Warren, pemimpin tim penyelidikan.

Quasar, atau galaksi jauh yang dipercaya bersumber (energi) pada lubang supermasif di tengahnya, memancarkan cahaya yang sangat terang. Kecerahan mereka membuat mereka menjadi seperti lampu (beacon) yang dapat membantu manusia untuk mempelajari zaman ketika bintang dan galaksi pertama terbentuk. Obyek yang terakhir kali diamati itu merupakan quasar terjauh dan diduga cahayanya adalah bagian terakhir era reonisasi. Yakni zaman awal alam semesta, ketika hidrogen netral telah terbentuk lantas membelah kembali menjadi proton dan elektron akibat radiasi sinar ultraviolet.

Selanjutnya, Quasar itu diberi nama ULAS J1120+0641. Nama itu diambil dari posisinya di langit menurut koordinat yang ditetapkan para astronom. Nilai pergeseran merah (redshift) quasar itu adalah 7,1, yang artinya ia muncul sekitar 770 juta tahun setelah Big Bang. Namun, butuh 12,9 milyar tahun bagi cahayanya untuk mencapai kita. Dan karena cahaya itu sama dengan informasi pada saat ia dipancarkan, maka apa yang terlihat dari bumi saat ini adalah kejadian 12,9 milyar tahun yang lalu. Selain itu, cahaya yang terpancar dari benda langit tersebut mengalami peregangan akibat ekspansi alam semesta.

 Meskipun obyek - obyek yang lebih jauh telah dikonfirmasi (seperti semburan sinar gamma pada pergeseran merah 8,2; eso0917), quasar yang baru saja ditemukan itu seratus kali lebih terang daripadanya. Dan, di antara obyek - obyek yang cahayanya cukup terang untuk dikaji secara detail, inilah yang paling jauh dengan garis tepi (margin) terbesar.

Quasar terjauh berikutnya terbentuk 870 milyar tahun setelah Big Bang (redshift 6.4). Obyek serupa yang lebih jauh tidak dapat ditemukan pada survey cahaya tampak karena cahaya mereka, yang meregang akibat ekspansi alam semesta, sebagian besar jatuh ke spektrum inframerah saat mencapai bumi. Dan teleskop khsusus inframerah masih berada dalam tahap pembangunan.

"Kami membutuhkan waktu lima tahun untuk menemukan obyek ini," terang Bram Venemans, salah seorang penulis laporan penelitian. "Kami tengah mencari quasar dengan pergeseran merah yang labih tinggi dari 6,5. Menemukan yang satu ini sangat jauh, pada pergeseran merah yang lebih tinggi dari 7, merupakan kejutan yang menarik. Dengan mengintip dalam - dalam ke era reonisasi, quasar ini menyediakan kesempatan unik untuk menjelajahi jendela seratus juta tahun dalam sejarah kosmos yang sebelumnya berada di luar jangkauan."

Observasi itu menunjukkan bahwa massa lubang hitam di tengah ULAS J1120+0641 adalah sekitar dua milyar kali massa matahari kita. Massa yang sangat besar ini sulit untuk dijelaskan (karena terjadi) pada awal Big Bang. Teori tentang pertumbuhan lubang hitam supermasif saat ini memprediksikan pembangunan lamban (slow build-up) massa sebagai obyek padat yang menarik materi di sekitarnya sehingga massanya bertambah.

"Kami pikir hanya ada sekitar seratus quasar terang dengan pergeseran merah yang lebih tinggi dari 7 di langit," simpul Daniel Mortlock, pemimpin penulisan laporan. "Untuk menemukan obyek ini butuh pencarian yang melelahkan, namun itu sepadan dengan upaya kami untuk dapat mengungkapkan beberapa misteri awal alam semesta." (Sumber: narasomanotebook.blogspot.com)

Fakta dan Penjelasan Ilmiah Tentang Crop Circle

Bermacam-macam bentuk Crop Circle. Credit: narutomourahclub.blogspot.com
Fenomena crop circle bisa dijelaskan secara Fisika. Pola yang muncul bisa jadi dihasilkan dari gelombang mikro dari Bumi, laser, dan GPS. Demikian dijelaskan oleh Richard Taylor, peneliti dari University of Oregon, AS, yang sekaligus mengungkap bahwa jejak pola simetris di areal pertanian tersebut tidak ada kaitannya dengan makhluk luar angkasa.

Crop circle diperkirakan muncul lebih dari 10.000 kali di sepanjang abad 20. Setiap kemunculannya selalu dikaitkan dengan keberadaan makhluk luar angkasa, bahkan hal-hal yang berhubungan dengan supranatural.

Baru pada 1991, muncul pengakuan pertama dari pembuat crop circle. Ia mengaku membuat crop circle untuk menebar gosip tentang UFO. Meski begitu, penjelasan tersebut masih meninggalkan pertanyaan di kalangan para ilmuwan: bagaimana bisa karya seni seperti itu dibuat tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan biasanya dapat rampung dalam satu malam.

Dalam penjelasannya, Richard Taylor menampik penggunaan sejumlah alat tradisional yang mungkin digunakan untuk membuat crop circle. "Di zaman modern, penggunaan papan dan tali untuk merebahkan tanaman dan bangku untuk melompat dari satu area ke area lain agar tak meninggalkan jejak, rasanya terlalu merepotkan untuk mendapatkan hasil dalam waktu singkat," kata Taylor.

Menurut Taylor, pembuat crop circle dapat menggunakan perangkat berteknologi tinggi, seperti perangkat GPS untuk menempatkan bentuk dan magnetron, tabung yang menggunakan tenaga listrik dan magnet untuk menghasilkan panas tinggi, untuk merebahkan tanaman dengan kecepatan tinggi.

Meski terkesan sahih dan masuk akal, penjelasan Taylor tidak serta-merta bisa diterima, sampai ada pembuat crop circle yang mau menjelaskan trik-trik pembuatannya. Meski begitu, pernyataan Taylor yang dimuat di Physics World ini bisa dijadikan referensi.

"Taylor sudah bertindak sebagai ilmuwan yang baik, menguji fakta terkait desain dan konstruksi crop circle tanpa terbawa arus UFO, gosip, dan alien," kata Matin Durrani, editor Physics World. (Sumber: nationalgeographic.co.id)

Keberadaan Lautan di Planet Pluto Masih Menjadi Misteri

Planet Pluto. Credit: erabaru.net
Para ilmuwan sampai saat ini masih bertanya-tanya apakah Pluto memiliki lautan. Pasalnya, temperatur permukaan planet terjauh dari bumi itu berada di kisaran -230 °C.

Guillaume Robuchon dan Francis Nimmo, keduanya ilmuwan dari University of California, Santa Cruz, mengungkapkan teori bahwa keberadaan lautan bergantung pada dua faktor; jumlah potasium radioaktif dalam inti Pluto dan temperatur es yang menyelubunginya.

Pengukuran kepadatan planet itu menunjukkan, inti planet yang berupa batuan mengisi 40 persen volume Pluto. Apabila inti planet itu juga mengandung konsentrasi potasium sebanyak 75 part per milyar, peluruhannya dapat menghasilkan panas yang dapat mencairkan lapisan es yang menutupi serta menghasilkan campuran nitrogen dan air.

Panas dari inti Pluto akan memicu konveksi es di sekitarnya. Namun apabila es bergolak terlalu cepat, panas tersebut akan terlepas ke ruang angkasa sebelum dapat melelehkan lebih banyak lapisan es. Sedangkan jika lapisan es yang mulai mencair itu bergerak lebih lambat dibandingkan gletser Antartika di bumi, maka lapisan es setebal 165 kilometer di permukaan Pluto dapat melindungi lautan dengan kedalaman yang sama di bawahnya. Demikian kesimpulan yang disampaikan para ilmuwan.

Tingkat viskositas es sangat bergantung pada partikel-partikel es yang ada, dimana partikel yang berukuran kecil akan lebih mudah mengapung di permukaan yang cair. Meskipun begitu, sulit untuk mengukur kondisi ini dari Bumi. Namun bentuk Pluto dapat memberi petunjuk mengenai keberadaan lautan di planet itu.

"Sangat menarik untuk mengungkap adanya potensi astrobiologis di planet muda ini," kata Alan Stern, ilmuwan senior New Horizons. (Sumber: Nationalgeographic.co.id, Daily Galaxy)

VIDEO: Gambar dan Suara Solar Flare (Lidah Matahari) Raksasa

Pada artikel sebelumnya, Jean-Pierre Brahic seorang fotografer astronomi berhasil mengabadikan foto solar flare (lidah matahari) raksasa. Nah saat mengamati matahari, ia melihat area yang dinamakan Active Region 1302 atau AR 1302, dimana merupakan titik matahari yang paling aktif pada saat itu.

Seperti yang dikutip dari space.com, Senin (01/10/2011), Brahic terkejut dan menggunakan beberapa teleskop yang berbeda untuk mengambil foto lidah matahari tersebut. "Gambar yang saya lihat di komputer sangat luar biasa, lidah api ekstrim keluar dari matahari, dan kita merasa sangat-sangat kecil jika dibandingkan dengan ini", ungkap Brahic.

AR 1302 mengeluarkan dua lidah matahari X1.4 pada 22 September dan X1.9 pada 24 September, dan itu begitu besar sehingga dapat dilihat tanpa menggunakan teleskop.

Titik api di matahri bisa mencapai diameter 50.000 mil (80.467 km). Bahkan diameter AR 1302 yang pernah diukur memiliki diameter 62.000 mil (99.780 km) dan itu lebih besar dari bumi.

"Mengamati matahari sangat menarik. Matahri kita berkembang dari jam ke jam dari menit ke menit dan kita tidak pernah melihat hal yang sama", tambah Brahic.

FOTO: Solar Flare (Lidah Matahari) Raksasa

Gambar lidah Matahari (solar flare) yang diambil oleh Jean-Pierre Brahic. Credit: Jean-Pierre Brahic
Fotografer astronomi Jean-Pierre Brahic menangkap foto lidah matahari/lidah api (solar flare) raksasa dari titik matahari 1302 yang merupakan salah satu kelompok titik api paling aktif di tahun ini. Titik api disebabkan oleh aktivitas magnetik matahari yang kuat. Foto baru yang diambil pada 22 September 2011 tersebut menunjukkan plasma magnetis matahari menggantung dipermukaan matahari setelah titik matahari 1302 mengeluarkan lidah api berkategori X-class dengan disisipkan gambar Bumi sebagai perbandingan ukuran. Perlu diketahui bahwa kategori X-class merupakan kategori lidah api terbesar. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Sunday, October 2, 2011

Teori Wormhole (Lubang Cacing)

Credit: wikipedia.org
Dalam fisika dan fiksi, wormhole (lubang cacing) adalah jalan pintas melalui ruang dan waktu. Hingga sekarang masih belum diketahui apakah lubang cacing terbentuk secara alami. Jika lubang cacing benar ada, untuk membuat lubang cacing tetap terbuka, sejenis materi akan dibutuhkan. Jika tidak, lubang cacing akan hilang dengan sangat cepat setelah terbentuk. Jika digambarkan melalui bidang datar, seperti kertas yang dilipat, lubang cacing membengkokan bidang tersebut, sehingga kedua ujung akan saling bertemu (seperti pada gambar).

Istilah lubang cacing pertama kali digunakan oleh John Archibald Wheeler tahun 1957. Namun, pada tahun 1921, matematikawan Jerman Hermann Weyl telah mengusulkan teori lubang cacing.

Wormhole posisinya bisa dikatakan berada didalam lubang hitam. Diteorikan wormhole memiliki momentum angular (berotasi). Utamanya wormhole hanyalah sekedar teori dan hipotesa penyelesaian persamaan medan Einstein. Tidak ada fakta wormhole ada. Bahkan secara teori pun wormhole tidak mungkin ada.

Gambaran Wormhole (lubang cacing). Credit: geoffreylandis.com
Penyelesaian geometri Schwarzschild mengandung unsur, sebuah lubang hitam, sebuah lubang putih(lubang hitam di semesta lain), dan dua buah semesta yang (horizon-nya) dihubungkan oleh wormhole (lubang cacing). Semisal penggambaran berikut,

Diteorikan wormhole ini adalah terowongan ruang dan waktu. Tidak seperti black hole yang hanya memiliki satu bukaan, maka wormhole memiliki 2 bukaan. Karena itu memungkinkan dari teori ini bahwa kita dapat mundur ke waktu yang lalu. walaupun mekanismenya terkait erat dengan keberadaan materi eksotic, yang bermassa negatif, dengan efek gravitasi negatif, untuk memanipulasi geometri ruang-waktu. Hanya saja hal ini memerlukan energi yang teramat sangat tinggi, hampir tidak masuk akal dalam kapasitas manusia. (Sumber: wikipedia.org, answers.yahoo.com)

Very Large Array (VLA), Observatorium Astronomi Radio Terbesar di Dunia

Very Large Array (VLA) di New Mexico, Amerika Serikat. Credit: wikipedia.org
Very Large Array (VLA) adalah sebuah kompleks observatorium astronomi radio yang berlokasi di dataran tinggi San Augustin, di antara kota Magdalena dan Datil, sekitar 50 mil (80 km) sebelah barat Socorro, New Mexico, Amerika Serikat. VLA berada pada koordinat 34°04′43″LU,107°37′04″BB, di ketinggian 2.124 meter (6.970 kaki) di atas permukaan laut. Kompleks ini merupakan salah satu komponen dari National Radio Astronomy Observatory (NRAO).

Kongres Amerika Serikat menyetujui proyek VLA pada Agustus 1972 dan konstruksinya dimulai setelah enam bulan. Antena pertama ditempatkan pada September 1975 dan keseluruhan kompleks secara resmi dibuka pada 1980 memakan biaya sebesar 78,5 juta dolar AS

Very Large Array (VLA). Credit: apod.nasa.gov
Very Large Array (VLA). Credit: vla.nrao.edu
Konfigurasi VLA berbentuk huruf Y sebagaimana tampak pada foto satelit. (Tidak semua antena muncul di foto). Credit: wikipedia.org
Kompleks observatorium ini terdiri dari 27 buah antena radio yang masing-masing memiliki diameter 25 meter (82 kaki) dan berat 209 metrik ton. Antena-antena tersebut tersebar di tiga buah garis berbentuk-Y yang masing-masing memiliki panjang 21 km/13 mil. Masing-masing antena ini dapat dipindahkan ke berbagai posisi di sepanjang garis dengan menggunakan lokomotif khusus di atas rel di sepanjang garis berbentuk Y tersebut.

Ada empat macam konfigurasi antena, dari posisi A (terbesar) sampai posisi D (terkecil, ketika semua antena berada dalam radius 600 meter dari titik pusat). Observatorium normalnya akan memakai semua konfigurasi setiap 16 bulan, dengan kata lain setiap kali perubahan dilakukan terhadap posisi antena-antena tersebut, tidak akan ada lagi perubahan sampai tiga atau empat bulan berikutnya.

Pusat operasi VLA (AOC) terletak di kampus New Mexico Tech di Socorro. AOC juga menjadi pusat kontrol dari Very Long Baseline Array (VLBA), sebuah VLBI array yang terdiri dari sepuluh piringan berdiameter 25 meter yang tersebar dari Hawai'i di barat sampai Kepulauan Virgin Amerika Serikat di timur yang menjadikannya sebagai instrumen astronomi terbesar di dunia. Saat ini ada beberapa rencana untuk meningkatkan tingkat sensitivitas, jangkauan frekuensi dan resolusi instrumen.

Tipe, Jenis, dan Bentuk Galaksi

Galaksi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis utama: eliptik, spiral dan irregular. Karena sistem klasifikasi Hubble hanya berdasarkan pada pengamatan visual, klasifikasi ini mungkin melewatkan beberapa karakteristik penting dari galaksi, seperti laju pembentukan bintang (di galaksi starburst) dan aktivitas inti galaksi (di galaksi aktif).

Eliptik

Jenis-jenis galaksi berdasarkan sistem klasifikasi Hubble. E merupakan tipe galaksi eliptik, S merupakan galaksi spiral, dan SB merupakan galaksi spiral berbatang
Sistem klasifikasi Hubble membedakan galaksi eliptik berdasarkan tingkat keelipsannya, dari E0 yang hampir berupa lingkaran, hingga E7 yang sangat lonjong. Galaksi tersebut memiliki bentuk dasar elipsoid, sehingga tampak elips dari berbagai sudut pandang. Galaksi tipe ini tampak memiliki sedikit struktur dan sedikit materi antar bintang, sehingga galaksi tersebut memiliki sedikit gugus terbuka dan laju pembentukan bintang yang lambat. Galaksi tipe ini didominasi oleh bintang yang berumur tua yang mengorbit pusat gravitasi dengan arah yang acak. Dalam hal tersebut, galaksi tipe ini mirip dengan gugus bola.

Banyak galaksi besar yang berbentuk eliptik. Banyaknya galaksi berbentuk eliptik dipercaya terbentuk karena interaksi antar galaksi menghasilkan tabrakan dan penggabungan. Galaksi dapat tumbuh menjadi besar (misalnya jika dibandingkan dengan galaksi spiral), galaksi eliptik raksasa sering ditemukan didekat inti dari kelompok galaksi besar. Galaksi starburst merupakan akibat dari tabrakan antar galaksi dan dapat menghasilkan pembentukan galaksi eliptik.

Spiral


Galaksi Whirlpool (kiri), sebuah galaksi spiral tanpa batang.
Galaksi spiral terdiri dari piringan berupa bintang dan materi antar bintang yang berotasi, serta gembung pusat yang terdiri dari bintang-bintang tua. Terdapat lengan spiral yang menjulur dari gembung pusat. Dalam sistem klasifikasi Hubble, galaksi spiral ditandai sebagai tipe S, diikuti huruf (a, b, atau c) yang menunjukkan tingkat kerapatan dari lengan spiral dan ukuran dari gembung pusat. Galaksi Sa memiliki lengan spiral yang kurang jelas dan membelit secara rapat, serta gembung pusat yang relatif besar. Sedangkan galaksi Sc memiliki lengan spiral yang terbuka dan gembung pusat yang relatif kecil.


NGC 1300, contoh galaksi spiral berbatang.
Sebagian besar galaksi spiral memiliki bentuk batang linier yang memanjang ke dua sisi dari gembung inti, yang kemudian bergabung dengan struktur lengan spiral. Di sistem klasifikasi Hubble, galaksi ini dikategorikan sebagai SB, dan diikuti huruf (a, b atau c) yang mengindikasikan bentuk lengan spiralnya. Batang galaksi diperkirakan merupakan struktur sementara yang disebabkan oleh gelombang kejut dari inti galaksi, atau karena interaksi pasang surut dengan galaksi lain. Banyak galaksi spiral berbatang yang berinti aktif, kemungkinan karena adanya gas yang menuju ke inti melalui lengan spiral.

Galaksi Bima Sakti merupakan galaksi spiral berbatang ukuran besar dengan diameter sekitar 30 kiloparsecs dan ketebalan sekitar satu kiloparsec. Bima Sakti memiliki sekitar 200 milyar (2×1011) bintang dengan massa total sekitar 600 juta (6×1011) kali massa Matahari.

Morfologi lain

Hoag's Object, merupakan galaksi cincin.
Galaksi aneh (peculiar galaxies) merupakan galaksi yang memiliki sifat-sifat yang tidak biasa karena interaksi pasang surut dengan galaksi lain. Contohnya adalah galaksi cincin, yang memiliki struktur mirip cincin berupa bintang dan materi antar bintang yang mengelilingi inti kosong. Galaksi cincin diperkirakan terbentuk saat galaksi kecil melewati inti galaksi yang lebih besar. Kejadian tersebut mungkin terjadi pada galaksi Andromeda yang memiliki beberapa struktur mirip cincin jika diamati pada spektrum inframerah.

NGC 5866, merupakan galaksi lenticular. Credit: NASA/ESA
Galaksi lenticular merupakan bentuk pertengahan yang memiliki sifat baik dari galaksi eliptik maupun galaksi spiral, dan dikategorikan sebagai tipe S0 dan memiliki lengan spiral yang samar-samar serta halo bintang berbentuk eliptik. (Barred lenticular galaxies receive Hubble classification SB0.). (Sumber: wikipedia.org)

FOTO: Fenomena Halo Bulan Oleh Earl Matenga

Fenomena Halo Bulan oleh Earl Matenga. Credit: Earl Matenga
Biasanya kita sering melihat foto halo matahari, tapi jarang yang melihat atau mengabadikan foto halo bulan. Earl Matenga menangkap fenomena halo bulan dengan menggunakan kameranya pada 25 Maret 2010. Fenomena halo bulan sama seperti halnya halo matahari yaitu akibat pembiasan sinar  dari kristal es heksagonal yang sangat kecil di atmosfer. (Adi Saputro/Astronomi.us)

Saturday, October 1, 2011

Pengertian Rasi Bintang, Gugus Bintang, dan Konstelasi

Rasi bintang Orion. Credit: wikipedia.org
Suatu rasi bintang, gugus bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.

Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup acak, dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula, sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali ditemukan, misalnya Orion atau Scorpius.

Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.

Beragam pola-pola lainnya yang tidak resmi telah ada bersama-sama dengan rasi bintang dan disebut asterisma, seperti Bajak (juga dikenal di Amerika Serikat sebagai Big Dipper) dan Little Dipper.

Macam-macam rasi bintang tersebut adalah sebagai berikut:

Constellation
Genitive
Abbr.
Area
(square
degs.)
Area
of sky
(%)
Order
of
size
Visibility range
(full)*
Visibility range
(partial)*
Number
of stars
≤ 6.5*
Origin*
Andromeda
Andromedae
And
722.3
1.751
19
90°N – 37°S
37°S – 68°S
152
1
Antlia
Antliae
Ant
238.9
0.579
62
49°N – 90°S
49°N – 65°N
42
6
Apus
Apodis
Aps
206.3
0.500
67
7°N – 90°S
7°N – 22°N
39
3
Aquarius
Aquarii
Aqr
979.9
2.375
10
65°N – 86°S
90°N – 65°N
172
1
Aquila
Aquilae
Aql
652.5
1.582
22
78°N – 71°S
90°N – 78°N,
71°S – 90°S
124
1
Ara
Arae
Ara
237.1
0.575
63
22°N – 90°S
44°N – 22°N
71
1
Aries
Arietis
Ari
441.4
1.070
39
90°N – 58°S
58°S – 79°S
86
1
Auriga
Aurigae
Aur
657.4
1.594
21
90°N – 34°S
34°S – 62°S
152
1
Boötes
Boötis
Boo
906.8
2.198
13
90°N – 35°S
35°S – 82°S
144
1
Caelum
Caeli
Cae
124.9
0.303
81
41°N – 90°S
62°N – 41°N
20
6
Camelopardalis
Camelopardalis
Cam
756.8
1.835
18
90°N – 3°S
3°S – 37°S
152
4
Cancer
Cancri
Cnc
505.9
1.226
31
90°N – 57°S
57°S – 83°S
104
1
Canes Venatici
Canum Venaticorum
CVn
465.2
1.128
38
90°N – 37°S
37°S – 62°S
59
5
Canis Major
Canis Majoris
CMa
380.1
0.921
43
56°N – 90°S
78°N – 56°N
147
1
Canis Minor
Canis Minoris
CMi
183.4
0.444
71
89°N – 77°S
77°S – 90°S
47
1
Capricornus
Capricorni
Cap
413.9
1.003
40
62°N – 90°S
78°N – 62°N
81
1
Carina
Carinae
Car
494.2
1.198
34
14°N – 90°S
39°N – 14°N
225
7
Cassiopeia
Cassiopeiae
Cas
598.4
1.451
25
90°N – 12°S
12°S – 43°S
157
1
Centaurus
Centauri
Cen
1060.4
2.571
9
25°N – 90°S
59°N – 25°N
281
1
Cepheus
Cephei
Cep
587.8
1.425
27
90°N – 1°S
1°S – 36°S
152
1
Cetus
Ceti
Cet
1231.4
2.985
4
65°N – 79°S
90°N – 65°N,
79°S – 90°S
189
1
Chamaeleon
Chamaeleontis
Cha
131.6
0.319
79
7°N – 90°S
14°N – 7°N
31
3
Circinus
Circini
Cir
93.4
0.226
85
19°N – 90°S
34°N – 19°N
39
6
Columba
Columbae
Col
270.2
0.655
54
46°N – 90°S
62°N – 46°N
68
4
Coma Berenices
Comae Berenices
Com
386.5
0.937
42
90°N – 56°S
56°S – 77°S
66
2
Corona Australis
Coronae Australis
CrA
127.7
0.310
80
44°N – 90°S
53°N – 44°N
46
1
Corona Borealis
Coronae Borealis
CrB
178.7
0.433
73
90°N – 50°S
50°S – 64°S
37
1
Corvus
Corvi
Crv
183.8
0.446
70
65°N – 90°S
78°N – 65°N
29
1
Crater
Crateris
Crt
282.4
0.685
53
65°N – 90°S
83°N – 65°N
33
1
Crux
Crucis
Cru
68.4
0.166
88
25°N – 90°S
34°N – 25°N
49
4
Cygnus
Cygni
Cyg
804.0
1.949
16
90°N – 28°S
28°S – 62°S
262
1
Delphinus
Delphini
Del
188.5
0.457
69
90°N – 69°S
69°S – 87°S
44
1
Dorado
Doradus
Dor
179.2
0.434
72
90°S – 20°N
41°N – 20°N
29
3
Draco
Draconis
Dra
1083.0
2.625
8
90°N – 4°S
4°S – 42°S
211
1
Equuleus
Equulei
Equ
71.6
0.174
87
90°N – 77°S
77°S – 87°S
16
1
Eridanus
Eridani
Eri
1137.9
2.758
6
32°N – 89°S
90°N – 32°N
194
1
Fornax
Fornacis
For
397.5
0.964
41
50°N – 90°S
66°N – 50°N
59
6
Gemini
Geminorum
Gem
513.8
1.245
30
90°N – 55°S
55°S – 80°S
119
1
Grus
Gruis
Gru
365.5
0.886
45
33°N – 90°S
53°N – 33°N
55
3
Hercules
Herculis
Her
1225.1
2.970
5
90°N – 38°S
38°S – 86°S
245
1
Horologium
Horologii
Hor
248.9
0.603
58
23°N – 90°S
50°N – 23°N
30
6
Hydra
Hydrae
Hya
1302.8
3.158
1
54°N – 83°S
90°N – 54°N
238
1
Hydrus
Hydri
Hyi
243.0
0.589
61
8°N – 90°S
32°N – 8°N
33
3
Indus
Indi
Ind
294.0
0.713
49
15°N – 90°S
43°N – 15°N
42
3

(Sumber: wikipedia.org, ianridpath.com)

Maaf, komentar yang mengandung unsur SARA tidak akan ditampilkan..Terima Kasih


 Informasi Selengkapnya >>
Waktu saat ini di kawah Gale, Planet Mars:

Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto