Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Saturday, September 15, 2012

Ternyata Planet Bisa Terbentuk di Pusat Galaksi Bima Sakti

Ilustrasi gas hidrogen dan debu (berwarna merah) ditarik oleh gaya gravitasi menuju lubang hitam di pusat galaksi Bima Sakti. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh astronom di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menunjukkan bahwa planet dapat terbentuk di dekat pusat galaksi Bima Sakti. Awalnya hal ini dianggap mustahil, sebab pusat galaksi Bima Sakti dipenuhi oleh Bintang-bintang yang setiap saat diantara mereka meledak dan menghasilkan ledakan Supernova. Belum lagi lubang hitam raksasa di pusat galaksi Bima Sakti, radiasi dan gaya gravitasi yang tinggi di sekitarnya. Hal itu membuat terbentuknya planet di daerah tersebut terdengar mustahil dan tidak mungkin.

Bukti baru yang ditemukan para astronom mengatakan hal yang berbeda. mereka menemukan awan hidrogen dan helium berjalan menuju pusat galaksi. Mereka berpendapat bahwa awan tersebut merupakan sisa-sisa disk (piringan) pembentuk planet yang mengorbit sebuah bintang.

Awan hidrogen tersebut ditemukan tahun 2011 lalu oleh tim astronom dengan menggunakan Very Large Telescope di Chile. Mereka berpendapat bahwa awan tersebut terbentuk ketika dua bintang yang letaknya berdekatan bertabrakan.Murray-Clay dan Avi Loeb memiliki pendapat yang berbeda tentang hal ini. Bintang baru mempertahankan piringan gas dan debu disekitarnya selama jutaan tahun. Jika sebuah bintang menuju lubang hitam di pusat galaksi kita, maka radiasi dan gravitasi pasang surut akan memesah piringan tersebut dalam hitungan tahun.

Selain itu mereka mengidentifikasi adanya kemungkinan interaksi antar bintang bisa melemparkan bintang tersebut beserta piringan awan hidrogen dan debu ke pusat galaksi.

Meskipun begitu ada bintang yang tetap dapat mempertahankan piringan tersebut meskipun kondisi disekitarnya sangat ekstrem. Semakin dekat ke pusat galaksi, maka semakin banyak material pada piringan yang terkoyak dan hanya menyisakan inti padat Selanjutnya gas akan terlepas dan menuju lubang hitam. Gesekan akan menghasilkan suhu yang sangat tinggi dan menghasilkan sinar-x.

"Menarik untuk berfikir bahwa planet dapat terbentuk dekat dengan lubang hitam," kata Loeb. "Jika peradaban kita berada di planet tersebut, kita akan akan terlempar ke dalam lubang hitam." tambahnya. (SD, Adi Saputro/ astronomi.us)

Saturday, September 8, 2012

Berdekatan Tidak Ada Interaksi, Astronom Selidiki Pasangan Galaksi Arp 116

Pasangan galaksi Arp 116. Galaksi Messier 60 (terang) dan galaksi NGC 4647 (spiral). Image credit: NASA, ESA
Gambar di atas adalah gambar dua galaksi yang berbeda yaitu Messier 60 (terang) dan galaksi NGC 4647 (spiral). Kedua galaksi tersebut sama-sama berada di cluster galaksi Virgo. Kedua galaksi itu berada pada jarak yang saling berdekatan sehingga bisa terlihat dua galaksi sekaligus dalam foto yang diambil oleh teleskop Hubble.

Saat ini astronom sedang mempelajari kedua galaksi itu apakah ada interaksi antara keduanya. Biasanya jarak yang terlalu dekat akan menyebabkan awan gas di sekitarnya terganggu akibat interaksi gravitasi dan membentuk bintang baru. Namun saat ini astronom belum melihat hal tersebut. Keduanya sangat berbeda baik dari segi bentuk mapun tingkat kecerahan cahaya. Galaksi Messier 60 berbentuk elips dan lebih terang sedangkan galaksi NGC 4647 berbentuk spiral dan cahayanya normal tidak terlalu terang. Astronom menamakan kedua galaksi ini sebagai pasangan Arp 116.

Galaksi Messier 60 ditemukan oleh tiga orang yang berbeda yaitu Johann Gottfried Koehler, Barnabus Oriani, dan Charles Messier. Galaksi ini tercatat dalam katalog Messier. (SD, Adi Saputro/ astronomi.us)

Wednesday, September 5, 2012

Foto Panorama Mount Sharp / Aeolis Mons di Mars yang Menakjubkan

Foto gunung Mount Sharp / Aeolis Mons di Mars yang diambil Curiosity. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/MSSS
Foto di atas adalah foto panorama gunung Mount Sharp / Aeolis Mons di Mars yang diambil oleh kendaraan penjelajah NASA terbaru, Curiosity. Jarak Curiosity dengan gunung Mount Sharp saat foto tersebut diambil yaitu sekitar 12 mil (20 km). Gunung Mount Sharp memiliki tinggi sekitar 5,5 km.

Foto menakjubkan itu diambil dengan menggunakan kamera Mastcam. Foto itu sendiri merupakan penggabungan dari 140 foto.

Ilmuwan meningkatkan kecerahan warna pada foto tersebut agar mirip dengan kondisi pencahayaan seperti di Bumi dan dapat membedakan material pada permukaan dengan mudah. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Tuesday, September 4, 2012

Astronom Temukan Molekul Gula di Sekitar Bintang IRAS 16293-2422

Molekul gula yang ditemukan di sekitar bintang IRAS 16293-2422 ditandai dalam snipet. Image credit: ESO/L. Calçada & NASA/JPL-Caltech/WISE Team
Sebuah tim yang terdiri dari beberapa astronom dengan menggunakan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), berhasil menemukan molekul gula dalam gas yang mengelilingi sebuah bintang yang mirip dengan matahari kita yang bernama IRAS 16293-2422. Ini merupakan pertama kalinya molekul gula ditemukan di sekitar bintang dan hal ini menunjukkan bahwa molekul penyusun kehidupan berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk proses pembentukkan planet disekitar bintang tersebut.

Molekul gula yang disebut dengan Glikolaldehida merupakan bentuk sederhana dari gula. Glikolaldehida pertama kali ditemukan di ruang antarbintang namun ini yang pertama molekul ini ditemukan dengan posisi begitu dekat dengan bintang, tepatnya menyerupai jarak Uranus dan Matahari (dalam tata surya kita). Penemuan ini menandakan bahwa beberapa senyawa kimia diperlukan untuk pembentukan planet.

"Dalam piringan gas dan debu yang mengelilingi bintang ini baru terbentuk, kami menemukan glikolaldehida, yang merupakan bentuk sederhana dari gula, tidak jauh berbeda dengan gula yang kita masukkan ke dalam kopi," jelas Jes Jorgensen (Niels Bohr Institute, Denmark), penulis makalah penelitian ini seperti dikutip astronomi.us dari spacedaily.com, Selasa (04/09/2012). "Molekul ini merupakan salah satu bahan dalam pembentukan RNA, yang merupakan salah satu blok bangunan kehidupan", tambahnya.

Tingkat sensitivitas teleskop ALMA yang tinggi sangat membantu dalam penelitian ini. Bintang IRAS 16293-2422 terletak 400 tahun cahaya dari Bumi. Jarak yang relatif dekat dan memudahkan para astronom untuk mempelajari molekul kimia disekitar bintang. Dengan memanfaatkan teleskop baru seperti ALMA astronom sekarang dapat mempelajari rincian gas dan awan debu yang membentuk sistem planet.

Penelitian ini dipresentasikan dalam makalah "Detection of the simplest sugar, glycolaldehyde, in a solar-type protostar with ALMA" oleh Jorgensen dkk dan diterbitkan dalam jurnal Astrofisika. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Monday, September 3, 2012

NASA Gunakan SmartPhone Android untuk Buat Satelit

Smartphone HTC Nexus One yang dirubah menjadi satelit oleh NASA. Image credit: amazonaws.com
NASA dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa mereka saat ini tengah membuat satelit dari smartphone. Menurut NASA hal itu membuat biaya pembuatan satelit menjadi lebih murah dan mudah. Peneliti NASA di NASA's Ames Research Center di Moffett Field, California sedang membuat tiga satelit dari smartphone. yang masih-masing berukuran 4 inci (10.16 cm) dan berat kurang dari 4 pound (1.8 kg), ungkap NASA dalam website resminya.

Salah satu merk smartphone yang digunakan dalam pembuatan satelit adalah HTC Nexus One yang berjalan dalam OS Android. Satu satelit yang dibuat dengan smartphone ini biaya hanya sekitar 3.500 dollar Amerika, kata NASA. Nexus One akan bekerja sebagai "komputer" onboard pada satelit dan sensor smartphone digunakan untuk menentukan orientasi pesawat luar angkasa sehingga kamera pada smartphone tersebut bisa digunakan untuk pengamatan Bumi untuk kemudian mengirimkan hasil pengamatannya ke Bumi.

Dikutip astronomi.us dari spacedaily.com, Senin (03/09/2012), Misi yang disebut dengan PhoneSat ini dimaksudkan untuk mencoba apakah penggunaan teknologi komersial dapat digunakan pada teknologi luar angkasa sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, kata NASA. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Saturday, September 1, 2012

Astronom Temukan Sistem Planet yang Mengorbit Bintang Biner

Ilustrasi sistem planet Kepler-47. Image credit: NASA/JPL-Caltech/T. Pyle
Astronom pada pertemuan International Astronomical Union mengumumkan penemuan sistem planet yang mengorbit dua bintang kembar (bintang biner). Penemuan tersebut menegaskan bahwa sebuah planet bisa terdapat pada zona yang ekstrim di sekitar bintang biner dan planet tersebut tidak menutup kemungkinan berada pada zona atau daerah yang memungkinkan munculnya kehidupan.

"Setiap planet yang melintasi bintang utama memberikan bukti nyata bahwa hal tersebut nyata," ucap Jerome Orosz, pemimpin asosiasi profesor astronomi di San Diego State University dan sekaligus sebagai penulis utama dalam studi ini yang dipublikasikan di jurnal Sains.

Sistem planet yang diketahui sebagai Kepler-47, terdiri dari sepasang bintang yang saling mengorbit satu sama lain setiap 7,5 hari. Satu bintang mirip matahari kita dan satunya lagi sepertiga ukuran matahari dan 175 kali lebih lemah. Planet yang mengrbit bintang biner tersebut 3 kali lebih besar dari Bumi dan mengorbit bintang biner itu selama 49 hari. Planet lain yang juga berada dalam sistem planet tersebut ukurannya sedikit lebih besar dari Uranus dan mengorbit setiap 303 hari dan berada pada "zona huni" di mana planet tersebut bisa memiliki air berwujud cair di permukaannya.

Namun pada penelitian terakhir didapat bahwa planet tersebut kemungkinan adalah planet gas yang tidak mungkin mendukung kehidupan.

Sistem planet Kepler-47 berada sekitar 5000 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus. "Kepler-47 menunjukkan kepada kita bahwa beberapa planet bisa terbentuk dan mengorbit sistem bintang biner," kata Joshua Carter dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics. "Hal terpenting adalah adanya potensi planet yang mengorbit bintang biner berada dalam zona layak huni. Kepler-47 tidak layak huni, namun itu tetap saja menarik," tambah Dr William Welsh, yang merupakan Profesor Astronomi di San Diego State University sekaligus orang yang mempresentasikan penemuan ini. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Teliti Komposisi, Curiosity Tembaki Batu Mars dengan Laser Ekstra Kuat

Hasil tembakan laser Curiosity menghasilkan 5 lubang kecil pada batu. Image credit: NASA/JPL-Caltech/LANL/CNES/IRAP/LPGN/CNRS
Tanggal 25 Agustus 2012 lalu, kendaraan robot penjelajah Mars (Mars Rover) Curiosity, menembakkan sinar laser ke arah sebuah objek yang diberi nama "Beechey". Tembakan laser tersebut meninggalkan lubang di objek berupa batu tersebut. Dari tembakan laser Curiosity, dihasilkan data spektografik dari cahaya plasma. Dari cahaya plasma itulah nantinya dapat diketahui komposisi atau unsur penyusun objek.
Ilustrasi Curiosity menembak batu dengan laser. Image credit: J-L. Lacour/CEA/French Space Agency (CNES)
Letak laser Curiosity tepat berada di atas kamera Mastcam. Instrumen penembak laser yang disebut Chemcam (Chemistry & Camera) menggabungkan laser kuat dengan tiga spektometer yang dapat menganalisis cahaya dari objek yang dijadikan sasaran. Laser dengan kekuatan satu juta watt ditembakkan ke titik tertentu pada objek. Lima titik pada objek (dalam gambar) merupakan hasil dari 50 kali tembakan laser.

"ChemCam dirancang untuk mencari unsur-unsur ringan seperti karbon, nitrogen, dan oksigen, yang semuanya sangat penting bagi kehidupan," kata Roger Wiens, peneliti utama dari tim pembuat ChemCam. (UT, Adi Saputro/ astronomi.us)

Friday, August 31, 2012

NASA Luncurkan Satelit Kembar Untuk Teliti Sabuk Van Allen

Satelit kembar yang diluncurkan NASA untuk teliti radiasi di Sabuk Van Allen. Image credit: Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory
Setelah tertunda akibat cuaca dan gangguan teknis, NASA akhirnya meluncurkan satelit atau wahana pengorbit kembar bernama NASA’s Radiation Belt Storm Probes (RBSP) ke orbit pada Kamis, 30 Agustus 2012 pukul 4:05 a.m waktu setempat dari Cape Canaveral Air Force Station di Florida dengan menggunakan roket Atlas V. Satelit kembar tersebut diluncurkan untuk mempelajari radiasi di Sabuk Van Allen.

"Para ilmuwan akan mempelajari secara rinci bagaiaman sabuk radiasi Van Allen berisi partikel-partikel bermuatan, apa yang menyebabkan mereka berubah, dan bagaiaman hal tersebut mempengaruhi atmosfer di Bumi," ucap John Grunsfeld, administrator NASA’s Science Mission Directorate at Headquarters di Washington. Informasi tersebut sangat berharga sebab kita akan lebih tahu bagaimana melindungi satelit kita di orbit dari radiasi dan bagaimana keadaan di luar angkasa berpengaruh pada sistem komunikasi dan teknologi di Bumi.

Berat satelit kembar itu masing-masing sekitar 680 kg. Berikut ini video peluncurannya


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto