Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Wednesday, August 6, 2014

Wahana Rosetta Berhasil Ambil Foto Komet 67P/C-G dari Jarak Dekat

Foto komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang diambil oleh wahana Rosetta pada jarak 234 km dengan menggunakan kamera NAVCAM. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA
Kamera navigasi (NAVCAM) yang terpasang pada wahana Rosetta milik ESA yang sedang membuntuti komet 67P/C-G sebelum akhirnya mendarat di permukaannya berhasil mengambil foto komet tersebut pada jarak yang cukup dekat yakni 234 km dari komet itu.
Foto komet 67P/Churyumov-Gerasimenko setelah dilakukan perbesaran. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: ESA
Dalam foto terbaru yang diambil pada 4 Agustus 2014 ini, tampak detail yang cukup jelas dari permukaan komet. Walaupun bentuk komet secara keseluruhan tidak begitu nampak karena arah datangnya sinar Matahari, namun fitur permukaan nampak jelas yakni adanya daerah yang kasar berupa bukit dan ada pula yang rata / halus yang diduga adalah lapisan es. Komet yang bernama lengkap 67P/Churyumov-Gerasimenko ini rencananya akan didarati oleh wahana Rosetta pada 6 Agustus 2014 ini. Kita tunggu update dari wahana Rosetta ini. (ESA, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, August 5, 2014

Dua Minggu, Tiga Letusan Gunung Berapi Terjadi di Io

Citra inframerah dari letusan gunung berapi di Io yang terjadi pada 15-29 Agustus 2013 yang diambil dengan menggunakan teleskop Keck II. Tampak bahwa pada 15 Agustus terjadi letusan pada kaldera Rarog Patera dan Heno Patera. Jejak letusan keduanya kemudian memudar akibat letusan ketiga yang terjadi di Loki Patera. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: Imke de Pater, Katherine de Kleer, UC Berkeley
Secara mengejutkan tiga letusan gunung api besar terjadi di salah satu bulan Jupiter, Io hanya dalam waktu dua minggu. Astronom mengungkapkan bahwa akibat dari letusan ini, banyak material vulkanik yang terlempar hingga ratusan kilometer dari permukaan Io. "Di sini kami melihat tiga letusan yang sangat jelas yang menunjukkan bahwa mungkin saja kita bisa melihat lebih banyak lagi di Io," ungkap Imke de Pater seorang Profesor dari University of California yang menjadi penulis dari studi ini.

Io sendiri dikenal sebagai satu-satunya tempat dimana banyak terjadi letusan gunung berapi selain Bumi. Karena gravitasi Io yang rendah, akibatnya material letusan bisa naik terlempar hingga ratusan bahkan ribuan kilometer ke atas.

Dari sinar Inframerah, diketahui bahwa letusan kali ini membuat lava memancar ke luar dengan volume yang sangat besar per detiknya hingga membuat lava cepat membanjiri sebagian permukaan Io. Diketahui ketiga letusan itu terjadi antara 15 sampai 29 Agustus 2013.

Dengan menggunakan teleskop Keck II di Hawai, diketahui bahwa ada kaldera (kawah gunung berapi) yang disebut Rarog Patera yang menghasilkan lava setebal 9 meter dengan luas hingga 80 km persegi. Sementara kaldera Heno Patera membanjiri area seluas 193 km persegi dengan lava. Kesemua kaldera tersebut berada pada belahan selatan dari Io. Ketiga letusan gunung api tersebut umumnya memang memancurkan lava sehingga membuat semacam sungai dan danau lava dengan suhu yang sangat tinggi.

