Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Friday, December 28, 2012

Ilmuwan China Temukan Bukti Kecepatan Gravitasi Setara Kecepatan Cahaya

Ilustrasi gravitasi Matahari. Image credit: google
Hari Rabu 26 Desember 2012 lalu, sekelompok ilmuwan China mengumumkan bahwa mereka telah menemukan bukti yang mendukung hipotesis bahwa gravitasi bergerak pada kecepatan cahaya. Bukti tersebut ditemukan saat ilmuwan mengamati pasang surut Bumi. Sebelumnya para ilmuwan mencoba untuk mengukur kecepatan gravitasi selama bertahun-tahun melalui berbagai eksperimen dan pengamatan, namun hanya sedikit hal yang didapat.

Ilmuwan China yang dipimpin oleh Tang Keyun yang merupakan seorang peneliti di Chinese Academy of Sciences (CAS) menggunakan enam pengamatan gerhana Matahari dan Bulan serta pasang surut Bumi menemukan bahwa rumus pasang surut Newtonian behubungan dengan penyebaran gravitasi. "Pasang surut" Bumi mengacu pada perubahan kecil dipermukaan Bumi yang disebabkan oleh gravitasi Bulan dan Matahari.

Berdasarkan data yang diperoleh dari China Earthquake Administration dan Universitas CAS ditemukan bahwa gaya gravitasi dilepaskan dari Matahari dan gaya gravitasi selanjutnya direkam di stasiun pengamatan di dalam Bumi dan diketahui bahwa kecepatan gravitasi tidak berjalan pada kecepatan yang sama. Namun tidak berhenti sampai di situ, ilmuwan melakukan penelitian pada stasiun pengamatan di dekat laut dan ditemukan efek dari pasang surut yang disebabkan oleh gravitasi sangatlah besar. Untuk itu tim ilmuwan melakukan pengamatan di dua stasiun pengamatan yang berbeda yaitu di Tibet dan Xinjian.

Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa kecepatan gravitasi adalah 0.93-1,05 kali kecepatan cahaya dengan kesalahan relatif sekitar 5 persen dan itu menunjukkan bahwa perjalanan atau kecepatan gravitasi bergerak pada kecepatan cahaya.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal online berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh German science and technology publishing group Springer. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, December 27, 2012

Cassini Ambil Foto Berwarna Bulan Saturnus, Dione

Foto berwarna bulan Saturnus, Dione yang diambil oleh Wahana pengorbit NASA, Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/SSI. Composite by J. Major.
Wahana NASA pengorbit planet Saturnus, Cassini, berhasil mengambil foto berwarna dari salah satu satelit alam yang mengorbit planet tersebut, Dione. Dione yang sebagian besar tersusun dari es dan batuan, sekilas tampak mirip seperti Bulan. Namun jika kita cermati, ternyata terdapat warna agak ke merah muda (pink), hijau dan biru pada sebagian permukaannya. Foto tersebut diambil Cassini pada tanggal 23 Desember 2012 yang kemudian diolah oleh NASA menjadi foto komposit berwarna.

Cassini mengambil foto tersebut pada jarak 154.869 mil (249.238 km). Tampak kawah Creusa yang berada persis di daerah paling terang pada gambar dan melintas sebuah garis yang nyatanya adalah sebuah celah atau retakan yang disebut Tibur Chasmata. Retakan tersebut melintas dari kutub utara Dione (kiri atas, hingga ke kutub selatannya (kanan bawah). Dione sendiri memiliki diameter sekitar 700 mil (1120 km ). (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, December 24, 2012

Nautilus-X, Pesawat Luar Angkasa NASA Dilengkapi Mesin Gravitasi

Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Nautilus-X. Image credit: PhysOrg.com
Non-Atmospheric Universal Transport Intended for Lengthy United States Exploration atau yang disingkat dengan Nautilus-X, merupakan sebuah wahana pesawat luar angkasa NASA yang ditujukan untuk misi jangka panjang ke Bulan atau planet Mars. Pesawat ini dirancang dan diusulkan oleh Bigelow Aerospace dan mampu menampung 6 orang awak pesawat.

Menurut informasi NASA, pesawat ini merupakan pesawat yang dibuat dengan biaya yang relatif murah yaitu sekitar $3,5 miliar dan membutuhkan waktu pengerjaan selama 64 bulan.

Wahana ini juga sekaligus sebagai stasiun transit jika NASA ingin melakukan eksplorasi ke tata surya jauh. Mirip seperti ISS bedanya ISS bukanlah pesawat luar angkasa mandiri. Pesawat Nautilus-X didesain dengan desain modular dilengkapi dengan port docking untuk kapsul seperti Orion atau kapsul luar angkasa lainnya. Selain itu ada berbagai macam perlengkapan lainnya seperti solar array, tangki penampung air dan hidrogen yang dapat mengurangi bahaya radiasi kosmik bagi kru astronot, sistem komunikasi, sistem propulsi, cincin sentrifugal sebagai mesin untuk menciptakan gravitasi parsial dan sebagainya.

Untuk menguji pengaruh dan efek cincin sentrifugal terhadap manusia, maka mesin tersebut akan terlebih dahulu diuji coba di ISS.

Namun sampai saat ini Nautilus-X masih sekedar konsep dan peluncurannya pun masih belum diketahui dengan pasti. (WKP, PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, December 22, 2012

Turbulensi Mampu Menghangatkan Angin Matahari

Secara kontinyu Matahari menyemburkan partikel bermuatan listrik dan medan magnet dalam bentuk angin Matahari atau angin surya (Solar Wind). Salah satu yang menjadi pertanyaan para ilmuwan adalah mengapa angin Matahari memiliki suhu yang lebih panas dari yang seharusnya?. Dan nampaknya studi baru yang dilakukan oleh ESA dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Bumi dan planet lain di tata surya mengorbit Matahari dengan melewati hempasan badai plasma (angin Matahari) yang terdiri dari proton dan elektron. Badai plasma ini bergerak dengan kecepatan rata-rata 400 km per detik yang berarti 1,5 juta km per jam. Badai plasma keluar dari Matahari akibat tarikan dari medan magnet Matahari itu sendiri. Hebatnya Badai plasma atau angin Matahari tersebut bergerak dan menghempas seluruh daerah di tata surya bahkan hingga mencapai batas dengan ruang antar bintang. Plasma Matahari mendingin selama perjalanan ke luar dari Matahari namun proses pendinginan tersebut lebih lama dari seharusnya bahkan plasma Matahari akan memanas saat sampai di orbit Jupiter.

Pertanyaannya mengapa bisa seperti itu? padahal plasma Matahari itu melewati ruang kosong yang jauh dan jarangnya plasma tersebut bertabrakan dengan partikel lain. Salah satu kemungkinan adalah terjadinya turbulensi plasma yang terjadi akibat penyimpangan aliran partikel dan medan magnet. Akibat interaksi keduanya maka akan menghasilkan  formasi tertentu yang mengandung arus listrik yang kemudian tertarik menuju ke medan magnet.

Plasma tersebut tidak hanya mengisi ruang kosong tapi juga ke tempat di mana medan magnet terhubung dan terputus yang kemudian secara simultan mentransfer energi dan memanaskan partikel. Sampai saat ini mekanisme dan skala dari proses tersebut masih tidak menentu. Namun dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa turbulensi plasma terjadi di magnetosheat disebut juga dengan bow shock yaitu wilayah kejut berbentuk busur di mana angin Matahari memenuhi medan magnet Bumi dan megnetosfer sehingga menghasilkan gelembung magnetic (magnetic bubble). (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, December 21, 2012

MESSENGER Selidiki Cekungan di Kawah Eminescu Merkurius

Foto cekungan pada kawah Eminescu di planet Merkurius yang diambil oleh MESSENGER. Image credit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Carnegie Institution of Washington
Foto terbaru yang dikirmkan oleh wahana NASA pengorbit planet Merkurius, MESSENGER, menunjukkan adanya cekungan atau rongga pada bagian dalam kawah Eminescu yang termasuk ke dalam kawah muda berdiameter 130 km (80 mil). Kawah Eminescu berada di sebelah Utara khatulistiwa Merkurius. Hal aneh lainnya juga ditemukan di bibir kawah tersebut.

Cekungan tersebut pertama kali ditemukan pada bulan September 2011 dan ternyata cekungan seperti itu juga banyak ditemukan di banyak tempat di planet Merkurius. Sebelumnya pada beberapa foto, cekungan tersebut mulanya hanya diidentifikasi sebagai sebuah titik terang. Namun saat wahana MESSENGER merubah posisi orbitnya pada Maret 2011 dan pencitraan dengan resolusi tinggi dimulai, ditemukanlah bahwa titik terang tersebut adalah sesuatu hal yang baru dan kemudian diketahui bawahwa itu adalah cekungan. Diperkirakan cekungan tersebut terbentuk oleh angin surya yang menerpa pemukaan planet Merkurius dan menguapkan beberapa mineral kemudian terjadi beberapa ledakan yang membentuk cekungan. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, December 20, 2012

Ekspedisi 34, Roket Soyuz Terbangkan Tiga Astronot ke ISS

Ketiga astronot sesaat sebelum keberangkatan. Image credit: NASA/Carla Cioffi

Peluncuran roket Soyuz TMA-07M yang membawa ketiga astronot ke ISS. Image credit: NASA/Carla Cioffi
Soyuz kembali menerbangkan 3 astronot dalam rangka melaksanakan misi ekspedisi 34 ke ISS. Kali ini Soyuz membawa satu astronot Kanada, satu astronot Rusia, dan satu astronot Amerika. Mereka adalah Chris Hadfield, Roman Romanenko, dan Tom Marshburn. Chris Hadfield sendiri merupakan astronot berpengalaman yang pernah ke ISS dengan menggunakan pesawat ulang alik Endeavour pada tahun 2001 dan ikut serta dalam proyek pemasangan lengan robotik Canadarm2 ISS. Mereka bertiga diberangkatkan dengan roket Soyuz TMA-07M dari Baikonur Kazakhstan pada hari Rabu sekitar pukul 21:00 WIB dan direncanakan akan merapat dengan ISS pada hari Jum'at pukul 14:00 WIB.

Selanjutnya mereka akan bergabung dengan astronot Kevin Ford, Oleg Novitskiy, dan Evgeny Tarelkin yang telah berada di ISS sejak 26 Oktober lalu. (SD, UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Wednesday, December 19, 2012

Teleskop Spitzer Ambil Foto Gelombang Kejut Bintang Zeta Ophiuchi

Gelombang kejut dari bintang Zeta Ophiuchi membuat debu antariksa berbentuk seperti busur. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Telekop Spitzer milik NASA berhasil mengambil foto inframerah gelombang debu yang berasal dari sebuah Bintang raksasa bernama Zeta Ophiuchi. Gelombang tersebut mendorong debu antariksa dan menyebabkan debu tersebut berbentuk menyerupai busur panah sehingga disebut dengan Bow Shock (kejutan busur).

Astronom mengatakan bahwa dahulu bintang raksasa ini pernah berada di sebelah bintang pendampingnya. Namun ketika bintang pendamping tersebut mati dan tercipta ledakan supernova, Bintang Zeta terlempar jauh. Bintang Zeta merupakan bintang yang besarnya 20 kali Matahari kita dan 80.000 kali lebih terang dari Matahari. Kecepatan lintasnya mencapai 54.000 mph (24 km per detik).

Pada gambar di atas, sinar inframerah sebenarnya tidak bisa kita lihat. Namun teleskop Spitzer mampu melihatnya. Warna hijau merupakan warna debu antariksa yang terkena angin surya, warna merah merupakan debu antariksa dan gelombang yang paling tinggi tingkat kompresi atau tekanannya, dan Bintang Zeta Ophiuchi berwarna biru terang di samping kanan gelombang debu berwarna merah.

Teleskop Spitzer sendiri dikelola oleh JPL (Jet Propulsion Laboratory) di Pasadena, California. (NASA, Adi Saputro/ nwww.astronomi.us)

Ilmuwan Berhasil Temukan Dua Mineral Baru di Antartika

Evgeny Galuskin dan Irina Galuskin. Image credit: mindat.org
Ilmuwan berhasil menemukan dua mineral baru di kaldera Chegem Kaukasus Utara dekat gunung Elbrus Rusia. Mineral baru tersebut ditemukan oleh dua ilmuwan mineralogist yakni Evgeny Galuskin dan Irina Galuskin dari University of Silesia Polandia. Kedua mineral itu diberi nama Edgrewite dan Hydroxledgrewite dan nama tersebut diambil sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasa Profesor Edward Grew dari University of Maine yang telah meneliti berbagai macam mineral langka seperti Boron dan Berilium. Edgrewite dan hydroxledgrewite ditemukan dalam bentuk kristal kecil

"Saya selalu menghargai kolaborasi internasional dalam dunia ilmu pengetahuan, , dan saya merasa sangat terhormat rekan-rekan di Eropa mengusulkan nama saya untuk mineral baru yang mereka temukan," ucap Profesor Grew.

Profesor Grew sendiri merupakan seorang mineralogist yang sangat terkenal dan terlibat dalam penemuan 13 mineral langka termasuk 6 mineral yang ditemukan di Antartika. (Phs, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto