Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, November 24, 2012

Mengenal Planet Kerdil Pluto dan Karakteristiknya

Foto Pluto yang diambil oleh teleskop Hubble. Image credit: Hubble, NASA
Setelah diklasifikasikan ke dalam kelas Planet selama 76 tahun, Akhirnya Pluto dieliminasi pada tahun 2006 dan hanya dimasukkan ke dalam kelas planet kerdil/ planet katai (dwarf planet). Menjadi pertanyaan kenapa Pluto tidak dikategorikan ke dalam Planet? salah satu jawabannya adalah karena ukurannya yang kecil dan efek gravitasi yang juga kecil di permukaannya. Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita.

Pluto memiliki radius sekitar 715 mil (1.151 km) kurang dari 20 persen radius Bumi. Diameter Pluto sekitar 1.430 mil (2.302 km) atau sekitar 2/3 diameter Bulan. Jika kita berjalan mengelilingi ekuator Pluto, maka kita akan menempuh jarak 4.494 mil (7.232 km) dan jarak itu hanya 1.400 km lebih jauh dari panjang pulau Jawa.

Pluto sendiri ditemukan pada 18 Februari 1930 oleh Clyde W. Tombaugh. Permukaan Pluto diperkirakan terdiri dari batuan yang tertutup oleh es. Massanya sekitar 1,31 kg x 1.022 atau sekitar dua per sepuluh persen massa Bumi. Volumenya sekitar 1,5 miliar kg km kubik (6,4 miliar km kubik). Kepadatannya 2,05 gram per sentimeter kubik, sekitar 40 persen dari kepadatan Bumi. Dalam sekali mengelilingi Matahari, Pluto membuthkan sekitar 248,09 tahun (2 abad lebih). Walaupun kecil, Pluto memiliki lima satelit yaitu Charon, Hydra, Nix, P4 dan P5.

Karena jarak yang relatif jauh dari Bumi (7.375.927.931 km), pengamatan sulit untuk dilakukan. Namun hal ini akan berbeda saat wahana New Horizon yang dikirm untuk mempelajari Pluto sampai di sana pada 2015 mendatang. (Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, November 23, 2012

Venera 13, Wahana Pertama yang Berhasil Ambil Foto Berwarna Permukaan Venus

Foto permukaan planet Venus yang diambil Venera 13. Image credit: NASA
Wahana pesawat luar angkasa buatan manusia yang berhasil mengejutkan dengan mendarat dan sekaligus mengambil foto berwarna permukaan planet Venus adalah wahana milik Uni Soviet, Venera 13. Wahana tersebut berhasil mendarat dan mengambil foto permukaan planet Venus pada 1 Maret 1982.

Perlu diketahui bahwa planet Venus merupakan planet ke-dua terdekat dengan Matahari setelah Merkurius yang jaraknya dengan Matahari sekitar 108 juta km. Keberhasilan wahana Venera 13 waktu itu sungguh sangat mengejutkan sebab karena sangat dekat dengan Matahari, suhu permukaan planet Venus bisa mencapai 465 derajat Celcius.
Foto permukaan planet Venus yang diambil Venera 13. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Wahana pertama buatan manusia yang pertama kali terbang menuju Venus adalah Mariner 2 buatan Amerika Serikat yaitu pada 14 Desember 1962 dan didapat hasil bahwa Venus merupakan planet panas dengan tekanan yang tinggi dan awan tebal menutupi permukaan.

Uni Soviet sendiri pertama kali berhasil mengirimkan wahananya ke Venus pada 18 Oktober 1967 dengan wahana Venera 4 dan wahana tersebut berhasil mengirimkan informasi kembali ke Bumi saat memasuki atmosfer Venus. Wahana Venera 9 merupakan wahana pertama yang berhasil mengirimkan foto permukaan planet Venus ke Bumi namun dalam foto hitam putih dan Venera 9 sendiri rusak akibat tidak mampu menghadapi kerasnya tekanan dan panas di sana. 7 tahun setelah peluncuran Venera 9, pada 1 Maret 1982, wahana Venera 13 berhasil mengambil foto/ gambar berwarna pertama dari permukaan Venus. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Satelit Planck Berhasil Abadikan Foto "Jembatan" Cluster Galaksi

"Jembatan penghubung" berupa gas panas terlihat menghubungkan dua cluster galaksi. Image credit: Sunyaev–Zel’dovich effect: ESA Planck Collaboration; optical image: STScI Digitized Sky Survey 
Satelit Planck berhasil menemukan "jembatan penghubung" berupa gas panas yang menghubungkan cluster galaksi Abell 399 (bawah) dan cluster galaksi Abell 401 (atas). Kedua galaksi tersebut berada miliaran tahun cahaya dari Bumi dan jembatan gas tersebut panjangnya mencapai 10 juta tahun cahaya.

Gambar di atas menunjukkan panjang gelombang optik dua cluster galaksi yang diambil oleh teleskop berbasis darat (ground-based telescope) dan efek Sinyaev-Zel'dovich (berwarna oranye) dengan satelit Planck. (RO, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Pengertian dan Penjelasan Airglow (Nightglow) Pada Atmosfer Bumi

Foto airglow yang diambil dari ISS. Image credit: NASA
Pada banyak foto Bumi yang diambil dari luar angkasa seperti dari ISS (International Space Station), di atmosfer Bumi akan tampak sebuah lapisan bening terkadang berwarna hijau, biru tapi kadang juga transparan di atmosfer Bumi, dan itulah yang disebut dengan airglow. Airglow sering disebut juga dengan nightglow.

Jadi Apa itu Airglow? Secara ilmiah Airglow atau nightglow adalah emisi cahaya yang sangat lemah pada atmosfer sebuah planet sehingga langit malam tidak benar-benar gelap. Pada atmosfer Bumi, airglow merupakan sebuah fenomena optik dimana cahaya Matahari di bagian Bumi yang terang, menyebar di atmosfer ke sisi langit gelap Bumi.

Fenomena airglow ini pertama kali ditemukan dan diselidiki oleh ilmuwan Swedia, Anders Angstrom pada tahun 1868. Angstrom menemukan berbagai macam reaksi kimia yang menghasilkan energi elektromagnetik sebagai bagian dari proses terbentuknya airglow. 

Terbentuknya airglow antara lain disebabkan oleh proses rekombinasi antara ion-ion yang terfotoionisasi (merubah cahaya menjadi bentuk energi lain) oleh Matahari pada siang hari. Pendaran atau pijaran cahaya di udara berasal dari sinar kosmik yang menabrak bagian atas atmosfer, dan emisi cahaya dihasilkan oleh oksigen dan nitrogen yang beraksi dengan ion hidroksil pada ketinggian beberapa ratus kilometer di atas permukaan Bumi. Airglow tidak terlihat pada siang hari karena cahaya Matahari begitu terang yang tersebar di permukaan Bumi.

Salah satu mekanisme terjadinya airglow adalah ketika sebuah atom nitrogen bergabung dengan atom oksigen untuk membentuk molekul nitric oxide (NO). Dalam proses tersebut foton di pancarkan. Foton tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda dan karakterisitik molekul oksida nitrat yang berbeda pula. Atom nitrogen dan atom oksigen tadi berupa atom bebas yang dihasilkan oleh energi surya di bagian atas atmosfer. Elemen lain yang bisa menghasilkan cahaya di atmosfer antara lain hidroksil (OH) molekul oksigen (O), Sodium (Na), dan lithium (Li).

Untuk pengamat di Bumi, airglow akan cukup terlihat terang pada ketinggian 10 derajat di atas cakrawala. (WP, UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Thursday, November 22, 2012

NASA Akan Umumkan Penemuan Besar Curiosity di Mars

Instrumen SAM di Curiosity. Image credit: NASA, JPL
NASA dikabarkan akan mengumumkan sesuatu yang besar yang telah ditemukan oleh robot penjelajah Mars Curiosity. Penemuan besar tersebut dikabarkan akan menjadi salah satu bagian dari buku-buku sejarah ilmu pengetahuan umat manusia. Hal itu diungkapkan oleh salah satu peneliti utama misi Curiosity John Grotzinger. "kami mendapakan data dari SAM (Sample Analysis at Mars) dan data ini akan menjadi salah satu bagian dari buku-buku sejarah dan itu tampaknya benar-benar baik," ungkap Grotzinger. Namun NASA baru akan mengumumkan penemuan tersebut beberapa minggu ke depan.

SAM yang menjadi salah satu instrumen penting di Curiosity dikabarkan telah mengkonfirmasi penemuan metana, hidrogen, oksigen, dan nitrogen di Mars yang berarti planet tersebut dahulu memang pernah mendukung kehidupan.

Robot senilai 2,5 miliar dollar tersebut memang dikirm untuk mencari bukti-bukti adanya kehidupan di planet Mars dan tampaknya sudah membuahkan hasil. Kita tunggu saja pengumuman hasilnya beberapa minggu ke depan. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Astronom Simpulkan Planet Makemake Tidak Punya Atmosfer

Ilustrasi permukaan planet Makemake. Image credit: ESO/L. Calçada/Nick Risinger
Sebuah planet kerdil (dwarf planet) yang bernama planet Makemake, mengundang rasa penasaran para astronom untuk menyelidiki apakah di planet kerdil tersebut terdapat atmosfer atau tidak. Planet Makemake merupakan planet kerdil yang ukurannya dua pertiga dari ukuran Pluto yang juga mengorbit Matahari dan letaknya jauh dibelakang Pluto sekitar 19 AU (2.84235954 × 109 kilometer). Walau begitu planet Makemake masih lebih dekat dengan Matahari jika dibandingkan dengan Eris.

Selama ini astronom beranggapan bahwa planet Makemake mungkin mirip dengan Pluto yang memiliki atmosfer tipis di atasnya. Namun tampaknya hasil penelitian terbaru para astronom menunjukkan hasil yang berbeda.

Tim yang terdiri dari sekumpulan astronom yang dipimpin oleh Jose Luis Ortiz dari Instituto de Astrofisica de Andalucia, CSIC, Spanyol, menggabungkan beberapa hasil pengamatan dari tiga teleskop ESI di La Silla dan Paranal Observatory di Chile, Very large Telescope (VLT), New Technology Telescope (NTT), TRAPPIST (TRAnsiting Planets and PlanetesImals Small Telescope) dan teleskop kecil lainnya di Amerika Selatan untuk melihat planet makemake saat melintas di depan sebuah bintang yang jauh.

"Planet Makemake melintas di depan sebuah bintang yang jauh kemudian menutup dan menghalangi cahaya bintang tersebut. Bintang menghilang dan kemudian cahaya langsung muncul lagi dengan tiba-tiba dan bukan pudar kemudian cerah secara bertahap saat planet Makemake selesai melintas, hal itu menunjukkan bahwa planet tersebut tidak memiliki atmosfer yang signifikan," ungkap Ortiz.

Okultasi di mana sebuah planet hadir di depan sebuah bintang bagi planet Makemake sangat jarang terjadi sebab Planet tersebut bergerak di bagian langit yang hanya terdapat sedikit bintang. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, November 17, 2012

Melihat Hujan Meteor Leonid Secara Online dan Realtime

Hujan meteor Leonid. Image credit: John Chumack
Hujan meteor Leonid yang akan puncaknya akan terjadi pada akhir pekan ini (17-18 November 2012) bisa Anda saksikan secara online dan real time melalui link berikut ini http://www.nasa.gov/topics/solarsystem/features/watchtheskies/leonids_2012.html

Astronom Temukan Galaksi Tertua dan Terjauh 420 Juta Tahun Setelah Big Bang

Citra galaksi MACS0647-JD. Image credit: NASA, ESA
Ilmu pengetahuan termasuk astronomi akan selalu berkembang, termasuk dari teknologi maupun metode yang digunakan astronom untuk mempelajari dan meneliti alam semesta ini. Tampaknya astronom kembali menemukan galaksi tertua dan terjauh di alam semesta ini. Penemuan ini mengalahkan penemuan galaksi terjauh sebelumnya yaitu galaksi LAEJ095950.99+021219.1 yang terbentuk 800 juta tahun setelah Big Bang. Galaksi tertua yang baru ditemukan itu bernama MACS0647-JD yang terbentuk hanya 420 juta tahun setelah Big Bang. Galaksi itu ditemukan dengan menggunakan dua teleskop terbaik di dunia yaitu teleskop Hubble dan Spitzer. Selain itu astronom menggunakan galaksi masif MACS J0647 7015 sebagai lensa gravitasi untuk memperbesar galaksi yang letaknya jauh dibelakangnya.

Cahaya galaksi ini menempuh perjalanan sejauh 13,3 miliar tahun untuk mencapai Bumi sehingga bisa kita tangkap hari ini. Usia galaksi ini 13,3 miliar tahun dan itu lahir semenjak umur alam semesta baru 3 persen dari umurnya sekarang yaitu 13,7 miliar tahun.

Boleh dibilang galaksi MACS0647-JD merupakan galaksi bayi atau galaksi mini sebab ukurannya sangat kecil yaitu hanya 600 tahun cahaya, berbeda dengan galaksi Bima Sakti yang berukuran 150.000 tahun cahaya. Namun tampaknya rekor galaksi paling jauh ini masih bisa terpecahkan suatu saat nanti seiring dengan berkembangnya teknologi astronomi. (UT, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto