Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, September 13, 2014

Wahana MAVEN Akan Tiba di Mars 21 September Besok

Ilustrasi wahana MAVEN mengorbit Mars. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/GSFC
Wahana terbaru NASA yang dikirimkan ke Mars, MAVEN, hanya dalam hitungan hari saja akan tiba di planet Merah tersebut. MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile Evolution) sebuah wahana yang ditugaskan untuk mencari tahu jejak atmosfer Mars, sudah menempuh perjalanan sekira 711 juta kilometer sejak diluncurkan pada 18 November 2013 lalu. Diperkirakan MAVEN akan tiba di Mars pada 21 September 2014 ini. Wahana MAVEN yang telah dikembangkan oleh NASA selama lebih kurang 11 tahun, akan meneliti dan menyelidiki atmosfer Mars dan bagaimana interaksinya dengan Matahari dan angin surya. Pengamatan ini akan membantu para ilmuwan untuk memperkirakan berapa banyak gas pada atmosfer Mars yang telah menghilang dan bagaimana hal itu bisa terjadi sehingga menyebabkan kondisi Mars yang kering-kerontang seperti saat ini.

Sebelum mencapai Mars, tim kontrol di JPL (Jet Propulsion laboratory) sudah melakukan dua kali koreksi manuver lintasan terbang MAVEN yakni pada November 2013, dan Februari 2014. Selain itu tim juga mengkalibrasi beberapa instrumen pada MAVEN untuk memastikan semua instrumen itu bisa beroperasi sebagaimana mestinya. "Setiap hari di Mars adalah emas," ungkap David Mitchell selaku Project Manager NASA. 'pemeriksaan awal pada instrumen sangat penting selama fase penerbangan untuk memastikan kita bisa pindah ke fase pengumpulan data ilmiah setelah MAVEN tiba di Mars," tambahnya.

Wahana MAVEN merupakan wahana berteknologi tinggi. Saat mulai masuk ke orbit Mars, MAVEN akan dikendalikan oleh komputer on-board yang ada padanya. Tim JPL akan meng-upload informasi tentang lokasi, kecepatan, dan orientasi wahana tersebut. Segera setelah itu, katup bahan bakar akan terbuka untuk menghangatkan bahan bakar pada suhu 25-26 derajat Celcius.

Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, maka MAVEN tidak membutuhkan instruksi tambahan dari Bumi. Namun jika ternyata ada yang tidak beres misalnya lintasan MAVEN terlalu rendah, tim JPL bisa memberikan koreksi lintasan sekira 24 hingga 6 jam sebelum masuk ke orbit Mars.

24 jam sebelum masuk ke orbit Mars, komputer on-board MAVEN akan memerintahkan wahana tersebut untuk masuk ke fase hibernasi guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama fase insertion. Saat mulai masuk ke orbit Mars, MAVEN akan menyalakan enam thruster-nya untuk memperlambat kecepatan MAVEN hingga ketinggian 380 km di atas kutub utara Mars. Tiga menit setelah thruster mati, komputer MAVEN akan mengembalikan semua sistem ke kondisi normal, termasuk sistem komunikasi. Setelah itu tim akan memeriksa semua instrumen yang ada pada MAVEN.

Nantinya MAVEN akan terbang pada ketinggian 150 km di atas permukaan Mars untuk mengamati atmosfer planet itu, kemudian MAVEN akan menjauh hingga ketinggian 6.300 km untuk mengamati Mars secara keseluruhan. MAVEN akan mengukur komposisi, struktur, dan gas yang hilang dari atmosfer Mars. (NS, Adi Saputro/ ww.astronomi.us)

Friday, September 12, 2014

Meteorit Hantam Ibu Kota Nikaragua

Tentara Nikaragua mendeteksi keberadaan meteorit dengan metal detektor. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ticotimes
Sebuah ledakan besar mengguncang ibu kota Nikaragua, Managua, pada hari Minggu malam. Ledakan keras tersebut cukup membuat warga kota tersebut panik. Diperkirakan penyebab dari ledakan itu akibat jatuhnya sebuah meteorit. Hal itu diperkuat dengan temuan kawah yang diduga adalah hasil dari tumbukan meteorit. Kawah itu berukuran lebar 12 meter dan dalam 5 meter.