Saat ini tim astronom sedang fokus meneliti komposisi dari magma dan memetakan distribusi persebaran aliran panas spasial dari waktu ke waktu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari proses pemanasan dan pendinginan yang terjadi di Io. Berdasarkan pengamatan selama 10 tahun dari 2001 sampai 2010, diketahui bahwa titik yang paling aktif di Io adalah kaldera Loki Patera dan Kanehekili Fluctus. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, August 2, 2014

Wahana MESSENGER Akan Dijatuhkan di Merkurius Maret 2015

Ilustrasi wahana MESSENGER mengorbit planet Merkurius. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Pada tanggal 25 Juli 2014 lalu, wahana MESSENGER NASA yang mengorbit planet Merkurius berhasil mendekati planet tersebut pada jarak paling dekat dari yang pernah dicapai sebelumnya, yakni hanya 100 km (62 mil) di atas permukaan planet Merkurius. Pemimpin operasional MESSENGER dari APL mengatakan bahwa timnya berhasil mengirimkan serangkaian perintah pada wahana tersebut untuk melakukan manuver menuju ke posisinya saat ini.

"Tujuan dari pergerakan MESSENGER ini adalah untuk mengetahu lebih dekat es di daerah kutub, fitur geologi yang tidak biasa, gravitasi serta medan magnet planet itu secara lebih jelas," ungkap MESSENGER Project Scientist dari Applied Physics Laboratory Universitas Johns Hopkins (APL), Ralph McNutt. "Jarak sedekat ini memungkinkan kita untuk melihat Merkurius dari jarak terdekat untuk pertama kalinya," tambah McNutt.

Karena perubahan orbit , ketinggian MESSENGER akan terus menurun dan pada 19 Agustus diperkirakan ketinggiannya akan mencapai 50 km. Selanjutnya ketinggiannya akan diturunkan lagi hingga mencapai 25 km pada 12 September, dan setelah itu tim akan memerintahkan MESSENGER untuk melakukan manuver untuk menambah ketinggian hingga 94 km.

Pada tanggal 24 Oktober 2014 dan 21 Januari 2015, MESSENGER akan terus menambah ketinggian hingga pada bulan Maret 2015, wahana tersebut akan mengakhiri missinya dan jatuh ke permukaan Merkurius seiring dengan habisnya bahan bakar sehingga total lama misi MESSENGER kurang lebih 10 tahun sejak diluncurkan pada 3 Agustus 2004. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Tuesday, July 29, 2014

PT. Telkom Kerjasama dengan Thales Alenia Buat Satelit Telkom-3S

Satelit Telkom-2
Perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT. Telkom Tbk, telah menandatangani kontrak kerjasama pembuatan satelit baru yang diberi nama satelit Telkom -3S dengan perusahaan Thales Alenia Space.  Tidak disebutkan berapa nilai kontrak pembuatan satelit itu, namun dipastikan bernilai jutaan dollar. Satelit Telkom-3S akan digunakan sebagai satelit telekomunikasi dan kebutuhan siaran televisi high definition (HDTV).

Satelit Telkom-3S dilengkapi dengan 24 C-band transponder, 8 extened C-band transponder, dan 10 Ku-band transponder. Transponder C-band akan mengkover wilayah Indonesa dan Asia Selatan, extended C-band akan mengkover wilayah Indonesia dan sebagian Malaysia, sedangkan Ku-band akan mengkover wilayah Indonesia saja. Diperkirakan berat satelit tersebt sekitar 3,5 ton dengan daya 6,3 kW dan diperkirakan memiliki umur operasional sekitar 15 tahun. Peluncuran satelit dijadwalkan pada akhir 2016 dengan menggunakan roket Ariane. (SD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Monday, June 23, 2014

Astronom Temukan Pulau Aneh di Titan

Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007 oleh wahana Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Astronom menemukan sebuah pulau "aneh" dan "misterius" yang muncul di tengah laut kedua terbesar di Titan, Ligeia Mare. Oleh para astronom pulau aneh ini disebut dengan Magic Island. Kenapa pulau ini di sebut aneh? Setelah para ilmuwan membandingkan tiga foto laut Ligeia Mare, ilmuwan terkejut dengan kemunculan sebuah pulau. Pulau ini pada foto yang lain diketahui muncul kemudian menghilang lagi.

Dilaporkan dalam jurnal Nature pada 22 Juni lalu, astronom mengungkapkan bahwa pengamatan yang mereka lakukan adalah pengamatan pertama yang dilakukan untuk mengetahui adanya proses geologi yang terjadi di belahan utara Titan. Penemuan ini memberitahu pada kita bahwa cairan di belahan utara Titan tidak stagnan / tetap, tapi berubah-ubah," kata Jason Hofgartner seorang peneliti dari Cornell University selaku penulis utama dari jurnal ini. "Kami tidak tahu persis apa yang menyebabkan pulau ajaib ini muncul, tapi kami ingin mempelajarinya lebih lanjut," tambah Hofgartner.

Bulan terbesar Saturnus ini telah lama diketahui memiliki danau dan laut. Titan mempunyai atmosfer tebal yang sebagian besar terdiri dari nitrogen dan metana. Danau dan laut Titan bukan berisi air tapi berisi metana dan etana cair. Dengan menggunakan beberapa foto Titan yang diambil oleh wahana Cassini, astronom membandingkan perubahan laut dan daratan Titan dari waktu ke waktu. Pada foto yang diambil pada  26 April 2007, memperlihatkan laut Titan yang tenang tanpa fitur apapun. Pada saat itu belahan utara Titan, tepat dimana laut Ligeia Mare ini berada sedang berada dalam musim peralihan dari musin semi ke musim panas. Kemudian pada 10 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan adanya sebuah fitur mirip pulau yang muncul di tengah laut Ligeia Mare seperti yang bisa kita lihat di bawah ini. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh hembusan angin dari belahan utara Titan yang membentuk gelombang di laut Ligeia Mare.
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007. Pulau misterius belum muncul. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 10 Juli 2013. Pulau misterius muncul (dilingkari merah). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 Juli 2013. Pulau misterius hilang lagi. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Anehnya pada tanggal 26 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan bahwa pulau misterius itu sudah menghilang. Astronom begitu terkejut mengapa itu terjadi begitu cepat hanya dalam waktu 16 hari saja. Astronom menduga bahwa ada proses tertentu yang menyebabakn terjadinya hal ini seperti angin, hujan, dan efek pasang yang mempengaruhi metana dan etana di laut Titan. Astronom akan terus mengamati perubahan Titan. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Saturday, June 21, 2014

Triton, Bulan Terbesar Neptunus yang Super Dingin

Foto Triton yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/USGS
Triton merupakan bulan / satelit alam yang paling besar dari total 13 bulan yang dimiliki Neptunus. Triton sekaligus menjadi satu-satunya bulan di tata surya yang memiliki arah orbit yang berlawanan dengan arah rotasi planetnya atau yang biasa disebut retrograde. Sekilas Triton ini sangat mirip dengan Pluto sehingga astronom berpendapat bahwa Triton dan Pluto mempunyai asal usul yang sama. Hal itu diperkuat dengan pendapat bahwa bulan sebuah planet tidak mungkin terbentuk jika arah orbitnya berlawanan arah. Sama seperti bulan kita, Triton juga terkunci oleh gravitasi Neptunus sehingga berhenti berotasi. Namun karena kemiringan orbit yang tidak biasa, maka daerah kutub bergantian menghadap Matahari.
Foto permukaan Triton. Tampak fitur kerak es yang merupakan hasil kondensasi Nitrogen akibat suhu yang terlalu dingin. Bentuk es kasar sangat terlihat yang diperkirakan ini terbentuk sebagai akibat dari gumpalan es yang dialiri arus lava dingin. Tinggi dari gunung es ini bervariasi hingga beberapa ratus meter. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Universities Space Research Association/Lunar & Planetary Institute
Triton memiliki diameter sekira 2.700 km. Besarnya 22 persen lebih kecil dari bulan Bumi kita. Berdasarkan foto yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989, terlihat bahwa permukaan Triton  terdiri dari dataran halus, sedikit kawah, dan banyak kerak es dan lubang-lubang bulat yang terbentuk oleh aktivitas aliran lava dingin.

Atmosfer Triton sangat tipis yang kebanyakan terdiri dari Nitrogen dan sedikit Metana. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh aktivitas gunung berapi dan pengaruh musiman dari Matahari. Ada 3 bulan Neptunus yang memiliki aktivitas vulkanik aktif saat ini yakni Triton, Io, dan Venus. Walaupun memiliki gunung berapi, ternyata suhu di permukaan Triton sangat dingin yakni sekira -235 derajat Celcius.

Nama Triton diambil dari nama salah satu dewa laut Yunani. Triton ditemukan pada 10 Oktober 1846 oleh astronom Inggris William Lassell dan penemuan itu hanya selang 17 hari setelah penemuan planet Neptunus oleh astronom Jerman, Johann Gottfried Galle dan Heinrich Louis d'Arrest. (NS, NSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Friday, June 20, 2014

ESA: Medan Magnet Bumi Mengalami Perubahan

Perubahan medan manet Bumi berdasarkan data Swarm. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: esa
Menggunakan data yang didapat dari wahana Swarm, ilmuwan ESA (European Space Agency) menyimpulkan bahwa medan magnet Bumi telah mengalami perubahan. Dari data yang didapat selama 6 bulan itu mereka mendapati bahwa di belahan Bumi sebelah barat terjadi penurunan kekuatan medan magnet. Sedangkan di daerah Selatan Samudera Hinda, medan magnet mengalami penguatan.
Ilustrasi tiga wahana Swarm sedang mengorbit Bumi. Image credit: esa
Data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan tiga wahana Swarm milik ESA yang diluncurkan pada November 2013 lalu yang menganalisa perubahan medan magnet Bumi. Saat ini yang baru dianalisa adalah peran inti Bumi dalam mempengaruhi perubahan medan magnet dan dalam beberapa bulan ke depan, ilmuwan ESA juga akan mengamati apakah perubahan medan magnet Bumi ini juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti mantel Bumi, kerak, lautan, ionosfer, dan magnetosfer.

Seperti yang diketahui bahwa medan magnet Bumi berperan penting bagi kelangsungan kehidupan di Bumi, sebab ia melindungi Bumi dari radiasi kosmik dan serbuan partikel bermuatan dari Matahari yang datang melalui angin surya yang jika menembus Bumi, maka kehidupan akan musnah akibat radiasi.

Informasi yang didapat ilmuwan ini akan digunakan untuk menjawab pertanyaan, apa yang menyebabkan medan magnet Bumi ini melemah. (esa, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

Kosmonot Rusia Sukses Lakukan Spacewalking untuk Perbaikan ISS

Kosmonot Oleg Artemyev saat melakukan spacewalking. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dua kosmonot Rusia sukses melakukan spacewalking (bekerja di luar ISS) setelah menghabiskan waktu sekitar 7 jam untuk melakukan beberapa perbaikan dan upgrade peralatan ISS. Kosmonot Alexander Skvortsov dan Oleg Artemyev menceritakan bahwa pengalaman spacewalking adalah pengalaman yang sangat menarik sekaligus mendebarkan. Sebab mereka harus melayang di luar ISS pada ketinggian sekitar 400 km di atas permukaan Bumi dan bagi mereka spacewalking kali ini adalah spacewalking mereka yang pertama kalinya.

Kedua kosmonot itu ditugaskan untuk mengganti antena komunikasi dengan antena yang baru dan memperbaiki beberapa komponen elektronik dan kelistrikan lainnya. Walaupun sekilas tampak mudah, spacewalking ternyata sangat sulit untuk dilakukan. Spacewalking lebih mirip seperti panjat tebing dan angkat besi, karena selain kita harus menahan diri dengan cara bergantung, mereka juga membawa beberapa peralatan yang rata-rata berukuran besar. Kosmonot Skvortsov dan Artemyev mengatakan bahwa mereka sempat mengalami kesulitan ketika akan melepas salah satu baut pada sebuah perangkat dan ternyata baut itu sangat sulit untuk dilepas. Itu membutuhkan tenaga ekstra dan sangat menjengkelkan.

Kedua kosmonot telah berada di ISS sejak 27 Maret 2014 dalam misi 5,5 bulan di ISS. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)


Loading
Posisi Wahana New Horizon Menuju Pluto