"Kami yakin bahwa ini adalah akibat meteorit. Kita telah melihat kawah sebagai akibatnya," ungkap Wilfredo Strauss dari Seismic Institute.
Pemerintah Nikaragua meyakini bahwa meteorit itu adalah bagian dari asteroid 2014 RC berukuran 20 meter yang melintasi Bumi. Hal itu diungkapkan oleh Humberto Garcia dari National Autonomous University of Nicaragua.

Jarak terdekat saat asteroid itu melintasi Bumi yaitu 34.000 km. Sepersepuluh jarak Bumi dengan Bulan. Kawah akibat meteorit itu ditemukan di dekat bandar udara internasional Managua Augusto C. Sandino pada tengah malam waktu setempat. Beruntung tidak ada yang terluka akibat kejadian itu.

Sementara itu lokasi kawah tersebut saat ini ditutup untuk umum dan pemerintah Nikaragua mengerahkan tentara ke lokasi guna menemukan serpihan meteorit itu dengan menggunakan detektor logam. Seorang pejabat senior Nikaragua menyatakan bahwa meteorit itu utuh terkubur di dalam tanah. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, September 4, 2014

Galaksi Cluster Super Laniakea Lebih Besar dari yang Dibayangkan

Galaksi cluster super Laniakea (dilingkari oranye) yang merupakan tetangga galaksi Bima Sakti (titik hitam kecil). Tampak juga galaksi cluster super lainnya. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NatGeo
Astronom pada haru Rabu lalu dikabarkan telah berhasil memetakan sebuah galaksi cluster super bernama Laniakea. Galaksi cluster super ini terdiri dari 100 ribu galaksi dengan triliunan bintang di dalamnya. Laniakea yang dalam bahasa Hawai berarti Surga Besar ini berhasil dipetakan oleh astronom Brent Tully dan tim dari University of Hawaii. Mereka menganalisa ribuan galaksi dengan mempelajari pergerakannya kemudian menghitung lokasi galaksi dengan memperkirakan kecepatan relatif terhadap perluasan alam semesta yang diawali oleh ledakan Big Bang 14 miliar tahun lalu.

Dari hasil penelitian di dapat bahwa galaksi cluster ini lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Untuk menuju galaksi cluster super lainnya diperkirakann butuh waktu 500 juta tahun cahaya. Galaksi Bima Sakti sendiri terletak dipinggiran galaksi cluster Laniakea ini. Nama Laniakea diusulkan oleh seorang Profesor bahasa Hawai di University of Hawaii bernama Nawa'a Napoleon. Diperkirakan diameter Laniakea sekira 100 juta tahun cahaya. Bandingkan saja dengan diameter galaksi Bima Sakti yang hanya 100 ribu tahun cahaya. Sangat berbeda jauh bukan :-). (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, September 2, 2014

Seperti Apa Bau Tanah di Bulan ?

Buzz Aldrin saat turun dari modul Eagle. Image credit: NASA
Pertanyaan:
Seperti apa sih bau debu / tanah di Bulan itu?

Jawaban:
Saat Neil Armstrong dan Buzz Aldrin selesai berjalan di Bulan, mereka kembali masuk ke dalam modul Eagle. Saat mereka melepaskan spacesuite (pakaian khusus luar angkasa untuk berjalan di bulan) mereka menemui banyak debu yang melekat di pakaian dan helm. Karena di dalam modul Eagle tersedia oksigen, mereka menghirup oksigen untuk bernafas dan bersamaan dengan itu mereka merasakan adanya bau tajam yang menyengat. Ternyata bau tajam itu berasal dari debu Bulan yang melekat di baju dan helm yang tadi mereka pakai. Kedua astronot yang juga merupakan anggota militer, merasa tidak asing dengan bau seperti itu. Menurut mereka bau debu Bulan itu mirip seperti bau bubuk mesiu. Setelah dibandingkan, debu bulan dan bubuk mesiu ternyata memiliki senyawa yang sama sekali berbeda. Tapi penyebab mengapa bau keduanya sangat mirip hingga kini belum diketahui. (AMP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Sunday, August 31, 2014

Wahana New Horizon Memasuki Fase Hibernasi Tahap Akhir Menuju Pluto

Ruang kontrol wahana New Horizons di Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory. Tampak Alice Bowman (inset) selaku mission operations manager sedang mengamati telemetri komunikasi antara wahana New Horizon dengan DSN (Deep Space Network). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: jhuapl
Wahana New Horizons dalam waktu sekira 10 bulan lagi akan tiba di orbit Pluto. Saat ini tim pengontrol wahana New Horizons yang berada di Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, di Maryland sedang memprogram wahana New Horizons untuk memasuki masa hibernasi untuk menghemat daya. Penghematan daya khususnya listrik diperlukan oleh New Horizons agar nantinya cukup ketika digunakan untuk penelitian Pluto beserta bulannya sesampainya di orbit planet kerdil itu. Saat ini wahana tersebut berada pada jarak 2,75 miliar kilometer dari Bumi sehingga untuk mengirim sinyal perintah dari Bumi ke New Horizons butuh waktu 4 jam untuk diterima.

"Ini adalah masa hibernasi akhir dalam perjalanan menuju Pluto," ucap Alan Stern selaku Principal Investigator dari Southwest Research Institute. Nantinya New Horizons akan dibangunkan kembali pada bulan Desember untuk mulai mengaktifkan beberapa instrumennya untuk proses kalibrasi.

Menurut Chris Hersman, proses kalibrasi diperlukan untuk memastikan semua instrumen dan peralatan pada New Horizons berada dalam keadaan baik dan normal sehingga kelak dapat menjalankan misi dengan lancar. Sejauh ini wahana New Horizons dalam keadaan baik dan normal untuk memulai misi pertama pada awal tahun 2015.

Sebelum memasuki fase hibernasi, antena utama New Horizons di arahkan menuju posisi Bumi yang nantinya menjadi titik temu saat wahana tersebut bangun dari tidurnya. Hal ini memungkinkan tim untuk mengetahui kondisi New Horizons sesaat setelah fase hibernasi berakhir tanpa harus menyalakan roket pendorong (thruster) untuk penyesuaian posisi, sehingga bisa menghemat bahan bakar. Setelah bangun, tim akan me-refresh processor pada sistem komputer New Horizons, menguji sensor Matahari yang digunakan New Horizons untuk mengetahui posisinya di luar angkasa, meng-upload software versi terbaru yang lebih handal dan mampu melindungi data yang didapat New Horizons selama menjalankan misinya. Tim juga memeriksa kondisi sistem cadangan beserta dengan 7 (tujuh) instrumen ilmiah untuk dikalibrasi. Salah satu instrumen bernama LORRI (Long Range Reconnaissance Imager) pada bulan Juli lalu digunakan untuk mengambil foto Pluto bersama bulannya Charon. Hasil foto masih tampak buram karena jaraknya yang masih sangat jauh dari kedua obyek tersebut.

Rencananya tanggal 7 Desember nanti, fase hibernasi New Horizons akan berakhir untuk kemudian akan terus aktif selama 2 (dua) tahun untuk melakukan serangkaian misi yang sudah dijadwalkan oleh tim. Tidak sabar rasanya untuk melihat wujud Pluto dari dekat :-). (JHP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 30, 2014

Robot Curiosity Temukan Obyek Mirip Tulang Kaki Manusia di Mars

Obyek mirip tulang paha kaki manusia (dilingkari kuning) yang sebenarnya adalah batu biasa yang terkikis oleh proses erosi. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, JPL
Belum lama ini ramai diperbincangkan di dunia maya bahwa robot penjelajah Mars, Curiosity, menemukan tulang paha (femur) di salah satu lokasi di Mars. Banyak yang berspekulasi bahwa apa yang ditemukan Curiosity itu memang tulang paha asli sisa penghuni Mars dulu.

Tak berselang lama, pihak NASA mengkonfirmasi bahwa apa yang ditemukan Curiosity itu bukanlah tulang seperti yang banyak diberitakan. Obyek mirip tulang itu sebenarnya adalah sebuah batu yang berbentuk unik mirip tulang paha kaki manusia yang terbentuk sebagai hasil dari erosi. Erosi yang terjadi bisa disebabkan oleh air atau pun angin. Lebih lanjut NASA mengatakan bahwa fenomena yang terjadi saat ini adalah pareidolia yakni sebuah fenomena pada otak manusia yang seolah-olah melihat sesuatu seperti hewan, wajah, atau bentuk lain yang pada kenyataannya tidak seperti itu. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, August 13, 2014

Planet Mirip Bumi Banyak Ditemukan di Sekitar Bintang Katai Merah

Ilustrasi planet mirip Bumi mengorbit bintang katai merah. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: D. Aguilar/Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics
Bintang Red dwarf atau katai / kerdil merah merupakan bintang yang paling umum yang dijumpai di alam semesta (sekira 70 % dari jumlah bintang di alam semesta) dan hampir setiap bintang jenis ini mempunyai planet yang terletak pada zona goldilock yakni zona atau wilayah dimana suatu kehidupan dapat tercipta. Oleh sebab itu banyak sekali kemungkinan di alam semesta ini dimana kehidupan lain bisa ditemukan.

Bintang katai merah biasanya 50 kali lebih redup dari Matahari kita tapi ukurannya 10-20 persen lebih besar. Dan berdasarkan banyak penemuan yang didapat oleh teleksop pemburu planet, teleskop Kepler, diperoleh fakta bahwa setengah dari bintang katai merah memiliki planet berbatu yang massanya sampai empat kali massa Bumi dan diantaranya berada pada zona layak huni.

Simulasi komputer yang dilakukan oleh astrofisikawan Brad Hansen dari University of California di Los Angeles mengungkapkan bahwa bintang katai merah dengan massa setengah dari Matahari kita dengan piringan proto planet yang membentang dari 0,5 AU sampai 1 AU (1 AU adalah jarak Matahari dengan Bumi= 150 juta KM) dan berisi debu dan gas yang jumlahnya enam kali massa Bumi. Setelah disimulasikan 10 juta tahun, Hansen mendapati bahwa ternyata zona layak huninya berada lebih dekat dari jarak Matahari ke Merkurius yakni sekira 0,1-0,2 AU saja. Zona layak huni ini cukup hangat untuk sebuah planet mampu mempertahankan air dalam wujud cair serta mendukung kehidupan di permukaannya. Kebanyakan planet layak huni yang mengorbit bintang katai merah berada pada jarak 0,23-0,44 AU

Oleh sebab itu menurut Hansen sangat mungkin bagi kita untuk menemukan setidaknya satu planet yang benar-benar layak untuk dihuni. Bahkan lebih lanjut ia mengatakan bahwa planet layak huni yang mengorbit bintang katai merah bisa mengandung air 25 kali lebih banyak daripada Bumi. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Roda Robot Curiosity Rusak Parah di Mars

Tampak robekan besar pada roda Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, JPL
Sebaik apa pun barang buatan manusia, sulit untuk menghadapi kekuatan medan dan alam. Setidaknya itu yang dialami oleh robot penjelajah Mars NASA, Curiosity. Curiosity dikabarkan mengalami kerusakan di beberapa rodanya yang cukup parah sehingga dirasakan bisa cukup mengganggu kelancaran pergerakannya. kerusakan terjadi akibat medan berbatu Mars yang sangat ekstrem. Batu-batu di sana begitu tajam dan keras sehingga merusak kulit dari roda Curiosity.

Kulit roda Curiosity tampak robek akibat tertusuk batu yang mana robekan itu juga semakin melebar dan bukan tidak mungkin kulit roda itu akan terlepas. Ilmuwan NASA memperkirakan bahwa efek dari batu-batu tajam itu tidak seekstrem itu. Tapi ternyata dugaan itu salah dan saat ini tampaknya keadaaan roda begitu mengkhawatirkan.

Hal ini tentunya menjadi masukkan berharga bagi ilmuwan NASA untuk bagaimana mendesain roda rover yang lebih baik pada robot Mars generasi berikutnya yang direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2020.

Jika di Mars ada bengkel, mungkin Curiosity sudah harus ganti roda :-). (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto